Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Isi Jagung

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung telah dikenal dan ditanam oleh masyarakat Amerika Utara sejak

200 tahun sebelum masehi, tetapi asal tanaman jagung belum dapat diketahui

secara pasti. Bangsa India telah menanam jagung yangkemudian dikembangkan

oleh penjelajah dari Eropa pada abad 17, yang digunakan sebagai pakan ternak

dan bahan makanan manusia. Pada era indudtrial, jagung telah diusahakan sebagai

bahan baku untuk menghasilkan minyak jagung dan dapat dikembangkan sebagai

bahan untuk pembuatan etanol (Dongoran, 2009).

Produktivitas pertanian jagung di daerah marginal sangat rendah dan tidak

stabil. Upaya peningkatan produktivitas tanaman jagung belum dapat dilakukan

secara optimal mengingat berbagai kendala biofisik dan sosial ekonomi.Faktor

internal petani juga merupakan kendala biofisik dan sosial ekonomi. Faktor

internal petani juga merupakan kendala yang tidak kecil pengaruhnya seperti

keterbatasan kemampuan dan pengalaman petani membuat petani cenderung

kurang memiliki dan memilih teknologi yang sama sekali baru, tetapi lebih

menyukai teknologi yang telah ada (Larasati, 2011).

Tanaman jagung manis selama ini sudah cukup lama dibudidayakan oleh

masyarakat, namun teknologi budidaya relative tidak berkembang. Berbagai

upaya dapat dilakukan untuk menghasilkan produksi jagung manis. Salah satunya

dengan mengkaji dosis pemupukan yang optimal bagi produksi jagung manis

dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik (Dongoran, 2009).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah

mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada
2

kondisi lingkungan tertentu dengan disertai teknologi sertaan berupa

pemupukan.Oleh karena itu, perlu dnya menentukan dosisi P yang paling optimal

bagi setiap produksi hasil persilangan tanaman jagung yang dicobakan sehingga

dapat dijadikan sebagai teknologi budidaya sertaan dari varietas baru yang

dihasilkan (Larasati, 2011).

Di Indonesia penanaman jagung manis dewasa ini telah berkembang.

Tanaman jagung manis sangat respons terhadap tanah dengan kesuburan tinggi.

Selaras dengan pernyataan di atas dalam hal pengolahan tanah harus diperhatikan

aspek pemupukan. Dalam pemupukan ketepatan dosis, cara dan waktu

pemupukan yang tepat sangat penting agar produksi optimum (Syafruddin et.al,

2012).

Pada tahun 2014, produksi jagung di Indonesia mencapai 3,744 ton dengan

luas lahan 1,131 ha sehingga tingat produktivitasnya sebesar 49,54 Ku/ha.

Kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan sampai 19,612 ton dengan luas

lahan 3,787 ha sehingga produktivitasnya mencapai 51,78 Ku/ha. Maka,

pertumbuhan produksi jagung tahun 2015 terhadap tahun 2014 sebesar 3,18 %

(Kasryno, 2016).

Fungsi dari jagung adalah untuk menghilangkan bekas jerawat yang

berlubang di wajah atau flek hitam.Selain mampu menghilangkan bekas jerawat,

jagung muda juga berkhasiat untuk menghilangkan bekas cacar air di kulit.Di

samping itu, zat alami yang terkandung dalam jagung muda juga bermanfaat

untuk mencegah pembentukan sel kanker. Jagung juga mengandung vitamin K

yang berkhasiat dapat menghentikan pendarahan seperti mimisan dan batuk-batuk

(Sari, 2015).

Tujuan Penulisan
3

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengaplikasikan teknik

persilangan pada tanaman menyerbuk silang pada tanaman jagung (Zea mays L.).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Menurut Fauzi (2012), tanaman jagung dalam tata

nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi

sebagai berikut; Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas:

Monocotyledoneae; Ordo: Graminae; Famili: Graminaceae; Genus: Zea; dan

Spesies: Zea mays L.

Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke

bawah pada saat biji berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan

batang dimana plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-

buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri atas akar-akar radikal

atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai

akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada

umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13. Akar

koronal adalah akar yang tumbuh dari bagian dasar poangkal batang, Akar udara

tumbuh dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih di atas permukaan tanah

(Hartoyo, 2008).

Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi

antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada

jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal

batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60-300 cm atau lebih tergantung
5

tipe dan jenis jagung, Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan ruas-ruas

batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah

berkembang menghasilkan tajuk bunga betina (Dongoran, 2009).

Di antara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-

rata 12-18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih

sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai

banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30-150 cm dan lebar daun dapat

mencapai 15 cm. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh

dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah

(Sembiring, 2007).

Tanaman jagung dikenal dengan istilah monoeciuos sebab ia tergolong

tumbuhan berumah satu. Kedua bunga diklin atau terpisah. Pada tiap kuntum

bunga jagung terdapat struktur yang khas dari kelompok Poaceae yang dinamakan

floret. Pada tanaman jagung sendiri, floret menjadi terbatas sebab terdapat

gulmae. Bunga jantan jagung tumbuh pada bagian puncak tanaman yang berupa

karangan bunga. Bagian serbuk sari pada bunga jagung berwarna kuning dengan

aroma yang cukup khas. Adapun bunga betina tersusun dalam bentuk tongkol

yang tumbuh dari bagian buku (Panjaitan, 2013).

