Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan36 halaman

PKL Revisi (Nopal)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 36

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang banyak
dibudidayakan oleh petani sebagai penyuplai pangan nasional dengan produk
olahannya berupa bahan makanan pokok sebagian besar penduduk di
Indonesia.Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan dengan
bahan makanan lainnya, akan tetapi padi memiliki arti tersendiri bagi orang-orang
yang terbiasa mengkonsumsi nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan
dengan bahan makanan lain.Lampung merupakan salah satu provinsi penghasil
padi di Indonesia dengan produksi mencapai 1,90 juta ton Gabah Kering Giling
(BPS Lampung, 2018).
Salah satu komoditas tanaman padi yang memiliki kualitas yang unggul
adalah Padi Pandan Wangi. Pandan Wangi merupakan padi khas Cianjur yang
berasal dari padi bulu varietas lokal yang memiliki banyak keunggulan-
keunggulan.Varietas unggul lokal Pandan Wangi cocok ditanam di dataran sedang
dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Jenis padi ini sudah lama
dikenal dan dibudidayakan oleh para petani yang bermukim di sekitar kaki
Gunung Gede, terutama di Wilayah Kecamatan Warungkondang, Cugenang,
Cianjur Kota, Cilaku, Cibeber dan Cempaka. Daerah ini merupakan sentra
pelestarian dan pengembangan produksi Padi Pandan Wangi.
Padi Pandan Wangi banyak ditanam pada musim penanaman bulan
Januari-Februari dengan masa panen pada bulan Mei-Juni. Sedangkan pada
musim penanaman bulan Juli-Agustus diperkirakan panen bulan November-
Desember. Berdasarkan pengalaman petani, harga tertinggi gabah atau Padi
Pandan Wangi terjadi pada bulan Mei-Juni. Sebaliknya pada musim panen bulan
November-Desember harga padi menurun. Hal ini diduga karena pada bulan Mei-
Juni merupakan bulan kering, sehingga tanaman tidak mudah rebah dan
menghasilkanpadi yang berisi penuh. Selain hal itu, proses pengeringan atau
2

penjemuran lebih cepat sehingga dapat menghasilkan padi beras) yang berkualitas
baik (Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur, 2011).
Dalam membudidayakan padi Pandan wangi, mutu benih menjadi salah
satu faktor utama yang menentukan keberhasilan dan merupakan salah satu input
dasar yang menentukan keberhasilan dalam kegiatan produksi tanaman. Mutu
benih adalah hal yang paling penting dalam usaha produksi benih karena mutu
dapat merangsang ketertarikan konsumen dan menghasilkan konsumen puas akan
benih tersebut. Rendahnya persentase kemampuan nasional dalam penyediaan
benih terhadap kebutuhan potensial memberikan indikasi masih belum optimalnya
kinerja lembaga pendukung industri pembernihan (BPTP, 2010). Hal ini menuntut
para produsen maupun penangkar benih untuk dapat meningkatkan ketersediaan
benih bermutu dikarenakan adanya permintaan akan benih bermutu semakin
meningkat. Banyaknya faktor yang mendorong petani dalam menggunakan benih
bermutu perlu dikaji melalui sikap dan tingkat kepuasan petani benih padi Pandan
wangi bermutu.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Proyek Mandiri yaitu mengetahui cara produksi benih padi
Pandan Wangi yang baik dan benar, dan belajar berwirausaha tani dibidang
perbenihan tanaman padi Pandan Wangi.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat Proyek Mandiri yaitu, sebagai sarana mahasiswa
Teknologi Perbenihan untuk belajar dan menerapkan ilmu berwirausaha dan
budidaya dalam produksi benih varietas Panda Wangi.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman


Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman semusim yang mampu
beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan. Tanaman ini masuk kedalam
golongan Graminae atau rumput-rumputan. Menurut USDA (2017), Klasifikasi
tanaman padi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermtophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae – Grass family
Genus : Oryza sativa
Spesies : Oryza sativa L.
Genus Oryza Sp.terdiri tidak kurang dari 25 spesies yang tersebar di daerah tropik
dan sub tropik. Oryza sativa adalah spesies yang paling banyak dibudidayakan di
dunia karena memiliki nilai ekonomis tinggi serta kandungan gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh khususnya karbohidrat (Utama, 2015).

2.2 Morfologi Tanaman Padi


Keseluruhan organ bagian tanaman padi terdiri dari organ vegetatif dan
organ generatif (reproduksi). Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun.
Sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga, malai dan gabah.
Akar. Pertumbuhan padi diawali dengan proses perkecambahan. Pada
benih yang berkecambah timbul calon akar (radicula) maupun calon batang
(plumula). Mulai dari akar benih padi yang berkecambah hanya berupa akar
pokok, kemudian setelah 5-6 hari berkecambah akan tumbuh akar serabut atau
disebut dengan akar seminal. Akar tanaman padi berfungsi untuk menyerap air
4

