Lap - Pemuliaan Harrma Odhe
Lap - Pemuliaan Harrma Odhe
Lap - Pemuliaan Harrma Odhe
OLEH :
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
I. PENDAHULUAN
kacangan yang merupakan salah satu komoditas tanaman pangan sangat penting
Indonesia masih mengimpor lebih dari 55% dari kebutuhan totalnya. Hal ini
dikarenakan produksi dalam negeri masih kurang dan baru bisa memenuhi sekitar
45% saja.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (2015), pada tahun 2004 produksi
nasional mencapai 723.483 ton dengan luas panen 565.155 hektar, kemudian
turun. Produktivitas kedelai nasional masih sekitar 1,3 ton/ha. Hal ini masih jauh
nasional, maka harus mengimpor kedelai dari luar. Negara pengekspor kedelai ke
yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya rendahnya tingkat viabilitas
dan vigor benih. Untuk mendapatkan benih yang bermutu tinggi diperlukan
pengawalan mutu benih mulai dari lapangan hingga panen salah satunya dengan
cara persilangan.
Tujuan utama melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua
memanfaatkan vigor hibrida dan menguji potensi tetua (uji turunan). Dari
keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan
dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif apabila
hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk
faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca). Faktor internal yang
dilakukan pada saat serbuk sari (pollen) sudah masak tetapi belum mati dan putik
siap untuk dibuahi (reseptif). Cuaca yang cerah dan tidak ada angin akan
Kegunaa dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui cara
kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Kandungan protein biji kedelai per 100
gram biji kedelai mengandung 40% sampai 45% protein (Wijaya, 2015).
pada lingkungan ternaungi dicirikan oleh tanaman lebih tinggi dibandingkan pada
kondisi tanpa naungan tetapi tanaman tidak roboh (Susanto dan Titik, 2011).
Ordo : Fabales
Genus : Glycine
1. Akar
Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai adalah adanya
interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japanicum) dengan akar
tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar. Bintil akar sangat
berperan dalam proses fiksasi Nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman kedelai
2. Batang
berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam, berbentuk bulat,
bewarna hijau, dan panjangnya bervariasi antara 30-100 cm. Batang tanaman
kedelai dapat membentuk cabang 3-6 cabang. Percabangan mulai terbentuk atau
tumbuh ketika tinggi tanaman sudah mencapai 20 cm. Banyaknya jumlah cabang
setiap tanaman bergantung pada varietas dan kepadatan populasi tanaman. Jika
kepadatan tanaman rapat, maka cabang yang tumbuh berkurang atau bahkan tidak
3. Daun
lanseotlat kecil, dan stipel kecil lembaran daun berbentuk oval menyirip, biasanya
palea bewarna hijau dan pangkal berbentuk bulat. Ujung daun biasanya tajam atau
tumpul, lembaran daun samping sering agak miring, dan sebagian besar kultivar
4. Bunga
Bunga kedelai memiliki 5 helai daun mahkota, 1 helai bendera, 2 helai sayap, dan
2 helai tunas. Benang sarinya ada 10 buah, 9 buah diantaranya bersatu pada
Bunga tumbuh diketiak daun membentuk rangkaian bunga terdiri atas 3 sampai
5. Buah
Setelah tua, warna polong ada yang cokelat, cokelat tua, cokelat muda, kuning
hitaman. Jumlah biji setiap polong antara 1 sampai 5 buah. Permukaan ada yang
berbulu rapat, ada yang berbulu agak jarang. Setelah polong masak, sifatnya ada
yang mudah pecah, ada yang tidak mudah pecah, tergantung varietasnya.
6. Biji
Biji kedelai memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, bergantung
pada varietasnya. Bentuknya ada yang bulat lonjong, bulat, dan bulat agak pipih.
Warnanya ada yang putih, krem, kuning, hijau, cokelat, hitam, dan sebagainya.
Warna-warna tersebut adalah warna dari kulit bijinya. Ukuran biji ada yang
berukuran kecil, sedang, dan besar. Namun, di luar negeri, misalnya di Amerika
dan Jepang biji yang memiliki bobot 25 g/100 biji dikategorikan berukuran besar.