Pada umumnya satu tongkol jagung mengandung 300-600 biji jagung. Biji

jagung berbentuk bulat dan melekat pada tongkol jagung. Susunan biji jagung

pada tongkolnya berbentuk spiral. Biji jagung selalu terdapat berpasangan,

sehingga jumlah baris atau deret biji selalu genap. Warna biji jagung bervariasi

dari putih, kuning, merah, dan ungu sampai hitam. Rambut merupakan tangkai

putik yang sangat panjang yang keluar ke ujung kelobot melalui sela-sela deret
6

biji. Rambut mempunya cabang-cabang yang halus, sehingga dapat menangkap

tepung sari pada saat pembuatan (Atmadja, 2006).

Tongkol jagung merupakan gudang penyimpanan cadangan makanan.

Tongkol ini bukan hanya tempat pembentukkan lembaga tetapi juga merupakan

tempat menyimpan pati, protein, minyak/lemak, dan zat-zat lain untuk persediaan

makanan dan pertumbuhan biji. Panjang tongkol bervariasi antara 8 sampai 42 cm

dan biasanya dalam satu tongkol mengandung sekitar 300 sampai 1000 biji jagung

(Indrawuri, 2010).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan

lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam kondisi. Iklim

yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah yang

beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis/tropis yang basah. Jagung

dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat

LS (Izah, 2009).

Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat membutuhkan sinar matahari.

Tanaman jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan

memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Sedangkan suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis berkisar 21 ° -34 °

C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum

antara 23 ° -27 ° C. Pada proses perkecambahan benih jagung manis

memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 ° C (Purnama, 2015).


7

Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam

menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak

mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan

berpengaruh pada pertumbuhan termasuk pada tanaman jagung. Walaupun

tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin namun

jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi kualitas jagung (Suliswaty, 2016).

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.

Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan

memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah

hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan

dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya

jagung ditanam di awal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Izah, 2009).

Jagung manis merupakan tanaman semusim. Jagung manis dapat tumbuh

dengan baik pada ketinggian tempat sampai dengan 3.000 meter di atas

permukaan laut (mdpl). Jagung manis dapat beradaptasi dengan baik pada iklim

antara 50 ° LU - 50 ° LS. Jagung manis merupakan tanaman yang

memerlukan curah hujan antara 300-600 mm/bulan (Gani, 2015).

Tanah

Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik,

dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang

dari 40% kapasitas lapang atau bila batangnya terendam air. Tanaman jagung

dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi

dan sawah tadah hujan (Larasati, 2011).


8

Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsure-unsur hara

tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung manis

adalah pH antara 5,67-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk

tanaman jagung manis adalah pada pH 6,8. Bila lahan kering ber-pH masam

dialokasikan untuk penanaman jagung manis, perlu dilakukan pengapuran leih

dahulu (Purnama, 2015).

Lahan tanah yang baik untuk budidaya jagung manis harus memiliki

criteria lahan yang sesuai untuk menunjang produksi dari jagung manis. Lahan

tanah yang baik untuk budidaya jagung manis kering yang berpengairan cukup,

tadah hujan, terasering, gambut yang telah di perbaiki, dan sawah bekas menanam

padi. Jagung manis harus ditanam di lahan yang terbuka (Anggraini, 2016).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat bereproduski dengan

baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsure hara terutama

nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K) dakan jumlah yang banyak. Oleh karena

pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bukan organiknya,

maka penambhan pupuk N, P dan K serta pupuk organic (kompos maupun pupuk

kandang) sangat diperlukan (Murni, 2008).

Tanah yang baik untuk bertenam jagung adalah yang bertekstur lempung,

lempung berdebu atau lempung berpasir. Struktur tanahnya gembur dan kaya

bahan organic. Kemiringan tanah tidak lebih dari 8%. Lokasi laha di areal terbuka

seperti halnya persawahan padi. Bebas dari genangan air dan tidak terendam air

serta dapat diairi bila diperlukan (Khairani, 2008).


9

TEKNIK PERSILANGAN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

Teknik Persilangan

Hibridisasi atau persilangan merupakan proses penyerbukan silang antara

tetua yang berbeda susunan genetiknya. Kegiatan ini adalah langkah awal pada

program pemuliaan tanaman. Proses ini dapat berlangsung setelah dilakukannya

pemilihan tetua atau parental terutama pada tanaman menyerbuk sendiri.

Sedangkan pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji

potensi tetua dalam pembentukan varietas hibrida (Dewi, 2016).

Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi

gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahkan tepung sari

ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman

yang menyerbuk sendiri (self pollination crop) maupun pada tanaman yang

menyerbuk silang (cross pollination crop). Agar persilangan dapat dikontrol dan

hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan

silang buatan (Baskara, 2013).