dan zat makanan dari dalam tanah kemudian diangkut ke bagian atas tanaman
(Fitri,2009) dan Akar serabut keluar dari akar tunggang yang berfungsi untuk
proses penyerapan air serta unsur hara yang terdapat konsentrasi kedalaman 20-30
cm (Purwono dan Purnawati, 2007).
Batang. Padi tersusun atas ruas-ruas berongga yang ditutupi oleh buku,
berbentuk silindris, agak pipih, dan berambut. Batang padi akan muncul pada
ketiak daun berwarna hijau tua dan ketika memasuki fase generatif warna batang
berubah menjadi warna kuning. Tinggi tanaman padi liar dapat mencapai tinggi
melebihi orang dewasa yaitu sekitar 2-6 meter. Anakan akan tumbuh setelah
tanaman padi memiliki 4 atau 5 daun (Ismunadji et al.,1988). Anakan tanaman
padi tumbuh pada dasar batang dan daun sekunder. Anakan akan muncul setelah
10 HST dan maksimum pada umur 50 – 60 setelah tanam berjumlah antara 19 –
54 anakan tergantung pada masing masing varietas dan proses budidaya.
Anakan. Tanaman padi memiliki pola anakan berganda (anak-
beranak).Anakan primerakan tumbuh dari batang utama yang sifatnya
heterotropik sampai anakan 4 tersebut memiliki 6 daun dengan 4 – 5
akar.Anakan sekunder selanjutnya akan tumbuh dari anakan primer yang
kemudian menghasilkan anak antersier.
Daun. Tanaman padi memiliki daun tunggal, terdiri atas helai daun, lidah
daun dan pelepah daun. Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan
dinamakan koleoptik. koleoptik keluar dari benih yang disebar dan akan
memanjang. Setelah koleoptik membuka akan diikuti keluarnya daun pertama,
daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun bendera
Daun bendera adalah daun yang lebih pendek dari daun-daun dibawahnya,
namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun bendera terletak dibawah
malai padi. Sedangkan permukaan helai daun kasar dan pada bagian ujung
meruncing. Panjang helai daun sangat bervariasi, umumnya antara 50 cm sampai
100 cm. Daun padi berwarna hijau tua dan akan berubah kuning keemasan setelah
memassuki masa panen. Pelepah daun yang menyelubungi batang berfungsi
sebagai menguatkan bagian ruas yang jaringannya lunak, telinga daun (auricle),
lidah daun (ligule) yang terletak pada perbatasan antara helai daun dan upin.
5

Fungsi dari lidah daun yaitu untuk mencegah masuknya air hujan ke batang dan
pelepah daun padi (Suhartatik, 2008).
Bunga. Padi secara keseluruhan disebut malai yang merupakan bunga
majemuk. Malai terdiri atas dasar malai dan tangkai malai yang menghasilkan
bunga. Sebelum muncul bunga, malai dibalut oleh seludang atau pelepah daun
terakhir. Umumnya, varietas padi hanya menghasilkan satu malai atau satu anakan
tetapi ada beberapa varietas padi lokal yang mampu menghasilkan malai lebih dari
satu, namun pertumbuhan malainya tidak sempurna (Utama, 2015). Bunga padi
pada hakikatnya terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik dan benang
sari. Tiap unit bunga terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri dari atas
cabang primer dan cabang sekunder. Sekumpulan bunga padi yang keluar dari
buku paling atas itu dinamakan malai. Panjang malai tergantung pada varietas
padi yangg ditanam dan cara bercocok tanam. Jika bunga padi sudah mulai
dewasa palea dan lemma yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya,
membukanya palea dan lemma ini terjadi antara jam 10 – 12 pada suhu 30℃ –
32℃ (Suhartatik 2008)
Malai. Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari
buku paling atas. Bulir-buliran padi terletak pada cabang pertamadan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang.
Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok
tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu malai pendek
kurang 20 cm, malai sedang 20-30 cm,dan malai panjang lebih dari 30 cm.
Buah Padi (Gabah). Merupakan ovar yang telah masak. Gabah
merupakan hasil dari penyerbukan dan pembuahan yang terdiri atas embrio,
endosperm, dan bekatul. Berdasarkan bentuk gabahnya, bulir padi dapat
dibedakan menjadi empat kelompok, yakni: ramping, panjang, sedang dan gemuk.
Tanda padi telah masak dapat dilihat dari perubahan warna kulit padi menguning
kecoklatan dan gabah sudah berisi atau keras (Bakhtiar et al,. 2011).

2.3 Fase Pertumbuhan Padi


Pertumbuhan tanaman padi terbagi menjadi tiga fase yaitu fase vegetatif,
fase generatif dan fase pematangan. Fase vegetatif merupakan fase awal
pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai (primordial). Pada fase ini
6

dimulai pertumbuhan organ vegetatif seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi


tanaman, bobot, dan luas daun. Menurut Makarim dan Suhartatik (2009),
kebanyakan untuk varietas padi di daerah tropik, lama fase produktif umumnya 35
hari dan fase pematangan sekitar 30 hari.
Hasil penelitian Rachmawati dan Retnaningrum (2013), menunjukkan
bahwa tinggi tanaman padi pada perlakuan genangan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan tanpa genangan. Fase generatif merupakan fase
primordial sampai pembungaan. Pada fase ini ditandai dengan munculnya daun
bendera, bunting dan pembungaan. Fase pemasakan merupakan fase pembungaan
sampai pematangan gabah. Pada fase ini terdiri dari masak susu, menguning, dan
masak panen (Manurung dan Ismunadji, 1988).
Perbedaan masa pertumbuhan ditentukan oleh lamanya fase vegetatif.
Varietas IR64 matang dalam 110 hari mempunyai fase vegetatif 45 hari.
Sementara itu, IR68 yang matang dalam 130 hari fase vegetatifnya 65 hari
(Makarim dan Suhartatik, 2009).

2.4 Syarat Tumbuh


Tanaman padi dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang baik,
dalam hal ini adalah dukungan alam (Ina, 2007). Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi adalah:

2.4.1 Tanah
Tanah yang sesuai untuk tanaman padi, secara fisik mempunyai tekstur
lempung hingga lempung liat berpasir, strukturnya ringan, memiliki pori-pori
mikro yang cukup dengan komposisi 20%. Secara kimia, mengandung bahan
organik 1–1,5, cukup mengandung KTK 10–20 me/100 g, hara tersedia Polsen 5 –
10 ppm, Kdd 0,5–0,30 me/100g, serta pH tanah berkisar antara 5–7 (Departemen
Pertanian, 2008).

