Bab Ii - 201873PTN
Bab Ii - 201873PTN
Bab Ii - 201873PTN
TINJAUAN PUSTAKA
5
(temperate). Genotipe jagung mempunyai keragaman dalam hal panjang, lebar,
tebal, sudut dan warna pigmentasi daun ( Doddy, 2009).
Jagung termasuk tanaman C4 yang mempunyai laju fotosintesis lebih
tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi rendah, efesiensi dalam
penggunaan air (Muhadjir, 1998).
Tanaman jagung dapat tumbuh pada suhu 13-38oC, sedangkan suhu
terbaik adalah anatara 23-27oC. Curah hujan 100-200 mm/bulan. Tinggi tempat
yang cocok untuk pertumbuhan jagung 0-1300 meter dari permukaan laut dengan
intesitas sinar matahari yang cukup. Tanaman jagung toleran terhadap berbagai
jenis tanah, asalkan memiliki keasaman tanah (pH) yang memadai, tanah berdebu
yang kaya hara dan humus amat cocok untuk tanaman jagung. Tanaman jagung
toleran terhadap pH tanah pada kisaran 5,5-7,0 dan tinggi pH yang paling baik
adalah 6,8 (Rukmana, 1997). Jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tanah
menghasilkan jumlah tongkol terbanyak pada jarak 60 x 30 cm (Marliah dkk.,
2010). Varietas jagung manis pada sistem tumpangsari berpengaruh nyata tinggi
tanaman, panjang tongkol berkelobot dan diameter tongkol. Hasil terbaik
diperoleh pada varietas Super Bee (Marliah dkk., 2010).
6
besar dengan daun batng tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara
bertahap dari bawah keats. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batng
lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karateristik antara
kedua tipe lainnya (Adisarwanto, 2008).
Di Indonesia kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pada pH
tanah 5,8 – 7 tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asalkan drainase
dan aerasi tanah cukup baik, disamping itu tanaman kedelai merupakan salah satu
tanaman yang peka terhadap pH rendah (Margarettha, 2002). Tanaman kedelai
juga berproduksi dengan baik pada dataran rendah sampai 900 m dpl, dan mampu
beradaftasi didataran tinggi sampai + -1.200 m dpl. Kedelai tumbuh baik pada
daerah yang memiliki curah hujan 100-400 mm/bulan, dengn suhu yang cocok
antara 23 C – 30OC, serta kelembaban antara 60 – 70 %. Kedelai juga merupakan
salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan pada lahan pasang surut dengan
hasil yang cukup memadai, namun cara budidayanya berbeda dari lahan sawah
irigasi dan lahan kering (Purwono dan Purnawati, 2007). Jarak tanam tanaman
kedelai monokultur adalah 20 cm x 20 cm (Turmudi, 2002)
Akar tunggangnya dapat menembus tanah yang gembur sedalam 150 cm
sedangkan bintil akar nya mulai terbentuk pada umur 15-20 hari setelah tanam.
Antara bakteri Rhyzobium japonicum dan tanaman kedelai terjadi kerja sama yang
saling menguntungkan. Tanaman kedelai memberikan karbohidrat dan
perlindungan pada bakteri, dan sebaliknya bakteri mengkonversi nitrogen
atmosfire menjadi bentuk yang komplek. Bakteri ini terbentuk di dalam akar
tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar (Irwan, 2006).
Purwono dan Purnawati (2007) melaporkan bahwa kedelai mempunyai
empat tipe daun yang berbeda yaitu kotiledon atau daun biji, daun primer
sedehana, daun bertiga dan daun profila. Pada pada buku (nodus) pertaman
tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya
Andrianto dan Indarto (2004) menambahkan bentuk daun kedelai umunya
berbentuk bulat (oval) dan lancip serta berbulu. Daun kedelai merupakan tanaman
majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umunya berwarna hijau muda
atau hijau kekuning-kuningan, pada saat sudah tua dau-daunnya akan rontok.
7
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna dimana setiap bunga mempunyai
alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Penyerbukan terjadi pada saat
mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat
kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak
semua bunga dapat menjadi polong walaupun terjadi penyerbukan secara
sempurna, sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Buah kedelai
berbentuk polong, setiap tanaman mampu menghasilkan 100-250 polong. Polong
kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses
pematamgan bauah, polong yang mula-mula berwarna hijaukan berubah menjadi
coklat kehitaman (Adisarwanto 2008).
Tanaman kedelai dipanen pada tingkat kematangan biji yang tepat. Panen
yang terlalu awal menyebabkan banyak butir kedelai menjadi keriput sedangkan
jadwal panen yang terlambat akan mengakibatkan meningkatnya butir yang rusak
dan kehilangan biji yang tinggi yang disebabkan oleh biji yang mudah rontok.
Ciri-ciri kedelai siap untuk dipanen adalah daunnya telah menguning, dan mudah
rontok, polong biji mongering dan berwarna kecoklatan. Hasil produksi kedelai
lokal optimal mencapai 2 ton per hektar dengan masa tanam sekitar 75 hari atau
maksimal tiga bulan (Purwono dan Purnawati, 2007).
2.3 Tumpangsari
2.3.1 Pengertian Tumpangsari
Salah satu cara meningkatkan produksi tanaman pangan yaitu dengan
menerapkan pola tanam tumpangsari. Tumpangsari adalah kegiatan budidaya dua
jenis tanam pada lahan dan waktu yang bersamaan dengan alasan utama adalah
untuk meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan. Sistem budidaya
tanaman kacang tanah yang perlu dicoba adalah sistem tumpangsari secara deret
tambah (Additive Series) sebagai usaha dalam efisiensi penggunaan lahan
(Sasmita dkk., 2014).
Pada umunya sistem tupangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem
monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang
dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko
kegagalan dapat diperkecil (Sasmita dkk.., 2014). Penanaman tumpangsari antara
8
jagung dengan legum lebih menguntungkan dari pada penanaman monokultur
(Sasmita dkk., 2014).
9
hemat dalam pemakaian sarana produksi dan mampu meningkatkan efisiensi
penggunaan lahan.
10
Pada pola tanam tumpangsari kedelai dengan jagung setelah dibandingkan
dengan hasil tanaman kedelai maka didapatkan hasil NKL sebesar 1,02. Kedua
system tumpangsari ini sama-sama menguntungkan tapi akan lebih
menguntungkan jika kedua tanaman ini ditanam dalam waktu yang bersamaan
(Rinaldi dkk., 2013)
11