Terdapat dua teknik persilangan, diantaranya teknik persilangan buatan

dan teknik (metode) seleksi. Teknik pemilihan tetua didasarkan pada karakter

kualitatif dan karakter kuantitatif yang dimiliki tetua. Teknik persilangan buatan

didasarkan pada biologi bunga dari tanaman tersebut. Sementara itu teknik seleksi

didasarkan pada metode reproduksi tanaman tersebut yang meliputi


10

kelompoktanaman menyerbuk silang, tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman

yang membiak vegetative (Syukur et.al, 2010).

Pada garis besarnya persilangan mencakup kegiatan persiapan, kastrasi,

emaskulasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari, penyerbukan dan pelabelan.

Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perlu

disediakan alat-alat antara lain: pisau kecil yang tajam, gunting kecil, pinset

dengan ujung yang runcing, jarum yang panjang dan lurus, alcohol (75-85%) atau

spiritus dalam botol kecil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, wadah untuk

tempat benang sari, sikat kecil untuk mengeluarkan serbuk sari dari benang sari,

kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik dan kaca pembesar untuk

memeriksa kebersihan kepala putik (Yunianti et.al, 2010).

Pada dasarnya teknik persilangan tanaman menyerbuk silang hampir sama

dengan teknik persilangan menyerbuk sendiri. Perbedaan teknik persilangan

menyerbuk silang dengan sendiri adalah proses emaskulasi. Pada tanaman

menyerbuk silang proses emasuklasi tidak perlu dilakujkan. Hal tersebut

berhubungan dengan karakter organ reproduksi dari tanaman menyerbuk silang.

Misalnya letak organ jantan dan organ betina yang terpisah, masaknya polen tidak

sama dengan kepala putik. Sehingga control persilangan menjadi semakin lebih

mudah jika dibandingkan tanaman menyerbuk sendiri. PProses lainnya (persiapan,

isolasi, pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari, polinasi, penutupan bunga

dan pelabelan) sama seperti pada tanaman menyerbuk sendiri (Baskara, 2013).

Tahapan Persilangan

Tahapan persilangan tanaman jagung adalah pemilihan bunga sebagai

induk betina, kastrasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari dan penyerbukan. Pada

persilangan menyerbuk silang, khususnya pada tanaman Jagung, tahap emaskulasi


11

tidak dilakukan karena. Katrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman

yang ada di sekitar bunga dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang

tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu (Desentia, 2015).

Isolasi dilakukan agar bunga yang tidak diserbuki oleh serbuk sari (pollen)

asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun bunga betina harus

dikerudungi atau disungkup dengan kantung plastic. Kantung ini bisa terbuat dari

kertas tahan air, kain, plastic, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan

dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan (Henwi, 2010).

Pengumpulan serbuk sariu dari tanaman tetua jantan dapat dimulai

beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua

betina jauh dari tanaman tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga

dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup

bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya

kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau

pada sore hari setelah matahari terbena (Desentia, 2015).

Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya.

Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viable atau

anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian penyerbukannya dilakukan

ke stigma tetua betina. Penyerbukan dapat dilakukan dengan menggunakan kuas,

pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat—alat tersebut ke

alkoholpekat, dan dibiarkan kering kemudian dicelupkan ke polen dan oleskan ke

stigma (Henwi, 2010).

Pada saat penyungkupan tetua jantan, selain dibungkus dengan amplop

cokelat, sebaiknya dilapisi juga dengan plastic. Hal ini agar serbuk sari tidak

terkena air saat hujan. Setelah dilakukan penyerbukan, alat kelamin betina atau
12

putiknya disungkup kembali dengan serbuk sari dan akan dibuka saat pemanenan.

Hal ini dilakukan agar mencegah terjadi jatuhnya serbuk sari dari tetua jantan

yang lain (Indrawan, 2012).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan

Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan

hasil seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembetukan

hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk

sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang terpenting adalah saat

masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada serbuk sari

sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi. Cuaca yang cerah

dan tidak ada angin akan mendukung keberhasilan penyerbukan

(Kusumanungsari et.al, 2012).

Hasil studi heritabilitas dan kemajuan genetic mengindikasikan bahwa

sifat-sifat bunga yang mendukung terjadinya penyerbukan silang dapat diperbaiki

melalui pemuliaan. Hal ini mengindikasikan seleksi secara fenotipik dapat

dilakukan terhadap sifat-sifat tersebut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

penyerbukan silang adalah temperature, kelembaban relative, intensitas cahaya

dan kecepatan angin (Widyastuti et.al., 2012).

Kegiatan hibridisasi buatan harus efisien dengan tujuan mendapatkan

populasi dalam jumlah banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu

hibridisasi efektif dan efisien antara lain ketepatan waktu berbunga, waktu

emaskulasi dan waktu penyerbukan. Teknik dan waktu emaskulasi serta pengaruh
13

tentu pada hasil hibridisasi buatan telah dilaporkan bervariasi 38-70% tergantung

pada teknik yang digunakan dan efisiensi operator (Wasisa, 2014).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pesilangan,

diantaranya adalah kondisi pollen yang digunakan dan tingkat kompatibilitas.

Kompatibilitas persilangan merupakan kemampuan dalam membentuk buah.

