Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Isolasi Dan Uji Aktivitas Antimikroba

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA

KAPANG ENDOFIT Acremonium sp. DARI DAUN TANAMAN JAMBLANG


(Syzygium cumini), PADI (Oryza sativa) DAN JERUK (Citrus sp.)

PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliahMikrobiologi Industri
yang dibimbing oleh Dr. Endang Suarsini, M.Ked

Oleh :
Kelompok 1 :
1. Dyati Galuh Pratita (150342600343)
2. Lusi Suciati (150342600695)
3. Maghfiroh Gesty Maharani (150342600207)
4. Mega Dwi Trisnawati (150342601909)
5. Solichatul Afifah (150342603789)
Offering GHI-K

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2018
PENDAHULUAN

Mikroba endofit dapat menghasilkan senyawa bioaktif sebagai metabolit


sekunder yang memiliki daya antimikroba, antimalaria, antikanker, anti HIV,
antioksidan dan sebagainya (Strobel, 2003). Kemampuan mikroba endofit
memproduksi senyawa metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya merupakan
peluang yang sangat besar dalam pencarian obat baru. Hal ini dikarenakan mikroba
merupakan organisme yang mudah ditumbuhkan, memiliki siklus hidup yang pendek,
dan dapat menghasilkan jumlah senyawa bioaktif dalam jumlah besar (Prihatiningtias,
2006).
Pemanfaatan kapang endofit dalam memproduksi senyawa aktif memiliki
beberapa kelebihan, antara lain lebih cepat menghasilkan dengan mutu yang seragam,
dapat diproduksi dalam skala besar, dan kemungkinan diperoleh komponen bioaktif
baru dengan memberikan kondisi yang berbeda (Rante, 2013). Selain itu, apabila
kapang endofit yang diisolasi dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan metabolit
sekunder sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam jumlah yang lebih tinggi,
maka kita tidak perlu memanen tanaman aslinya untuk diambil sebagai simplisia yang
kemungkinan besar memerlukan waktu puluhan tahun untuk menanamnya (Radji,
2005). Penggunaan kapang endofit sebagai sumber bahan baku obat lebih efisien
dibandingkan dengan menggunakan tumbuhan obat (Sinaga et al., 2009).
Tanaman obat yang berpotensi menghasilkan kapang endofit salah satunya yaitu
tanaman jamblang (Syzygium cumini), famili Myrtaceae. Penelitian lain menyatakan
bahwa ekstrak etanol daun dan ekstrak air biji Syzygium cumini dibuktikan memiliki
aktivitas antimikroba yang sangat tinggi terhadap bakteri Gram positif dan Gram
negatif (Prabhakaran, 2011). Isolat kapang endofit dari tanaman Jamblang memiliki
potensi yang besar dalam penemuan jenis antimikroba baru ataupun jenis obat baru.
Selain tanaman jamblang penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto et al (2013) pada
daun tanaman padi (Oryza sativa) ditemukan adanya Acremonium sp. Yang berpotensi
sebagai antimikroba selain itu penelitian yang dilakukan oleh Puspita et al (2013) pada
daun tanaman jeruk juga ditemukan adanya Acremonium sp.

Oleh karena itu dengan diketahui adanya potensi antimikroba pada kapang
endofit yaitu Acremonium sp. pada daun padi, daun jamblang dan daun jeruk maka
penelitian ini digunakan dalam mengetahui bagaimana pengisolasian dan daya
antimikroba kapang endofit Acremonium sp. dari daun tanaman jamblang, padi dan
jeruk. Dan alasan dalam pemilihan tumbuhan-tumbuhan ini sebagai objek adalah
karena Acremonium sp. telah ditemukan oleh beberapa peneliti pada daun tumbuhan
padi,jamblang dan jeruk. Selain itu tumbuhan ini juga mudah didapatkan dan tidak
dalam keadaan yang hampir punah.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada proposal yang akan dibahas meliputi (1) Bagaimana
pengisolasian kapang endofit Acremonium sp. dari daun tanaman jamblang (Syzygium
cumini), padi (Oryza sativa) dan jeruk (Citrus sp.) ? (2) Bagaimana daya antimikroba
kapang endofit Acremonium sp. dari daun tanaman jamblang (Syzygium cumini), padi
(Oryza sativa) dan jeruk (Citrus sp.)?

Tujuan
Tujuan penelitian ini (1) Untuk mengetahui bagaimana cara mengisolasi
kapang endofit Acremonium sp. dari daun tanaman jamblang (Syzygium cumini), padi
(Oryza sativa) dan jeruk (Citrus sp.) (2) Untuk mengetahui bagaimana daya
antimikroba kapang endofit Acremonium sp. dari daun tanaman jamblang (Syzygium
cumini), padi (Oryza sativa) dan jeruk (Citrus sp.)
KAJIAN PUSTAKA

Tanaman Jamblang
Tanaman Jamblag (Syzygiumcumiini) dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan
berbagai nama antara lain Jambee Kleng (Aceh), Jambu Kling (Gayo), Jamblang
(sunda) , Juwet (Jakarta) , Duwet (Jawa), Duwet manting Dhalas Bato, Dhuwak
(Madura), Jambelang (Melayu) (Mudiana, 2007). Tanaman ini termasuk ke dalam
famili Myrtaceae (jambu-jambuan) dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium cumini
S. Cumini tumbuh hingga 15-30 m, pendek, batang kokoh (40-100 cm). Pada
mahkota tidak teratur / bulat dengan cabang, kulit 1,0-2,5 cm, warnacoklat atau abu-abu
gelap, cukup halus, rasa pahit. Daun yang sempit, transparandengan panjang 5-15 cm,
2-8 cm, luas bersebrangan, tebal, seperti kulit, gundul,permukaan atas hijau tua,
permukaan bawah kekuningan bentuk daun luas bulattelur, berbentuk bulat panjang
atau berbentuk bulat panjang lonjong, pangkalmembundar, puncak pendek, bulat atau
tumpul, tepi tidak bergigi, pada tangkai ramping (Radji, 2005), deskripsi tersebut
nampak pada gambar 2.1.
Daun jamblang ini mengandung senyawa kimia antara lain suatu alkaloid,
flavonoid, tanin, triterpenoid, monoterpen, minyak atsiri. Daun jamblang juga
mengandung ß-sistosterol, kuarsetin, myresetin, myrisetin, flavonol glikosid, asilasi
flavonol glikosida, triterpenoid dantanin. Daun jamblang ini juga kaya akan minyak
esensial seperti myrtenol sertamengandung asam ellagic, isoquarsetin, quarsetin dan
kampferol (S Ramya etal.,2012).Pada penelitian fitokimia kandungan tersebut telah
dilaporkan untuk antiinflamasi, antibakteri, antioksidan, mencegah kerusakan DNA
(Radji, 2005). Penelitian lain menunjukan bahwa pada ekstrak etanol daunjamblang
menghasilkan adanya aktivitas dalam menurunkan kadar asam uratdengan dosis ekstrak
1,5 mg/20BB pada mencit (Rahman 2012).
Selain senyawa fitokimia jamblang juga mempunyai kapang endofit yang
terutama terdapat pada daunnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramdani et al,
(2017) didapatkan11 jenis kapang endofit yang dikelompokkan kedalam 7 genus. Jenis-
jenis yang terkandung dalam daun muda adalah Fusarium sp. Paecylomyces sp.
Macrophomina sp, Acremonium sp, dan pada daun tua terdapat Dactyela sp, Nigospora
sp, Colletotrichum diantara ke 7 genus tersebut terdapat 1 kapang yang memiliki
potensi antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
adalah Acremonium sp ( Bara et al, 2015).

Gambar 2.1 MorfologidauntanamanJamblang


(Budi, 2014)

TanamanPadi
Tanaman padi (Oryza sativaL.) merupakan tanaman semusim dengan morfologi
berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas
searah batang daun (Gambar 2.2) .Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun
pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase generatif.Air dibutuhkan tanaman
padi untuk pembentukan karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma,
pengangkutan dan mentranslokasikan makanan serta unsur hara dan mineral. Air sangat
dibutuhkan untuk perkecambahan biji. Pengisapan air merupakan kebutuhan biji untuk
berlangsungnya kegiatan lain di dalam biji (Kartasapoetra, 1988), memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Famili : Graminae (Poaceae)
Genus : Oryza Linn
Spesies : Oryza sativa L
Daun padi memiliki kandungan kimia diantaranya fenolik, flavonoid dan tanin,
dapat diolah menjadi bahan biosensitizer yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman,
dan meningkatkan kesuburan tanah oleh bantuan cahaya matahari (Goodman, 1982).
Selain itu berdasarkan penelitian Ariyanto et al (2013), padi memiliki kapang endofit
yang terdapat dalam jaringannya diantaranya diperoleh kapang Aspergillus sp.,
Penicillium sp., Nigrospora sp., Trichoderma sp., Curvularia sp. Dan kapang tidak
teridentifikasi, juga ditemukan kapang Mucor sp., Mastigosporium sp., Alternaria sp.,
Fusarium sp. dan Monosporium sp. Verticillium sp. dan Acremonium sp. Acromonium
sp disini memiliki kemampuan mengurangi jamur pathogen seperti Rhizoctonia
cerealis, R. solani, Fusarium oxysporum dan Alternaria triticina.

Gambar 2.2 Morfologi Daun Tanaman Padi


(Ihsan, 2014)

Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk (Citrus sp) adalah tanaman yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Berikut
Klasifikasinya :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.
Daun tanaman ini memiliki panjang mencapai 5-15 cm, ujung daun sedikit
runcing, pangkal daun melingkar dan tumpul (Gambar 2.3). Tanaman genus Citrus ini
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri yang dihasilkan
oleh tanaman yang berasal dari genus ini sebagian besar mengandung terpen,
siskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik.
Komposisi senyawa yang terdapat di dalam minyak atsiri yang dihasilkan dari daun
tanaman berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah limonen,
sitronelal, geraniol, linalol, α -pinen, mirsen ,β-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal,
geranial, β -kariofilen, dan α-terpineol. (Chutia et al. 2009).

Gambar 2.3 Morfologi Daun Jeruk


(Chutiaet al, 2009)

Selain kandungan kimia tersebut tanaman jeruk memiliki kapang endofit yang
dapat melindunginya dengan mekanisme Systemic acquired resistance (SAR) dan
induced systemic resistance (ISR) merupakan dua bentuk dari system ketahanan
berimbas dimana pertahanan tanaman disiapkan akibat adanya infeksi atau perlakuan
yang mengakibatkan tanaman menjadi tahan melawan serangan selanjutnya dari
pathogen atau herbivore. Beberapa jamur endofit dapat memproduksi enzim seperti
selulosa dan lignin yang berperan untuk mendegradasi daun, menghasilkan hormone
giberelin pada tanaman menaikkan laju fotosintesis, serta memproduksi senyawa
metabolit sekunder yang berperan dalam reaksi ketahanan tanaman melawan serangan
pathogen (Strobeldan, 2003). Hasil Pengamatan berbagai kapang yang terdapat pada
tanaman jeruk oleh Puspita et al (2013) Nampak pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Genus Jamur Endofit yang terdapat pada Tanaman Jeruk (Daun, Ranting,
Akar) (Puspita, 2013)

Kapang Endofit
Kapang endofit merupakan mikroba yang terdapat di dalam jaringan tanaman
tanpa membahayakan tanaman inang. Kapang endofit mampu menghasilkan metabolit
sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai senyawa antioksidan, antikanker dan
antimikroba. Kapang endofit dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman terutama
tanaman obat dan yang memiliki antioksidan tinggi (Widowati, 2016). Kapang ini
hidup dalam jaringan tanaman dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam
jaringan tanpa membahayakan tanaman inang (Strobel & Daisy, 2003). Kapang endofit
terdapat di jaringan tanaman seperti bunga, buah, batang, daun, akar dan biji serta
merupakan pelindung bagi tanaman inang dari stress lingkungan dan kompetisi mikroba
(Hung & Annapurna, 2004).
Kapangini hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan tanaman inang,
dimana kapang endofit mendapatkan nutrisidari hasil metabolisme tanamankapang
menghasilkan senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang menjaga inang dari
serangan penyakit (Taechowishan, et al., 2005).Kapang endofit sebagai penghasil
senyawa aktif berpotensi untuk dikembangkan sebagai produser bahan baku obat.
Kapang endofit Muscodor albusdari Cinnamomumzeylanicum diketahui menghasilkan
campuran senyawa organik.
Selanjutnya kapang endofit Taxomyces andreanedari tanaman Taxus brevifolia
menghasilkan senyawa aktif berupa paclitaxel(taksol) yaitu obat antikanker (Strobel &
Daisy, 2003). Senyawa pestacin dan isopestacin yang diperoleh dari kultur endofit
Pestalotiopsis microsporadari tanaman Terminalia morobensismenunjukkan aktivitas
antimikroba dan antioksidan (Harper, etal, 2003). Berbagai jenis tanaman terutama
tanaman obat dapat digunakan sebagai sumber isolat kapang endofit. Kapang endofit
dari tanaman obat merupakan sumber metabolit sekunder. Isaka, Etal., (2010)
melaporkan kapang endofit Xylaria sp.dari tanaman Licuala spinosamengandung
senyawa Eremophilanoides yang bersifat antikanker. Senyawa Phomoarcherins A-C
dihasilkan kapang endofit Phomopsis archeriyang berasal dari tanaman obat Viguiera
albindia danbersifat antimalaria (Hemtasin, etal.,2011).

Acremonium sp.
Acremonium sp merupakan jamur endofit yang hidup pada berbagai jenis
tumbuhan. Jamur endofit ini dapat bersifat antagonis terhadap patogen tanaman seperti
yang dikemukakan oleh Mathivanan et al (2004) bahwa Acremonium impliseum secara
endofitik dapat mengurangi infeksi Dreschlera sp pada daun rumput Braciaria brizantha.
Selain itu jamur ini berpengaruh terhadap akumulasi Nitrogen organic dan Nitrogen
anaorganik di dalam daun Festuca arundinacea Schreb. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa acremonium dapat menghambat pertumbuhan Ganoderma dengan
cukup besar yaitu 79,91 %.
Morfologi Acremonium sp adalah hifa tipis dipisahkan oleh septa, hyaline dan
menghasilkan fialid yang tegak. Konidia terdiri dari satu sel, hyaline, berbentuk bulat
telur, sebagian besar berkumpul pada ujung fialid tanpa pembungkus sehingga mirip
dengan mikrokonidia fusarium (Budi, 2010)

Gambar 2.5. Spesies Acremonium - Fialida di bagian paling atas foto tampaknya
menghasilkan hanya satu conidium (Yuri, 2015)
Isolasi Kapang Endofit
Pemilihan bagian tanaman yang tepat menjadi hal yang penting
untukdiperhatikan agar didapat isolat kapang endofit yang tepat pula. Bagian
tanamanyang dipilih harus sehat dan segar. Sampel tanaman dapat disimpan dalam
plastikbersegel dan kering, serta dapat disimpan pada suhu 4°C (Strobel dan
Daisy,2003). Sterilisasi permukaan sampel tanaman perlu dilakukan
untukmengeliminasi mikroba yang berada pada permukaan tanaman.
Sterilisasipermukaan dapat dilakukan dengan etanol 75%, NaOCl 2-10%, HgCl,
Cu(NO3)2dan formalin 30-50% (Stone et al., 2004).
Isolasi kapang endofit dapat dilakukan dengan teknik direct seed plantingdari
bagian tanaman yang sudah disterilisasi terlebih dahulu permukaannya.Kemudian
jaringan bagian luar tanaman dihilangkan dengan pisau steril danbagian dalam tanaman
diletakkan hati-hati pada permukaan media isolasi (Strobel,2003).
Media isolasi yang biasa digunakan adalah MEA (Malt Extract Agar)(1-2%)
dan dapat dikombinasi dengan yeast extract (0,1-0,2%). Penggunaanmedia water agar
terkadang lebih disukai karena dapat mengurangi kontaminasimikroba lainnya (Stone et
al., 2004). Selain itu, media PDA (Potato DextroseAgar) juga sering digunakan dalam
mengisolasi kapang endofit. Antibiotik sepertikloramfenikol (0,005% b/v) dan
antijamur seperti nistatin (0,01% b/v) seringditambahkan untuk menghindari
kontaminasi mikroba asing (Kumala et al.,2006).
Bakteri Uji
Suatu zat antibiotik/antimikroba mempunyai kemampuan penghambatan
terhadap beberapa mikroorganisme tertentu. Beberapa bakteri yang biasa digunakan
sebagai mikroorganisme uji adalah Staphylococcus aureus,Streptococcus pyogenes,
Streptococcus (viridans group), Bacillus anthracis,dan Bacillus subtilis yang
merupakan kelompok bakteri Gram-positif. Adapun kelompok bakteri Gram-negatif,
antara lain: Escherichia coli, Enterobacteraerogenes, Alcaligenes faecalis,
Pseudomonas aeruginosa, Salmonella, dan Shigella (Goodman and Gilman, 1975).
Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram-negatif, bentuk selnya pendek
bervariasi dari bentuk kokus sampai batang pendek; ukurannya 0,5 x 1,0-3,0 mm; motil
atau tidak motil. Pada strain yang motil memiliki flagel peritrikus; pada umumnya tidak
berkapsula, tidak membentuk spora; aerobik dan anaerobik fakultatif; termasuk dalam
ordo Enterobacteriaceae (Holt et al., 1994).Escherichia coli dapat tumbuh hampir di
semua media pada suhu kamar. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 15 oC-45 oC dengan
suhu optimum 30 oC-37 oC, dan pH optimum pertumbuhan pada 7,0-7,5. sebagian besar
tumbuh dengan koloni yang dapat memfermentasi laktosa menjadi asam (Fardiaz,
1993).
Escherichia coli merupakan bakteri oportunis yang banyak ditemukan di dalam
usus besar manusia sebagai flora normal. Bakteri ini biasanya mengkontaminasi alat-
alat dan tempat persiapan makanan. E. coli mempunyai masa inkubasi 1-3 hari. E. coli
kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi pada sistem pencernaan. Penyakit yang
ditimbulkan, antara lain gastroenteritis, demam enterik dengan gejala yang menonjol
adalah diare. Penyakit lain yangdisebabkan E. coli di luar usus adalah infeksi saluran
kemih, pneumonia, meningitis, dan infeksi luka terutama bila di dalam abdomen
(Syahrurachman, 1993).
Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus termasuk bakteri Gram positif, berbentuk coccus, dengan
diameter 0,8-1,0 mm, biasanya ditemukan sebagai sel tunggal atau berpasangan,
tersusun berkelompok seperti buah anggur, tidak bergerak, tidak membentuk kapsul dan
spora. S. aureus tumbuh baik dalam medium cair pada suhu 37 oC, kisaran suhu
pertumbuhannya 15 oC-40 oC, pertumbuhan yang baik dan khas adalah pada suasana
aerob. Bakteri juga bersifat fakultatif anaerob dengan pH optimum pertumbuhan 7,4.
Bakteri S. aureus patogen bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk enzim
koagolase, mencairkan gelatin, danmemfermentasi manitol (Syahrurachman, 1993).
Koloni S. aureus tumbuh cepat pada media agar dengan suhu normal dan
bergaris tengah 1-2 mm setelah diinkubasi 24 jam. Koloni berbentuk halus, basah,
menonjol dengan tepi bulat, berwarna putih, kuning, hingga kuning keemasan
(Syahrurachman, 1993; Fardiaz, 1993).
S. aureus mampu membentuk toksin penyebab keracunan makanan. Pada
manusia, toksin yang dihasilkan berupa leukosidin yang dapat menyebabkan
gastroenteritris dengan gejala mual, muntah, dan diare. Infeksi yang ditimbulkannya
menyebabkan penyakit dengan tanda yang khas berupa nekrosis (Syahrurachman,
1993). Pada umumnya, penyakit yang disebabkan S. aureus yaitu jerawat kecil, bisul,
borok, gatal-gatal, dan infeksi luka operasi (Henida, 1999). S. aureus juga dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, meningitis, pneumonia, dan osteomyelitis
(Syahrurachman, 1993).
Antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapatmenghambat
pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Menurut Fardiaz (1989), zatantimikroba dapat
bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik(menghambat pertumbuhan
bakteri), fungisidal, fungistatik atau menghambat germinasi spora bakteri. Kemampuan
suatu zat antimikroba dalam menghambatpertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu : konsentrasi zatantimikroba, suhu lingkungan, waktu
penyimpanan, sifat-sifat mikroba (meliputijenis, jumlah, umur, dan keadaan mikroba),
serta sifat fisik dan kimia makanantermasuk kadar air, pH, jenis, dan jumlah senyawa di
dalamnya (Frazier danWesthoff, 1988).
Mekanisme Kerja Antimikroba
Antimikroba berdasarkan struktur kimia dan mekanisme aksi,dikelompokkan
menjadi (Brunton et al., 2006; Pratiwi, 2008) :
a.) Agen yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Antimikroba ini merusak lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri
Gram positifmaupun Gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah dengan mencegah
ikatansilang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan
caramenghambat protein pengikat penisilin (penicillin binding protein), protein
inimerupakan enzim dalam membran plasma sel bakteri yang secara normalterlibat
dalam penambahan asam amino yang berikatan silang denganpeptidoglikan dinding
sel bakteri, dan memblok aktivitas enzim transpeptidaseyang membungkus ikatan
silang polimer-polimer gula panjang yang membentuk dinding sel bakteri sehingga
dinding sel menjadi rapuh dan mudah lisis. Termasuk didalamnya golongan β-
laktam (misalnya, penisilin, cephalosporins, dan carbapenems) dan agen lainnya
seperti cycloserine,vankomisin, dan bacitracin.
b.) Agen yang bekerja secara langsung pada membran sel mikroorganisme
Meningkatkan permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawaintraselular.
Membran plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan transport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel. Adanya gangguan ataukerusakan struktur pada
membran plasma dapat menghambat atau merusakkemampuan membran plasma
sebagai penghalang (barrier) osmosis danmengganggu sejumlah proses biosintesis
yang diperlukan dalam membran. Termasuk didalamnya deterjen seperti
polymyxin, polyene agen antijamur (misalnya, nistatin dan amfoterisin B) yang
mengikat dinding sel-sterol, danlipopeptide daptomycin.
c.) Agen yang mengganggu fungsi ribosom subunit 30S atau 50S
Agen ini secarareversibel menghambat sintesis protein, yang umumnya adalah
bakteriostatik(misalnya, kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, klindamisin,
streptogramins,dan linezolid) dan bakterisidal (misalnya aminoglikosida).
d.) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri
Penghambatannya pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan
terhadaptranskripsi dan replikasi mikroorganisme, seperti rifamycins
(misalnya,rifampisin dan rifabutin) yang menghambat RNA polimerase, dan
quinolonyang menghambat topoisomerase.
e.) Antimetabolit
Substansi yang secara kompetitif menghambat metabolit Mikroorganisme, karena
memiliki struktur yang mirip dengan substrat normalbagi enzim metabolisme.
Termasuk didalamnya trimetoprimdan sulfonamid, yang menghambat enzim
penting metabolisme folat.
Penentuan Aktivitas Antimikroba
Penentuan aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitumetode difusi dan metode dilusi. Pada metode difusi termasuk didalamnya
metodedisk diffusion (tes Kirby & Bauer), E-test, ditch-plate technique, dan cup-
platetechnique. Sedangkan pada metode dilusi termasuk didalamnya metode dilusi
cairdan dilusi padat (Pratiwi, 2008).
a. Metode difusi
1.) Metode disk diffusion (tes Kirby & Bauer)
Menggunakan piringan yangberisi agen antimikroba, kemudian diletakan pada
media agar yangsebelumnya telah ditanami mikroorganisme sehingga agen
antimikrobadapat berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikanadanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
antimikrobapada permukaan media agar.
2.) Metode E-test
Digunakan untuk mengestimasi Kadar Hambat Minimum(KHM), yaitu
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapatmenghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang
mengandung agen antimikroba dari kadar terendahsampai tertinggi dan
diletakkan pada permukaan media agar yang telahditanami mikroorganisme
sebelumnya. Pengamatan dilakukan pada areajernih yang ditimbulkannya yang
menunjukan kadar agen antimikrobayang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar.
3.) Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agenantimikroba yang diletakkan pada parit
yang dibuat dengan caramemotong media agar dalam cawan petri pada bagian
tengah secaramembujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan
kearah parityang berisi agen antimikroba tersebut.
4.) Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan disk diffusion, dimanadibuat sumur pada media agar
yang telah ditanami denganmikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen
antimikroba yangakan diuji.
b. Metode dilusi
1.) Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution)
Metode ini digunakanuntuk mengukur Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
dan Kadar BunuhMinimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan
membuat seripengenceran agen antimikroba pada medium cair yang
ditambahkandengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar
terkecil yangterlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan
sebagaiKHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya
dikulturulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun
agenantimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetapterlihat
jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM.
2.) Metode dilusi padat (solid dilution test)
Metode ini serupa dengan metodedilusi cair namun menggunakan media padat
(solid). Keuntungan metodeini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang
diuji dapat digunakanuntuk menguji beberapa mikroba uji.
METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Malang, pada bulan Februari sampai Mei 2018.

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gunting, kantung plastik, pisau,
neraca analitik, cawan petri, mikropipet 5 ml, beaker glass 500 ml, gelas ukur 250 ml,
tabung enlemeyer, neraca analitik, inkubator, sarung tangan, autoklaf, batang pengaduk,
kompor, jarum inokulum, lampu spiritus, pipet tetes, tusuk gigi. Sedangkan bahan yang
digunakan antara lain sebagai berikut:
a. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar), bahannya yaitu:
 13,65 gram (Potato Dextrose Agar Powder)/2 = 6,82 gram
 175 ml air
 Kertas sampul
 Benang
b. Sterilisasi Organ tanaman yang digunakan, bahannya yaitu:
 Alkohol 70%
 CaOcl 5%
 Tisu steril
c. Pembuatan media Nutrient Agar, bahannya yaitu:
 Beef extract 0,45 gram
 Bacto pepton 0,75 gram
 Agar powder 2,25 gram
 Aquades 150 ml
d. Pembuatan media Skim Milk Agar (SMA), bahannya yaitu:
 Susu Skim 5 gram
 Agar 6 gram per liter
 Aquades 100 ml
e. Bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.
Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan yaitu daun jamblang yang diambil dari fakultas MIPA,
UM, kemudiandaun jeruk dan daun padi yang diambil di Kota Batu, Malang. Daun
yang digunakan yaitu daun yang sudah tua. Diambil 3 daun tua dari tanaman jamblang,
3 helai daun tanaman jeruk dan 3 daun tua dari tanaman padi. Sampel yang digunakan
merupakan sampel yang masih segar dan belum layu atau menguning dan bebs dari
penyakit atau kontaminasi (tidak terdapar bercak hitam atau jamur yang menempel pada
daun).
Isolasi pada daun dilakukan segera mungkin setelah daun dimbil dari pohonnya
untuk menghindari kontaminasi mikrospora yang tidak diinginkan melalui udara.
Sebelum daun disterilisasi, terlebih dahulu dilakukan pencucian dengan aquades steril.
Sterilisasi dilkukan dengan menggunakan aalkohol 70% selama 1-3 menit, kemudian
dicuci dengan NaOCl 5% selama 5-10 menit, selanjutnya diikuti dengan alkohol 70%
dan air suling dua kali berturut-turut. Setelah itu, sampel dikeringkan dengan tissue
steril.

Pembuatan Media
Terdapat 3 jenis media yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Media PDA
(Potatos Dextrose Agar), SMA (Skim Milk Agar) dan NA (Nutrient Agar). Adapun
langkah dalam pembuatan media tersebut sebagai berikut:
a. Pembuatan media PDA (Potatos Dextrose Agar) dilakukan sebanyak 10 cawan
petri. Fungsi dari media ini yaitu untuk membiakkan kapang endofit (Acremonium)
sampai diperoleh biakan murninya. Adapun alur pembuatan media yaitu sebagai
berikut:
 Dicampurkan PDA powder sebanyak 6,82 gram dengan 175 ml air
 Dipanaskan hingga mendidih, sambil diaduk hingga larutan menjadi homogen
 Disiapkan cawan petri kemudian dipindahkan medium yang sudah jadi ke
cawan petri sebanyak 10 ml dengan menggunakan mikropipet.
 Dibungkus dengan menggunakan kertas sampul dan ditali.
 Disterilisasi dengan menggunakan otoklaf selama 30 menit.
 Didinginkan dan disimpan
b. Pembuatan media NA (Nutrient Agar) digunakan untuk menginokulasi bakteri
Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Adapun langkah kerjanya yaitu sebagai
berikut:
 Dimasukkan bahan-bahan medium NA ke dalam tabung enlemeyer
 Dipanaskan di atas kompor sampai larutan menjadi homogen.
 Disiapkan9 cawan petri untuk kapang endofit (Acremonium) dari 3 tanaman
coba dan tiap ulangannya
 Dituangkan 10 ml medium NA ke dalam tiap cawan petri, jangan sampai
medium menjadi dingin dan mengental
 Ditutup tabung reaksi dengan kapas penyumbat dan kemudian disterilisasi
dengan menggunakan otoklaf selama 30 menit.
 Didinginkan dan disimpan.
c. Pembuatan media SMA (Skim Milk Agar) digunakan untuk menumbuhkan kapang
endofit dari tanaman coba yang digunakan untuk uji analisis antagonisme antara
kapang endofit (Acremonium) dengan bakteri. Adapun langkah kerjanya yaitu
sebagai berikut:
 Dimasukkan bahan-bahan medium SMA ke dalam gelas beaker
 Dipanaskan di atas kompor sampai larutan menjadi homogen.
 Disiapkan 3 cawan petri untuk setiap kapang endofit (Acremonium) dari 3
tanaman coba.
 Dituangkan 10 ml medium SMA ke dalam tiap cawan petri dengan
menggunakan mikropipet, jangan sampai medium menjadi dingin dan
mengental.
 Ditutup cawan petri dan kemudian dibungkus dengan kertas sampul untuk
selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan menggunakan otoklaf selama 30 menit.
 Didinginkan dan disimpan.

Isolasi Acremonium sp.


Adapun langkah kerja isolasi dari Acremonium yaitu sebagai berikut:
 Diambil sampel daun yang telah disterilisasi.
 Dipotong daun dengan ukuran 1 x 1 cm menggunakan pisau steril
 Ditanam potongan daun pada media PDA.
 Diinkubasi pada suhu ruang selama 5-7 hari.
Selama masa tersebut dilakukan pengamatan tingkat pertumbuhan kapang
endofit. Jika kapang endofit telah menunjukkan adanya sifat morfologi, jamur dapat
dipindahkan ke media PDA yang baru untuk memperoleh isolat yang murni.

Pemurnian Acremonium sp.


Pemurnian ini bertujuan untuk memisahkan koloni endofit dengan mengamati
perbedaan morfologi koloni. Pemurnian dilakukan dengan cara mengambil miselium
kapang yang tumbuh dengan menggunakan kawat ose steril, kemudian akan
dipindahkan pada media PDA yang baru. Kapang yang akan dilakukan untuk penelitian
yaitu Acremonium. Setelah mendapatkan jenis dari kapang tersebut, selanjutnya akan
dilakukan pembiakan murni untuk mendapatkan koloni dari Acremonium yang steril
(bebas dari koloni kapang yang lainnya).

Antagonisme Antar Mikroba


Dalam menganalisis adanya antagonisme antara Acremonium dengan bakteri
dilakukan dengan menggunakan medium SMA dan NA. Dimana pada mendiun NA
akan diinokulasi bakteri sehingga bakteri dapat tumbuh. Kemudian media SMA
digunakan untuk menginokulasi Acremonium. Adapaun langkah kerja dari analisis
antagonisme antar mikroba yaitu sebgaai berikut:
 Diinokulasikan satu ose penuh spora biakan murni Acremonium ke media SMA.
 Diinkubasikan pada suhu kamar dengan cawan dalam keadaan terbalik selama 6-7
x 24 jam pada suhu 25ºC sampai terdapat bintik-bintik cairan disekitar koloni
kapang. Kemudian dipotong dengan ukuran ± 5 mm (berbentuk lingkaran).
 Diinokulasi segera 2 ose biakan murni Eschericia coli dan Staphylococcus
aureuspada media NA kemudiangoyangkan di antara kedua telapak tangan supaya
bakteri tersebar merata, lalu tuangkan secara aseptik ke dalam cawan petri steril.
 Diletakkan pada permukaan nutrien agar potongan Acremonium berbentuk
lingkaran dengan diameter ± 5 mm dan sertakan cairan yang berwarna pada media.
Dilakukan hal yang sama pada setiap ulangannya.
 Diinkubasi pada suhu 37ºC (tidak dibalik) selama 1 x 24 jam.
 Diamati dan diambil gambar adanya zone-zone penghambat pertumbuhan bakteri
pada medium tersebut.
Analisis data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dengan menunjukkan gambar dan
tabel dari hasil penelitian.
DAFTAR RUJUKAN
Bara, R. A; Kandou, G. D; Ola, A. R. B & Posangi, J. 2015. Analisis Senyawa Antibiotik
Dari Jamur Simbion Yang Terdapat Dalam Ascidians Didemnum Molle Di Sekitar
Perairan Bunaken-Sulawesi Utara. Jurnal Lppm Bidang Sains Dan Teknologi, 2(2):
2030
Brunton, L. L; Lazo, J. S & Parker, K. L. 2006. Goodman & Gillman's the pharmaco logical
basis of theurapeutics. New York: McGraw Hill.
Budi, I.S. & Mariana. 2010. Pengendalian hayati penyakit layu pada padi dengan jamur
endofitik antagonis. Lembaga Penelitian Unlam
Budi, I. 2014. Manfaat dan Cara menanam pohon Jamblang Putih / Duwet
(online).http://manuherbal.blogspot.co.id/2014/07/manfaat-dan-cara-menanam-pohon-
jamblang.html. Diakses pada minggu 11 feb 2018
Chutia, M; Bhuyan, D.P; Pathak, M.G; Sarma, T.C & Boruah,P. 2009. Antifungal activity
and chemical composition of Citrus reticulatablanco essential oil against
phytopathogens from East India. Food Science and Technology. 42: 777-780
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta
IPB.
Frazier, W.C & Westhoff, D.C. 1988. Food Microbiology. 4 th. Ed. New York: McGraw Hill.
Goodman L. S. & A. Gillman. 1975. The Pharmacological Basic of Terapeutic. 5th Edition.
Mcmillan Pub. Co. Inc. New York. Pp. 67.
Goodman, B. A & Chesshire, M V. 1982.Reduction of Molybdate by Soil Organic Matter :
EPR evidence for formation of Both Mo(V) and Mo(III). Nature, 299 : P: 618-620.
Harper, J. K; Arif, A. M. & Ford E. J. 2003. Pestacin: a 1,3-dihydro isobenzofuran from
Pestalotiopsis microsporapossessing antioxidant and antimycotic activities Tetrahedron.
J. Nat. Prod.59(14), 2471-2476.
Hemtasin, C; Kanokmedhakul, S; Kanokmedhakul, K; Hahnvajanawong, C; Soytong, K;
Prabpai, S. & Kongsaeree, P. 2011. Cytotoxic Pentacyclic and tetracyclic aromatic
sesquiterpenes from Phomopsis archer. J. Nat. Prod.74(4), 609-613
Henida, L.1999. “Penapisan Kandungan Kimia dan Uji Daya Antibakteri Ekstrak Jamur
Merah (Pycnoporus sanguineus) Terhadap Staphylococcus aureus NCTC8532
Staphylococcus epidermidis
Holt, J G; N. R. Krcig; P. H. A. saneth; J. T. Staley & S. T. Williams. 1994. Bergey’s Manual
of Determination bacteriology. 9th edition. Williams and Willkins. Baltimore. Pp. 155,
179-180
Hung, P. Q. & Annapurna, K. 2004. Isolation and characterization of endophytic bacteria in
soybean (Glycinesp.).Omonrice.12, 92-101
Ihsan ,N .2014. Daun Padi (online) (https://ceritanurmanadi.wordpress.com/2014/02/04/daun-
padi/). Diakses Pada tanggal 11 Februari 2018
Isaka, M; Chinthanom, P; Boonruangprapa, T; Rungjindamai, N. & Pinruan, U. 2010.
Eremophilanetype sesquiterpenes from the fungus Xylariasp. BCC 21097. J. Nat.
Prod.73, 683–68
Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Jakarta : Bina Aksara
Kumala, S; Syarmalina & A. R. Handayani. 2006. Isolasi dan Uji Antimikroba Substansi
Bioaktif Mikroba Endofit Ranting Tanaman Johar (Cassia siamea Lamk.). Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. 4:.8-14.
Mudiana, D. 2007. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. Germination of Syzygium
cumini (L.) Skeels. Biodiversitas, 8(1): 39-42
Prabhakaran, S. 2011. Phytochemical and antimicrobial properties of Syzygium cumini an
ethanomedicinal plant of Javadhu hills. Research in Pharmacy. 1(1):22-32.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi farmasi. Jakarta: Erlangga
Prihatiningtias, W. 2005. Senyawa Bioaktif Fungi Endofit Akar Kuning (Fibraurea
chloroleuca) Sebagai Senyawa Antimikroba. Tesis. Sekolah Pascasarjana UGM.
Puspita, D,Y & Sulistyowati, D. 2013. Eksplorasi Jamur Endofit Pada Tanaman Jeruk (Citrus
sp.) Fusi protoplas Dengan Ketahanan Berbeda Terhadap Botriodiplodiatheobromae
Pat. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3, halaman 67-76
Radji, M. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat
Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian, II(3): 113–126.
Rahman, A; Selim, E & El-Diwany. 2012. Biology of Endophytic Fungi. Current Research in
Environmental & Applied Mycology, 2(1): 31–82
Ramdhani; Hatru, S & Samingan. 2017. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit pada Daun
Jamblang (Syzygium cumini L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unsyiah Vol 2 No 2.
Rante & Herlina. 2013. Isolasi FungiEndofit Penghasil Senyawa Antimikroba dari Daun
Cabai Kotokkon (Capsicum annum L var. chinensis) dan Profil KLT
Bioautografi.Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 17, No.2. Hlm. 39-46.
Sinaga E & Noverita. 2009. Daya Antibakteri Jamur Endofit yang Diisolasi dari Daun dan
Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga Sw.). Jurnal FarmasiIndonesia. 4:161-162.
Strobel, G. 2003. Endophytes as Sources of Bioactive Products. Microbe sInfect. pp.11.
Strobel, Gary dan Bryn Daisy. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their
Natural Product, Microbiology and Molecular Biology Review.67:491-502.
Syahrurachman, A. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.
Taechowisan, T; Lu, C; Shen, Y & Lumyong, S. 2005. Secondary metabolites from
endophytic Streptomyces aureofaciens. CMUAc130 and their antifungal activity.
Microbiology. 151, 1691-1695. DOI:10.1099/mic0.27758-0
Widowati,T., Bustanussalam, Harmastini Sukiman dan Partomuan Simanjuntak. 2016. Isolasi
Dan Identifikasi Kapang Endofit Dari Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.) Sebagai
Penghasil Antioksidan. Biopropal Vol 7 No 1

Anda mungkin juga menyukai