Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Ilovepdf Merged

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 69

Kepatuhan Pengambilan Resep Ulang Pasien Tuberkulosis Di

Rumah Sakit X Jakarta Utara


Periode Maret-Mei Tahun 2022

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh:
Titis Dwi Alfianti
03422119307

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
JAKARTA
2022
Kepatuhan Pengambilan Resep Ulang Pasien Tuberkulosis Di
Rumah Sakit X Jakarta Utara
Periode Maret-Mei Tahun 2022

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Ahli Madya Kesehatan Bidang Farmasi

Disusun Oleh:
Titis Dwi Alfianti
03422119307

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
JAKARTA
2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Titis Dwi Alfianti

NIM : 03422119307

Tanda Tangan :

Tanggal : 14 Juli 2022

ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA
PROGRAM STUDI D III FARMASI

PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH


DIPLOMA TIGA FARMASI

Nama : Titis Dwi Alfianti


NIM : 03422119307
Judul : Kepatuhan Pengambilan Resep Ulang Pasien
Tuberkulosis Di Rumah Sakit X Jakarta Utara
Periode Maret-Mei Tahun 2022

DISETUJUI OLEH

Pembimbing Pembimbing

Apt. Herty Nur Tanty, S.Si,M.Farm Apt. Leonov Rianto, S.Si,M.Farm

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA
PROGRAM STUDI D III FARMASI

PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH


DIPLOMA TIGA FARMASI

Kepatuhan Pengambilan Resep Ulang Pasien Tuberkulosis Di


Rumah Sakit X Jakarta Utara Periode Maret-Mei Tahun 2022

Oleh :
Titis Dwi Alfianti
03422119307

Dipertahankan dihadapan penguji KTI


Program Studi D III Farmasi STIKes IKIFA
Pada Tanggal 14 Juli 2022

Mengesahkan,
Kepala Program Studi D III Farmasi

Apt. Rahmat Widiyanto, S.Si.,M.Farm.

Penguji KTI:
1. Apt. Honey Iskandar, S.Farm.,M.Farm 1. ………………
2. Apt. Charles, S.Si.,M.Farm 2. ………………
3. Apt. Herty Nur Tanty, S.Si.,M.Farm 3. ………………
4. Apt. Leonov Rianto, S.Si.,M.Farm 4. ……………

iv
HALAMAN PERUNTUKAN
Dipersembahkan kepada orang tua tercinta papi kotok dan mami salimuk yang telah
banyak berjasa hingga saya bisa sampai di titik ini. Untuk kakak tersayang yang
selalu mensuport semua yang saya lakukan dan orang-orang terkasih yang selalu
ada sampai saat ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapati gelar Ahli Madya Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IKIFA.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bentuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan KTI ini, sangatlah sulit bagi penulis
untuk meyelesaikan KTI ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Ibu apt. Indri Astuti Handayani S.Si,M.Farm., selaku Ketua STIKes IKIFA
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menimba banyak ilmu
di STIKes IKIFA.
(2) Bapak apt. Rahmat Widiyanto S.Si,M.Farm., selaku Ka. Prodi Program Studi
Diploma III Farmasi STIKes IKIFA yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk menimba banyak ilmu di STIKes IKIFA.
(3) Ibu apt. Herty Nur Tanty, S.Si.,M.Farm., selaku pembimbing I dan Bapak apt.
Leonov Rianto S.Si.,M.Farm., selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan banyak waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta
pengarahan yang sangat berharga dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
(4) Ibu Alifa Sabrina S.Pd,M.Pd., selaku pembimbing akademik selama masa
perkuliahan.
(5) Seluruh dosen STIKes IKIFA atas ilmu dan bimbingannya selama proses
perkuliahan dan penyusunan KTI.
(6) Kedua orang tua tercinta, kakak saya Dandes Setiawan, nenek tersayang dan
semua keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan moral
dan materil dalam menyelesaikan KTI ini.
(7) Sahabat-sahabat terbaik saya Tia Septiani S, Ermawati, Dilla Setya R, Anissa
Tri, yang selalu mendukung, membantu, menemani dan memberi semangat
dalam penyusunan KTI ini.

vii
(8) Teman-teman seperjuangan kelas Reguler 19 D untuk 3 tahun penuh canda
tawa, suka duka, dan hari-hari yang berkesan, serta bantuan selama menuntut
ilmu dan dukungan dalam penyusunan KTI ini.
(9) Teman-teman ditempat kerja, teman di kamar asrama dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak
langsung membantu sehingga proposal KTI ini terselesaikan dengan baik.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 14 Juli 2022

Titis Dwi Alfianti

viii
Kepatuhan Pengambilan Resep Ulang Pasien Tuberkulosis Di Rumah Sakit X
Jakarta Utara Periode Maret-Mei Tahun 2022

ABSTRAK

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis, dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Berdasarkan data WHO tahun 2021, TB Paru merupakan salah satu dari 10 penyakit
penyebab kematian terbesar di dunia. Pengobatan TB diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
bulan supaya semua kuman dapat dibunuh. Ketidakpatuhan minum obat
digolongkan menjadi tiga macam. Salah satunya tidak menebus resep ulang (refills
not obtained). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepatuhan
pengambilan resep ulang pasien Tuberkulosis Paru di Rumah sakit X Jakarta Utara.
Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan probability sampling secara
keseluruhan (total sampling). Pengukuran kepatuhan menebus resep ulang
menggunakan metode Medication Possession Ratio (MPR). Data sekunder diambil
secara prospektif dari 52 pasien penderita Tuberkulosis Paru pada bulan Maret-Mei
2022. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pengambilan obat ulang
pasien TB Paru di Rumah Sakit X Jakarta Utara termasuk dalam kategori patuh
dengan jumlah 45 pasien (86,54%) dan tidak patuh dengan jumlah 7 pasien
(13,46%)

Kata Kunci : kepatuhan pengambilan obat ulang, pasien Tuberkulosis Paru,


medication possession ratio

ix
Adherence to Re-prescribing Pulmonary Tuberculosis Patients at X Hospital
North Jakarta period March-May 2022

ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium


tuberculosis, known as Acid Resistant Bacteria (BTA). Based on WHO data in 2021,
pulmonary TB is one of the 10 leading causes of death in the world. TB treatment
is given in the form of a combination of several types, in sufficient quantities and in
the right dose for 6-8 months so that all germs can be killed. Non-adherence to
taking medication is classified into three types. One of them does not redeem the
recipe (refills not obtained). The purpose of this study was to determine adherence
to re-prescribing of pulmonary tuberculosis patients at X Hospital, North Jakarta.
The sampling technique used in this research is probability sampling as a whole
(total sampling). The measurement of adherence in redeeming prescriptions uses
the Medication Possession Ratio (MPR) method. Secondary data were taken
prospectively from 52 patients with Pulmonary Tuberculosis in March-May 2022.
The results showed that the level of adherence to re-medication of pulmonary TB
patients at Hospital X North Jakarta was included in the compliant category with
45 patients (86.54%) and non-adherent with the number of 7 patients (13.46%)

Keywords: adherence of repeat drug taking, pulmonary tuberculosis patients,


medication possession ratio

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH .................................................. iii
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH .................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... v
HALAMAN PERUNTUKAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN KATA .................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................... 1
B. PERUMUSAN MASALAH .......................................................... 3
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................... 3
D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
A. TUBERKULOSIS.......................................................................... 5
B. OBAT ANTI TUBERKULOSIS ................................................ 13
C. KEPATUHAN.............................................................................. 16
D. KETIDAKPATUHAN ................................................................ 16
E. METODE MEDICATION POSSESION RATIO (MPR) ......... 18
F. KERANGKA/LANDASAN TEORI .......................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 20
A. METODE ..................................................................................... 20
B. KERANGKA KONSEP .............................................................. 20
C. DEFINISI OPERASIONAL ....................................................... 20
D. JENIS PENELITIAN .................................................................. 21
E. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ................................... 21
F. ALAT ............................................................................................ 21
G. LANGKAH KERJA .................................................................... 21
H. PROSEDUR PENELITIAN ....................................................... 22
I. POPULASI DAN SAMPEL........................................................ 22
J. INSTRUMEN PENELITIAN ..................................................... 23

xi
K. RANCANGAN ANALISA DATA.............................................. 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 24
A. DESKRIPSI PENELITIAN ........................................................ 24
B. PENILAIAN TERHADAP KEPATUHAN ............................... 25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 28
A. SIMPULAN .................................................................................. 28
B. SARAN ......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 29
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31

xii
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa .................... 13
Tabel II. 2 Kelompok obat Antituberkulosis .................................................... 14
Tabel II. 3 Ringkasan mekanisme aksi antituberkulosis lini pertama dan lini
kedua ............................................................................................................. 15
Tabel III.1 Kerangka konsep ............................................................................. 20
Tabel III.2 Definisi Operasional ........................................................................ 20
Tabel IV.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 24
Tabel IV.2 Distribusi Berdasarkan Umur Pasien ............................................ 25
Tabel IV.3 Jumlah Pasien yang patuh dan tidak patuh dalam melakukan
pengambilan ulang obat antituberkulosis ................................................. 25
Tabel IV.4 Jumlah pasien yang patuh dan tidak patuh dalam melakukan
pengambilan ulang obat Anti tuberkulosis berdasarkan jenis kelamin . 26
Tabel IV.5 Jumlah pasien yang patuh dan tidak patuh dalam melakukan
pengambilan ulang obat anti tuberkulosis ................................................ 26

xiii
DAFTAR SINGKATAN KATA

BTA Bakteri Tahan Asam

DNA Deoxyribonucleic Acid

EMB Ethambutol

HIV Human Immunodeficiency Virus

INH Isoniazid

MPR Medication Possession Ratio

NAD Nikotinamida Adenina Dinukleotida

OAT Obat Antituberkulosis

PZA Pirazinamid

PMO Pengawas Menelan Obat

RNA Ribonucleic Acid

RIF Rifampicin

STM Streptomisin

TB Tuberkulosis

TBC Tuberkulosis
TB RO Tuberkulosis Resistan Obat
WHO Word Health Organization

AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrome

DOTS Directly Observed Treatment Short


Course

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SURAT PENGAJUAN IJIN PENELITIAN.......................... 31


LAMPIRAN 2 SURAT KEABSAHAN PENGAMBILAN DATA ................. 32
LAMPIRAN 3 PERHITUNGAN METODE MPR (Medication Possesion
Ratio) ............................................................................................................. 33
LAMPIRAN 4 DATA PENGAMBILAN OBAT ANTITUBERKULOSIS ... 34
LAMPIRAN 5 KARTU KONSELING PASIEN TUBERKULOSIS ............. 35
LAMPIRAN 6 PERHITUNGAN DATA .......................................................... 36

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis, dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam
(BTA). (1) Berdasarkan data WHO tahun 2021, TB Paru merupakan salah satu
dari 10 penyakit penyebab kematian terbesar di dunia. Jumlah kasus TBC di
dunia 9,9 juta kasus. India menjadi Negara dengan kasus TBC tertinggi yaitu
2,59 juta kasus, Kemudian China 842 ribu kasus, dan Indonesia di peringkat
ketiga 824 ribu kasus. (2)
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan
menimbulkan masalah yang komplek baik dari segi medis maupun sosial,
ekonomi, dan budaya. Diestimasikan terdapat 824.000 kasus TBC baru setiap
tahunnya dengan angka kematian mencapai 93.000 kasus atau setara dengan 11
kematian/jam. Penularan dan perkembangan penyakit TBC semakin meluas
karena dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup
yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol(2)
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 di Indonesia sendiri tercatat
0,42% (1.017.290) penduduknya terdiagnosis Penyakit TBC. Angka kejadian
TBC tertinggi di Indonesia berada di Provinsi Papua dengan prevalensi 0,77%
(12.736), kemudian Provinsi Banten dengan prevalensi 0,76% (48.621),
kemudian Provinsi Jawa Barat dengan prevalensi 0,63% (186.809), Sumatera
Selatan dengan prevalensi 0,53% (32.126), sedangkan untuk DKI Jakarta
dengan prevalensi 0,51% (40.210)(3). Dari seluruh penduduk yang didiagnosis
TB Paru oleh dokter hanya 69,2% yang minum obat secara teratur tanpa
terlewat dalam 1 periode pengobatan. Lima provinsi terbanyak dalam 1 periode
minum obat secara teratur tanpa terlewat adalah Gorontalo (84%),Sulawesi
Tenggara (80%),Bengkulu (79,3%), Kalimantan Timur (78,8%), dan Papua
(78,3%).(3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 1


Pada tahun 2020 jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan sebanyak
351.936 kasus, menurun bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang
ditemukan pada tahun 2019 yaitu sebesar 568.987 kasus. Jumlah kasus tertinggi
dilaporkan dari provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut
hampir mencapai setengah dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia
(46%).(4) Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan dan
mempertahankan kualitas hidup pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT. (5)
Pengobatan TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
dapat dibunuh. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis,
dan jangka waktu pengobatan), kuman TB akan berkembang menjadi kuman
kebal obat. Walaupun telah ada cara pengobatan tuberkulosis dengan efektivitas
yang tinggi, angka kesembuhan masih lebih rendah dari yang diharapkan.(6)
Kepatuhan pasien dalam minum obat merupakan faktor penting dalam
keberhasilan suatu pengobatan. Ketidakpatuhan penderita TB paru merupakan
penyebab terpenting kegagalan pengobatan tuberkulosis yang menjadi
hambatan untuk mencapai kesembuhan. Pengobatan TB paru yang lama sering
membuat pasien bosan dan menimbulkan ketidakpatuhan pasien dalam minum
obat. (6). Beberapa penelitian terkait dengan kepatuhan minum obat pada pasien
TB Paru diantaranya yaitu, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun
2018 di Puskesmas Cikampek karawang kepatuhan berobat pasien TB Paru
didapatkan sebanyak 60% patuh dan 40% tidak patuh.(7) Sedangkan menurut
penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Mayjen H.A Thalib kabupaten
Kerinci,tingkat kepatuhan minum OAT pada pasien TB Paru didapatkan bahwa
sebanyak 55,56% pasien patuh dan sebanyak 44,44% tidak patuh dalam
pengobatan.(8)
Kepatuhan pengambilan obat ulang jarang diteliti di Indonesia.
Berdasarkan penelitian terkait pengambilan ulang resep dengan metode MPR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 2


yang dilakukan di Apotek Medika, diperoleh hasil tingkat kepatuhan
pengambilan resep ulang termasuk dalam kategori patuh untuk 3 bulan
(88,31%) dan tidak patuh untuk periode 6 bulan (65,63%).(9)
Pasien Tuberkulosis harus menebus ulang resep obat Antituberkulosis
tepat pada waktunya sebelum habis sehingga pasien tidak akan mengalami
putus obat. Rumah Sakit X Jakarta Utara termasuk salah satu Rumah Sakit yang
melayani pengobatan TB Paru, dengan rata-rata total pasien yang aktif
menjalani pengobatan pada bulan januari-mei 2022 sebanyak 52 pasien, namun
belum diketahui secara pasti pasien yang patuh menjalani pengobatan
Antituberkulosis di rumah sakit tersebut. Berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik mengetahui kepatuhan pengambilan resep ulang obat Antituberkulosis
oleh pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit X Jakarta Utara.

B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana kepatuhan pengambilan resep ulang obat antituberkulosis
oleh pasien tuberkulosis di Rumah Sakit X Jakarta Utara.

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan pasien
Tuberkulosis dalam melakukan pengambilan resep ulang obat antituberkulosis
di Rumah Sakit X Jakarta Utara.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat bagi Peneliti
Melalui Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi
peneliti selaku tenaga kesehatan yang ikut serta berperan dalam pelayanan
Tuberkulosis di Rumah Sakit X Jakarta Utara agar dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik dan memotivasi pasien untuk patuh dalam
pengobatan agar pengobatan berhasil dan sembuh.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 3


2. Manfaat bagi Instansi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan
evaluasi bagi Rumah Sakit X Jakarta Utara dalam rangka peningkatan
pelayanan Obat Anti Tuberkulosis.
3. Manfaat bagi akademi
Penelitian ini diharapkan menjadi landasan untuk melakukan
penelitian lainnya yang berkaitan tentang kepatuhan pengambilan Obat Anti
Tuberkulosis oleh pasien Tuberkulosis.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TUBERKULOSIS
1. Definisi
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan
Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB sering ditemukan menginfeksi
parenkim paru dan menyebabkan TB paru, namun bakteri ini juga memiliki
kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti
pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya.(10)
2. Etiologi dan transmisi TB
Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB:
Mycobacterium Tuberculosis, Mycobacterium Bovis, Mycobacterium
Africanum, Mycobacterium Microti and Mycobacterium Cannettii.
Mycobacterium tuberculosis, hingga saat ini merupakan bakteri yang paling
sering ditemukan, dan menular antar manusia melalui rute udara. Tidak
ditemukan hewan yang berperan sebagai agen penularan Mycobacterium
Tuberculosis.
Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia lain lewat
udara melalui percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang keluar
ketika seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau
bicara. Percik renik juga dapat dikeluarkan saat pasien TB paru melalui
prosedur pemeriksaan yang menghasilkan produk aerosol seperti saat
dilakukannya induksi sputum, bronkoskopi dan juga saat dilakukannya
manipulasi terhadap lesi atau pengolahan jaringan di laboratorium. Percik
renik, yang merupakan partikel kecil berdiameter 1 sampai 5 microns dapat
menampung 1-5 basilli, dan bersifat sangat infeksius, dan dapat bertahan di
dalam udara sampai 4 jam. Karena ukurannya yang sangat kecil, percik

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 5


renik ini memiliki kemampuan mencapai ruang alveolar dalam paru, dimana
bakteri kemudian melakukan replikasi.
Ada 3 faktor yang menentukan transmisi Mycobacterium Tuberculosis:
a. Jumlah organisme yang keluar ke udara.
b. Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang
dan ventilasi.
c. Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi.
Satu batuk dapat memproduksi hingga 3.000 percik renik dan satu
kali bersin dapat memproduksi hingga 1 juta percik renik. Sedangkan, dosis
yang diperlukan terjadinya suatu infeksi TB adalah 1 sampai 10 basil. Kasus
yang paling infeksius adalah penularan dari pasien dengan hasil
pemeriksaan sputum positif, dengan hasil 3+ merupakan kasus paling
infeksius. Pasien dengan hasil pemeriksaan sputum negatif bersifat tidak
terlalu infeksius. Kasus TB ekstra paru hampir selalu tidak infeksius,
kecuali bila penderita juga memiliki TB paru. Individu dengan TB laten
tidak bersifat infeksius, karena bakteri yang menginfeksi mereka tidak
bereplikasi dan tidak dapat melalukan transmisi ke organisme lain.
Penularan TB biasanya terjadi di dalam ruangan yang gelap, dengan minim
ventilasi di mana percik renik dapat bertahan di udara dalam waktu yang
lebih lama. Cahaya matahari langsung dapat membunuh tuberkel basili
dengan cepat, namun bakteri ini akan bertahan lebih lama di dalam keadaan
yang gelap. Kontak dekat dalam waktu yang lama dengan orang terinfeksi
meningkatkan risiko penularan.
Apabila terinfeksi, proses sehingga paparan tersebut berkembang
menjadi penyakit TB aktif bergantung pada kondisi imun individu. Pada
individu dengan sistem imun yang normal, 90% tidak akan berkembang
menjadi penyakit TB dan hanya 10% dari kasus akan menjadi penyakit TB
aktif (setengah kasus terjadi segera setelah terinfeksi dan setengahnya
terjadi di kemudian hari). Risiko paling tinggi terdapat pada dua tahun
pertama pasca-terinfeksi, dimana setengah dari kasus terjadi. (10)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 6


3. Faktor Resiko Tuberkulosis
Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami penyakit TB, kelompok tersebut adalah:(10)
a. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
b. Orang yang mengkonsumsi obat imunosupresan dalam jangka
waktu panjang.
c. Perokok.
d. Konsumsi alkohol tinggi.
e. Anak usia <5 tahun dan lansia.
f. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang
infeksius.
g. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis
(contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka
panjang).
h. Petugas Kesehatan.
4. Gejala klinis TB paru
Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi, sehingga dapat
menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut:(10)
a. Batuk lebih dari 2 minggu
b. Batuk berdahak.
c. Batuk berdahak dapat bercampur darah.
d. Dapat disertai nyeri dada
e. Sesak napas
Dengan gejala lain meliputi:
a. Malaise
b. Penurunan berat badan
c. Menurunnya nafsu makan
d. Menggigil
e. Demam
f. Berkeringat di malam hari.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 7


5. Penularan TB
a. Sumber Penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang
mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang
menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius.
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang
mengandung kuman sebanyak 0-3500 Mycobacterium Tuberculosis.
Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000
Mycobacterium tuberculosis.(11)
b. Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia.
Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit. Tahapan tersebut
meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia,
sebagai berikut:(11)
1) Paparan
Peluang peningkatan paparan terkait dengan:
a) Jumlah kasus menular di masyarakat.
b) Peluang kontak dengan kasus menular.
c) Tingkat daya tular dahak sumber penularan.
d) Intensitas batuk sumber penularan.
e) Kedekatan kontak dengan sumber penularan.
f) Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan.
2) Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah
infeksi. Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap
hidup dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif
kembali tergantung dari daya tahun tubuh manusia Penyebaran
melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi.(11)
3) Faktor Risiko

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 8


Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari:(11)
a) Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup.
b) Lamanya waktu sejak terinfeksi.
c) Usia seseorang yang terinfeksi.
d) Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah diantaranya
infeksi HIV AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan
memudahkan berkembangnya TB Aktif (sakit TB).
e) Infeksi HIV.
Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya akan
menjadi sakit TB. Namun pada seorang dengan HIV positif
akan meningkatkan kejadian TB. Orang dengan HIV
berisiko 20-37 kali untuk sakit TB dibandingkan dengan
orang yang tidak terinfeksi HIV, dengan demikian penularan
TB di masyarakat akan meningkat pula.
4) Meninggal dunia Faktor risiko kematian karena TB:(11)
a) Akibat dari keterlambatan diagnosis.
b) Pengobatan tidak adekuat.
c) Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit
penyerta.
d) Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% diantaranya akan
meninggal dan risiko ini meningkat pada pasien dengan
HIV positif. Begitu pula pada ODHA, 25% kematian
disebabkan oleh TB.
6. Kasus tuberculosis Ditemukan
Pada tahun 2020 jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan
sebanyak 351.936 kasus, menurun bila dibandingkan semua kasus
tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2019 yaitu sebesar 568.987 kasus.
Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan jumlah penduduk
yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus
tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut hampir mencapai setengah dari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 9


jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (46%). Jika dibandingkan
dari jenis kelamin, jumlah kasus laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan secara nasional maupun pada setiap provinsi. Bahkan di Aceh,
Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara kasus pada laki-laki hampir dua kali
lipat dibandingkan perempuan. (12)

7. Klasifikasi Tuberkulosis
Diagnosis TB adalah upaya untuk menegakkan atau menetapkan
seseorang sebagai pasien TB sesuai dengan keluhan dan gejala penyakit
yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Selanjutnya untuk
kepentingan pengobatan dan survailan penyakit, pasien harus dibedakan
berdasarkan klasifikasi penyakitnya. Ada beberapa klasifikasi tuberkulosis
paru:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selian paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 10


kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain – lain.

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu:


1) Tuberkulosis paru BTA positif
Tuberkulosis dengan kriteria sekurang – kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, 1 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis, 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman tuberkulosis positif, dan 1 atau lebih spesimen dahak
hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negative
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi paling
tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif, foto toraks
abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis, tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotik non obat anti tuberkulosis (OAT), dan
ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1) Kasus baru
Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus kambuh (relaps)
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi
kambuh lagi.
3) Kasus setelah putus berobat (default)
Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 11


4) Kasus setelah gagal (failure)
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5) Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan.(13)
8. Pengawasan dan ketaatan pasien dalam pengobatan OAT
Ketaatan pasien pada pengobatan TB sangat penting untuk mencapai
kesembuhan, mencegah penularan dan menghindari kasus resistan obat.
Pada “Stop TB Strategy” mengawasi dan mendukung pasien untuk minum
OAT merupakan landasan DOTS dan membantu pencapaian target
keberhasilan pengobatan 85%. Kesembuhan pasien dapat dicapai hanya bila
pasien dan petugas pelayanan kesehatan bekerjasama dengan baik dan
didukung oleh penyedia jasa kesehatan dan masyarakat. Pengobatan dengan
pengawasan membantu pasien untuk minum OAT secara teratur dan
lengkap. Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) merupakan
metode pengawasan yang direkomendasikan oleh WHO dan merupakan
paket pendukung yang dapat menjawab kebutuhan pasien. Pengawas
menelan obat (PMO) harus mengamati setiap asupan obat bahwa OAT yang
ditelan oleh pasien adalah tepat obat, tepat dosis dan tepat interval,
disamping itu PMO sebaiknya adalah orang yang telah dilatih, dapat
diterima baik dan dipilih bersama dengan pasien.(14)
9. Pencatatan dan pelaporan program penanggulangan TB
Pencatatan dan pelaporan adalah komponen penting dalam program
nasional Tuberkulosis, hal ini dilakukan agar bisa di dapatkan data yang
kemudian dapat diolah, di analisa, di interpretasi, disajikan serta kemudian
disebarluaskan. Data yang dikumpulkan harus merupakan data yang akurat,
lengkap dan tepat waktu sehingga memudahkan proses pengolahan dan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 12


analisis data. Data program TB diperoleh dari pencatatan yang dilakukan di
semua sarana pelayanan kesehatan dengan satu sistem baku yang sesuai
dengan program TB, yang mencakup TB sensitif dan TB RO.(14).

B. OBAT ANTI TUBERKULOSIS


Terapi Tuberkulosis Saat ini, penyakit TB aktif diobati dengan terapi
kombinasi yang terdiri atas 3 atau lebih obat (biasanya 4). Selama terapi, pasien
dengan TB aktif umumnya diberikan isoniazid (INH), rifampisin (RIF),
pirazinamid (PZA) dan etambutol (EMB) selama 2 bulan yang merupakan fase
intensif. Kemudian terapi dilanjutkan dengan pemberian isoniazid dan
rifampisin selama 4 bulan lagi (fase lanjutan) untuk memusnahkan sisa bakteri
yang telah masuk kedalam kondisi dormant. Tujuan awal dari terapi kombinasi
tersebut adalah untuk meminimalkan perkembangan resistensi terhadap
streptomisin setelah obat tersebut diperkenalkan pertama kali. Saat ini, standar
terapi untuk infeksi TB sensitif obat sangat efektif dalam pembersihan
bakteri.(15)
Tabel II.1 Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa (12)
Nama Obat Dosis rekomendasi Harian 3 kali per minggu
Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampicin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol 15 (15-30) - 30 (25-35) -
Streptomisin 15 (12-18) - 15 (12-18) -

Terapi efektif membutuhkan pemberian obat dalam jangka waktu


panjang karena berbagai karakteristik Mycobacterium tuberculosis
menyebabkan sifat kronis penyakit ini. Karakteristik tersebut adalah waktu
tumbuh bakteri (waktu penggandaan kurang lebih 24 jam), kondisi bakteri
dormant di dalam makrofag dan complex, permeabilitas dan kekerasan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 13


permukaan sel bakteri. Monoterapi mengarahkan pada perkembangan strain
resistensi obat. Sehingga, terapi kombinasi seharusnya menjadi satu-satunya
terapi yang digunakan kecuali untuk pencegahan TB pada pasien HIV, terapi
dengan obat tunggal berupa isoniazid dapat diberikan(15).
Berbagai obat dalam terapi standar memiliki target populasi
Mycobacterium tuberculosis yang berbeda-beda. Isoniazid, suatu inhibitor
sintesa dinding sel, membunuh secara aktif bakteri yang sedang tumbuh dan
memerankan peran kunci dalam pembasmian populasi yang sedang
memperbanyak diri (replicating bacteria). Rifampisin, suatu inhibitor sintesis
RNA, aktif melawan bakteri baik yang sedang memperbanyak diri maupun
tidak (replicating dan non replicating bacteria). Pirazinamid, diperkirakan
sebagai suatu inhibitor proton motive force, hanya muncul dalam bentuk aktif
di bawah kondisi asam selama 2 bulan pertama terapi. Rifampisin dan
pirazinamid memerankan fungsi utama dalam perpendekan durasi terapi dari
lebih dari 24 bulan menjadi hanya 6 bulan. Mekanisme aksi tiap agen
menentukan peran obat dalam terapi Mycobacterium Tuberculosis.
Obat anti tuberkulosis (TB) digolongkan menjadi 5 kelompok
berdasarkan bukti efikasi, potensi, kelas obat dan pengalaman penggunaanya.
Semua obat lini pertama memiliki standar singkatan dengan 3 huruf atau 1
huruf. Daftar kelompok obat tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel II. 2 Kelompok obat Antituberkulosis (14)
Obat Anti tuberkulosis Kelompok 1
Lini Pertama Oral: isoniazid (INH/H), rifampisin/rifampin
(RIF/R), pirazinamid (PZA/Z), etambutol
(EMB/E), rifapentin (RPT/P) atau rifabutin
(RFB)

Obat Antituberkulosis Kelompok 2


Lini Kedua Aminoglikosida injeksi: streptomisin (STM/S),
kanamisin (Km), amikasin (Amk). Polipeptida
injeksi: kapreomisin (Cm), viomisin (Vim)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 14


Kelompok 3
Fluoroquinolon oral dan injeksi: ciprofloksasin
(Cfx), levofloksasin (Lfx), moxifloksasin
(Mfx), ofloksasin (Ofx), gatifloksasin (Gfx)
Kelompok 4
Oral: asam para-aminosaslisilat (Pas), sikloserin
(Dcs), terizidon (Trd), etionamid (Eto),
protionamid (Pto),
Obat Antituberkulosis Kelompok 5
lini ketiga Clofazimin (Cfz), linezolid (Lzd), amoksisilin
plus klavulanat (Amx/Clv), imipenem plus
cilastatin (Ipm/Cln), klaritomisin (Clr)

Mekanisme aksi berbagai obat di atas begitu beraneka ragam. Untuk


mempermudah pemahaman, mekanisme aksi obat lini pertama dan kedua
dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel II. 3 Ringkasan mekanisme aksi antituberkulosis lini pertama dan
lini kedua (14)
Obat Mekanisme Aksi
Isoniazid (INH) Penghambatan biosintesis asam mikolat dan
beberapa efek lain (efek pada metabolisme
DNA, lipid, karbohidrat dan NAD)
Rifampicin Penghambatan sintesis RNA
Pyrazinamid Belum terpecahkan sepenuhnya, kemungkinan
melibatkan gangguan potensial membran
Streptomisin Penghambatan sintesis protein
Amikasin/kanamisin Penghambatan sintesis protein
Kapreomisin Penghambatan sintesis protein
Quinolon Penghambatan DNA gyrase dan topoimerase
IV
Etionamid Penghambatan sintesis asam mikolat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 15


PAS Penghambatan asam folat dan metabolisme besi
Sikloserin Penghambatan sintesis dinding sel
Tioasetazon Penghambatan sintesis asam mikolat

C. KEPATUHAN
Kepatuhan (adherence) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sejauh mana perilaku pasien dalam menjalani pengobatan,
menjaga pola makan, dan atau melakukan perubahan gaya hidup sesuai dengan
yang dilakukan dengan memberikan persetujuan terhadap rekomendasi yang
diberikan oleh penyedia layanan kesehatan. Peran serta aktif pasien menjadi
faktor penting yang membedakan antara 2 istilah yang dalam bahasa Indonesia
seringkali diterjemahkan menjadi “kepatuhan”, yaitu adherence dan
compliance.(16)
Medication adherence adalah sebuah aksi yang dilakukan oleh pasien
untuk mengambil obat ataupun pengulangan resep obat tepat waktu. Medication
adherence akan melibatkan komunikasi dua arah antara pasien dan tenaga
Kesehatan, sedangkan Medication compliance adalah aksi yang dilakukan
pasien untuk mengkonsumsi obat sesuai jadwal minumnya ataupun sesuai yang
diresepkan oleh dokter.(17)
Kepatuhan minum obat mempengaruhi keberhasilan pengobatan.
Pengobatan Tuberkulosis dilakukan selama 6 bulan. Pada fase ini,terdapat 2
indikator utama untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan,yaitu angka
angka kesembuhan dan angka keberhasilan. (18)

D. KETIDAKPATUHAN
Ketidakpatuhan terhadap obat yang diresepkan dengan tepat adalah
masalah Kesehatan global yang memiliki relevansi utama dengan Dinas
Kesehatan Nasional. Ketidakpatuhan membuat pasien tidak mendapatkan
pengobatan yang terbaik, dan mungkin bermasalah dalam kondisi Kesehatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 16


kronis seperti Kesehatan mental, kanker, diabetes, peryakit pernapasan,
tuberkulosis.
Jenis ketidakpatuhan terhadap pengobatan.
Tiga kategori besar ketidakpatuhan obat telah dijelaskan di dalam literatur:
1. Original prescription not filled (Tidak menebus resep pertama kali)
Penelitian telah menunjukkan bahwa antara lima dan dua puluh persen
pasien perawatan primer gagal menunjukkan resepnya untuk pengeluaran
di tempat pertama, ini disebut ketidakpatuhan primer.
2. Refills not obtained (Tidak menebus resep ulang) yaitu pasien tidak
menebus ulang resep ulangan tepat pada waktunya untuk menjamin suplai
obat setiap hari.
3. Suboptimal dosing (Dosis obat tidak optimal) yaitu pasien tidak minum obat
sesuai yang dianjurkan pada resep seperti dosis dan frekuensi minum obat
yang tidak tepat, interval waktunya minum obat, waktu menelan obat, dan
lama penggunaan obat. Sebagian besar penelitian yang dipublikasikan di
bidang kepatuhan telah berfokus pada apa yang pasien lakukan dengan obat
setelah dibagikan. Dalam konteks ini, kepatuhan mungkin kategoris atau
tambahan. Dalam definisi kategoris pasien dinilai patuh atau tidak patuh
berdasarkan jumlah obat yang diminum sehubungan dengan titik 'cut-off'
yang ditentukan.
Ketidakpatuhan seringkali merupakan masalah tersembunyi, tidak
diungkapkan oleh pasien dan tidak diketahui oleh pemberi resep. Pasien jarang
melaporkan dengan sukarela tentang ketidakpatuhan dan tenaga kesehatan
jarang bertanya. Banyak pasien enggan untuk memberikan laporan yang jujur
tentang ketidakpatuhan karena mereka takut bahwa ini akan menyinggung
pemberi resep. Satu kebutuhan yang penting untuk mengembangkan metode
dan teknik untuk memfasilitasi pengungkapan yang jujur tentang penggunaan
obat, perilaku, dan diskusi terbuka dan tidak menghakimi tentang kepatuhan
dalam konsultasi terkait pengobatan. (19)
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan, maka pasien akan mendapatkan
dampak berikut ini:(17)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 17


1. Perburukan penyakit dan komplikasi yang tidak perlu.
2. Menurunkan kemampuan fisik dan kualitas hidup.
3. Menambah biaya pengeluaran untuk pengobatan.
4. Meningkatkan penggunaan alat kesehatan yang mahal.
5. Perubahan pengobatan yang tidak dibutuhkan.
6. Memperlama waktu rawat.

E. METODE MEDICATION POSSESION RATIO (MPR)


Medication Possesion Ratio adalah nilai rasio kepemilikan obat, dihitung
sebagai total jumlah hari suplai obat (obat yang tersedia) selama periode waktu
pengobatan yang ditentukan (pengambilan obat dari resep pertama sampai
dengan resep akhir) dibagi dengandengan jumlah hari seharusnya pasien
mendapatkan obat selama periode waktu pengobatan yang ditentukan.
MPR pebandingan jumlah resep yang diambil dengan jumlah obat yang
dipakai dalam pengobatan.
Dengan Rumus Perhitungan:
𝐵−𝐴
MPR = 𝑥 100%
𝐵
Keterangan:
A = Jumlah Hari Pasien tidak mendapatkan Obat
B = Jumlah Hari seharusnya Pasien Mendapatkan Obat
Pasien akan dianggap patuh apabila nilai MPR ≥ 80% dan tidak patuh
apabila nilai MPR ≤ 80%. Nilai MPR ≥ 80% menjelaskan bahwa pasien telah
tersuplai obat (obat yang tersedia) minimal 80% dari hari terapinya. (20)

F. KERANGKA/LANDASAN TEORI
Kepatuhan minum obat merupakan faktor kunci keberhasilan
pengobatan. Besarnya angka ketidakpatuhan pengobatan sulit dinilai, namun
diperkirakan lebih dari seperempat pasien TB gagal dalam menyelesaikan
pengobatan 6 bulan. Ketidakpatuhan pengobatan meningkatkan risiko

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 18


kegagalan pengobatan dan relaps, serta dianggap sebagai salah satu penyebab
paling penting munculnya drug-resistant TB.(21)
Kepatuhan pengambilan obat ulang jarang diteliti di Indonesia.
Berdasarkan penelitian terkait pengambilan ulang resep dengan metode MPR
yang dilakukan di Apotek Medika, diperoleh hasil tingkat kepatuhan
pengambilan resep ulang termasuk dalam kategori patuh untuk 3 bulan
(88,31%) dan tidak patuh untuk periode 6 bulan (65,63%).(9)
Penelitian terkait dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru
diantaranya yaitu, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 di
Puskesmas Cikampek karawang kepatuhan berobat pasien TB Paru didapatkan
sebanyak 60% patuh dan 40% tidak patuh.(7)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 19


BAB III
METODE PENELITIAN

A. METODE
Penelitian dilakukan menggunakan studi desain deskriptif kuantitatif.
Objek penelitian merupakan data sekunder yang diambil secara prospektif dari
seluruh (total sampling) pasien yang menjalani terapi Obat Antituberkulosis
bulan Maret-Mei tahun 2022. Untuk mengukur tingkat kepatuhan, dilakukan
pengambilan data secara tidak langsung yaitu dengan melihat kedatangan
pasien setiap bulan untuk menebus ulang resep obat pada kartu konseling yang
diisi oleh petugas Kesehatan. Kemudian dihitung jumlah Rasio kepemilikan
obat. dengan metode Medication Possesion Ratio (MPR) Metode ini dianggap
cukup Objektif dan mudah digunakan untuk mengetahui kepatuhan Pasien
Tuberkulosis dalam melakukan pengambilan ulang obat anti tuberkulosis di
Rumah Sakit X Jakarta Utara periode Maret-Mei tahun 2022.

B. KERANGKA KONSEP
Tabel4III.1 Kerangka konsep
Variabel penelitian
Kepatuhan Pengambilan ulang Obat Anti tuberkulosis di Rumah Sakit X
Jakarta Utara periode Maret-Mei tahun 2022

C. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel5III.2 Definisi Operasional
Cara
Variabel Definisi Hasil Skala
pengukuran
Kepatuhan Keadaan Rasio Terkait Nominal
pengambilan dimana kepemilikan Terapi :
ulang obat pasien obat, dihitung (20)
Antituberkulosi menjalani sebagai total 1. Patuh
s di Rumah pengobatan, jumlah hari (nilai
Sakit X Jakarta sesuai suplai obat MPR
Utara dengan yang selama periode ≥80%)
dianjurkan pengobatan 2. Tidak
oleh petugas dibagi dengan Patuh
Kesehatan jumlah hari (nilai
minimal 3-6 seharusnya

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 20


bulan tanpa pasien MPR ≤
putus. mendapatkan 80%)
obat selama
periode
pengobatan
di lihat dari
lembar kartu
Konseling
pasien terapi
Antituberkulosis

D. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Untuk mengetahui
kepatuhan pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit X Jakarta Utara dalam
melakukan pengambilan ulang obat Antituberkulosis.

E. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit
X Jakarta Utara pada bulan Januari-Juni 2022.

F. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas, bolpoin,
Lembar kartu Konseling pasien Tuberkulosis, dan komputer.

G. LANGKAH KERJA
1. Pengajuan surat ijin penelitian
2. Pengumpulan sampel
3. Analisa Kepatuhan
4. Pembahasan dan Kesimpulan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 21


H. PROSEDUR PENELITIAN
1. Pengajuan Surat Ijin Penelitian
Peneliti mengajukan surat ijin penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan IKIFA untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit X Jakarta
Utara yang merupakan tempat peneliti bekerja.
2. Pengumpulan Sampel
Peneliti menghitung total pasien Tuberkulosis Paru yang aktif
melakukan pengambilan obat Antituberkulosis di Rumah Sakit X Jakarta
Utara.
3. Analisa Kepatuhan
Sampel-sampel yang telah memenuhi syarat kepatuhan berupa
melakukan pengambilan obat Antituberkulosis tanpa putus, kemudian
dianalisa dan dihitung kepatuhannya menggunakan metode Medication
Possession Ratio (MPR). Dengan Rumus perhitungan:

𝐵−𝐴
MPR = 𝑥 100%
𝐵
Keterangan:

A = Jumlah Hari Pasien tidak mendapatkan Obat

B = Jumlah Hari seharusnya Pasien Mendapatkan Obat

4. Pembahasan dan Kesimpulan


Peneliti menyusun pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian.

I. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang masih aktif
melakukan pengambilan Obat Antituberkulosis di Rumah Sakit X Jakarta
Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi tersebut. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probability sampling secara
keseluruhan (total sampling) dengan jumlah populasi dalam penelitian
dibawah 100 pasien. (22) Dengan kriteria inklusi adalah pasien yang masih
aktif melakukan pengambilan obat Antituberkulosis.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 22


J. INSTRUMEN PENELITIAN
Data dikumpulkan dengan pengamatan dan pemeriksaan pada kartu
konseling kunjungan pasien Tuberkulosis Paru.

K. RANCANGAN ANALISA DATA


Data yang diperoleh diuji dengan menghitung rasio kepemilikan obat,
dihitung sebagai perbandingan jumlah resep yang diambil dengan jumlah obat
yang dipakai dalam pengobatan. Pasien akan dianggap patuh apabila nilai MPR
≥ 80% dan tidak patuh apabila nilai MPR ≤80%. Nilai MPR ≥80% Menjelaskan
bahwa pasien telah tersuplai obat (obat yang tersedia) minimal 80% dari hari
terapinya.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 23


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepatuhan pengambilan
resep ulang pasien Tuberkulosis Paru. Data diperoleh dari hasil penelitian
berdasarkan kedatangan pasien pada kartu konseling pasien terapi
Antituberkulosis dalam melakukan pengambilan obat Antituberkulosis di
Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Jakarta Utara selama periode Maret-Mei
2022.
Penelitian kepatuhan pengambilan resep ulang dilakukan dengan
menggunakan data yang dikumpulkan secara prospektif. Penelitian dilakukan
terhadap 52 pasien yang masih aktif melakukan pengambilan obat
Antituberkulosis (total sampel) di Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Jakarta
Utara. Hasil penelitian kepatuhan dihitung menggunakan metode MPR
(Medication Possession Ratio).
Data Demografi Pasien yang melakukan Pengambilan obat Antituberkulosis di
Rumah Sakit X Jakarta Utara yang diteliti yaitu jenis kelamin dan usia pasien.

Tabel6IV.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Presentase
Laki-laki 31 59,6 %
Perempuan 21 40,4%
Total 52 100 %

Berdasarkan data tabel IV.1 Jumlah pasien yang mengambil obat


antituberkulosis berdasarkan jenis kelamin terdapat Laki-laki 31 orang (59,6%),
sedangkan untuk Perempuan 21 orang (40,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
laki-laki lebih banyak yang terkena tuberkulosis.
Bahkan survei prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan
pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi
kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat.(1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 24


Tabel7IV.2 Distribusi Berdasarkan Umur Pasien
Umur Jumlah Presentase
0 – 14 tahun 0 0%
15-24 tahun 7 13,5 %
25-34 tahun 13 25 %
35-44 tahun 11 21,1 %
45-54 tahun 7 13,5 %
55-64 tahun 8 15,4 %
>65 tahun 6 11,5 %
Total 52 100 %

Berdasarkan data pada tabel IV.2 jumlah pasien yang mengambil obat
antituberkulosis berdasarkan usia 15-24 tahun 7 orang (13,5%), usia 25-34
tahun 13 orang (25%), usia 34-44 tahun 11 orang (21,1%), usia 45-54 tahun 7
orang (13,5%), usia 55-64 tahun 8 orang (15,4%) dan usia lebih dari 65 tahun 6
orang (11,5%).

B. PENILAIAN TERHADAP KEPATUHAN


Penilaian kepatuhan minum obat pasien Tuberkulosis Paru dilakukan
dengan cara menghitung jumlah obat yang didapatkan pasien. Pasien dikatakan
patuh apabila obat yang didapat digunakan sesuai dengan jumlah hari yang
diresepkan, sedangkan tidak patuh apabila obat yang didapatkan diminum tidak
sesuai dengan jumlah dan hari yang diresepkan.
Tabel8IV.3 Jumlah Pasien yang patuh dan tidak patuh dalam melakukan
pengambilan ulang obat antituberkulosis
Kepatuhan Pasien Jumlah Pasien %
PATUH 45 86,54%
TIDAK PATUH 7 13,46%
Total 52 100%

Hasil penelitian kepatuhan berdasarkan data tabel IV.3 menunjukan


sebanyak 45 pasien (86,54%) dari total sampel patuh dalam melakukan
pengambilan resep ulang obat Antituberkulosis dan sebanyak 7 pasien (13,46%)
lainnya tidak patuh dalam melakukan pengambilan ulang obat anti tuberkulosis.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 25


Kepatuhan pasien kemudian dikelompokkan ke beberapa karakteristik
antara lain jenis kelamin dan usia.
1. Berdasarkan jenis kelamin
Tabel9IV.4 Jumlah pasien yang patuh dan tidak patuh dalam
melakukan pengambilan ulang obat Anti tuberkulosis berdasarkan
jenis kelamin
Kepatuhan Pasien
PATUH TIDAK PATUH
Jenis Kelamin
Jumlah Jumlah
% %
Pasien Pasien
Laki- Laki 28 62,22% 4 57,14%
Perempuan 17 37,78% 3 42,86%

Berdasarkan tabel IV.4 Diperoleh hasil analisa kepatuhan berdasarkan


jenis kelamin menunjukkan sebanyak 28 pasien laki-laki (62,22%) patuh dalam
melakukan pengambilan ulang obat anti tuberkulosis, dan pada pasien
perempuan sebanyak 17 pasien (37,78%).
Sedangkan hasil yang tidak patuh melakukan pengambilan ulang obat
anti tuberkulosis berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 4 pasien laki-laki
(57,14%) tidak patuh, dan pasien perempuan sebanyak 3 pasien (42,86%) yang
tidak patuh.

2. Berdasarkan usia
Tabel10IV.5 Jumlah pasien yang patuh dan tidak patuh dalam
melakukan pengambilan ulang obat anti tuberkulosis
Kepatuhan Pasien
PATUH TIDAK PATUH
Usia
Jumlah Jumlah
% %
Pasien Pasien
15-24 tahun 6 13,33 % 1 14,28 %
25-34 tahun 13 28,9 % 0 0
35-44 tahun 10 22,22 % 1 14,28 %
45-54 tahun 6 13,33 % 1 14,28 %
55-64 tahun 5 11,11 % 3 42,86 %
> 65 tahun 5 11,11 % 1 14,28 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 26


Berdasarkan Tabel IV.5 Hasil kepatuhan berdasarkan usia diperoleh
kepatuhan tertinggi yaitu usia 25-34 tahun 13 pasien (28,9%), usia 35-44 tahun
1o pasien (22,22%), usia 15-24 tahun 6 pasien (13,33%), usia 45-54 tahun 6
pasien (13,33%), usia 55-64 tahun 5 pasien (13,33%), dan usia lebih dari 65
tahun 5 pasien (11,11%).
Sedangkan untuk hasil tidak patuh tertinggi yaitu usia 55-64 tahun 3
pasien (42,86%), 15-24 tahun 1 pasien (14,28%), 35-44 tahun 1 pasien
(14,28%), 45-54 tahun 1 pasien (14,28%), lebih dari 65 tahun 1 pasien
(14,28%), dan untuk usia 25-34 tahun tidak ada yang tidak patuh dalam
pengambilan ulang obat anti tuberkulosis.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 27


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 52 data pasien dari kartu konseling
pengambilan obat Antituberkulosis diperoleh kesimpulan bahwa tingkat
kepatuhan pengambilan obat ulang pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit X
Jakarta Utara periode Maret-Mei termasuk dalam kategori patuh dengan jumlah
45 pasien (86,54%).

B. SARAN
1. Bagi penderita TBC Paru yang melakukan pengobatan Antituberkulosis
Disarankan untuk selalu melakukan pengambilan obat tepat waktu dan
minum obat secara rutin tanpa putus untuk pengobatan yang optimal
sehingga cepat sembuh, menjaga pola makan dan rajin olahraga.
2. Bagi Instansi
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien yang
menjalani pengobatan TBC dan melakukan pengawasan yang lebih terkait
konseling untuk memotivasi pasien dalam menjalankan pengobatan,
meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan pengambilan resep ulang
sehingga dapat meningkatkan kesembuhan.
3. Bagi Peneliti lain
Bila ada penelitian lanjutan yang sejenis diharapkan bisa mencari faktor-
faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pengambilan resep ulang pasien
tuberkulosis lebih dalam agar penelitian dapat berkembang dan dapat
digunakan sebagain sarana ilmu yang baik.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 28


DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Tuberkulosis ( TB ). Tuberkulosis. 2018;1(april):2018.


2. Word Health Organization. Global Tuberculosis Report 2021. 2021.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional
RISKESDAS 2018. Kementrian Kesehat RI. 2018;1–582.
4. RI K. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2020.
2020. 12–26 p.
5. Kemenkes RI. pedoman Nasional pelayanan kedokteran Tata Laksana
tuberkulosis. Pedoman Nas Pelayanan Kedokt Tata Laksana
Tuberkulosis. 2013;i–100.
6. Ulfah U, Windiyaningsih C, Abidin Z, Murtiani F. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis
Paru. Indones J Infect Dis. 2018;4(1).
7. Nurhasanah. Evaluasi Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru
Dewasa di Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang. 2018;
8. Pameswari P, Halim A, Yustika L. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat
pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Mayjen H. A Thalib Kabupaten
Kerinci. J Sains Farm Klin. 2016;2(2).
9. Samantha R, Almalik D. Gambaran kepatuhan pengambilan resep ulang
pasien diabetes m. TjyybjbAcCn. 2019;3(2):58–66.
10. Indonesia KKR. PNPK Tata Laksana Tb 2020. Tata Laksana Tb,PNPK.
2020;148:148–62.
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Indonesia R. Penanggulangan
Tuberkulosis. Peratur Menteri Kesehat 67. 2016;244(26):993–4.
12. Indonesia KKR. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta; 2021. 149 p.
13. Rahmania. Psikoedukasi untuk Mengatasi Psikososial Pasien
Tuberkulosis. Nur Qalby, editor. Pustaka Taman Ilmu; 2020.
14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.01/MENKES/755/2019.
Kementrian Kesehat Republik Indones. 2019;(April):33–5.
15. Irianti Tatang, Kuswandi, Nanang Munif yasin RA. Anti-Tuberculosis.
grafika indah. Yogyakarta; 2017.
16. Setiawan E. Artikel Medication Adherence : Sebuah Konsep , Fakta , dan

29
Realita Artikel. Bul Rasional. 2014;11(4):29–32.
17. Romdlon Fauzi KN. Apoteker Hebat,Terapi Taat,Pasien Sehat. Panduan
Simpel Mengelola Kepatuhan Terapi. 1st ed. Yogyakarta: Stiletto Book;
2021. 5–6 p.
18. Kemenkes RI. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI Tuberkulosis (Temukan Obat Sampai Sembuh). Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. p. 2–10.
19. Horne R, Weinman J, Barber N, Elliott R. Concordance, adherence and
compliance in medicine taking Report for the National Co-ordinating
Centre for NHS Service Delivery and Organisation R & D (NCCSDO).
Natl Co-ord Cent NHS Serv Deliv Organ R D. 2005;1–331.
20. Sperber CM, Samarasinghe SR, Lomax GP. An upper and lower bound of
the Medication Possession Ratio. Patient Prefer Adherence.
2017;11:1469–78.
21. Putu N, Reza A, Trasia RF, Indriyani KD, Aryani P, Studi P, et al.
Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di
Wilayah kerja puskesnas Bebandem,Karangasem. 2013;
22. H.Syamsunie Carsel HR. Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Pendidikan. 1st ed. Andriani A, editor. Yogyakarta: Penebar Media
Pustaka; 2018. 93 p.
23. Notoadmodjo Soekidjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
24. Efayanti D. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Pengambilan Obat Peserta Program Rujuk Balik Di Bandar Lampung.
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X. 2019;9(1):19–25.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 30


LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SURAT PENGAJUAN IJIN PENELITIAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 31


LAMPIRAN 2 SURAT KEABSAHAN PENGAMBILAN DATA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 32


LAMPIRAN 3 PERHITUNGAN METODE MPR (Medication Possesion
Ratio)
Nama Pasien Ny. X
Nama Obat Rifampicin 450 mg
Periode pengambilan obat Ambil I Ambil II Ambil III Ambil IV
jumlah obat (tablet) 30 30 30 30
Tanggal Pengambilan 25-Sep-21 29-Okt-21 25/11/2021 25-Des-21
34 28 30 92
4 -2 0 2
92-2 = 90/92 x 100% = 97,82%

Nama pasien Tn. X


Nama obat Rifampicin 450 mg
Periode pengambilan ambil I ambil II ambil III ambil IV
Jumlah obat (tablet) 30 30 30 30
Tanggal pembelian 05-Sep-21 30-Okt-21 29/11/2021 29-Des-21
55 30 30 115
25 0 0 25
115-25=90/115 x100%= 78,26%

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 33


LAMPIRAN 4 DATA PENGAMBILAN OBAT ANTITUBERKULOSIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 34


LAMPIRAN 5 KARTU KONSELING PASIEN TUBERKULOSIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 35


LAMPIRAN 6 PERHITUNGAN DATA
Nama Pasien P1
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 13 Mar 15 Apr 14 Mei
Perhitungan MPR:
34 29
B= 34 + 29 = 63
A= 4 + (-1) = 3 +4 -1
𝐵−𝐴 63−3
𝐵
x 100%= 63 x 100%
= 95,23 %

Nama Pasien P2
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 28 Mar 29 Apr 28 Mei
Perhitungan MPR:
32 29
B= 32 + 29 = 61
A= 2 + (-1) = 1 +2 -1
𝐵−𝐴 61−1
x 100%= x 100%
𝐵 61
= 98,36 %

Nama Pasien P3
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 7 Mar 8 Apr 7 Mei
Perhitungan MPR:
32 29
B= 32 + 29 = 61
A= 2 + (-1) = 1 +2 -1
𝐵−𝐴 61−1
𝐵
x 100%= 61 x 100%
= 98,36 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 36


Nama Pasien P4
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 8 Mar 2 Apr 7 Mei
Perhitungan MPR:
25 35
B= 25 + 35 = 60
A= -5 + 5 = 0 -5 +5
𝐵−𝐴 60−0
𝐵
x 100%= 60 x 100%
= 100 %

Nama Pasien P5
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 10 Mar 8 Apr 9 Mei
Perhitungan MPR:
29 31
B= 29 + 31 = 60
A= -1 + 1 = 0 -1 +1
𝐵−𝐴 60−0
𝐵
x 100%= 60 x 100%
= 100 %

Nama Pasien P6
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 13 Mar 12 Apr 10 Mei
Perhitungan MPR:
30 28
B= 30 + 28 =58
A= 0 + (-2) = -2 0 -2
𝐵−𝐴 58−(−2)
𝐵
x 100%= 58 x100%
= 103,44 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 37


Nama Pasien P7
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 14 Mar 12 Apr 12 Mei
Perhitungan MPR:
29 30
B= 29 + 30 = 59
A= -1+ 0 = -1 -1 0
𝐵−𝐴 59−(−1)
𝐵
x 100%= 59 x100%
= 101,69 %

Nama Pasien P8
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 20 Mar 21 Apr 23 Mei
Perhitungan MPR:
32 32
B= 32 + 32 = 64
A= 2 + 2= 4 +2 +2
𝐵−𝐴 64−4
𝐵
x 100%= 64 x 100%
= 93,75 %

Nama Pasien P9
Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 5 Mar 7 Apr 7Mei
Perhitungan MPR:
33 30
B= 33 + 30= 63
A= 3+ 0= 3 +3 0
𝐵−𝐴 63−3
𝐵
x 100%= 63 x 100%
= 95,23 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 38


Nama Pasien P10
Nama Obat RIF, INH Fase lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 13 Mar 17 Apr 18 Mei
Perhitungan MPR:
35 31
B= 35 + 31 = 66
A= 5 + 1 = 6 +5 +1
𝐵−𝐴 66−6
𝐵
x 100%= 66 x 100%
= 90,90 %

Nama Pasien P11


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 2 Mar 1 Apr 3 Mei
Perhitungan MPR:
30 32
B= 30 + 32= 62
A= 0 + 2 = 2 0 +2
𝐵−𝐴 62−2
x 100%= x 100%
𝐵 62
= 96,77%

Nama Pasien P12


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 10 Mar 7 Apr 7 Mei
Perhitungan MPR:
28 30
B= 28 + 30 = 58
A= -2 + 0= -2 -2 0
𝐵−𝐴 58−(−2)
𝐵
x 100%= 58 x 100%
= 103,44 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 39


Nama Pasien P13
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 5 Mar 30 Apr 28 Mei
Perhitungan MPR:
56 28
B= 56+ 28= 84
A= 26 + (-2) = 24 +26 -2
𝐵−𝐴 84−24
𝐵
x 100%= 84 x 100%
= 71,42 %

Nama Pasien P14


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 5 Mar 5 Apr 16 Mei
Perhitungan MPR:
31 41
B= 31 + 41= 72
A= 1 + 11 = 12 +1 +11
𝐵−𝐴 72−12
𝐵
x 100%= 72 x 100%
= 83,33 %

Nama Pasien P15


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 13 Mar 16 Apr 16 Mei
Perhitungan MPR:
34 30
B= 34 + 30= 64
A= 4 + 0 = 4 +4 0
𝐵−𝐴 64−4
𝐵
x 100%= 64 x 100%
= 93,75%

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 40


Nama Pasien P16
Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 25 Mar 7 Apr 23 Mei
Perhitungan MPR:
13 46
B= 13 + 46= 59
A= -17 + 16 = -1 -17 +16
𝐵−𝐴 59−(−1)
𝐵
x 100%= 59 x100%
= 101,69 %

Nama Pasien P17


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 2 Mar 16 Apr 27 Mei
Perhitungan MPR:
45 41
B= 45 + 41 = 86
A= 15 + 11 = 26 +15 +11
𝐵−𝐴 86−26
𝐵
x 100%= 86 x 100%
= 69,76 %

Nama Pasien P18


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 7 Mar 9 Apr 6 Mei
Perhitungan MPR:
33 27
B= 33 + 27 = 60
A= 3 + (-3) = 0 +3 -3
𝐵−𝐴 60−0
𝐵
x 100%= 60 x 100%
= 100 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 41


Nama Pasien P19
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 26 Mar 20 Apr 24 Mei
Perhitungan MPR:
25 34
B= 25 + 34 = 59
A= -5 + 4 = -1 -5 +4
𝐵−𝐴 59−(−1)
𝐵
x 100%= 59 x100%
= 101,69 %

Nama Pasien P20


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 30 Mar 29 Apr 25 Mei
Perhitungan MPR:
30 26
B= 30 + 26 = 56
A= 0 + (-4) = -4 0 -4
𝐵−𝐴 56−(−4)
𝐵
x 100%= 56 x100%
= 107,14%

Nama Pasien P21


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 2 Mar 4 Apr 6 Mei
Perhitungan MPR:
33 32
B= 33 + 32= 65
A= 3 + 2 = 5 +3 +2
𝐵−𝐴 65−5
x 100%= x 100%
𝐵 65
= 92,30 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 42


Nama Pasien P22
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 10 Mar 8 Apr 11 Mei
Perhitungan MPR:
29 33
B= 29 + 33 = 62
A= -1 + 3 = 2 -1 +3
𝐵−𝐴 62−2
𝐵
x 100%= 62 x 100%
= 96,77%

Nama Pasien P23


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 21 Mar 22 Apr 18 Mei
Perhitungan MPR:
32 26
B= 32 + 26= 58
A= 2 + (-4) = -2 +2 -4
𝐵−𝐴 58−(−2)
𝐵
x 100%= 58 x
100%
= 103,44 %

Nama Pasien P24


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 18 Mar 14 Apr 17 Mei
Perhitungan MPR:
27 33
B= 27 + 33 = 60
A= -3 + 3 = 0 -3 +3
𝐵−𝐴 60−0
x 100%= x 100%
𝐵 60
= 100 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 43


Nama Pasien P25
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 8 Mar 9 Apr 4 Mei
Perhitungan MPR:
32 25
B= 32 + 25= 57
A= 2 + (-5) = -3 +2 -5
𝐵−𝐴 57−(−3)
𝐵
x 100%= 57 x100%
= 105,26 %

Nama Pasien P26


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 22 Mar 22 Apr 24 Mei
Perhitungan MPR:
31 32
B= 31 + 32 = 63
A= 1+ 2 = 3 +1 +2
𝐵−𝐴 63−3
𝐵
x 100%= 63 x 100%
= 95,23 %

Nama Pasien P27


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 2 Mar 8 Apr 6 Mei
Perhitungan MPR:
37 28
B= 37 + 28 = 65
A= 7+ (-2) = 5 +7 -2
𝐵−𝐴 65−5
x 100%= x 100%
𝐵 65
= 92,30 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 44


Nama Pasien P28
Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 14 Mar 9 Apr 9 Mei
Perhitungan MPR:
26 30
B= 26 + 30 = 56
A= -4 + 0 = -4 -4 0
𝐵−𝐴 56−(−4)
𝐵
x 100%= 56 x100%
= 107,14 %

Nama Pasien P29


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 28 Mar 28 Apr 30 Mei
Perhitungan MPR:
31 32
B= 31 + 32 = 63
A= 1 +2 = 3 +1 +2
𝐵−𝐴 63−3
𝐵
x 100%= 63 x 100%
= 95,23 %

Nama Pasien P30


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 29 Mar 26 Apr 27 Mei
Perhitungan MPR:
28 31
B= 28+ 31 = 59
A= -2 + 1 = -1 -2 +1
𝐵−𝐴 59−(−1)
𝐵
x 100%= 59 x100%
= 101,69 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 45


Nama Pasien P31
Nama Obat RIF, INH Fase lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 9 Mar 13 Apr 17 Mei
Perhitungan MPR:
35 34
B= 35 + 34 = 69
A= 5 + 4 = 9 +5 +4
𝐵−𝐴 69−9
𝐵
x 100%= 69 x 100%
= 86,95 %

Nama Pasien P32


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 31 Mar 27 Apr 25 Mei
Perhitungan MPR:
27 28
B= 27 + 28 = 55
A= -3 + (-2) = -5 -3 -2
𝐵−𝐴 55−(−5)
𝐵
x 100%= 55 x100%
= 109,09 %

Nama Pasien P33


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 7 Mar 1 Apr 19 Mei
Perhitungan MPR:
25 48
B= 25 + 48 = 73
A= -5 + 18 = 13 -5 +18
𝐵−𝐴 73−13
𝐵
x 100%= 73 x 100%
= 82,19 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 46


Nama Pasien P34
Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 2 Mar 10 Apr 6 Mei
Perhitungan MPR:
39 26
B= 39 + 26 = 65
A= 9 + (-4) = 5 +9 -4
𝐵−𝐴 65−5
𝐵
x 100%= 65 x 100%
= 92,30 %

Nama Pasien P35


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 28 Mar 28 Apr 27 Mei
Perhitungan MPR:
31 29
B= 31 + 29 = 60
A= 1 + (-1) = 0 +1 -1
𝐵−𝐴 60−0
𝐵
x 100%= 60 x 100%
= 100 %

Nama Pasien P36


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 8 Mar 23 Apr 20 Mei
Perhitungan MPR:
46 27
B= 46 + 27 = 73
A= 16 + (-3) = 13 +16 -3
𝐵−𝐴 73−13
𝐵
x 100%= 73 x 100%
= 82,19 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 47


Nama Pasien P37
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 1 Mar 9 Apr 24 Mei
Perhitungan MPR:
39 45
B= 39 + 45= 84
A= 9 + 15 = 24 +9 +15
𝐵−𝐴 84−24
𝐵
x 100%= 84 x 100%
= 71,42 %

Nama Pasien P38


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 18 Mar 25 Apr 21 Mei
Perhitungan MPR:
38 26
B= 38 + 26 = 64
A= 8 + (-4) = 4 +8 -4
𝐵−𝐴 64−4
x 100%= x 100%
𝐵 64
= 93,75 %

Nama Pasien P39


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 18 Mar 18 Apr 17 Mei
Perhitungan MPR:
31 29
B= 31 + 29 = 60
A= 1 + (-1) = 0 +1 -1
𝐵−𝐴 60−0
𝐵
x 100%= 60 x 100%
= 100 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 48


Nama Pasien P40
Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 10 Mar 20 Apr 23 Mei
Perhitungan MPR:
41 33
B= 41+ 33 = 74
A= 11+ 3= 14 +11 +3
𝐵−𝐴 74−14
𝐵
x 100%= 74 x 100%
= 81,08 %

Nama Pasien P41


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 25 Mar 22 Apr 22 Mei
Perhitungan MPR:
28 30
B= 28 + 30 = 58
A= -2 + 0 = -2 -2 0
𝐵−𝐴 58−(−2)
𝐵
x 100%= 58 x100%
= 103,44%

Nama Pasien P42


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 11 Mar 15 Apr 9 Mei
Perhitungan MPR:
35 24
B= 35 + 24 = 59
A= 5 + (-6) = -1 +5 -6
𝐵−𝐴 59−(−1)
𝐵
x 100%= 59 x100%
= 101,69 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 49


Nama Pasien P43
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 23 Mar 17 Apr 14 Mei
Perhitungan MPR:
25 27
B= 25 + 27 = 52
A= -5 + (-3) = -8 -5 -3
𝐵−𝐴 52−(−8)
𝐵
x 100%= 52 x100%
= 115,38 %

Nama Pasien P44


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 19 Mar 28 Apr 30 Mei
Perhitungan MPR:
40 32
B= 40+ 32 = 72
A= 10 + 2 = 12 +10 +2
𝐵−𝐴 72−12
𝐵
x 100%= 72 x 100%
= 83,33 %

Nama Pasien P45


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 6 Mar 20 Apr 29 Mei
Perhitungan MPR:
45 39
B= 45 + 39 = 84
A= 15 + 9 = 24 +15 +9
𝐵−𝐴 84−24
x 100%= x 100%
𝐵 84
= 71,42 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 50


Nama Pasien P46
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 4 Mar 9 Apr 29 Mei
Perhitungan MPR:
36 50
B= 36 + 50 = 86
A= 6 + 20 = 26 +6 +20
𝐵−𝐴 86−26
𝐵
x 100%= 86 x 100%
= 69,76%

Nama Pasien P47


Nama Obat RIF INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 6 Mar 29 Apr 29 Mei
Perhitungan MPR:
54 30
B= 54 + 30 = 84
A= 24 + 0 = 24 +24 0
𝐵−𝐴 84−24
x 100%= x 100%
𝐵 84
= 71,42 %

Nama Pasien P48


Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 4 Mar 15 Apr 14 Mei
Perhitungan MPR:
42 29
B= 42 + 29 = 71
A= 12 + (-1) = 11 +12 -1
𝐵−𝐴 71−11
𝐵
x 100%= 71 x 100%
= 84,50 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 51


Nama Pasien P49
Nama Obat RHZE Fase Intensif
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 16 Mar 21 Apr 25 Mei
Perhitungan MPR:
36 34
B= 36 + 34 = 70
A= 6 + 4 = 10 +6 +4
𝐵−𝐴 70−10
𝐵
x 100%= 70 x 100%
= 85,71 % =

Nama Pasien P50


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 8 Mar 12 Apr 11 Mei
Perhitungan MPR:
35 29
B= 35 + 29 = 64
A= 5 + (-1) = 4 +5 -1
𝐵−𝐴 64−4
x 100%= x 100%
𝐵 64
= 93,75 %

Nama Pasien P51


Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 6 Mar 19 Apr 28 Mei
Perhitungan MPR:
44 39
B= 44 + 39 = 83
A= 14 +9 = 23 +14 +9
𝐵−𝐴 83−23
𝐵
x 100%= 83 x 100%
= 72,28 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 52


Nama Pasien P52
Nama Obat RIF, INH Fase Lanjutan
Periode Pengambilan Obat Ambil I Ambil II Ambil III
Jumlah Obat 30 30 30
Tgl Pengambilan Obat 27 Mar 22 Apr 23 Mei
Perhitungan MPR:
26 31
B= 26 + 31= 57
A= -4 + 1 = -3 -4 +1
𝐵−𝐴 57−(−3)
𝐵
x 100%= 57 x100%
= 105,26 %

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IKIFA 53

Anda mungkin juga menyukai