Persilangan yang menghasilkan buah disebutkompatibel, sedangkan yang tidak

menghasilkan buah disebut inkompatibel. Faktor lingkungan seperti suhu dan

cahaya matahari dapat juga mempengaruhi tingkat kemasakan buah (Aini, 2008).

Faktor-faktor yang paling penting dalam penanaman jagung antara lain

sinar matahari, air, hujan dan angin. Air yang memadai di daerah areal sekitar

pertanian yang cukup akan membantu biji, bunga, dan buah dalam proses

pertumbuhan dan disertai hujan yang relative optimal. Keberadaan angin juga

sangat penting di dalam membantu penyerbukan. Temperatur untuk jagung

berkisar antara 23 ° -27 ° C (Wasisa, 2014).

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan

Kelebihan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah

merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan dan

untuk memindahkan gen ketahanan terhadap hama dan penyakit, atau

toleransi terhadap cekaman kekeringan pada varietas tanaman dan dimaksudkan

untuk memperluas keragaman (Suwardi, 2009).

Kekurangan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah

walaupun secara teknis relatif mudah, keberhasilan persilangan perlu

mempertimbangkanketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan lingkungan

yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan.


14

Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga dapat berpengaruh pada

keberhasilan persilangan (Nasir, 2001).

Kelebihan dari persilangan menyerbuk sendiri pada kedelai adalah

merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudahuntuk

dilakukanPersilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua

atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki

keturunannya (Sunarto, 2007).

Sumber variasi sifat atau klon-klon baru yang sangat luas variabilitasnya

dan menjadi sumber penyeleksian klon baru dapat diperoleh dengan metode

persilangan. Sebagai hasil dari persilangan maka kelebihan persilangan adalah

timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya, yang kemudian

digunakan pemulia tanaman untuk memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat

sesuai dengan yang diinginkan (Soemedi, 2002).

Kekurangan teknik persilangan pada tanaman kedelai adalah dengan

pembuahan sendiri secara terus menerus akan mengakibatkan populasi pada

generasi berikutnya cenderung mempunyai tingkat homozigositas yang semakin

besar dan heterozigotnya semakin kecil. Tingkat heterozigotnya atau keragaman

genetiknya akan semakin berkurang karena terjadi penyerbukan sendiri secara

terus menerus dan perubahan susunan genetika pada masing–masing pasangan.

Alel mengarah ke homozigositas, sehingga susunan genetik dalam tanaman semua

atau sebagian besar homozigot (Syukur, 2010).

Adapun kekurangan dari tanaman menyerbuk sendiri seperti kedelai

adalah tidak ada kemungkinan untuk memperbaharui karakteristik yang baru

secara genetis. Pada generasi selanjutnya varietas yang dihasilkanakan bersifat


15

homozigot, dikarenakan kurang dapat beradaptasi di berbagai macam kondisi

atau sifat adaptasinya yang kurang luas(Tanto, 2002).

Kekurangan penyerbukan sendiri pada kedelai adalah terjadi segregasi,

penurunan vigor, kemampuan tumbuh dan berproduksi. Selain mengalami

penurunan vigor individu tanaman yang diserbuk sendiri menampakkan berbagai

kekurangan,seperti tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap

penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya

fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi silang dalam atau

inbreeding depression (Suwardi, 2009).

Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Kegiatan yang dilakukan sebelum menyilangkan adalah dengan menyiapkan

alat dan bahan. Kemudian bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki dipilih.

Tongkol yang dipilih yaitu tongkol yang belum diserbuki, ditandai dengan rambut

pada ujung tongkol belum keluar atau keluar dalam jumlah sedikit, dan ukuran

tongkol masih kecil. Tanaman yang akan dipakai sebagai tetua jantan (sumber

serbuk sari) dipilih. Malai yang dipilih yaitu malai yang siap untuk dijadikan tetua

ditandai dengan bunga jantan sudah mekar (Sunarto, 2007).


Bunga jantan tersebut dibungkus menggunakan kantong kertas sampai rapat,

ditunggu kira-kira 2 hari, kemudian digoyang-goyangkan agar serbuk sari

terkumpul pada kantong. Setelah kantong dirasa sudah cukup terisi oleh serbuk

sari, dengan segara kantong tersebut digunakan untuk membungkus tongkol yang

sudah dipilih sebelumnya, dan ditutup dengan rapat. Kantong berisi serbuk sari

yang sudah ditutupkan pada tongkol, digoyang-goyangkan agar serbuk sari jatuh

pada tongkol (Nasir, 2001).


Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan penyesuaian waktu

berbunga. Ini berarti bahwa waktu tanam tetua jantan dan betina harus
16

diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan. Pada tetua

betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, pada pagi hari, bila melalui waktu

tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika

stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga

betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan

membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua

akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan

informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur, 2010).

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penyerbukan sendiri pada kedelai

antara lain pemilihan tetua jantan dan betina, kastrasi, emaskulasi, dan

melakukanpersilangan. Untuk melakukan persilangan, kita membutuhkan induk

betina dan induk jantan. Kedua induk sebaiknya memiliki keunggulan yang

nantinya diharapkan bisa terpadu pada keturunannya. Sebagai induk betina dipilih

tanaman yang memiliki bunga dengan putik sudah matang kelamin, yakni

mengeluarkan cairan seperti embun.Sementara itu sebagai induk jantan dipilih

tanaman yang bunganya sudah menghasilkan serbuk sari, sebagai tanda kelamin

jantannya sudah matang (Tanto, 2002).

Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja agar

tidak terjadi persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jantan mulai

muncul tetapi belum pecah. Kotak sari yang belum pecah biasanya telah

menyembul di dua sisi bunga betina dan berwarna putih, sedangkan kotak sari

yang sudah pecah berwarna krem coklat kehitaman.Munculnya bunga jantan

padatan dan bunga berkisar antara 6-12 hari. Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai

dengan kemunculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara untuk melakukan

kastrasi, yaitu menggunakan pompa pengisap,dengan perlakuan alkohol dan


17

secara manual dengan pinset. Kastrasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah

persilangan pada saat bunga jantan mulai muncul tetapi belum pecah, biasanya 1-

2 kali setelah persilangan.Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan

mekanis tandan bunga (Soemedi, 2002).


Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan pada tetua yang

ditujukan sebagai tetua betina. Emaskulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu secara mekanis, fisika, dan kimia. Praktikum ini kami melakukan

emaskulasi dengan cara mekanis, yaitu dengan mengambil serbuk sari

menggunakan alat penjepit, pinset ataupun jarum. Pengambilan kotak sari

dilakukan sebelum kotak sari terbuka dan serbuk sari luruh. Gunting digunakan

untuk memotong ujung palea dan lemma agar mudah diambil kepala sarinya.

Penyungkupan dan pelabelan dilakukan setelah emaskulasi selesai dilakukan

dengan tujuan agar terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk

menghindari kesalahan. Setelah disungkup selama beberapa hari, dilakukan

persilangan dengan menaburkan benang sari di atas kepala putik bunga tersebut

serata mungkin (Nasir, 2001).


18

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di lahan Laboratorim Dasar Pemuliaan

Tanaman, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan pada bulan Maret sampai Mei, pada ketinggian 25 mdpl.

Bahan dan Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul

berfungsi untuk membuka lahan dan membuat plot, parang berfungsi untuk

membuka lahan, meteran berfungsi untuk mengukur luas plot dan mengukur

tinggi tanaman sebagai salah satu parameter amatan, gembor berfungsi untuk

menyiram lahan, jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter batang, tali

plastik berfungsi untuk mengikat sungkupan, kuas berfungsi untuk mengoleskan

serbuk sarai pada putik, gunting berfungsi sebagai alat potong, spidol berfungsi

sebagai alat tulis untuk menandai setiap perlakukan, kamera handphone berfungsi

untuk mengambil gambar dari setiap kegiatan, penggaris untuk membuat tabel,

dan alat tulis berfungsi untuk menulis data.

Adapaun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung

varietas Bonanza F1, top soil berfungsi sebagai media tumbuh, pupuk berfungsi

sebagai tambahan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, air berfungsi sebagai
19

unsur penunjang bagi pertumbuhan tanaman, amplop berfungsi untuk

menyungkup bunga jantan, plastik fotocopy berfungsi sebagai pelindung

sungkupan dan untuk membungkus bunga betina, label berfungsi untuk menandai

setiap perlakuan.

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan pada hari Kamis, 22 Februari 2018 yang

meliputi beberapa kegiatan diantaranya pembukaan lahan, pembersihan gulma,

perataan tanah, pembuatan parit (drainase), pembuatan plot dan pembuatan

lubang tanam lubang tanaman. Lahan diolah sedalam 30 cm sampai gembur.

Pembentukan Plot

Pembentukan plot dilakakan pada hari Kamis, 22 Februari 2018. Plot

dibuat dengan membentuk petakan berbentuk persegi panjang berukuran 1,5 m x

2 m. Lahan kemudian diolah sedalam 30 cm untuk menggemburkan tanah. Setiap

petakan di tanbambahkan top soil sebanyak 5 kg per plot kemudian diratakan.

Penanaman

Penanaman dilakukan pada hari Kamis, 1 Maret 2018. Lubang tanam

dibuat secara manual dengan menggunakan tangan. Kedalaman lubang tanaman

sekitar 3-5 cm. Lubang tanam dibuat dengan dengan jarak 30 secara horizontal

dan 25 cm secara vertikal. Setiap lubang ditanamn 2 benih untuk menghindari

kegagalam perkecambahan. Ketika benih ditanam lahan sebaiknya dalam keadaan

lembab dan tidak tergenang.


20

Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah 2 minggu ditanam. Metode pemupukan

dilakukan dengan cara dilarikan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk urea dengan

dosis 90 gram per plot, pupuk KCl dengan dosis 30 gram per plot dan pupuk TSP

dengan dosis 29,5 gram per plot.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari, tepatnya pada sore hari dengan

jumlah air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan air per plot.

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dilakukan secara

merata. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan keadaan cuaca, apabila

terjadi hujan maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dua hari sekali. Penyiangan atau pembersihan lahan

dari gulma dapat dilakukan secara manual dengan tangan. Penyiangan jangan

sampai mengganggu akar tanaman pada umur tersebut yang belum kuat

mencengkram tanah.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh tegakan tanaman,

mengingat tanaman jagung merupakan tanaman monokotil yang memiliki akar

serabut. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya penyiangan.