2.4.2 Iklim
Iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman padi sangat
cocok tumbuh pada iklim tropis dan banyak mengandung uap air. Keadaan iklim
7

ini meliputi curah hujan, suhu, ketinggian tampat, sinar matahari, angin dan
musim (Hana, 2013).
Curah Hujan. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata
– rata 200 mm/bulan atau 1.500 – 2.000 mm/tahun, dengan distribusi selama 4
bulan. Curah hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik dalam
pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi disawah dapat
tercukupi (Hasanah, 2007).
Suhu. Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11℃–
25℃ untuk perbentukan biji (AKK, 1990).
Ketinggian Tempat. Tanaman padi dapat tumbuh baik dengan
ketinggian berkisar 0 – 1500 mdpl (Surowinoto, 1982)
Sinar Matahari. Intensitas cahaya yang relatif rendah merupakan salah
satu penyebab rendahnya produktivitas. Menurut Sasmita et al., (2006) intensitas
cahaya rendah mengakibatkan terganggunya laju fotosintesis dan sintesis
karbohidrat dan berakibat menurunnya laju pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Intensitas cahaya matahari tinggi selama periode pengisian bulir dapat
meningkatkan produksi biomasa yang berakibat terdapat tingginya bulir yang
masak selanjutnya akan meningkatkan hasil tanaman padi (Takai, et al., 2006)
Angin. Angin memiliki peran penting terhadap pertumbuhan tanaman
padi yaitu membantu dalam proses penyerbukan dan pembuahan. Namun angin
juga memiliki peran negatif karena berbagai penyakit pada tanaman padi
ditularkan oleh angin. Selain itu juga menyebabkan buah menjadi hampa dan
tanaman roboh (Mubaroq, 2013).

2.5 Karakteristik Padi Pandan Wangi


Benih merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang menentukan
keberhasilan budidaya tanaman. Peningkatan produksi padi pandanwangi sangat
tergantung pada jenis benih varietas unggul dengan budidaya yang baik. Padi
pandan wangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu varietas
Javonica dengan berbagai keunggulan, diantaranya memiliki rasa yang enak,
pulen dan beraroma pandan. Selain itu, padi pandanwangi dikatakan varietas
unggul tahan harga (VUTH)sehingga termasuk beras kelas eksklusif dengan harga
jual yang cukup tinggi.
8

Benih varietas unggul diperoleh melalui proses seleksi dan hibridisasi


tanaman yang dilakukan oleh lembaga penelitian maupun industri perbenihan
swasta atau perorangan. Dengan demikian, mutu benih akan terjaga dan memiliki
kemampuan sesuai dengan standar yang ditentukan.
Mutu benih adalah sejumlah atribut dan karakter benih yang ditunjukkan
secara individual atau kelompok yang terdiri dari, (1) Mutu Fisik, seperti warna,
bentuk, ukuran, bobot, tekstur permukaan, tingkat kerusakan fisik, kebersihan dan
keseragaman, (2) Mutu Fisiologis yaitu berkaitan dengan daya hidup benih jika
ditumbuhkan atau dikecambahkan baik pada kondisi optimum maupun sub
optimum, (3) Mutu Genetik yaitu berkaitan dengan kebenaran dari varietas benih
baik secara fenotip maupun genetik, dan (4) Mutu Pathologis yaituberkaitan
dengan ada tidaknya serangan penyakit pada benih serta tingkat serangan (BPTP,
2011).

2.6 Teknik Produksi Benih


Menurut Nugraha, (2009), teknik budidaya untuk memproduksi benih
pada dasarnya tidak berbeda dengan cara memproduksi gabah konsumsi.
Perbedaannya terkait erat dengan tuntutan penerapan pengendalian mutu benih,
meliputi pemeriksaan tanaman untuk membuang tipe simpang.
Pemilihan Benih. Suriansyah (2013), menyebutkan pemilihan varietas
unggul dan bermutu, antar lain :
1. Varietas unggul berpotensi hasil dan layak dipasarkan (marketable).
2. Sumber benih harus benar (berlabel) dari institusi terpercaya.
3. Benih harus bernas.
4. Tahan hama dan penyakit.
5. Daya kecambah diatas 85%.
6. Tidak mengandung hama dan penyakit (tular benih).
Pemilihan Lokasi. Pemilihan lokasi yang tepat untuk proses budidaya
tanaman padi meliputi: dekat dengan sumber air, dekat dengan jalan raya, terbebas
dari hewan ternak, lahan subur, intensitas cahaya matahari cukup, lahan tidak
bekas tanaman padi varietas dan tanaman lain.
Pengolahan Tanah. Pengolahan tanah yang baik adalah dengan digaru
saat musim kering sehingga tanah bagian atas dibalik dan akar atau rizome gulma
9

seperti alang-alang diangkat. Sehingga gulma tidak akan tumbuh hingga 2 bulan.
Selain itu juga perlu diberikan tambahan pupuk organik sebanyak 5 ton/ha
(Suriansyah, 2013).
Isolasi. Padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri peluang menyerbuk
silang sebesar 5%, untuk menjaga kemurnian genetik dari benih yang akan
dihasilkan dapat menggunakan isolasi jarak dan isolasi waktu. Isolasi jarak yang
digunakan paling sedikit 2 m dan isolasi waktu yaitu 30 hari. (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009).
Penanaman. Waktu tanam yang baik adalah bila curah hujan sudah
mencapai 200 mm/bulan atau sekitar 60 cm per dekade dengan 2-3 hari hujan
(Suriansyah, 2013).
Pemupukan. Rekomendasi pupuk tunggal untuk tanaman padi tanpa
pemberian pupuk organik adalah Urea 250 kg, TSP 100 kg, dan Kcl 100 kg/ha
(Kemtan, 2015). Waktu pemberian pupuk tanaman padi yaitu: pada stadia awal
tanam, 20 hari setelah tanam, dan 35 hari setelah tanam (BPTP, 2015).
Pengendalian Hama Tanaman. Ada beberapa hama yang biasa
menyerang tanaman padi menurut Suriansyah (2013) adalah sebagai berikut:
1. Penggerek Batang
Pengendalian dilakukan dengna menggunakan insektisida berbahan
aktif dimehipo, fipronil, karbofuran, klorantraniliprol, dan tiametoksam.
2. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak mimba
dan pestisida kimia yang berbahan aktif fipronil, imidakloprid, karbofuran,
BPMC dan tiametoksan.
3. Wereng Hijau (Siphanta acuta )
Pengendalian wereng hijau dapat dilakukan dengan membersihkan
sumberinoculum tungro seperti singgang dan rumput teki, dan aplikasi
pestisida dengan insektisida yang berbahan aktif imidakloprid, BPMC, atau
tiametoxam.
4. Tikus (Rattus argentiventer)
Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain :
10

a. Sanitasi lingkungan pertanaman dengan tempat persembunyian tikus.


