Laporan Alelopati 2012
Laporan Alelopati 2012
Laporan Alelopati 2012
Latar Belakang
Jagung adalah tanaman purba. Sebagaimana ditunjukkan dari sisaan klobot yang terunut sampai sekitar 500 SM yang ditemukan di penggalian sejarah Gua Tehuacan, Meksiko. Domestikasi tanaman ini diperkirakan telah dimulai pada kurun waktu tersebut. Dua genus utama poaceae (graminaceae) yang berasal dari benua Amerika adala Zea dan Tripsicum. Nenek moyang jagung yang umumnya disepakati adalah Teosinte (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Salah satu faktor untuk meningkatkan hasil jagung rata-rata nasional adalah penanaman varietas unggul yang merupakan salah satu komponen paket teknologi dalam meningkatkan produksi jagung. Karena besarnya variasi lingkungan tumbuh jagung di Indonesia dan besarnya interaksi varietas dengan lingkungannya, maka varietas unggul yang diperlukan adalah varietas yang mempunyai daya hasil tinggi dan idealnya varietas yang stabil atau yang berinteraksi dengan lingkungan sekecil mungkin (Sudjana, 1992). Angka sementara produksi jagung tahun 2006 sebesar 11,61 juta ton pipilan kering. Angka sementara produksi jagung tahun 2007 sebesar 13,29 juta ton pipilan kering. Dibandingkan dengan produksi tahun 2006, terjadi kenaikan sebanyak 1,68 juta ton (14.44%). Kenaikan produksi terjadi karena kenaikan luas panen sekitar 283,25 ribu hektar (8,47%) dan peningkatan produktivitas sebesar 1,91 kuintal/Ha (5,5%). Angka ramalan produksi jagung tahun 2008 diperkirakan sebesar 13,88 juta ton pipilan kering (Webmaster.bps.go.id, 2008).
Selain pemberian pupuk organik, pemberian pupuk urea sebagai sumber hara N merupakan usaha yang banyak dilakukan dalam meningkatkan produktivitas sayuran khususnya kacang panjang. Pupuk urea sebagai sumber hara N dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dimana tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau (Hardjowigeno, 1987).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh alelopati terhadap perkecambahan Jagung (Zea mays L.)
Kegunaan Percobaan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis dkk (2005), klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Poales : Poaceae : Zea : Zea mays L.
Setelah perkecambahan, akar primer akan memulai pertumbuhan tanaman sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi hara pada tanaman. Akar layang menyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tinggi tanaman jagung berkisar antara 90-150 cm. batang jagung berwarna hijau sampai kekuningan, batang berbuku-buku, yang dibatasi oleh ruas-ruas yang jumlahnya antara 10-40 ruas. Ruas bagian atas berbentuk silindris dan bagian bawah berbentuk agak bulat pipih. Pada batang jagung terdapat tunas yang biasanya berkembang menjadi bakal tongkol yang berada di bawah tongkol utama tidak berkembang sempurna (Nurmala, 1997). Daun terdapat pada buku-buku batang dan terdiri dari kelopak daun (ligula) dan helai daun. Helai daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan (embun) ke dalam pelepah daun. Jumlah daun sekitar 8-18 helai, berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbentuk pita memanjang, bertulang daun sejajar menyirip ke ujung daun, tulang daun dan mengeras (Nurmala, 1997). Jagung merupakan tanaman monoecious. Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang terletak terpisah. Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina berada sepanjang batang jagung dan berada pada salah satu ketiak daun. Bunga jantan disebut staminate. Bunga betina terdapat pada buku batang daun dan merupakan cabang dari tongkol (Ginting, 1995). Tanaman ini memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis. Buah ini gepeng dengan permukaan atas cembung atau cekung dari dasar runcing. Buah ini terdiri dari endosperma yang mengelilingi embrio, lapisan aleuron dan jaringan perikarp (kulit) yang merupakan lapisan pembungkus. Jaringan endosperma mencakup sekitar 85% bobot biji dan berwarna putih atau kuning (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-500LU hingga 0-400LS. Jagung dapat di tanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian 1.000-1.800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan jagung (Http://www.nmargolang.com, 2008). Suhu optimum jagung berkisar antara 24-250C. suhu optimal untuk perkecambahan adalah 30-320C, untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 300C. jumlah distribusi hujan tahunan adalah 2.500-5.000 mm. intensitas radiasi matahari sangat diperlukan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan sifat tanaman jagung sebagai golongan tanaman C4 (Nurmala, 1997). Jumlah dan distribusi hujan tahunan untuk tanaman jagung dapat tumbuh normal antara 2.500-5.000 mm. pada stadia pertumbuhan awal dan pembungaan tanaman jagung membutuhkan banyak air pada fase ini menyebabkan berkurangnya hasil (Nurmala, 1997).