Persilangan

Persilangan tanaman jagung dilakukan pada sore hari, dengan melalui tahap-tahap

persilangan, yaitu kastrasi, emaskulasi, polinasi, dan isolasi.


21

N
TAHAPAN KETERANGAN GAMBAR
O

Disiapkan alat dan bahan


1 Persiapan yang dibutuhkan untuk
persilangan

Kegiatan membersihkan
bagian tanaman yang
letaknya berada disekitar
2 Kastrasi
bunga yang akan
diemaskulasi dari
serangga, kotoran.

Kegiatan membuang
mahkota bunga pada
3 Emaskulasi bunga betina jagung
dengan menggunakan
gunting

Pengambilan serbuk sari


4 Polinasi dari tetua jantan lalu di
oleskan ke kepala putik.

Ditutupi bagian tanaman


yang telah diserbuki agar
5 Isolasi
tidak terserbuki oleh
serbuk sari lain.
22

Diberi label pada


tanaman yang
Pemberian
6 disilangkan dengan
label
membuat tanggal
persilangan

Panen

Umur panen jagung varietas Bonanza F1 adalag sekitar 90 hari. Jagung

dipanen dengan cara tonggol dipotong dari batang. Jagung yang telah siap panen

ditandai dengan jagung/kelobot telah kering berwarna kekuning-kuningan dan ada

tanda berwarna hitam di bagian pangkal tempat melekatnya jagung pada tongkol.

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur 2 minggu setelah tanam (MST). Mengukur tinggi

tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar hingga

titik tumbuh teratas dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur

seminggu sekali dari minggu kedua hingga berbunga.

Jumlah Daun

Jumlah daun tanaman jagung diambil setiap satu minggu sekali dan

perhitungan jumlah daun tanaman dimulai pada 2 MST atau 15 hari setelah tanam

hingga 7 MST atau sampai tanaman memasuki masa generatif dan berbunga.

Perhitungan jumlah daun dimulai dari daun yang terletak paling dekat dengan

akar dan daun yang sudah melebar (tidak kuncup). Perhitungan dilakukan dengan

menandai setiap daun yang telah membuka sempurna dengan spidol permanen.

Diameter Batang (mm)


23

Diameter batang tanaman jagung diambil setiap satu minggu sekali dan

perhitungan diameter tanaman dimulai pada 2 MST atau 15 hari setelah tanam

hingga 7 MST atau sampai tanaman memasuki masa generatif dan berbunga.

Perhitungan diameter batang dilakukan pada pangkat batang dengan

menggunakan jangka sorong.

Umur Berbunga (HST)

umur berbungan jantan dapat dilihat berdasarkan kalau malai pada ujung

batang tanaman jagung sudah keluar yang merwarna merah kecoklatan sedangkan

umur berbunga betina dapat dilihat berdasarkan kalau tongkol betina sudah keluar

dari ketiak daun. Perhitungan umur berbunga dimulai dari tanggal tanam hingga

tanggal berbunga dalam satuan hari.

Persentase Keberhasilan Persilangan

Keberhasilan persilangan bisanya dapat dilihat satu minggu setelah

persilangan dilakukan. Pada tanaman yang berhasil disilangkan, ukuran tongkol

akan membesar dan menggembul.

Persentase keberhasilan persilangan dapat dilihat dengan melakukan

perhitungan dengan rumus berikut:

% Keberhasilan Persilangan = Jumlah tanaman yang berhasil x 100%


Jumlah yang disilangkan
24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pada penanaman jagung, dilakukan juga pengamatan beberapa parameter,

yaitu tinggi tanaman, jumlai helai daun, diameter batang, dan umur berbunga

tanaman jagung. Pengukuran parameter tersebut dilakukan mulai 2 (dua minggu)

setelah penanam hingga pada minggu ke 5 (lima). Hasil pengamatan dapat dilihat

dari tabel di bawah.

Komoditi : Jagung (Zea mays L.)

Varietas : Bonanza F1

Parameter : Persentase perkecambahan

Tanggal Tanam : 01 Maret 2018

JUMLAH TANAMAN YANGTUMBUH


Persentase Perkecambahan = X 100%
JUMLAH TOTAL BENIH DITANAM

12
= X 100%
16

= 75%

Tinggi Tanaman (cm)

Tabel 1.1 Tinggi Tanaman (cm) Jagung (Zea mays L.)


MS SAMPEL TOTAL RATAAN
25

T 1 2 3 4 5
2 21,5 23,5 27 22 23 117 23.4
3 36,5 40,5 43 36,5 36,5 193 36,8
4 63 64 68 64 59 318 63,6
5 72 73 75 78 72 370 74
6 79 86 81 88 82 416 83,2
7 87 98,5 95 113,5 90 484 96,8

Jumlah Daun (helai)

Tabel 1.2 Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.)