Perbaikan genetik tanaman kedelai yang luas dengan potensi hasil tinggi
dan umur genjah dapat diperoleh melalui persilangan (Hibridisasi) antara tetua
yang mempunyai jarak genetik yang relatif jauh seperti persilangan antar sub
spesies pada tanaman kedelai. Apabila pemuliaan tanaman hanya dari bahan yang
telah ada, maka suatu saat secara genetik akan terbatas sehingga kemajuannya pun
menjadi lambat. Untuk perbaikan genetik sangat efektif dilakukan melalui induksi
tetua betina, kemudian kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari
tetua jantan yang telah disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai
berbunga (30-50 HST), sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan
dengan pendekatan analisis genetik, yaitu melalui aksi gen, menunjukkan faktor
merupakan salah satu metode untuk dapat memperbesar variabilitas genetik. Dari
persilangan tersebut akan memperbanyak pilihan dalam kombinasi baru dari gen-
gen yang diturunkan dari kedua tetuanya. Pola pewarisan, variabilitas genetik dan
Bertempat pada lahan percobaan 2 (dua) fakultas Peranian Unversitas Halu Oleo
Kendari.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, parang, pinset,
gunting, jarum, kamera, daring, paku, palu, gamal dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Agromulyo, tali raffia,
petak sebesar 2 x 2 M.
setelah satu minggu. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kedelai yaitu
20 cm x 20 cm.
3.3.3. Perawatan
hujan.
tumbuh.
sehingga tidak mudah tumbang. Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang
mati.
3.3.4. Persilangan
1. Menyediakan alat dan bahan berupa pinset, jarum pentul, spidol dan kertas
label.
dengan cara mengambil tetua betina varietas agromulyo pada bagian bunga
3. Kastrasi atau menghilangkan bagian bunga yang tidak diperlukan. selanjutnya
4. Terakhir dilakukan proses pelabelan dengan kertas label, guna menadai kedelai
4.1 Hasil
Hasil dari proses persilangan dapat kita lihat pada tabel berikut :
PP Pp
Gamet P P
P P
F1 P P
P Pp Pp
P Pp Pp
Genotip 100 % Pp
F1 X F1 Pp Pp
Gamet P P
P P
F2 P P
P PP Pp
P Pp Pp
Genotip 25 % PP 50 % Pp 25 % pp
4.2. Pembahasan
kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Kandungan protein biji kedelai per 100
tetua betina, kemudian kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari
tetua jantan yang telah disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai
berbunga (30-50 HST), sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan
tanaman kedelai yang memiliki bunga sama tetapi berbeda varietas, yang berasal
dari kedelai bunga ungu varietas anjasmoro sebagai tetua jantan dan kedelai bunga
ungu varietas agromulyo sebagai tetua betina. Persilangan ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil berupa varitas baru yang unggul guna untuk meningkatkan
produktivitas pertanian.
Berdasarkan hasil persilangan kedelai bunga ungu varietas anjasmoro (PP)
setelah itu keturunan pertama (F1) varietas anjasmoro (P) disilangkan dengan
100%.
disilangkan dengan hasil keturunan pertama (F1) varietas agromulyo (Pp) akan
ungu varietas anjasmoro (PP), 50% kedelai bunga ungu hasil persilangannya (Pp)
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan laporan ini agar kita dapat mengetahui bahwa
kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Kandungan protein biji kedelai per 100
gram biji kedelai mengandung 40% sampai 45% protein. Prinsip persilangan pada
tanaman kedelai adalah membuang kepala sari tetua betina, kemudian kepala
putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari tetua jantan yang telah
dari tanaman kedelai yang memiliki bunga sama tetapi berbeda varietas, yang
berasal dari kedelai bunga ungu varietas anjasmoro sebagai tetua jantan dan
kedelai bunga ungu varietas agromulyo sebagai tetua betina. Hasil persilangan
dari varietas anjasmoro (Pp) dan varietas agromulyo (Pp) menghasilkan genotipe
25 % kedelai bunga ungu varietas anjasmoro (PP), 50% kedelai bunga ungu hasil
5.2. Saran
Saran dalam kegiatan praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan lebih teliti
dan hati-hati dalam melakukan persilangan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
Alia. Y Dan Weni W. 2011. Persilangan Empat Varietas Kedelai dalam Rangka
Penyediaan Populasi awal Untuk Seleksi. Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains. 13 (1) : 39-42.
Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai
Nasional Tahun 2004-2014.
Susanto, G.W. A., dan T, Sundari. 2011. Perubahan karakter agronomi aksesi
plasma nutfah kedelai dilingkungan ternaungi. Agron Indonesia. 39 (1) :
16.
Penanaman Penyilangan
Tanaman Kedelai