Tanah Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan pengolahan tanah
yang baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil
(Http://nmargolang.com, 2008). Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah, akan tumbuh baik pada tanah yang gembur dan kaya humus, mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Derajat kemasaman antara 5,5-7,5 dengan pH optimum adalah 6,8
(Nurmala, 1997). Jagung dapat tumbuh di berbagai jenis tanah tetapi dengan pengolahan drainase yang baik. pH tanah untuk tanaman jagung berkisar antara 5.8-6.5 (Decoteau, 2000). Alelopati Alelopati adalah interaksi antar populasi bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya di sektor pohon walnut (juglang) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksin (http://bebas.vista.org., 2009). Sebagai alelopati substansi kimia itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya alelopati tersebut setelah bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusukan, pencucian ataupun setelah dikeluarkan eksudat maupun penguapan (Moenadir,1983 ). Tumbuh-tumbuhan menghasilkan berbagai jenis metabolit yangtidak diketahui kegunaannya dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu, adanya dugaan bahwa tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan senyawa yang beracun baik untuk dirinya sendiri maupun jenis-jenis tumbuhan yang
lainnya adalah sangat wajar. Berdasarkan sifat-sifat kimia yang dimilikinya senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji yang berada di sekitarnya atau tumbuhannya sendiri baik sewaktu masih kecambah atau dewasa jika konsentrasinya cukup tinggi. Disamping itu telah lama diketahui oleh penelitian adanya pengaruh-pengaruh yang merugikan yang ditimbulkan oleh suatu jenis tumbuhan terhadap jenis yang lainnya yang tidak dapat dijelaskan oleh adanya kompetisi (Sastroutomo, 1990). Alelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau bagi mikroba. Demonstrasi yang paling jelas mengenai alelopati adalah karya Muller pada tanaman Chaparral califiria. Vegetasi ini berada pada wilayah rumput-rumput semusim (annual) dan rumput belukar beraroma ekstensil, terutama Salvia leucophylla dan Artemisia californica. Sekitar perdu/belukar terjadi zona kosong selebar satu sampai dua meter dan diluar itu zona pertumbuhan Stunted 3-8 meter lebarnya. Muller mendemonstrasikan bahwa berbagai terpen dihasilkan oleh belukar, meliputi, pinene, - pinene, cinecole, dan camphor, dan semua mampu menghambat secara serius pertumbuhan pada bibit rumput Festuca megalura, Bromus spp dan Stipa pulchra, lebih dari pada hambatan terhdap mentimun sebagai tanaman standar pengujian. Akhirnya, mereka memperhatikan bahwa terpen diabsorbsi oleh tanah, tetap toksik setelah paling sedikitnya dua bulan didalam tanah dan dapat larut dalam lilin kutikula. (Fitter dan Hay, 1991).
alelopati dalam pertumbuhan gulma dan tanamn pangan di daerahdaerah pertumbuhan tetapi peranannya terhadap perkecanbahan belumlah diketahui secara mendalam. Kebanyakan senyawa senyawa alelopati adalah senyawa fenol. Mekanisme fisiologis dari penghambatan oleh senyawa ini terhadap perkecambahan belumlah banyak diketahui. Penghambatan perkecambahan oleh senyawa oleh asam p-kumarat dan turunannya kemungkinan dihasilkan dari pelepasan ion k yang menyebabkan sel sel lembaga tidak mampu berkembang dan memberikan tekanan yang menimbulkan perluasan sel sel kumarin yang pengruhnya berbeda tetapi mekanismenya belum diketahui.