MST SAMPEL TOTAL RATAAN

1 2 3 4 5
2 4 4 4 4 4 20 4
3 4 5 4 4 4 21 4,2
4 5 6 6 6 6 29 5,8
5 7 7 8 8 7 37 7,4
6 9 8 8 10 8 43 8,6
7 10 10 9 10 9 48 9,6

Diameter Batang (mm)

Tabel 1.3 Diameter Batang (mm) Jagung (Zea mays L.)


MST SAMPEL TOTAL RATAAN

1 2 3 4 5
2 5,25 5,15 6,1 6,3 6,4 29,3 5,84
3 10,05 9,7 11,25 11,5 12,5 55 11
4 14,15 12,2 14,4 15,25 17,2 73,55 14,71
5 18,5 16,5 18,15 20,35 19,10 96,92 19,384
6 19,5 18,2 19,25 23,43 20,85 120,34 24,068
7 23 20,5 23,05 24,8 24,1 122,58 24,516

Umur Berbunga (HST)

Tabel 2.1 Umur Berbunga Jagung (Zea mays L.)


NO SAMPEL UMUR BERBUNGA (HST)
26

1 1 52 HST (21 April 2018)


2 2 52 HST (21 April 2018)
3 3 52 HST (21 April 2018)
4 4 52 HST (21 April 2018)
5 5 52 HST (21 April 2018)

Alur Silsilah Persilangan

Tabel 4.1 Alur Silsilah Persilangan Jagung (Zea mays L.)


PERSILANGA TETUA TANGGAL
N KE - BETINA JANTAN PERSILANGAN
1 Yohana 14 Fira 12 24 April 2018

% Keberhasilan Persilangan = Jumlah tanaman yang berhasil x 100%

Jumlah yang disilangkan

= 1 x 100% = 100%
1

Pembahasan

Tinggi tanaman jagung (Zea mays L.) yang telah diamati dari mst 2 hingga

mst ke 5 menunjukkan pertumbuhan tanaman yang bagus dan hormon serta gen

yang berperan dalam proses pertumbuhan berjalan sesuai fungsinya, selain itu

pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi juga oleh pemberian pupuk yang

dilakukan pada mst ke 3 setelah tanam. Hal ini sesuai dengan literatur

Rukmana (2007) yang menyatakan bahwa pemupukan pada tanaman dapat

menambah unsur hara yang ada dalam tanah sehingga mampu mempengaruhi

pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan data pertumbuhan tanaman

tertinggi dengan parameter tinggi tanaman adalah sampel II, sedangkan data

pertumbuhan tanaman terendah berada pada sampel III. Pada parameter jumlah

daun maka dapat diketahui data tertinggi dimiliki oleh sampel ke I, II, III, V
27

sedangkan data terendah adalah pada sampel ke IV. Pada parameter dimater

batang yang memiliki data tertinggi adalah sampel IV sedangkan data terendah

adalah pada sampel III. Pada parameter umur berbunga, tanaman jagung memiliki

umur berbunga yang sama yaitu 52 hari setelah tanam.

Perbedaan pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

salah satunya adalah ketersediaan unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur

Purwono (2010) yang menyatakan bahwa jenis tanah yang baik bagi pertumbuhan

tanaman jagung adalah tanah aluvial atau lempung yang subur, terbebas

pengairannya karena tanaman jagung tidak toleran pada genangan air. Pada tanah

yang terlalu lembab, penanama hendaknya diatur sedimikian rupa sehingga

ketersediaan unsur hara cukup bagi tanaman.

Banyaknya jumlah helai daun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor eksternal dan internal, faktor eksternal diantaranya suhu, keadaan disekitar

tanaman, kelembaban, cahaya matahari.. Hal ini sesuai denga literatur

Rukmana (2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan

tanaman disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan internal.

Presentasi keberhasilan persilangan jagung yang di dapat ialah yang

disilangkan. Keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya

keterampilan pemulia dalam melakukan persilangan,. Hal ini sesuai dengan

literatur Purwono (2011) yang menyatakan bahwa keberhasilan persilangan

dipengaruhi oleh faktor internal (hormon, enzin, gen) dan eksternal (keterampilan

persilangan, cahaya, suhu, kelembaban, hujan, air.


28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hibridisasi adalah persilangan secara buatan di antara dua varietas atau

lebih yang berujuan untuk mendapatkan bahan tanaman baru dengan sifat

yang diinginkan

2. Jagung merupakan salah satu tanaman monokotil yang termasuk dalam

famili rumput-rumputan

3. Tanaman jagung dapat tumbuh pada suhu 27-30 derajat Celcius dengan

pH tanah 5,5-7,0

4. Tahap-tahap melakukan persilangan adalah kastrasi, emaskulasi, polinasi,

dan isolasi

5. Data tertinggi tinggi tanaman berada pada sampel II dan terendah pada

sampel III. Jumlah daun terbanyak berada pada sampel I, II, III, V dan

tersedikit pada sampel IV. Diameter batang terbesar dimiliki sampel IV,

diameter batang terkecil dimiliki sampel III.