b. Pemasangan pagar plastik dan bubuk perangkap dipersemaian atau
pertanaman.
c. Gropyokan dan pembongkaran sarang tikus.
d. Pengumpanan beracun dengan rodentisida (klerat, racumin, petrokum).
e. Pengemposan dengan belerang/karbit.
5. Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)
Pengendalian dapat dilakukan antara lain dengan melakukan sanitasi
atau pembersihan tanaman inang disekitar tanaman padi, mengendalikan gulma
baik yang ada disawah maupun yang ada disekitar pertanaman, menggunakan
insektisida berbahan aktif BPMC, fipronil dan propoksur.
Pengendalian Penyakit Padi. Berikut ini beberapa penyakit yang bisa
menyerang tanaman padi menurut Suriansyah (2013),cara pengendaliannya adalah
sebagai berikut:
1. Bercak daun coklat (Cercospora oryzae)
Pengendalian dapat dilakukan dengan membersihkan gulma yang
ada atau dilakukan dengan menggunakan fungisida yang berbahan aktif
difenokonazol atau tebukonazol.
2. Blast (Cyricularia oryzae)
Pengendalian dilakukan dengan membakar sisa tanaman yang
terserang dan aplikasi fungsisida berbahan aktif, difenokonazol, propiconazol,
azoksistrobi, benomil dan metil tiofanat.
Roguing. Roguing merupakan tindakan menghilangkan sumber
kontaminasi benih baik dari gulma, tanaman varietas lain. Berdasarkan standar
pengujian laboratorium untuk proses sertifkasi benih padi batas maksimal terdapat
biji tanaman lain untuk kelas benih sebar 0,2%, batas maksimal terdapat campuran
varietas lain 0,2% dan tidakterdapat biji gulma (BPTPH, 2009).
Roguing dalam proses sertifikasi benih terdapat 3 fase pertumbuhan yaitu
faktor yang meliputi faktor pengamatan menurut Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Dan Hortikultura (2009), yaitu:
11

a. Fase vegetatif, faktor yang diamati pada fase ini adalah : tipe pertumbuhan,
kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna telinga daun,
warna leher daun, warna daun, lebar daun, dan warna pangkal batang.
b. Fase berbunga, faktor yang diamati pada fase ini adalah: bentuk atau tipe
malai, leher malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung
gabah, warna gabah dan sudut daun bendera.
c. Fase masak, faktor yang diamati fase ini adalah: bentuk atau tipe malai,
leher malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung gabah,
warna gabah dan sudut daun bendera.
Dari beberapa fase pertumbuhan roguing dilakukan pada semua tanaman,
namun untuk menghitung persentase CVL, pengamatan dilakukan dengan cara
menentukan plot sample dengan rumus ;
Y +8
x=
2
Keterangan : X = Jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan
Y= Luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha)

Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan. Tanaman yang tumbuh tidak
sesuai dengan deskripsi padi yang ditanam dari beberapa fase pertumbuhan
tersebut selanjutnya dicabut dan dibuang.
Panen. Pelaksanaan panen padi menurut Suriansyah (2013) dapat
dilakukan apabila 95% gabah telah menguning. Umur panen tergantung dari
varietas yang ditanam. Cara panen bisa dengan sabit bergerigi maupun ani-ani.
Perontokan dan Pengeringan. Dilakukan dengan menggunakan treaser.
Pengeringan dengan sinar matahari diatas lantai jemur dengan ketebalan 5-10 cm
dan frekuensi pembalikan 2-3 jam cukup efektif untuk mengeringkan benih
dengan aman tanpa merusak vaibilitasnya. Kadar air akhir yang diharapkan untuk
benih padi adalah 11% (Nugraha, 2009).
Pengolahan Benih. Bertujuan untuk meningkatkan mutu benih dengan
cara membuang kotoran dan memilahkan benih baik dari benih kurang baik. Cara
pengelolaan benih dapat dilakukan dengan dua, yaitu pengolahan benih secara
manual dan pengolahan benih secara mekanis (Nugraha, 2009).
12

2.7 Analisis usaha tani


2.7.1 Biaya Produksi
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu
selama masa proses produksi berlangsung. Biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk memperoleh faktor-
faktor produksi dan bahan penunjang lainnya yang dapat digunakan agar produk
tertentu yang telah di rencanakan dapat terwujud dengan baik. Biaya produksi
digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya Tetap (Fixed Cost, FC). Adalah biaya yang timbul akibat
penggunaan sumber daya tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap
adalah jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan
(naik atau turun).
Biaya Variabel (Variabel Cost, VC). Adalah jumlah biaya produksi
yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah output yang akan dihasilkan.
Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan. Maka akan besar pula
biaya variabel yang akan dikeluarkan.
Total Biaya. Adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya
tetap variabel. Biaya tetap yang dibebankan di setiap unit di sebut biaya total rata-
rata (average total kost).
Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomi yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Berikut rumus untuk menghitung
biaya produksi (Soekartawi, 2006).

TC = TFC + TVC

Keterangan : TC = Total biaya produksi benih padi (Rp)


TFC = Total biaya tetap benih padi Rp)
TVC = Total biaya variabel benih padi (Rp)

Biaya total adalah pengeluaran yang di tanggung perusahaan untuk


membeli berbagai macam input atau faktor-faktor yang dibutuhkan untuk
keperluan produksinya (Syamsidar, 2012).
13

2.7.2 Harga Pokok Produksi (HPP)


Harga pokok produksi ini diperoleh dari total biaya produksi dibagi
dengan hasil yang diperoleh dari produksi tersebut. Untuk menghitung harga
pokok produksi dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
HPP = TC/Q
Keterangan : HPP = Harga Pokok Produksi
TC = Biaya Total Produksi
Q = Hasil Panen

2.7.3 Harga Jual (Price)


Harga jual diperoleh dari harga pokok produksi dijumlahkan dengan 20%
dari harga pokok produksi atau dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Price = (HPP) + (20% x HPP)
Keterangan : HPP = Harga Pokok Produksi

2.7.4 Penerimaan (Revenue)


Penerimaan diperoleh dari perkalian antara hasil panen dengan harga
jual. Penerimaan ini adalah nilai produksi secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produksi. Untuk menghitung penerimaan dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Penerimaan = Hasil Panen x Harga Jual

2.7.5 Keuntungan (Benefit)


Keuntungan merupakan hasil penerimaan dikurangi total biaya produksi.
Keuntungan ini merupakan pendapatan bersih dari suatu usaha tani. Untuk
menghitung keuntungan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya Produksi

2.7.6 R/C Ratio (Revenue/Cost Ratio)


Menurut (Soekarwati, 2006) Revenue/Cost Ratio adalah merupakan
perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya dengan rumusan sebagai
berikut :
TR
Revenue Cost Ratio (R/C) =
TC

Keterangan : R/C (Revenue/Cost) = Ratio Penerimaan dan Biaya


14

TR (Total Revenue) = Penerimaan (Harga Jual x Total


Bsarang)
TC = Total Cost (Rp)

Jika R/C Ratio> 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan


atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio< 1, maka usaha tersebut
mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C
Ratio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).

2.7.7 B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)


Menurut (Rahardi dan Hartono, 2003) B/C Ratio adalah tingkat
perbandingan antara pendapatan atau keuntungan dengan biaya yang dikeluarkan.
Suatu usaha dinilai layak dan menguntungkan apabila nilai B/C Ratio lebih besar
dari nol (B/C>0). Untuk menganalisis kelayakan usaha tani produksi benih kacang
hijau, dilakukan analisis biaya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
π
B/C =
TC
Keterangan : B/C (Benefit/Cost) = Rasio Keuntungan dan Biaya
TC = Total Cost (Rp)
π = (TR – TC)

Dengan ketentuan : apabila nilai B/C ratio > 0 maka usaha tani
menguntungkan. Apabila B/C ratio < 0 maka usaha tani tidak menguntungkan.
Apabila nilai B/C ratio = 0 maka usaha tani impas.

2.7.8 BEP (Break Event Point)


Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual produk. Penerimaan total atau pendapatan kotor ialah nilai
produksi secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pendapatan bersih
usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya. Petani dalam
memperoleh pendapatan bersih maka petani harus mengupayakan penerimaan
yang tinggi dan biaya produksi yang rendah (Rahim dan Diah, 2008).
Kemampuan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan usaha
tani kacang hijau ini dipengaruhi oleh perhitungan analisis diantaranya Break
Event Point Harga dan Break Event Point Produksi. Untuk menganalisis Break
Event Point menggunakan persamaan sebagai berikut :
15

BEP Harga = TC/Q


BEP Produksi = TC/Price

Keterangan : BEP = Break Event Point


TC = Total Cost (Rp)
Q = Hasil Panen (Kg)
Price = Harga Jual
16

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

III.1 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam Proyek Mandiri yaitu benih padi pandan
wangi, pupuk kompos atau sekam bakar 100 kg/ha yang digunakan untuk
percampuran media tanam persemaian, pupuk urea 250 kg/ha, npk 100 kg/ha
dan tsp 100 kg/ha, insektisida Starban 1 l/ha, detop 0,5 l/ha, allstik 1 l/ha, sidabas
1 ml/ha, nordok 32gr/ha, Herbisida roundup 1 l/ha ,gramason 1 l/ha untuk
mengendalikan gulma, Rodentisida petrokum 0,005 batang tiap lubang untuk
menegendalikan hama tikus.
Alat yang digunakan dalam proyek mandiri ini Bajak (Handtraktor)
sebagai pengolahan lahan, garis tanam untuk membuat pola garis jarak tanam
padi,, Sabit, Sabit gerigi, moisture, sprayer 16 liter digunakan untuk
penyemprotan insektisida dan herbisida, terpal, ember, thresher dan karung.

III.2 Pelaksanaan Kegiatan

III.2.1 Persiapan lahan tanam


Persiapan Lahan Tanam diawali dengan pembersihan gulma yang berada
didalam sawah dan disekitr guludan, penggemburan tanah dilakukan dengan
menggunakan bajak hingga tekstur tanah lembut setelah proses pembajakan maka
tanah diratakan dan diairi sampai macak-macak. Dan membuat garisaan jarak
tanaman sebelum tanaman bibit padi. Manfaat dari pengelolahan lahan mengubah
fisik tanah agar lapisan semula keras menjadi datar dan melumpur.
17

Gambar 2.Persiapan lahan

III.2.2 Penanaman
Setelah bibit berumur 14 hari maka bibit sudah siap untuk dilakukan
pindah tanam dari lahan persemaian ke lahan produksi. Penanaman bibit padi
pada lahan sawah yang sudah digaris dan setiap garis ditanaman 1-2 bibit padi
dengan jarak tanam 25cm X 25cm, menggunakan sistem tandur jajar
legowodengan penanaman sebanyak 2 benih pandan wangi.

Gambar 3.Penanaman
18

III.2.3 Pemeliharaan tanaman


Dilakukan 1 minggu setelah tanam, penyulaman dengan cara mengganti
tanaman yang mati, atau terserang oleh hama dan tanaman kerdil. Pada saat
penyulaman sebelum bibit ditanam maka bibit direndam terlebih dahulu dengan
larutan fungisida sehingga tidak terserang hama.Pengaturan pengairan pada lahan
sawah sangat perlu dilakukan, pada saat penanaman lahan sawah tidak dilakukan
pengairan secara berlebih agar memudahkan pada saat penanaman. Pengairan
sangat perlu dilakukan terutama pada saat padi mengalami fase pembentukan
anakan, premordia, pembungaan atau pada saat pengisian biji. Diluar fase tersebut
kondisi air tetap dijaga dalam keadaan kapasitas air lapang dan jangan sampai
kekeringan.

Gambar 4.Penyulaman

Penyiangan. Pengendalian gulma pertama dilakukan 2 minggu sekali,


pengendalian gulma di antara tanaman padi dilakukan dengan cara mencabut
gulma secara manual atau dengan tanpa alat namun gulma pada pinggir-pinggir
galengan harus menggunakan alat seperti cangkul atau sabit. Pengendalian gulma
19

disekitar pematang sawah juga perlu dilakukan agar meminimalisir tempat


persembunyianhama dengan cara dibersihkan dengan sabit atau disemprot.

Gambar 5.Penyiangan

Pemupukan. Pemupukan pertama dilakukan pada tanaman berumur 10 hari


setelah tanam dengan menggunakan dosis pupuk Urea 100 kg/ha, TSP 40 kg/ha,
dan KCL 40 kg/ha namun pemupukan TSP dilakukan pada tahap pemupukan
pertama. Sedangkan pemupukan tahap ke-dua pada umur sebulan setelah tanaman
dengan pupuk KCL dan Urea saja.
20

Gambar 6.Pemupukan

Roguing. Roguing ke 1 di lakukan pada fase vegetatif (30hst) dengan parameter


yang diamati yaitu tipe pertumbahan, kehalusan daun, warna daun dan lebar daun,
lidah daun, telinga daun, pangkal batang dan tinggi tanaman sedangkan roguing
ke 2 di lakukan pada fase generatif (30hsp) yang di amati yaitu bentuk / tipe
malai, lebar malai, bentuk gabah, warna ujung gabah,warna gabah, sedangkan
roguing ke 3 pada fase masak (7hsp) dengan parameter yang di amati meliputi
bentuk adapun tipe malai, bentuk gabah,warna gabah,warna ujung gabah,dan
bulu ujung gabah.
21

Gambar 7. Roguing
Pengamatan dilapangan ditentukan dengan rumus berikut;
y+ 8
x=
2
Keterangan : X= Jumlah contoh pemeriksaan yang di perlukan
Y= Luas areal pertanaman yang akan di periksa (ha)
Pengendalian Hama dan Penyakit. Pada tanaman padi terus dilakukan sesuai
dengan kebutuhan, pengendalian hama wereng dadilakukan dengan menggunakan
insektisida dan hama walang sangit nativo,sterban dan nara.Sedangkan
pengendalian penyakit blas dilakukan dengan menggunakan fungisida nativo.
Pengendalian hama walang sangit dapat fase generatif sampai matang susu
dengan cara disemprot setiap 3 hari sekali dilakukan pengendalian.
22

Gambar 8. Penyemprotan

III.2.4 Panen dan Pasca-panen


Panen. Umur Panen pandan wangi yaitu pada umur 4 bulan. pemanenan
dilakukan secara manual menggunakan sabit gerigi, setelah itu tanaman padi yang
telah dipotong dikumpulkan dan di angkut menggunakan karung dan langsung
dimasukan kemesin thresher, kemudian gabah dimasukan kedalam karung lalu
diangkut menggunakan kendaraan bermotor setelah gabah keringkan dilantai
pengering sampai kadar air 11% panen dilakukan dengan memanen padi yang
telah dipilih menjadi sampel panen dilakukan dengan cara memetik padi beserta
malai, kemudian padi dimasukan kedalam karung dan padi sampel dijemur
dilantai jemur.

Gambar 9. Pemanenan
23

Pengeringan. Dilakukan dilantai jemur dan dibawah sinar matahari


lansung sebelum benih padi dilakukan penjemuran terlebih dahulu harus
membersihkan lantai, jemur sampai tidak ada sisa-sisa benih padi sebelumnya.
Proses pengeringan membutuhkan waktu 2-3 hari tergantung dengan keadaan
cuaca dan pada pukul 08.00-16.00 WIB. Pengeringan dilakukan sampai kadar air
11%, dilantai penjemuran.

Gambar 10. Pengeringan

Pengemasan. Benih dikemas menggunakan bahan kedap udara untuk


menghambat masuknya uap air dari luar. Kantong plastik dengan ukuran 5 kg
dengan ketebalan 0,88 mm kemudian ditutup rapat dengan cara di laminating.

Gambar11. Pengemasan
24

Penyimpanan. Dilakukan saat semua proses panen dan pasca-panen selesai.


Suhu ruang 40℃, untuk mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan.

Gambar 12. Penyimpanan padi


25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil dan Pembahasan
Proyek Mandiri dilaksanakan di lahan Seed Teaching Farm Politeknik
Negeri Lampung pada bulan Desember tahun 2020 – April tahun 2021.Adapun
luas lahan untuk total dari tiga petak tersebut, yaitu 4000 m², menghasilkan benih
sebanyak 3,5 ton. Jarak tanam yang digunakan 25cm x 25cm, dengan populasi
6400 tanaman.Harga benih yang telah di sepakti Rp.8570/kg

Luas lahan produksi = 4000 m²


Populasi Tanaman = 6400 tanaman
Hasil Produksi = 3500 kg
luaslahan
Populasi tanaman 1 ha =
jarak tanaman
10.000 m 2
=
25 cmx 25 cm
= 160.000 tanaman
160.000
Potensi benih padi 1 tanaman = = 18,3 kg
3500
Potensi benih pertanaman dalam 1 ha = 160.000 x 18,3 kg = 2,928,00
2,928,00
= =292,8 ton
1000
26

IV.2 Analisis Usaha Tani


Tabel 2. Biaya Tetap (10.000/1 ha m2)
Harga Total harga
No Uraian Jumlah Satuan
satuan (Rp) (Rp)

