Morfologi Dan Anatomi Tanaman Kedelai
Morfologi Dan Anatomi Tanaman Kedelai
Morfologi Dan Anatomi Tanaman Kedelai
Oleh:
Dianti Alam P. A. A1D017077
Nur Afifah A1D017083
Diyah Ayu P. R. A1D017084
Restu Prasetiyo A. A1D017092
Fadhilah Maulidiati A1D017094
A. Latar Belakang
diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri
belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga
ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea,
Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak
abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,
manajemen melalui kebijakan pasar, perbaikan sistem kredit pertanian, dan penguatan
sistem. Salah satu program seperti SL-PTT akan memberikan dampak yang positif
negeri secara berkelanjutan. Usaha tani dengan budidaya yang baik dan benar akan
berpengaruh pada pendapatan yang akan diterima oleh petani. Hal ini disebabkan
pendapatan akan semakin meningkat pula. Pendapatan yang tinggi akan menambah
B. Tujuan
kedelai
II. PEMBAHASAN
A. Morfologi dan Anatomi Tanaman Kedelai
berdaun lebat, dan beragam morfologi. Tinggi tanaman kedelai berkisar antara 10-20
cm, dan dapat bercabanag sedikit atau banyak. Kultivar yang berdaun lebar dapat
memberikan hasil yang lebih tinggi karena mampu menyerap sinar matahari lebih
Susunan tubuh tanaman kedelai terdiri atas 2 macam alat (organ) utama, yaitu
organ vegetatif dan generatif. Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Organ
generative meliputi bunga, buah, dan biji sebegai alat perkembangbiakan (Rukmana,
1996). Pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang dapat diterima dalam
istilah ilmiah yaitu glycine max (l.) Merril. Menurut Adi sarwanto (2008), klasifikasi
Kingdom : plantae
Divisio : spermatophyta
Subdivisio : angiospermae
Kelas : dicotyledonae
Famili : leguminosae
Genus : glycine
a. Akar (radix)
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam yaitu akar tunggang dan
akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering
kali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada
umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu misalnya kadar air
tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2008). Kedelai memiliki akar tunggang
dan memiliki bintil akar yang merupakan koloni bakteri rhizobium japonicum.
Pada tanah gembur, akar kedelai dapat tumbuh sampai kedalaman 150 cm
(Mursiani, 1993). Akar kedelai dapat mencapai kedalaman 150 cm dalam tanah,
b. Batang (caulis)
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian
kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada
epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga
pertama dan ujung batang (Sumarno et al., 2007). Tanaman kedelai memiliki
batang perdu, bentuknya tegak dan bercabang. Anak cabang sering melebar
atau terkadang panjangnya hamper sama dengan batang atau sejajar. Batang
kedelai biasanya berwarna ungu atau hijau tua (Harjadi, 1978). Kedelai
berbatang semak dengan tinggi antara 30-100 cm. Batang kedelai dapat
c. Daun (folium)
Kedelai mempunyai empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, dua
helai daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer
berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1—2 cm, terletak berseberangan
pada buku pertama di atas kotiledon. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang
utama dan cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara bergantian dalam
susunan yang berbeda. Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-
kelamin jantan dan betina dalam setiap bunga. Bunga tanaman kedelai
umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Pada kondisi lingkungan tumbuh
dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai
daunnya akan berisi 1—7 bunga, tergantung dari karakter varietas kedelai yang
ditanam. Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memiliki
alat reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga
hanya 0,1%. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah
Gambar 4 & 5. Bunga tanaman kedelai (a) putih (v. Panderman) (b) ungu (v. Wilis)
(Irawan, 2006)
e. Biji (semen)
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio
terletak diantara keeping biji. Bentuk biji pada umumnya bulat lonjong, ada
yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji bervariasi antara 6-30 gram
hari masa pertumbuhan yakni setelah bunga pertama muncul. Warna polong
yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan berubah menjadi kuning
atau coklat pada saat dipanen. Pembentukan dan pembesaran polong akan
terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam berkisar 2—10 polong pada
setiap kelompok bunga di ketiak daunnya. Sementara jumlah polong yang dapat
dipanen berkisar 20—200 polong per tanaman, tergantung dari varietas kedelai
yang ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Warna polong masak
dan ukuran biji antara posisi polong paling bawah dan paling atas akan sama
selama periode pemasakan polong optimal berkisar 50—75 hari. Periode waktu
tersebut dianggap optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang
tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Stadia
pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama.