(http://library.gunadarma.ac.id., 2009). Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan pada semua jaringan tumbuh-tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati. Pengetahuan tentang jumlah senyawa alelopati sangatlah penting dalam kaitannya dengan pemanfaatannya sebagai bioherbisida. Rice (1974 dan 1979) mengemukakan bahwa produksi senyawa-senyawa ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan termasuk diantaranya adalah: 1) Kualitas, intensitas dan lamanya penyinaran cahaya dapat mempengaruhi produksi . Yang sangat penting untuk diketahui adalah senyawa alelopati lebih banyak dihasilkan dengan kondisi cahaya ultraviolet dan periode penyinaran yang panjang. Oleh karena itu tumbuh-tumbuhan yang berada
di bawah naungan tumbuh-tumbuhan lainnya akan menghasilkan senyawa alelopati dalam jumlah yang kecil karena sebagian besar sinar ultraviolet telah diserap oleh tumbuhan yang menaunginya.Tumbuhan yang sedang berada pada keadaan optimum, pertumbuhannya dapat menghasilkan senyawa alelopati dalam jumlah yang cukup tinggi dibandingkan tumbuhtumbuhan yang masih muda (dalam periode awal pertumbuhan ) atau sebaliknya yang telah tua. 2) Jumlah senyawa alelopati akan lebih banyak dihasilkan pada keadaan dengan kondisi yang kekurangan hara. Perbedaannya dapat beberapa kali lipat. Contohnya: Asam klorogenat merupakan senyawa alelopati yang ditemukan pada bunga matahari. 3) Senyawa alelopati lebih banyak dihasilkan dalam keadaan yang mengalami kekeringan. 4) Senyawa alelopati jumlahnya lebih besar dalam keadaan dengan suhu yang lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu normal bagi pertumbuhannya. 5) Penggunaan hormon seperti hidrasit maleat dapat meningkatkan produksi senyawa alelopati. (Sastroutomo, 1990). Gulma yang Berpotensi Sebagai Alelopati Mekanisme penekanan pertumbuhan tanaman akibat adanya zat ekskresi tertentu dari tumbuhan lain disebut alelopati. Misalnya gembung rambat mengeluarkan zat ekskresi yang mengandung fenol dan flavon yang dapat
mengakibatkan tertekannya pertumbuhan tanaman karet. Selain tanaman ini, gulma lain yang diduga menimbulkan efek alelopati terhadap tanaman karet adalah alang (Imperata cylindrica L.), dan teki (Cyperus rotundus L.) (Nasution, 1986). Senyawasenyawa kimia yang berpotensi alelopati dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan antara lain terdapat pada daun , akar, batang, rhizom, buah biji dan umbi serta bagian bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol
(Sukman dan Yakup, 1995). Jenis-jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa alelopati adalah cukup besar jumlahnya. Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman pangan ataupun dalam pola-pola penguasaan di habitat dalam melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati. Meskipun telah banyak para ahli gulma yang mempelajari kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya, tetapi jarang sekali yang mempertimbangkan kemungkinan alelopati sebagai salah satu mekanisme didalam proses interaksi ini. Beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropuran repens, Cirsium arvense, Sorgum halepens, Ciperus khususnya melalui rotundus, dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati, khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari organnya yang telah mati. Terdapat juga jenis-jenis gulma semusim yang memiliki kemampuan yang sama seperti pada setaria yang bagian- bagian organnya yang telah mati sangat menghambat pertunbuhan jagung. Isolasi senyawa kimia dari jenis-jenis gulma ini masih diperlukan untuk
membuktikan hasil pengamatan dilapangan. Sebagai contohnya: Pada umumnya, semua ekstrak tumbuh-tumbuhan dalam konsentrasi yang cukup tinggi akan bersifat racun dan belum berarti mempunyai alelopati (Sastroutomo, 1990). Pengaruh Alelopati Rendaman umbi teki kering angin dapat menghambat perkecambahan benih gandum, cantle, kacang kacangan dan mustard. Ekstrak yang berasal dari umbiumbi teki segar juga dilaporkan mampu menghambat panjang akar chickpea (Setyowati dan Suprijono, 2001). Beberapa jenis alelopati menunjukkan pengaruh yang menghambat. pertumbuhan sel sel akar secara total pada bawang beberapa jam setelah
perlakuan terpen yang mudah menguap. Salvia leucophylla merupakan senyawa penghambat pembelahan sel pada kecambah mentimun (Sastroutomo, 1990). Pengaruh alelopati terhadap tanaman budidaya diantaranya: 1. Pengaruhnya terhadap penyerapan hara Senyawa-senyawa alelopati dapat menurunkan kecepatan penyerapan ionion oleh tumbuh-tumbuhan. Sebagai contoh: asam-asam salisilat dan ferulat keduanya merupakan senyawa penghambat penyerapan K oleh akar terutama pada pH yang rendah. 2. Penghambat pembelahan sel Beberapa jenis allelokimia menunjukkan pengaruh yang menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan. Sebagai contohnya, kumarin dapat menghambat pembelahan sel akar secara total pada bawang beberapa lama setelah perlakuan.
3. Penghambatan pertumbuhan Beberapa allelokimia diketahui mempengaruhi aktivitas IAA oksidase, sedangkan asam 3,4-dihidroksi benzoat, dan asam ferulat merupakan senyawa penghambatnya yang sangat kuat. 4. Penghambat aktivitas fotosintesis Einhellig dan kawan-kawan (1970) memperoleh hasil dari pengamatannya bahwa segera setelah perlakuan dengan skopoletin yang termasuk golongan kumarin, aktivitas fotosintesis pada bunga matahari, tembakau dan bayam mejadi menurun, senyawa-senyawa ini juga dapat
5. Pengaruh terhadap respirasi Senyawa-senyawa kimia dapat menstimulir atau menghambat respirasi. Pada keadaan yang memberikan stimulasi (meningkatkan penyerapan O2), proses fosforilasi akan dihambat dan menyebabkan pembentukan ATP (energi) menjadi berkurang. Juga ion yang termasuk golomgan senyawa asam aromatic, fenolat, aldehid, flavonoid, dan kumarin juga
mempengaruhi terjadinya fosforilsi. 6. Pengaruh terhadap sintesis protein Penelitian untuk mengamati pengaruh alelopati terhadap sintesis protein biasanya memerlukan penggunaan gula atau asam amino yang ditandai dengan radioaktif (14C) yang kemudian dimasukkan kedalam protein. Asam ferulat dan kumarin keduanya dapat menghambat peningkatan fenilalanin(14C) kedalam rantai protein pada biji dan berkecambah.
Demikian juga yang terjadi pada ganggang yang dihambat yang dihambat oleh penggunaan kinon. 7. Perubahan ketegangan membran Senyawa fenol diketahui meningkatkan pelepasan ion K dari jaringanjaringan akar. Tempat yang mula-mula dipengaruhi oleh asam salisilat adalah plasmolema, dan pada pH yang rendah, plasmolema dan tonoplasma akan menjadi tipis dan kebocoran ion K akan mudah terjadi. 8. Penghambat aktifitas enzim Beberapa jenis enzim tumbuh-tumbuhan dapat dihambat oleh adanya alelokimia. Sebagai contohnya, enzim fosforilase, pada tomat dihambat oleh adanya asam khloregenat, kafein, dan katekol. Tanin uga dapat menghambat aktifitas enzim-enzim peroksidase, katalase selulosa, pligalakturonase, amylase dan enzim-enzim lain sejenisnya. (Sastroutomo, 1990).
Percobaan
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium
Ekologi
Tanaman
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 21 April 2009 hingga 27 April 2009.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah rhizom alang-alang (Imperata cylindrica L.) dan umbi teki (Cyperus rotundus L.) sebagai bahan penghasil alelopati, Benih kedelai (Glycine max L.) sebagai tanaman indikator, pasir yang telah digongseng sebagai media tanam dan air sebagai perendam benih dan pengencer ekstrak alelopati. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul sebagai alat bantu mengeluarkan rhizom dan umbi dari dalam tanah, pisau sebagai alat memotong dan membersihkan umbi dan rhizom, blender sebagai alat menghaluskan umbi dan rhizom, erlenmeyer sebagai wadah meletakkan ekstrak alelopati, cawan petri sebagai wadah perkecambahan, gelas ukur untuk mengukur jumlah air, saringan untuk menyaring alelopat dan pipet skala untuk mengukur jumlah alelopati yang disiramkan. Prosedur Percobaan 1. Disediakan umbi teki dan rhizom alang-alang masing-masing sebanyak 150 gram.