1 Lahan 10.000 m2 100 1.000.000


2 Cangkul 5 Unit 60.000 300.000
3 Sewa handtraktor 1 Unit 500.000 500.000
4 Sewa garis tanam 1 Unit 30.000 30.000
5 Sprayer 2 Buah 250.000 500.000
6 Ember 5 Buah 10.000 50.000
7 Sabit biasa 6 Buah 25.000 150.000
8 Sabit gerigi 6 Buah 25.000 150.000
9 Sewa moisture meter 1 Unit 35.000 35.000
10 Sewa thresher 1 Unit 200.000 200.000
11 Terpal 3 Gulung 200.000 600.000
12 Tenaga kerja tetap 7 HOK 500.000 3.500.000
TOTAL 7.015.000

Tabel 3. Biaya variabel (10.000 m2)


Harga Total harga
No Uraian Jumlah Satuan
satuan (Rp) (Rp)
1 Benih padi 20 Kg 18.000 360.000
2 Pupuk :
Urea 45 Kg 10.000 3.000.000
Tsp 19 Kg 12.000 1.200.000
Npk 25 Kg 12.000 2.400.000
3 Isektisida
Sibadas 500 g/l 36.000 36.000
Starban 160 Ml 162 25.920
Detop 400 g/l 50.000 50.000
4 Rodentisida
Petrokum 5 Gr 3.000 24.000
5 Pestisida
Allstick 15 L 40.000 40.000
Bentan 60 Gram 500 30.000
6 Herbisida
Roundup 500 Ml 100 50.000
7 Karung 70 Buah 2.500 175.000
8 Kemasan 500 Buah 2.000 1.000.000
TOTAL 8.390.920
27

4.2.1 Biaya Produksi


TC = TFC + TVC
TC = Rp 7.015.000 + Rp 8.390.920
= Rp 15.405.920

4.2.2 Harga Pokok Produksi (HPP)


HPP = TC/Q
HPP = 15.405,920/ 3500 kg
= Rp 4.401

4.2.3 Harga Jual (Price)


Price = (HPP) + (20% x HPP)
Price = (4.401) + (20% x 4.401)
= (4.311) + (880.2)
= 13.203

4.2.4 Total Penerimaan (Total Revenue)


Penerimaan (TR) = Hasil Panen (Q) x Harga Jual
TR = 3500 ton x Rp 13.203
= Rp 46.210.500

4.2.5 Keuntungan (Benefit)


Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya Produksi
Keuntungan = Rp 46.210.500 – Rp 15.405.920
= Rp 30.804.580

4.2.6 R/C Ratio (Revenue/Cost Ratio)


TR
Revenue Cost Ratio (R/C) =
TC

R/C = Rp 46.210.500 / Rp 15.405.920


= Rp. 2.9

Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan
atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usaha tersebut
mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C
Ratio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point).
28

4.2.7 B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)


π TR−TC
B/C = =
TC TC
46.210 .500−15.405 .920
B/C = Rp
15.405 .920
30.804 .580
= Rp
15.405.920
= Rp 1.9
Dengan ketentuan : apabila nilai B/C ratio > 0 maka usaha tani
menguntungkan. Apabila B/C ratio < 0 maka usaha tani tidak menguntungkan.
Apabila nilai B/C ratio = 0 maka usaha tani impas.

4.2.8 BEP (Break Event Point)


BEP Harga = TC/Q
BEP Produksi = TC/Price

BEP Harga = Rp15.405.920 / 3500


= Rp 4.401
BEP Unit = Rp 15.405.920/ Rp 13.203
= Rp 1.166
29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kegiatan proyek mandiri yang telah saya lakukan dapat terhadap
pengembangan benih padi pandan wangi mengalami keuntungan, karena di
peroleh R/C > 1 yaitu 1.19 dan B/C > 0 yaitu 0.19 dengan potensi hasil 3.500 dan
harga pernjualan 5.173,2.

5.2 Saran
Selama proses penanaman perlu diperhatikan pengendalian hama dan penyakit
pada padi, dengan memberikan insektisida, herbisida, dan fungisida. Dapat juga

dilakukan roguing varietas lain dan roguing pada hama yang ada pada padi.
30

DAFTAR PUSTAKA

Akk.1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta : Kanisius

A, Karim, Makarim., dan E, Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman


Padi.BalaiPenelitianTanamanPadi.http://www.litbang.pertanian.go.id/
special/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf.diakses pada 17 april 2017.

Badan Pusat Stastistik Provinsi Lampung (BPSPL). 2018. Luas Panen dan
Produksi Padi di Provinsi Lampung. 2018. Berita Resmi Stastistik No.
90/10/18/Th1, November 2018

BPTP Jawa Barat. 2010. Deskripsi Tanaman Padi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Barat. (Diakses Tanggal 29 November 2015
http://www.google.com/jabar.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumen/Deskr
ip si_Varietas_Padi_2010.pdf.). 105 hal.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2011. Kabupaten Cianjur Dalam Angka.
Cianjur : BPS Kabupaten Cianjur

Badan Pusat Statistik .2011. Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi.


http://bps.tnmnpgn.go.id. Diakses tanggal 9 Februari 2012.

[BPTP] Bandan Pengkajian Teknologi Pertanian. 2015. Mengenal Karakteristik


Varietas Unggul padi Sawah. http://babel. litbang.
pertanian.go.id/index.php/sdm-2/15-infoteknologi/340-mengenal-
karakteristik-varietas-unggul-padi-sawah. (diakses tanggal 15 November
2017)

Bakhtiar, Kesumawati E, Hidayat T, Rahmawati M. 2011. Karakterisasi plasma


nutfah padi lokal aceh untuk perakitan varietas adaptif pada tanah
masam. Jurnal Agrista. 15(3): 79–86.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar. 2009. Sasaran


produksi bidang pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Sumatera Barat Tahun 2009. Disampaikan dalam pertemuan 112 peneliti
dan penyuluh di BPTP Sumbar pada tanggal 29 September 2009. Padang

Departemen Pertanian. 2008. Impor beras per negara asal. www.deptan.go.id. [18
April 2008].
31

Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Ladang (Oryza sativa L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 60 hal.

Manurung, S.O. dan Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Dalam Padi
Buku I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal 55 – 102.

Nugraha, U.S. 2008.”End-of-Mission Report of Nasional Consultant on Seed


Production.Accelarated Training on Improved Rice Production
Technologies in Support to the Presidential Initiative to Increase Rice
Production by 2 Million Tonnes [TCP/INS/3102(D)]”. Jakarta: FAO
Indonesia.

Rachmawati, D., and E. Retnaningrum. "Pengaruh tinggi dan lama penggenangan


terhadap pertumbuhan padi kultivar Sintanur dan dinamika populasi
rhizobakteri pemfiksasi nitrogen non simbiosis." Bionatura 15, no. 2
(2013).

Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan (Jakarta: Penebar Swadaya).


Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No. 1, Juni 2014, [ 29 - 44 ]

Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti 2008, Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hlm

Syamsidar. 2012. Analisis Pendapatan Pada Sistem Integrasi Tanaman


SemusimTernak Sapi Potong (Integrated Farming System) di Kecamatan
Sinjai Tengah. Kabupaten Sinjai. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan.
Fakultas Peternakan. Makassar.

Suhartatik.2008.Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi http: //www.


google.com/url.litbang.deptan.go.id/spesial/padi.2009. [28 Oktober
2017].

Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani. Jakarta. UI-Press. 110 hal.

Suriansyah, Suparman, Bherman A. 2013. Petunjuk Pengelolahaan Tanaman


Terpadu(PPT)PadiPasangSurut.http:kelteng.litbang.pertanian.go.id/ind/
image/data/buku-ppt-pasut-2013.pdf (diakses tanggal 29 Oktober 2017).

Sasmita, P., B.S. Purwoko, S. Sujiprihati, I. Hanarida, I.S. Dewi, dan M.A.
Chozin. 2006. Evaluasi pertumbuhan dan produksi padi gogo haploid
ganda toleran naungan dalam sistem tumpang sari. Bul. Agron, 34 (2):
79-86.

Surowinoto S. 1982. Budidaya Tanaman Padi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


32

Takai, T.S. Matsuura, T. Nishio, A. Ohsumi, T. Shiraiwa, and T. Horie. 2006.


Rice yield potential is closely related to crop growth rate during late
reproductive period. South African Journal of Botany 93:137-141.

[USDA] United States Department of Agriculture National Nutrient Database.


2016. Broccoli, raw. National Agricultural Library. USA. Hal 1.

Utama, M.Zulman Harja. (2015).Budidaya Padi Lahan Marjinal Kiat


Meningkatkan Produksi Padi.Yogyakarta:Andi.

Hana Febryana. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate


Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi. Universitas
Negeri Padang.

Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta.

na Hasanah. 2007. Bercocok Tanam Padi. Jakarta : Azka Mulia Media


33

LAMPIRAN
34

Tabel 1. Jadwal kegiatan Proyek Mandiri

Desember Januari Februari Maret April


N
Kegiatan Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengolahan
1 Lahan
2 Penyemaian
3 Penanaman
 4 Penyulaman
 5 Pemupukan
Pengendalian
Hama dan
 6 Penyakit
 7 Pengairan
Pengendalian
 8 Gulma
 9 Roguing
 1 Panen dan
0 Pasca-panen
35

25x25
V V V V V V V V V
V V V V V V V V V
V V V V V V V V V
V V V V V V V V V
50x50
V V V V V V V V V
V V V V V V V V V
V V V V V V V V V
50x50
V V V V V V V V V
V V V V V V V V V
V V V V V V V V V

Keterangan : V = Tanaman Padi Panda Wangi

Gambar. 1 Tata Letak Proyek Mandiri

\
Deskripsi Padi Sawah Varietas Pandan Wangi
36

No. Keputusan Menteri Pertanian Tentang

1. Nomor : 163/Kpts/LB.240/3/2004
2. Tanggal : 17 Maret 2004
3. Asal : Populasi varietas lokal Pandan
Wangi Cianjur
4. Nomor Aksesi koleksi : Balitpa 1644 s
5. Metode Seleksi : Galur murni
6. Golongan : Berbulu
7. Umur tanaman : 155 hari
8. Bentuk tanaman : Kompak
9. Tinggi tanaman : 168 cm
10. Anakan produktif : 15 – 18 batang
11. Warna kaki : Hijau
12. Warna batang : Hijau
13. Warna telinga daun : Tidak berwarna
14. Warna lidah daun : Tidak berwarna
15. Warna helai daun : Hijau
16. Muka daun : Kasar
17. Posisi daun : Tegak Daun
18. bendera : Tegak
19. Bentuk gabah : Bulat
20. Warna gabah : Kuning mas
21. Kerontokan : Tahan
22. Kerebahan : Kurang tahan
23. Tekstur nasi : Pulen
24. Bobot 1000 butir : 29,7 gram
25. Kadar amilosa : 24,96 %
26. Potensi hasil : 7,4 ton GKG/Ha
27. Rata-rata hasil : 5,7 ton GKG/Ha
28. Ketahanan hama dan penyakit : Rentan terhadap hama wereng
coklat biotipe 2 dan 3, rentan
terhadap penyakit hawar daun
bakteri strain 4, rentan terhadap
penyakit tungro.
29. Keterangan : Baik ditanam di Cianjur
30. Peneliti Pemulia : 1. Dr. Aan A. Daradjat
2. Ir. Suwito MS.
31. Tim Peneliti : Aan A. Daradjat, Suwito, Mariani P,
Hamzah B, Mamat R, Supardi,
Hardedi, M. Jumadi, Tuteng Dj,
Tansyah A, Iyus R, Machpudin dan
Mansyur.

MENTERI PERTANIAN, 2004

Anda mungkin juga menyukai