Menurut Kadarwati (2006), nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling
banyak dibutuhkan tanaman, unsur nitrogen sangat berperan dalam fase vegetatif
tanaman. Stadia vegetatif umumnya dimulai pada buku ketiga. Tanda V dimaksudkan
untuk menandakan stadia vegetatif yag diikuti oleh angka untuk menunjukkan jumlah
mulai berbunga sampai pembentukan polong, perkembangan biji dan pemasakan biji.
Pada fase ini sangat memerlukan unsur P dan K dalam jumlah yang lebih banyak
(Kadarwati, 2006). Penandaan setiap stadia pada periode generatif yaitu tanda R
(reproduktif) dan diikuti dengan penulisan angka 1-8. Pemberian penandaan masih
berdasarkan perkembangan yang terjadi pada batang utama (Tabel 2). Pada saat ini,
hanya sedikit unsur hara yang diangkut ke akar dan bagianvegetatiflainnya. Dengan
demikian, pertumbuhan akar tertekan dan proses pengambilan hara dari tanah
menjadi terhambat sehingga aktivasi bintil akar akan menjadi terganggu (Hanway dan
Weber (1977) yang dikutip oleh Sagala et al., (2013)).Apabila ketersediaan unsur
hara rendah dan proses penyerapan hara terganggu maka pegisian polong dan biji
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi dan
jagung. Komoditas ini memiliki kegunaan yang beragam, terutama sebagai bahan
baku industry makanan kaya protein nabati dan sebagai bahan bakui ndustri pakan
ternak. Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai merupakan sumber lemak,
mineral, dan vitamin serta dapat diolah menjadi berbagai makanan seperti tahu,
sangat berperan sebagai sumber pendapatan tunai petani. Keberhasilan usaha tani
kedelai banyak ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya ketepatan waktu tanam di
daerah setempat, pemilihan varietas yang sesuai dengan areal atau lokasi
penanaman, serta adopsi teknologi dalam hal ini adalah teknik budidaya yang
Saat ini, Indonesia termasuk Negara produsen kedelai keenam terbesar di dunia
setelah Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Cina, dan India. Namun, produksi kedelai
domestic belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat
Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,79 juta ton (Zakaria, 2010).
Produktivitas kedelai nasional saat ini masih sangat rendah, yaitu 1,3 ton/ha
(Atman, 2009 dalam Efendi, 2010). Padahal potensinya masih dapat ditingkatkan
sampai 2,5 ton/ha melalui pemanfaatan teknologi maju dan pemeliharaan yang
intensif. Ada beberapa langkah praktis yang bias dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas kedelai, misalnya penggunaan pupuk secara efisien, waktu tanam yang
tepat, daya dukung lahan yang sesuai, serta penggunaan varietas unggul yang
memiliki daya adaptasi yang tinggi atau luas pada berbagai agroekosistem
(Martodireso dan Suryanto, 2001 dalam Efendi, 2010). Permasalahan utama kedelai
dalam negeri antara lain adalah makin menurunnya produksi akibat meningkatnya
dalam negeri, baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas maupun
seperti pengaturan tata niaga kedelai, tariff bea masuk, dan penetapan harga dasar.
penting diantaranya adalah karena pertambahan jumlah penduduk, usaha tani kedelai
melibatkan lebih dari dua juta rumah tangga petani, peningkatan pendapatan
industry makanan berbahan baku kedelai, sepertitahu, tempe, kecap, dan tauco, serta
perkembangan industry pakan yang salah satu komponen utamanya adalah bungkil
Varietas merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha
dalam budidaya kedelai, karena untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi
sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak
dilakukan denganbaik, maka potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas unggul
tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto, 2006). Sumarno dan Harnoto (1983)
dalam Efendi (2010) menjelaskan bahwa secara umum varietas unggul memiliki
bermutu tinggi merupakan cara yang paling mendasar dan termurah di antara cara-
cara lain untuk meningkatkan produksi tanaman. Gardneret al. (1991) dalam Efendi
(2010) menyatakan bahwa faktor internal yang ada dalam kendali genetic bervariasi
antara satu varietas dengan varietas lainnya. Sehingga suatu varietas yang cocok pada
suatu kondisi tertentu belum tentu cocok pada kondisi agroklimat lainnya. Di
samping itu, setiap varietas juga mempunyai respons yang berbeda-beda terhadap
ini adalah kurangnya daya dukung lahan yang produktif. Hal ini disebabkan
terjadinya degradasi serta kerusakan lahan akibat pola pertanian konvensional saatini
yang lebih mengutamakan penggunaan input tinggi seperti pupuk anorganik dan
pestisida. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas dan kualitas kedelai harus
diupayakan dengan cara-cara yang lebih baik, seperti menggunakan pupuk organik.
Sumber pupuk organic dapat berasal dari berbagai biomasa atau bahan organik,
seperti sisa tanaman atau hewan. Setiap bahan organic memiliki kandungan atau
komposisi unsur hara yang berbeda-beda. Jenis apa dan dosis berapa yang tepat untuk
Umumnya, sumber bahan organik yang baik adalah pupuk kandang serta kompos
yang diolah dari tanaman leguminosa, seperti lamtorogung. Dosis pupuk organic
Sarief (1986) dalam Efendi (2010) pemberian pupuk organik yang tepat dapat
memperbaiki kualitas tanah, tersedianya air yang optimal sehingga memperlancar
serapan hara tanaman serta merangsang pertumbuhan akar. Pemberian pupuk organik
yang berlebihan menyebabkan tanah menjadi asam, sebaliknya bila diberikan terlalu
sedikit pengaruhnya pada tanaman tidak akan nyata. Oleh karena itu, diperlukan
pemberian pupuk organic dalam jumlah yang tepat agar diperoleh hasil yang
optimum.
yang besar melalui perbaikan manajemen usaha tani yang diikuti penanganan panen
produktivitas dan efisiensi, selain pemberian insentif jaminan harga dasar, juga perlu
fisik dan kelembagaan (Baharsjah, 2004 dalam Zakaria, 2010). Hal ini karena
meskipun sumber daya lahan tersedia dan pemerintah menyediakan modal, petani
kurang tertarik menanam kedelai jika harga tidak menguntungkan berdasarkan hasil
Menurut Zakaria (2010) bahwa partisipasi serta sikap petani yang dinamis dan
individu maupun kelompok, yang didasarkan atas kesamaan usaha, skala usaha,
skala usaha yang lebih besar sehingga mampu bersaing dengan lembaga ekonomi
lain.
3. Pembinaan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengidentifikasi
usaha taninya.
4. Meningkatkan partisipasi pihak swasta dalam pembiayaan dan pemasaran hasil
melalui kemitra
A. Kesimpulan
utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya
bisa optimal.
2. Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan
pertumbuhan vegetatif dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang
utama.
baik individu maupun kelompok, yang didasarkan atas kesamaan usaha, skala
dalam skala usaha yang lebih besar sehingga mampu bersaing dengan
Fehr WR, Cavines CE, Burmood DT, Pennington JS. 1971. Stage of development
descriptions for soybeans Glycine max (L.) Merill. Crop Sci., 11: 929-931.
Sagala, Danner., Eka, S., Prihanani, Julian, N.2013.Uji Adaptasi Beberapa Varietas
Kedelai Di Lahan Salin Dengan Teknologi Budidaya Jenuh Air. Jurnal
Agroqua.11(1):52-55
Singh. L. 1983. Modern Techniques of Raising Field Crops. Oxford and IBH
Publishing, New Dehli.