Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab Ii - 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn.

Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O.

glaberrima Steud. O. sativa merupakan spesies yang lebih penting dibandingkan O.

glaberrima. O. glaberrima hanya tumbuh terbatas di sebagian kecil wilayah di Afrika

Barat, sedangkan O. sativa tumbuh menyebar di wilayah tropis dan subtropis (Grist,

1959). Tanaman padi berasal dari genus Oryza dalam familia Graminae (Poaceae).

Tanaman padi yang sering dibudidayakan ada 2 spesies yaitu Oryza sativa dan Oryza

glaberrima, menurut literatur ada 25 spesies dalam Genus Oryza dimana 23 spesies lain

diantaranya spesies liar (Tripathi, et al., 2011). Negara-negara yang sering

membudidayakan tanaman padi jenis Oryza sativa diantaranya adalah Eropa, Amerika

Utara, Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah dan Negara di Asia. Namun Negara

Afrika Barat masih membudidayakan Oryza glaberrima (Tripathi, et al., 2011).

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tamanan semusim yang

memiliki kemampuan daya adaptasi di berbagai kondisi lingkungan. Tanaman ini

golongan jenis tamanan rumput-rumputan (Graminae). Menurut USDA (2019)

menyatakan bahwa klasifikasi tanaman padi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

6
7

Subclass : Commelinidae

Ordo : Cyperales

Family : Gramineae

Genus : Oryza L.

Species : Oryza sativa L.

Morfologi tanaman padi di tunjukan pada (Gambar 1) merupakan kenampakan luar

yang muncul pada tanaman padi meliputi bagian yang menyangkut bentuk dan struktur

luar organ tanaman. Tanaman padi mempunyai struktur luar tanaman yang

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian Vegetatif dan bagian Generatif

(Makarim, 2009). Struktur Vegetatif terdiri atas daun, batang dan akar sedangkan

Struktur Generatif padi adalah bunga dan buah yang sering disebut dengan gabah.

Menurut Aak (1992) dalam Hanum (2008) menyatakan bahwa akar

tanaman adalah bagian yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari tanah,

kemudian disalurkan ke bagian atas tanaman melalui batang. Akar tanaman padi

dapat dibedakan atas radikula dan serabut. Radikula muncul atau tumbuh ketika

benih berkecambah. Akar serabut atau akar adventif muncul setelah akar tunjang

muncul, 5-6 hari terbentuk akar tunggang baru akar serabut akan tumbuh. Selain

akar serabut ada juga Akar rambut merupakan bagian akar yang keluar dari akar

serabut dan akar tunggang. Sedangkan akar yang muncul dari bagian ruas pangkal

batang disebut Akar tajuk (crown roots). Menurut Simanjuntak (2010) menyatakan

bahwa fungsi akar selain bagian padi yang berperan untuk menyerap zat makanan dan air

dari dalam tanah juga untuk bernafas dan menopang batang untuk tetap tegak. Akar

tanaman padi terdapat beberapa macamnya tetapi Akar tanaman padi digolongkan akar
8

serabut. Diameter akar tanaman padi tidak banyak berubah karena akar tanaman padi

tidak memiliki pertumbuhan sekunder (Makarim, 2009).

Batang adalah bagian komponen vegetatif dari tanaman padi. Fungsi utama

batang padi adalah untuk menompang tanaman dan mendistribusikan zat makanan dari

akar ke seluruh bagian tanaman (Simanjuntak, 2010). Menurut Makarim (2009)

menyatakan bahwa batang tanaman padi di batasi oleh baku dan terdiri dari beberapa

ruas. Pada bagian baku inilah muncul daun dan tunas (anakan) padi. Ruas padi berupa

bubung atau ruang kosong, setiap ruas memiliki ukuran yang berbeda-beda

semakin keatas ruas semakin memiliki ukuran lebih panjang antar ruasnya. Batang

padi tumbuh merumpun dan memiliki 1 batang tunggal yang terdapat mata tunas.

Tanaman padi memiliki karakter permukaan daun yang berbulu-bulu dan

memiliki telinga daun, karakter ini yang membuat padi berbeda. Komponen

vegetatif terakhir dari tanaman padi yaitu daun. Daun padi tumbuh berselang-seling.

Bagian-bagian daun meliputi pelepah daun, lidah daun, telingah daun, dan helai daun

(Simanjuntak, 2010).

Bagian generatif tanaman padi meliputi malai atau butir gabah, bunga dan buah.

Bagian komponen pertaman dalah malai atau butir gabah, biasanya terletak ujung ruas

batang sampai ruas batang akhir, terdiri dari terdiri 8-10 ruas (Simanjuntak, 2010).

Bagian komponen kedua adalah bunga, tergolong jenis bunga berkelamin dua, setiap

bunga memiliki 2 tangkai putik, 2 kepala putik dan 6 benang sari yang bertangkai pendek

(Simanjuntak, 2010). Bagian terakhir komponen generatif adalah buah atau gabah. Hasil

penyerbukan antara benang sari dan putik yaitu Buah. Bagian buah padi meliputi sekam

(bagian luar bauh) dan kariopsis (bagian dalam buah) (Simanjuntak, 2010). Struktur

gabah meliputi bekatl, endosperm, dan embrio. Bentuk gabahnya dapat

dikelompokan menjadi 4 diantaranya gemuk, sedang, ramping dan panjang. Tanda


9

padi telah masak dapat dilihat dari perubahan warna kulit padi menguning

kecoklatan dan gabah sudah berisi atau keras (Bakhtiar, 2011).

Gambar 1. Morfologi Tanaman Padi


Sumber: Langlangdewi (2017)

2.2 Padi MSP13

Mari Sejahterakan Petani (MSP) ada beberapa macam diantaranya MSP13.

Galur padi ini berasal dari indukan atau persilangan antara Sirendah Sekam

Kuning X Sirendah Sekam Putih X Dayang Rindu. Bapak Surono Danu adalah

pemulia yang mengembangkan jenis ini (Sutikno, 2018). Padi ini sudah banyak di

budidayakan di beberapa daerah indonesia dan masyarakat Provinsi Lampung

sendiri sudah lama membudidayakannya (Danu, 2018).

Keunggulan dari Galur padi MSP13 ini adalah berpotensi produksi sebesar 12

ton per ha, leas daun lebar, jumlah anakan 60-70 anakan, batang kokoh, panjang

malai termasuk kategori sedang, jumlah bulir mencapai 200-350 butir, tahan

kerontokan dan memiliki rasa pulen. Untuk daya tahan padi, padi MSP13 toleran
10

atau tahan terhadap cekaman abiotik dan biotik. Cekaman abiotik yaitu toleran

terhadap pH rendah, cekapaman kekeringan, dan dapat dibudidayakan pada

dataran rendah sampai sedang 100-500 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Cekaman biotik meliputi toleran terhadap serangan walang sangit dan hama

wereng (Saputra, 2019).

Galur padi MSP13 selain memiliki kelebihan juga memilik kelemahan

seperti padi lokal lainnya. Kelemahan tersebut meliputi umur berbungan 70-80

HST dan berumur panen 115 HST yang termasuk dalam kategori sedang (Balai

Besar Padi, 2015). Tinggi tanaman termasuk dalam taman padi yang berpostur

tinggi mencapai 120 cm yang idealnya 90-100 cm sehingga memiliki potensi

rebah lebih tinggi jika terkena anggin maupun hujan (Sembiring, 2016).

2.3 Macam Macam Mutasi

Pemulia tanaman memiliki banyak cara untuk mendapatkan varietas yang

memiliki sifat unggul seperti persilangan, seleksi invitro, keragaman somaklonal,

dan induksi murasi. Salah satu cara yang menyebabkan mutasi adalah perlakuan

induksi mutasi. Induksi mutasi salah satu caranya adalah dengan penggunaan

tenaga nuklir yang dapat meningkatkan keragaman genetik dan fenitipe. Bahan

media radiasi yang digunakan biasanya serbuk sari, benih, akar rhizome , dan

stek batang. Sedangkan bahan radiasi terdapat 2 kelompok yaitu mutagen fisik

(physical mutagen) dan mutagen kimia (chemical mutagen) (Aisyah, 2009 dalam

Meliala 2016). Mutagen yang sering digunakan untuk mutagen fisik yaitu radiasi

sinar gamma, sedangkan mutagen kimia bahan yang sering digunakan yaitu

senyawa alkyl seperti Diethyl Sulphate (dES), Methyl Methane Sulphonate


11

(MMS), dan Ethyl Methane Sulphonate (EMS). Ethyl Methane Sulphonate

(EMS) merupakan mutagen yang banyak dilaporkan efektif dalam menginduksi

mutasi bahan (Natarajan, 2005 dalam Wahyudi 2014).

2.4 Karakteristik Tanaman Padi

Karakteristik tanaman merupakan metode yang dapat digunakan untuk

mengetahu ciri-ciri tanaman dan perbedaan antar individu salah satucaranya yaitu

dengan melihat karater agronomisnya. Karakter agronomis yang sering digunakan

yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan (produktif maupun non produktif), panjang

malai, jumlah gabah per malai dan bentuk gabah. Karakter-karakter tersebut dapat

digunakan dengan melihat dan memanfaatkan ragam fenotip yang muncul pada

tanaman, keragaman fenotip tanaman dapat dipengaruhi atau interaksi antara

faktor genetik tanaman dan faktor lingkungan tempat tumbuh tanaman (Hao et al.,

2010; Kumar et al., 2010 dalam Aryana 2017). Menurut Yahumi (2015)

menyatakan dalam penelitiannya mengenai Karakter Pertumbuhan dan Hasil 3

Varietas Unggul Baru Padi Sawah parameter yang diamati meliputi pertumbuhan

dan komponen hasil (tinggi tanaman maksimal, jumlah anakan produktif, panjang

malai, jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa, berat 1000 butir dan

produktivitas)

Menurut penelitian Irawan dalam Juhriah (2013) menyatakan bahwa

karakter morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda varietas padi lokal

adalah karakter batang, daun, bunga, gabah, dan beras. Karakter batang meluputi

tinggi, jumlah nodus, panjang internodus, jumlah anakan, tipe permukaan, dan

warna permukaan. Karakter daun meliputi warna dan panjang helaian, panjang
12

telinga, panjang dan warna lidah daun, dan ukuran permukaan atas. Karakter

bunga meliputi panjang tangkai, warna tangkai bulir, panjang malai, jumlah bulir,

bentuk, ukuran, permukaan, warna permukaan, dan keadaan ujung permukaan.

karakter gabah meliputi warna permukaan, permukaan, bentuk, keadaan ujung

permukaan, ukuran, ekor pada ujung permukaan, panjang tangkai, dan

kerontokan gabah. Karakter beras meliputi warna beras, bentuk dan warna beras.

Acuan yang digunakan dalam penlitian ini adalah acuan padi hasil radiasi sinar

gamma padi inbrida cakrabuana agrita. Menurut (BBPTP, 2018), Deskripsi padi

sebagi berikut :

SK Menteri Pertanian (328/Kpts/TP.010/05/2018 Tanggal 7 Mei 2018 54)

Asal : Radiasi Sinar Gamma Co60 dosis 0,1 kGy terhadap Inpari 13

Tinggi tanaman : ± 105 cm

Bentuk tanaman : Tegak

Umur tanaman : ± 104 hari setelah semai

Daun bendera : Tegak

Warna gabah : Kuning bersih

Bentuk gabah : Panjang ramping

Kerebahan : Sedang

Kerontokan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Potensi hasil : 10,2 ton/ha

Rata – rata hasil : 7,5 ton/ha

Kadar amilosa : 22 %
13

Berat 1000 butir padi : 27,1 gram

Golongan : Cere

Ketahanan terhadap

Hama : Agak tahan Wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3.

Penyakit : Agak tahan Hawar daun bakteri strain III dan penyakit tungro

inoculum Purwakarta, tahan penyakit blas ras 033, dan 173,

rentan hawar daun bakteri strainn IV dan VIII.

Anjuran tanam : kondisi optimal ditanama pada lahan sawah irigasi dataran

rendah dan menengah sampai 600 mdpl.

Pemulia : Ali Imamuddin, Uan D. Sujanang dan M. Yamin Samaullah,

Tahun dilepas : 2018

2.5 Radiasi Gamma

Radiasi sinar gamma merupan salah satu metagen fisik induksi mutasi yang

dilakukan dengan proses penyinaran memanfaatkan energi elektromagnetik

berenergi tinggi yang berasal dari sub atomik atau radioaktivitas nuklir lainnya.

Proses penyinaran radiasi sinar gamma mempunyai kemampuan dapat mengubah

sifat fisis dan kimiawi pada sinar yang diberikan (Farisa, 2015). Sobrizal (2004)

menyatakan radiasi gamma termasuk kedalam golongan mutagen fisik karena

bersumber dari Co.

Iradiator Gamma Cell 220 Upgraded adalah Alat yang digunakan dalam

proses radiasi gamma melalui proses induksi mutasi. Alat ini mampu

menyebabkan perubahan aktivitas sel akibat dari pemancaran energi radioaktif

berupa gelombang elektromagnetik pendek berenergi tinggi. Sutapa dan


14

Kasmawan (2016) menyatakan bahwa dalam proses radiasi sinar gamma terjadi

perubahan yang diakibatkan oleh munculnya radikal bebas seperti radikal

superoksida. Radikal ini bersifat mudah bereaksi dengan molekul organik baik

fungsional sel maupun structural sel (Prabhandaru dan Saputro 2017). Proses-

proses biokimia dalam sel mengalami kerusakan sel akibat kerusaknya fungsional

sel diantaranya pecahnya benang kromosom (Chromosome breakage) sehingga

terjadi perubahan struktur dan susunan kromosom di dalam sel dan mengalami

mengganggu homeostatis atau keseimbangan sel (Kovacs dan Keresztes, 2002).

Kerusakan dalam sel bukan hanya itu, berdasarkan penelitian Sharma

(2012) menyatakan bahwa kerusakan pada sel menyebabkan kerusakan oksidatif

terhadap DNA. DNA adalah polimer dari nukleotida salin berkaitan melewati

kelompok fosfat. Struktur DNA mempunyai rantai nukleotida yaitu ikatan adenin-

timin (A-T) dan guanin-sitosin (G-S) serta sebagai tulang pungunggu sel yaitu

rantai fosfat-gula (-P-S-P-S-). Radiasi sinar gamma dapat merubah struktur dari

rantai-rantai tersebut sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam

menerjemahkan rantai nukleutida dan merusak susunan dari rantai tersebut dan

menghasilkan mutasi (Nur dan Syahruddin, 2015). Paparan sinar radiasi dapat

menyebabkan beberapa perubahan secara genetik atau fisiologis (Govindaraj,

2017). Besarnya perubahan mutasi pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya ialah dosis radiasi yang diberikan (Sembiring, 2016).
15

Gambar 2. Alat Irradiator Gamma Cell 220 Upgraded


Saputra (2018)
2.6 Dosis Radiasi Gamma

Metode yang dianggap lebih efektif dan lebih cepat dalam program

pemuliaan tanaman adalah dengan menerapkan induksi mutasi dengan sinar

gamma dibandingkan dengan cara persilangan atau hibridisasi. Zanzibar dan

Sudrajat (2016) menyatakan bahwa keragaman pada tanaman mutan mencapai

keberhasilan 75% jika di lakukan penerapan induksi mutasi dengan sinar gamma.

Tingkat keberhasilan keragaman fenotip yang terjadi terhadap mutan dipengarugi

oleh dosis sinar gammah yang diberikan (Warman, 2015).

Menurut Soedjono (2003) menyatakan bahwa satuan dari dosis sinar

gamma yaitu dalam bentuk Gray (Gy) atau rad. Radiasi berukuran 1 Gy = 100 rad,

1 rad = 100 erg/g materi, 100 rad = 1 joule/kg materi. Terdapat 3 golongan dosis

radiasi sinar gamma yakni : rendah (<100 Gy), sedang (100-1000 Gy), dan dosis

tinggi (>1000 Gy). Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa dosis rasiasi

sinar gamma maksimal 500 Gy untuk tanaman biji-bijian atau tanaman serelia

(Farisa, 2015).
16

Pemberian dosisi radiasi sinar gamma dengan dosis yang rendah juga

menyebabkan perubahan pada karater tanaman. Berdasarkan hasil penelitian

Sembiring (2016) menyatakan bahwa dengan pemberian disis rendah dapat

menyebabkan perubahan fenotipik berupa karakter pada tinggi tanaman, jumlah

anakan, jumlah anakan produktif, luas daun, dan panjang malai mutan padi yang

diberikan pemberian dosis 100-250 Gy, sedangkan pemberian dosis tinggi diatas

500 Gy dapat menyebabkan kerusakan sterilitas pada malai padi dan fisiologis

(Human, 2013).

Hasil keturunan dari suatu tanaman yang diberi perlakuan mutagen fisik atau

kimia di simbolkan dengan M (Mutan) (Nur dan Syahruddin, 2015). Dalam dunia

pemuliaan benih asal yang diberi perlakuan mutagen disebut (M0), sedangkan

hasil benih genrasi pertama disebut (M1) dan seterusnya (Yunus, 2017).

Anda mungkin juga menyukai