29

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan persilangan antara lain,

ketersediaan unsur hara, letak bunga, kematangan bunga, keterampilan,

cahaya, air, suhu, kelembaban, hormon, gen, dan enzim

7. Keberhasilan persilangan tanaman jagung (Zea mays L.) varietas Bonanza

F1 pada percobaan ini adalah 100%

Saran

Sebaiknya, sebelum melakukan persilangan pada tanaman jagung (Zea

mays L.) penyilang harus mempelajari dan memahami seluruh tahap tahapannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, M,N. 2008. Pengaruh Macam Persilangan Terhadap Hasil Dan Kemampuan
Silang Buah Naga Jenis Merah (Hylocereus polyrhizus). Universitas
Sebelas Maret: Surakarta.
Anggraini, A. 2016. Respon Pertumbuhan, Serapan Hara, Dan Hasil Produksi
Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata Sturt), Kultivar Valentino
Terhadap Pemberian Biofertilizer Dan Trichokompos. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Atmadja, G,S. 2006. Pengembangan Produk Pangan Berbahan Dasar Jagung
Quality Protein Maize (Zea mays L.) Dengan Menggunakan
Teknologi Ekstrusi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Baskara, P,Y. 2013. Hibridisasi Tanaman Menyerbuk Silang. Universitas Jenderal
Soedirman: Purwokerto
Desentia, C. 2015. Laporan Praktikum: Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung
(Zea mays L.). Universitas Halu Oleo: Maluku.
Dewi, E, S. 2016. Pemuliaan Tanaman. Universitas Malikussaleh: Aceh.
Dongoran, D. 2009. Respon Pertummbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis
(Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Cair TNF
Dan Pupuk Kandang Ayam. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Fauzi, R. 2012. Mempelajari Tingkat Kekerasan Biji Jagung Selama Pengeringan


Lapisam Tipis. Universitas Hasanuddin: Makassar.
30

Gani, RA. 2015. Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) Terhadap
Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) Dalam
Sistem Olah Tanah Minimum. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Hartoyo, E. 2008. Pengaruh Pemupukan Semi Organik Dengan Berbagai Sumber
Pupuk Kandang Terhadap Serapan N, Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Jagung. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Henwi, L. 2010. Tahapan Persilangan Pada Tanaman Menyerbuk Silang dan
Sendiri. Universitas Lampung: Lampung.
Indrawan, V,V. 2012. Laporan Praktikum: Teknik Persilangan Tanaman Kopi
Robusta (Coffea canephora (L) Pierre.). Universitas Brawijaya:
Malang.
Indrawuri, I. 2010. Peranan Tepung Jagung Termodifikasi Terhadap Mutu Dan
Penerimaan Konumen Mi Jagung. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perkecambahan
Biji Jagung (Zea mays L.). Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang: Malang.
Kasryno. 2012. Budidaya dan Pasca Panen Jagung Manis. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Khairani, I. 2008. Pengaruh Kascing Dan Pupuk Anorganik Terhadap
Ketersediaan Nitrogen Pada Alfisols Jumantono Dan Serapannya Oleh
Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata). Universitas
Sebelas Maret: Surakarta.
Kusumaningsari, B., I. Anaz, S. Tanjung dan R. Wahyudi. 2012. Laporan Akhir
Praktikum: Hibridisasi Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.
Larasati, G,K. 2011. Respon Populasi Hasil Persilangan Tanaman Jagung
Terhadap Pemupukan Fosfor. Universitas Jember: Jember.
Murni, A, H, dan Arief, R, W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung: Lampung.
Nasir,M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman.Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Panjaitan, Y. 2013. Budidaya dan Pasca Panen Jagung Manis. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Purnama, A. 2015.Strategi Kemitraan Pola Inti-Plasma Dengan Perusahaan F1
Aina Untuk Meningkatkan Keuntungan Pada Usaha Budidaya Jagung
Manis (Zea mays Saccharata Sturt.). Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh: Payakumbuh.
31

Sari, N,R. 2015. Pengaruh Masker Jagung Dan Minyak Zaitun Terhadap
Perawatan Kulit Wajah. Universitas Negeri Semerang: Semarang.

Sembiring, S. 2007. Studi Karakteristik Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.)
Hasil Three Way Cross. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Soemedi. 2002. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman.
Purwokerto.
Suliswaty, H. 2016. Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Jagung (Zea mays L.). Universitas Lampung: Lampung.
Sunarto. 2007. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.
Suwardi.2009.Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung
Hibrida. Posiding Seminar NasionalSeralia.Vol.7(2):307-312.
Syarifuddin. 2012. Laporan Akhir Praktikum: Hibridisasi Pada Tanaman Jagung
(Zea mays L.). Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.
Syukur, M., S. Sujiprihati dan R. Yunianti. 2010. Teknik Pemuliaan Tanaman.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Wasisa, A. 2014. Hibridisasi dan Pewarisan Karakter Tipe Pertumbuhan Kacang
Tanah Keturunan Persilangan Antara K/SR 3 Atau NC 7 Dan Lima
Varietas Unggul Nasional. Universitas Lampung: Lampung.
Widyastuti, Y., Rumanti, I, A., dan Satoto. 2012. Perilaku Pembungaan Galur-
Galur Tetua Padi Hibrida. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi:
Subang.
Yunianti, R., S. Sujiprihati dan M. Syukur. 2010. Teknik Persilangan Buatan.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai