Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika memiliki berbagai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Menurut Lisnawati Simanjuntak (1993) mengatakan bahwa jatuh bangunnya sebuah
negara tergantung dari kemajuan pada bidang matematika. Oleh karena itu sebagai
langkah awal untuk mengarahkan pada kemajuaan suatu bangsa adalah dengan
mendorong atau memberi suatu motivasi belajar matematika pada masyarakat khususnya
bagi para anak-anak atau siswa. Tidak mengherankan jika pelajaran matematika dalam
pelaksanaan pendidikan diberikan ke semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Sampai saat ini masih banyak siswa yang merasa pelajaran
matematika itu sulit, tidak menyenangkan, bahkan momok yang menakutkan. Hal ini
dikarenakan banyak siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan soal matematika.
Dalam proses belajar matematika, Bruner (1982) menyatakan pentingnya tekanan
pada kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan
peserta didik membuat predisksi dan terampil dalam menemukan pola dan
hubungan/keterkaitan.
Adapun kondisi belajar saat ulanagn mata pelajaran Matematika dengan materi
sifat-sifat bangun ruang sederhana di kelas IV SD N 80/VII MUARA CUBAN I dari
jumlah siswa anak yang mendapatkan nilai kurang dari 7 berjumlah 7 anak dari jumlah
siswa 14 anak. Sehingga masih dibawah standar ketuntasan. Maka guru perlu melakukan
PTK. Dari data yang diperoleh dibuat rencana perbaikan pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus dalam pembelajaran Matematika.
Dalam proses pembelajaran awal sebelum perbaikan guru memberikan penjelasan
terlalu cepat, tidak menggunakan alat peraga, sehingga anak tidak memperhatikan atau
pasif dan memberikan waktu atau kesempatan pada siswa untuk bertanya dan saat
mengerjakan tugas hasil belarnya rendah.
Dari beberapa masalah tersebut, maka penulis memperioritaskan tentang
menggunakan judul.
”Penerapan Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Tentang Sifat-Sifat
Bangun Ruang Pada Kelas IV SD N 80/VII Muara Cuban I Sarolangun”

1
Metode pembelajaran cooperatif jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Tujuan dari jigsaw ini adalah
mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan menguasai pengetahuan
secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mempelajari semua
materi sendirian.
Dalam metode atau model pembelajaran cooperatif jigsaw ini siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil. Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari
materi tertentu. Kemudian perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan
anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya
mendiskusikan setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat
memehami dan menguasai meteri tersebut.
Yang menjadi kendala dalam motede jigsaw menurut Roy Killen (1996) adalah
perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep, sulit meyakinkan siswa untuk
mampu berdiskusi menyampaikan materi kepada teman jika tidak mempunyai rasa
percaya diri. Dan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelompok tersebut. Selain itu, pada saat awal menggunakan metode ini sulit
dikendalikan oleh karena itu butuh waktu yang cukup lama untuk mempersiapkannya
sebelum model pembelajaran ini bisa digunakan dengan baik.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan informasi dari pengamat maka penulis
mengidentifikasi masalahnya sebagai berikut.
1. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan terlalu cepat sehingga siswa tidak
dapat menerima materi pelajaran yang diberikan.
2. Dalam proses pembelajaran guru tidak menggunakan alat peraga hanya
berceramah sehingga siswa kebanyakan tidak memperhatikan penjelasan materi
pelajaran.
3. Dalam proses pembelajaran guru tidak memberi waktu atau kesempatan pada
siswa yang bertanya, sehingga saat mengerjakan tugas hasil belajarnya rendah.
4. Dalam proses pembelajaran metode yang digunakan guru kurang dapat
mengenai sasaran, sehingga siswa pasif maka perlu ditingkatkan motovasinya.

2
1. Analisis Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah tersebut di atas, maka penulis juga
perlu melakukan analisis sehingga mendapatkan gambaran yang jelas. Alanisis
tersebut diantaranya:
1. Apakah tugas yang diberikan cukup atau dapat menggerakkan keinginan siswa
untuk mengerjakan tugas dengan benar?
2. Adakah dinteraksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut?
3. Apakah penggunaan metode dalam proses kegiatan belajar mengajar sudah
tepat?
4. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar bila
tidak ada perhatian dari siswa?
2. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dapat terungkap bahwa
ketidakberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran disebakan bebrapa
faktor diantaranya sebagai berikut.
a. Penggunaan metode ceramah yang dominan.
b. Guru menggunakan alat peraga yang tidak menarik.
c. Guru kurang memberikan motivasi pada siswa sehingga setiap pertanyaan guru
mendapat respon dari siswa.
d. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif berperan
serta dalam pembelajaran.
Alternatif pemecahan masalah adalah menerapkan metode kooperatif Jigsaw
dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar tentang sifat-sifat bangun
ruang sederhana dalam pelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
Setelah melakukan analisis penulis dapat merumuskan masalah yaitu apakah penggunaan
metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan peresttasi belajar dalam mata pelajaran
Matematika? Sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun tujuan perbaikan pembelajaran adalah:
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa
kelas V SD N 80/VII MUARA CUBAN I.

3
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika SD N 80/VII
MUARA CUBAN I.
D. Maanfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sebagai peneliti, institusi, dan
pendidikan secara umum.
1. Manfaat perbaikan ini bagi guru sebagai peneliti, adalah sebagai beriku:
a. Dapat menentukan kelemahan pembelajaran Matematika, sehingga guru dapat
mencari metode atau mencari pembelajaran yang relevan.
b. Dapat menemukan pwembelajaran yang tepat, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
c. Dapat meningkatkan rasa percaya diri.
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
e. Sebagai tolak ukur kinerja bagi guru dalam proses belajar mengajar.
2. Manfaat perbaikan bagi siswa
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa .
b. Meningkatkan proses dan hasil belajar.
c. Menjadi metode bagi siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajar.
3. Sedangkan manfaat bagi sekolah adalah membantu sekolah agar berkembang karena
ada peningkatan atau kemajuan pada diri guru dan pendidikan disekolah tersebut.
4. Menfaat bagi instansi pendidikan adalah penelitian ini dapat menjadi tambahan
dalam referensi dan pengembangan penelitian.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Banyak pengertian belajar telah dikemukakan oleh banyak ahli. Salah satunya ialah
Gagne (1984), bawha belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut terdapat 3
atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu proses belajar, perubahan perilaku, dan
pengalaman.
1. Proses belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan.
2. Perubahan perilaku
Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku dapat digolongkan
ke dalam hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar iyalah perubahan
yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses
emosional dan mental terjadi.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam 3 ranah
(kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan
penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif).
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara
individu dengan lingkungan, baik lingkungan maupun fisik maupun lingkungan
sosial. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa belajar.
B. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu prinsip belajar. Motivasi berfungsi sebagai motor
penggerak aktivitas. Motivasi belajar berkaitan erat dengan individu yang sedang belajar
itu sendiri. Motivasi dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Interaksi ini di tandai dengan dorongan yang berasal dari dalam diri siswa untuk
berperilaku dan melakukan sesuatu untuk diri sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini di pengaruhi oleh faktor dari luar siswa (penghargaan dan hukuman).

5
Dalam proses pembelajaran motivasi sangat besar peranannya terhadap
prestasi belajar. karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan belajar siswa.
Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan mempunyai keinginan
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga boleh jadi siswa yang memiliki
intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kurangnya motivasi, sebab hasil
belajar akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya, bila siswa
mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan siswa,
akan tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siswa.
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi
dan Motivasi Dalam Belajar Mengajar bahwa: “ Dalam kegiatan belajar, maka
motivasi menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dari subjek belajar itu dapat tercapai”.
C. Metode Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan
aktivitas siswa dan guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan adanya
alternatif metode mengajar yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam prosesnya guru perlu menggunakan metode mengajar secara bervariasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya.
Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam
kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik
yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
D. Cooperative Learning
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran berdasarkan faham kontruktivis. Cooperative Learning merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompokknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran.
Menurut Slavin (1958), Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran
diaman siswa belajar dan bekerja dalam kelompok –kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan
Hans (2000) mengemukakan Cooperative Learning merupakan suaatu cara pendekatan

6
atau serangkaian strategi yang yang khusus dirancang untuk memeberi dorongan kepada
peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
Pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompokknya.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-
teman di Universitas John Hopkins (Arens, 2001).
Teknik Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. Sebagai metode Cooperative
Learning. Dalam metode ini, siswa dapat bekerja sama dengan sesama siswa dalam
suasana gotong rotong dan siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain (Lie, A., 1994).
E. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos yang berarti ilmu pasti.
Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan
cabang dari ilmu pengetahuan alam. Matematika merupakan alat dan bahasa dasar dari
berbagai ilmu. Menurut Roy Hollands matematika merupakan suatu sistem yang sangat
rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang.
Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak,
deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soedjati (1999) menyatakan bahwa keabstrakan
matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri
keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan
matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang
tertarik terhadap matematika.
Matematika memiliki berbagai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Menurut Morris Kline (dalam Simanjuntak, 1993) mengatakan bahwa jatuh bangunnya
sebuah negara dewasa ini tergantung dari kemajuan pada bidang matematika. Oleh
karena itu sebagai langkah awal untuk mengarahkan pada kemajuaan suatu bangsa

7
adalah dengan mendorong atau memberi suatu motivasi belajar matematika pada
masyarakat khususnya bagi para anak-anak atau siswa. Tidak mengherankan jika
pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan ke semua jenjang
pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sampai saat ini masih
banyak siswa yang merasa pelajaran matematika itu sulit, tidak menyenangkan, bahkan
momok yang menakutkan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang merasa kesulitan
dalam mengerjakan soal matematika.
F. Karakteristik Anak Usia SD
Menurut Sugianto anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru agar
lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat sekolah dasar. Sebagai guru
harus dapat menerapkan metode belajar yang sesuai dengan keadaan siswanya maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Diantara karakteristik tersebut adalah perkembangan kognitip dan perkembangan
psikologi siswa SD. Hal tersebut mencakup perubahan-perubahan dan perkembangan
pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat
stadium.
a. Sosiorimotorik (0-2 tahun) bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan mendorong
mengeksplorasi dunianya.
b. Praoperasional (2-7 tahun) anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikiran yang lebih simbolis tapi tidak melibatkan
pemikiran operasional dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.
c. Operasional konkrit (7-11 tahun) penggunaan logika yang memadai tahap ini telah
memadai. Tahap ini telah memahami operasiologis dengan bantuan benda konkrit.
d. Operasional formal (12-15 tahun) kemampuan untuk berpikir secara abstrak menalar
secara logis dan menarik kesimpulan dan informasi yang tersedia.

Kebutuhan peserta didik siswa SD:

1. Anak SD senang bermain


Karakteriktik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
yang bermuatan permainan terlebih lagi kelas rendah.

8
2. Anak SD senang bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam tetapi lain halnya dengan anak SD
mereka dapat duduk paling lama 30 menit oleh karena itu guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
3. Anak usia SD senang bekerja kelompok
Anak SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya. Guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerj atau belajar
dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
4. Anak usi SD senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara
lansung
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika
anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa.
Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak terlibat langsung dalam pembelajaran.

9
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa kelas IV SD Negeri 80/VII Muara Cuban I Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolangun yang terdaftar pada semester II tahun ajaran 2021/2022
dengan jumlah siswa 14 orang yang terdiri dari siswa laki 6 orang dan siswa
perempuan 8 orang.
b. Penulis sebagai guru pada SD Negeri 80/VII Muara Cuban I Kecamatan Batang
Asai Kabupaten Sarolangun.
c. Ibu Elvi Sukaisih, S. Pd sebagai supervisor 2 adalah teman sejawat yang telah
memperoleh sertifikasi dan cukup untuk memberikan informasi terhadap
perbaikan pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 80/VII Muara Cuban
I Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun.
2. Tempat Penelitian
Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SD Negeri 80/VII Muara Cuban I
Kecamatan Batang Asai Kabupaten Sarolangun sebagai perbaikan pembelajaran ini
adalah siswa kelas IV semester II tahun pelajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa 14
orang yang terdiri dari siswa laki 6 orang dan siswa perempuan 8 orang, mata
pelajaran Matematika.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian meliputi 2 siklus yaitu:
a. Siklus I (satu) dilaksanakan hari Senin 9 Mei 2022
b. Siklus II (dua) dilaksanakan hari Rabu 18 mei 2022

10
Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran pada Materi tentang sifat-sifat bangun
ruang

Siklus Pertemuan Hari/Tanggal Materi


I I Senin 9 Mei 2022 Sifat-sifat bangun ruang
sederhana balok dan
kubus.
II II Rabu 18 mei Sifat-sifat kubus dan
2022 bangun ruang,
mememahami jaring-
jaring bangun ruang
(balok dan kubus).

4. Pihak yang membantu


Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini melalui Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) adalah merupakan syarat awal untuk menyeleseaikan Sarjana
Strata Satu (S1) PGSD Universitas Terbuka (UT) UPBJJ UT Jambi, dalam
pembuatan penelitian ini peneliti mendapatkan bimbingan petunjuk serta dibantu
oleh baerbagai pihak, yaitu: Dr. Anggi Giri Prawiyogi, M.Pd sebagai tutor yang
selalu memberikan masukan. Bapak Suherman, S.Pd selaku kepala sekolah tempat
peneliti praktif Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) serta ibu Elvi Sukaisih,
S.Pd selaku teman sejawat yang bertugas mengamati berlangsungnya proses
pembelajaran.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksaan tindakan perbaikan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus.
1. Siklus I
a. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Perbaikan pembelajaran ini dilakukan secara bertahap berkesinambungan
sampai tercapai hasil yang diharapkan pada rencana tindakan siklus I dalam
proses pembelajaran dengan sub pokok bahasan sifat bangun ruang sederhana.
Waktu pelaksanaan perbaikan 2 x 35 menit, rencana tindakan yang akan
dilaksanakan sebagai berikut:

11
1. Pendahuluan
a. Salam
b. Guru menyajikan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang akan
disampaikan.
c. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan.
d. Guru memberikan pre test (apersepsi) yaitu memberikan pertanyaan
tentang pelajaran yang berkaitan dengan yang akan dipelajari.
Contoh:
a) Apa itu bangun ruang?
b) Apa yang kamu ketahui tentang balok dan kubus?
2. Kegiatan Inti
a. Siswa diingatkan tentang pengertian bangun ruang yang telah diajarkan
pada pertemuan sebelumnya.
b. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan anggota 4-5 anak.
c. Setiap kelompok mempelajari materi sifat-sifat bangun ruang balok dan
kubus.
d. Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok yang sudah dibagikan oleh
guru.
e. Perwakilan kelompok bertemu dengan kelompok lain mempelajari serta
memahami masalah yang dijumpai dalam mengerjakan tugas kelompok.
f. Setiap kelompok diminta mengumpulkan hasil kerjanya dan dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan bersama.
g. Guru memberikan post test dengan mengerjakan soal-soal latihan di
kerjakan secara individu.
3. Penutup
a. Siswa dibimbing membuat kesimpulan akhir tentang materi yang telah
disampaikan.
b. Siswa diberi pekerjaan rumah.
c. Guru mengakhiri pelajaran dengan ucapan salam penutup.

a. Pelaksanaan Perbaikan Siklus I


Pelaksaan perbaikan pembelajaran pada siklus I pada hari Senin tanggal 9 Mei
2022 pada jam pelajaran ke 1 dan 2 sekitar pukul 07.00 – 09.00 WIB dikelas IV

12
SD N 080/VII Muara Cuban I Dengan materi pokok sifat-sifat bangun ruang
sederhana. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a. Guru menyajikan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang
disampaikan.
b. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
c. Guru memberikan pre test yaitu memberikan pertanyaan tentang pelajaran
yang akan dipelajari.
Contoh:
- Apa yang kamu ketahui tentang bangun ruang?
- Apa yang kamu ketahui tentang bangun balok dan kubus?
2. Kegiatan Inti
a. Siswa diingatkan tentang pengertian bangun ruang yang telah diajarkan
pada pertemuan sebelumnya.
b. Guru membagikan siswa menjadi 4 kelompok dengan anggota 4-5 anak.
c. Setiap kelompok mempelajari materi sifat-sifat bangun ruang balok dan
kubus.
d. Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok yang sudah dibagikan oleh
guru.
e. Perwkilan kelompok bertemu dengan kelompok lain mempelajari serta
memahami masalah yang dijumpai dalam mengerjakan tugas kelompok.
f. Setiap kelompok diminta mengumpulkan hasil kerjanya dan dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan bersama.
g. Guru memberikan post test dengan mengerjakan soal-soal latigan di
kerjakan secara individu.
3. Penutup
a. Siswa dibimbing membuat kesimpulan akhir tentang materi yang telah
disampaikan.
b. Siswa diberi pekerjaan rumah.
c. Guru mengakhiri pelajaran dengan ucapan salam penutup.

13
a. Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen
Tabel 2
Sifat-sifat bangun ruang dan kubus

No Nama Bangun Sifat Bangun Ruang


Ruang Rusu Sisi Titik Bentuk Sisi Besar
k Sudut Sudut
1 Balok 12 6 8 Persegi panjang 900
2 Kubus 12 6 8 persegi 900

Lembar Pengamatan Siklus I


Tabel 3 Lembar Pengamatan Pada Siklus I

No Nama Siswa Aspek yang dinilai Jumlah Rata-rata


Sikap Komunikasi Keingin nilai
tahuan
1 Anas Sodikin 80 80 80 240 80
2 Arif 70 80 80 230 76,66
Ardiansyah
3 Bail Irpasa 60 60 60 180 60
4 Candra 70 70 70 210 70
5 M. Raffa 70 80 80 230 76,66
Rahmansyah
6 M. Andre 80 80 80 240 80
7 Norati 70 80 80 230 76,66
8 Reza Aditiya 60 60 60 80 60
Alfin
9 Rian Ariyanto 80 80 80 240 80
10 Rahman 70 70 70 200 70
Alfurqon
11 Sesi Aprilia 80 80 80 240 80
12 Salsa 70 70 70 210 70
13 Walmuslimah 70 70 80 220 73,33
14 Zhofi Anwar 60 70 60 190 63,33
Jumlah 990 1,030 1,030 3.050 1,016,64
Rata-rata 70,71 73,57 73,57 217,85 72,61

14
Dari pemantuan peneliti dan pengamat pada siklus I ditemukan hal-hal seperti:

1. Dalam kelompok terdapat siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan tugas
kelompok.
2. Siswa yang berkemampuan rendah, takut untuk bertanaya kepada siswa yang
berkemampuan tinggi dalam kelompoknya, sedangkan dalam mengambil
kesimpulan yang banyak didominasi anak yang berkemampuan tinggi atau pintar.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pemantauan pekerjaan siswa sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Pemantauan Pekerjaan Siswa

No Uraian Jumlah Persen (%)


Siswa
1 Banyak siswa yang mengerjakan 9 64,3 %
tugas dengan sungguh-sungguh
2 Banyak siswa yang mengerjakan 3 21,4 %
tugas dengan memperhatikan
pekerjaan yang lain
3 Banyak siswa yang hasil 2 14,28 %
pekerjaannya tidak selesai

b. Refleksi siklus I
Dalam pemantauan setiap kegiatan pembelajaran pengamat dan penelliti
menggunakan lembaran pengamat sebagai instrumentasi atau alat bantu untuk
melihat pesrsentase perkembangan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Setelah melakukan dan menyelesaikan setiap kegiatan pembelajaran pada
siklus I, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan metode kooperatif jigsaw, siswa lebih termotivasi untuk
belajar karena metode teman sejawat.
2. Dalam mengerjakan soal-soal latihan, anak yang berkemampuan rendah masih
bertanya atau ragu dalam menjawab, sedangkan kekuatan tindakan perbaikan
pembelajaran siklus I, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut.
a. Guru sedikit lebih banyak berperan dibandingkan metode ceramah.
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh informasi
sendiri.

15
Dalam merancang dan melakukan tindakan perbaikan pembelajaran,
peneliti menemukan kelemahan dan kekuatannya.
Kelemahan:
1. Siswa yang kurang komunikasi dengan teman satu kelompoknya sangat
sulit mendapat informasi tentang materi pelajaran yang belum dipahami.
2. Sulit mengendalika saat awal menggunakan metode kooperatif jigsaw.
Kekuatan:
Memberikan motivasi pada siswa untuk belajar lebih giat, aktif, kreatif
serta bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.
Refleksi pada siklus I dengan kelemshan yang ada, digunakan untuk
mengubah strategi dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan
teknik yang berbeda, yang memungkinkansiswa lebih termotivasi dan lebih
berprestasi. Sedangkan kelebihan atau kekuatan yang terjadi, terus ditingkatkan
pada perbaikan pembelajaran berikutnya.
1. Siklus II
a. Rencana Pebaikan Siklus II
Dalam perbaikan pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 18 Mei 2022
pukul 07.00-09.00 WIB dengan materi pokok sifat-sifat bangun ruang sederhana.
Rencana tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I.
Dalam perbaikan pembelajaran siklus II ini, guru menyusun rencana
pembelajaran pada kompetensi dasar yang sama dengan tindakan yang berbeda
pada siklus I. Guru juga soal tes dan pedoman penilaiannya, lembar pengamatan.
Kemudian guru berkoordinasi dengan teman sejawat mengenai kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II.
b. Pelaksaan Pada Siklus II
Pelaksaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada hari
Rabu 18 Mei 2022 pukul 07.00-09.00 WIB atau jam pelajaran ke 1 dan 2 kelas IV
SD Negeri 080/VII Muara Cuban I dengan materi pokok “Sifat-Sifat Bangun
Ruang Sederhana”. Adapun kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebagai berikut.
1. Pendahuluan
a. Guru menyajikan pokok bahasan dan tujuan pembelajara yang
disampaikan.

16
b. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan.
c. Guru memberikan pre test yaitu memberikan pertanyaan tentang pelajaran
yang berkaitan dengan yang akan dipelajari.
Contoh:
- Berbentuk bangun ruang apa bungkus pasta gigi?
- Ada berapa banyak rusuk bada kubus?
2. Kegiatan Inti
a. Siswa diingatkan tentang konsep bangun ruang yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya?
b. Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota 4-5 anak.
c. Setiap kelompokmengamati bagian-bagia bangun ruang dari media
gambar.
d. Setiap kelompok menulis nama-nama sisi bangun ruang balok dan kubus.
e. Setiap kelompok diminta mengumpulkan hasil kerjanya.
f. Guru memberikan post test dengan mengerjakan soal-soal latihan
dikerjakan secara individu.
3. Penutup
a. Siswa dibimbing membuat kesimpulan tentang materi yang telah
disampaikan.
b. Siswa diberi pekerjaan rumah.
c. Guru mengakhiri pelajaran dengan ucapan salam penutup.
a. Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrumen Siklus II

No Sisi Balok Nama Sisi


1 Depan
2 Belakang
3 Samping
4 Atas
5 Bawah

17
Lembar Kerja Siswa Sifat-Sifat Balok dan Kubus

No Perihal Balok Kubus


1 Rusuk 12 12
2 Sisi 6 6
3 Titik Sudut 8 8
4 Besar Sudut 900 900
5 Bentuk Sisi Persegi panjang persegi
6 Panjang Sisi Sisi yang berhadapan Semua sisi sama
sama panjang panjang

Lembar pengamatan siklus II


Tabel 5
Lembar pengamatan siklus II

No Nama Siswa Aspek yang dinilai Jumlah Rata-rata


Sikap Komunikasi Keingin nilai
tahuan
1 Anas Sodikin 80 80 80 240 80
2 Arif 80 80 80 240 80
Ardiansyah
3 Bail Irpasa 70 60 60 190 63,33
4 Candra 80 70 70 220 73,33
5 M. Raffa 80 80 80 240 80
Rahmansyah
6 M. Andre 80 80 80 240 80
7 Norati 80 80 80 240 80
8 Reza Aditiya 70 60 70 200 66,66
Alfin
9 Rian Ariyanto 80 80 70 230 76,66
10 Rahmat 70 80 80 230 76,66
Alfurqon
11 Sesi Aprilia 80 80 80 240 80
12 Salsa 80 70 80 230 76,66
13 Walmuslimah 80 80 80 240 80
14 Zhofi Anwar 70 70 70 210 70
Jumlah 1,080 1,050 1,060 3.190 1,063,3
Rata-rata 77,14 75 75,71 227,85 75,95

18
b. Refleksi Siklus II
Dalam melakukan kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II
ini adalah:
1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuannya
sendiri.
2. Dengan mempelajari sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan metode
kelompok, siswa akan lebih percaya diri dalam bertanya tentang materi
pelajaran yang belum dipahami, sehingga saat mengerjakan soal dapat
berhasil.

Kelemahan:

Dalam mengerjakan tugas kelompok, beberapa siswa mengalami kesulitan


untuk membedakan sisi-sisi bangun ruang balok dan kubus.

Kelemahan dalam merancang suatu tindakan perbaikan pembelajaran


adalah jika kurang memperhatikan pembentukan sikap dan keterampilan atau
tidak mendapat bimbingan dari guru mengakibatkan siswa kurang memahami
materi yang diajarkan.

Kekuatan :

Membangkitkan gairah belajar siswa sehingga siswa belajar lebih giat dan
dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik seperti yang diharapkan.

C. Teknik Analisis Data


1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan sarana penelitian untuk memperoleh data
aktivitas siswa. Model observasi dilakukan peneliti dengan menyiapkan instrumen
penelitian, yang dikenal dengan Cheklist Observation. Yang kemudian akan
dipresentasikan.
Adapun lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Mendengarkan penjelasan guru
b. Mencatat hal-hal yang dianggap penting
c. Mengerjakan soal-soal yang sudah dipersiapkan guru

19
d. Keberanian untuk bertanya
e. Keberanian untuk menyampaikan pendapat, kritik dan saran.

Kehadiran Rentang Kriteria


0 : tidak sama sekali 0-20 : Tidak aktif (Ta)
1 : Kurang 21-40 : Kurang aktif (Ka)
2 : Cukup 41-60 : Cukup aktif (Ca)
3 : Baik 61-80 : Aktif (A)
4 : Baik Sekali 81-100 : Aktif sekali (As)

Skor maksimal untuk masing-masing kriteria adalah 4, dengan demikian


jumlah maksimal nilai yang diperoleh siswa adalah 100. Perhitungan penilaian
aktivitas dilakukan dengan rumus.
Skor yang diperoleh
X 100
Skor Maksimum
Sedangkan lembar observasi yang akan digunakan untuk mengamati aktivitas
guru adalah kegiatan guru pada pendahuluan, inti, dan penutup.
2. Hasil Belajar
Indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yaitu dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Setelah mengikuti
proses belajar dengan diadakannya tes per siklus yaitu I dan II. Ketuntasan belajar
ideal untuk setiap indikator 0-80%. Dengan batas kriteria ideal minimal 70%.
Sehingga ditarik kesimpulan ada tidaknya keberhasilan belajar, sekaligus untuk
mengetahui hasil ketuntatasan klasikal maupun individual. Dalam pendekatan,
penulis menentukan aspek-aspek yang dianalisa berupa jumlah jawaban yang benar,
nilai rata-rata kelas, ketuntasan belajar secara klasikal.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar
dan nilai rata-rata adalah:
a. Ketuntasan secara klasikal
Jumlah Siswa Yang Tuntas
Rumus persentase ketuntasan : X 100
Jumlah Seluruh Siswa

Jumlah Nilai Seluruh Siswa


b. Rumus nilai rata-rata : X 100
Jumlah Seluruh Siswa

c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah (X)

20
DAFTAR PUSTAKA
Https://sekolah.dasarblogspotcom/2011/05/karakteristikdankebutuhan.anak-una-html.
Isjoni. 2011. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta
Ketut, Sukardi. 1968. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Lisnawaty Simanjuntak, dkk. (1993). Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta:
Rineka Cipta
Ruslan, dan Stone. 1968. Teaching Children Science an Inquiry Appoach California USA
wadsorth Publishing Company. Inc.
Ruslan, dan Stone. 1987. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bina Aksara
Sahrudin, dan Sri Iriani. 2008. Hakikat Mengajar Matematika (online).
https://sriudin.com/2008/12/hakikat-mengajar-matematika.html.
Sardiman A.M. 2018. Interaksi dan Motivasi Dalam Belajar Mengajar. Depok: Rajawali
Pers
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media
Sri Rejeki. 2009. Upaya Mengatasi Kesulitan Matematika. Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suparni, Nanik. 2010. Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan. Universitas Terbuka.
Udin S. Winataputra, dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

21

Anda mungkin juga menyukai