2. Dibersihkan rhizom dan umbi dari sisa tanah. 3. Dicuci umbi teki dan rhizom alang-alang, lalu ditiriskan. 4. Dipotong-potong umbi dan rhizom. 5. Dihaluskan umbi dan rhizom dengan blender. 6. Dibuat larutan alang-alang dan teki dengan perlakuan. Ao = tanpa rhizom/umbi A1 = 150 gram umbi teki/rhizom alang-alang + 300 ml air A2 = 150 gram umbi teki/rhizom alang-alang + 300 ml air A3 = 150 gram umbi teki/rhizom alang-alang + 300 ml air
Pelaksanaan Percobaan Parameter yang diambil pada hari pertama hingga hari ke enam yaitu laju perkecambahan dan panjang perkecambahan. Cara pengambilan data laju perkecambahan yaitu dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah dibagi jumlah benih yang ditanam atau : Jumlah Benih Yang Tumbuh x 100% Jumlah Benih yang di tanam Dan cara pengambilan data panjang perkecambahan yaitu dengan mengukur panjang plumula dan radikula pada benih yang telah berkecambah lalu dibagi jumlah benih yang tumbuh. Pada hari ke-6, parameter diambil adalah laju perkecambahan, panjang kecambah dan persentase perkecambah. Pemeliharaan pada saat percobaan yaitu dengan menyiram larutan alelopati sebanyak 1 ml pada setiap media, sesuai dengan perlakuan. Apabila media masih kering maka dapat dilembabi dengan air.
Pembahasan Zat Allelopati dikeluarkan melalui pencucian adalah asam asam organik, gula, asam amino, penrat, giberilin, terpenoid, dan fenol. Hasil cucian daun alang alang, rhizome teki dan akasia akan mempengaruhi pertumbuhan jagung dan
kedelai . Hal ini sesuai dengan literatur Nasution (1986) Yang mengatakan Senyawa allelopati berpengaruh terhadap penyerapan hara, menghambat pembelahan sel, menghambat pertumbuhan, menghambat aktivitas fotosintesis, mempengaruhi respirasi, mempengaruhi sintesa protein, mempengaruhi
ketegangan membran, menghambat aktivitas enzim, mempengaruhi sekresi tumbuhan, mengahambat fiksasi nitrogen dan penyebaran tumbuhan serta perkecambahan. Dari data yang didapat pada Parameter tinggi 3 HST dapat dilihat bahwa tanaman yang paling tinggi terdapat pada tanaman perlakuan A3D3 (daun Akasia 100gr dalam 300 ml Air) yakni dengan Rataan tinggi dari ulangan satu dan Ulangan dua sebesar 5,15cm, sedangkan tinggi tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan A1D3(rhizome alang-alang 100gr dalam 100ml air) dengan
rataan tinggi tanaman 2.13. Dengan demikian bahwa pada tanaman 3HST interaksi antara senyawa alelopati yang diberikan pada tanah sudah mulai terjadi terhadap tanaman sehingga terjadi perbedaan yang terlihat nyata dari setiap perlakuannya. Dari segi Dosis pada Parameter Tinggi 3 HST bahwa pada perlakuan A3D3 menjadi yang paling tinggi karena pada perlakuan tersebut alelopati lebih encer sehingga interaksi atau pengaruh pada tanaman tidak terlalu terlihat, sebaliknya pada tanaman perlakuan A1D3 lebih kental sehingga interaksi akan lebih cepat dan nyata.dengan demikian dosis juga mempengaruhi cepat atau lambat berlangsungnya interaksi. Dari Data yang dapat dilihat pada parameter persentase perkecambahan 3HST dapat dilihat bahwa tanaman yang memiliki persentasi perkecambahan paling besar adalah pada perlakuan control, A2D1(Umbi teki 100gr dalam 100ml)dan A3D2(Daun Akasia 100gr dalam air 200ml) yakni sebesar 96%,
sedangkan yang terekecil adalah pada perlakuan A2D2(umbi teki 100gr dalam 200ml air) sebesar 72%.Dengan demikian interaksi pada tanaman 3HST dengan daya saing terlihat kurang nyata karena adanya perbedaan persentase perkecambahan yang tidak terlalu signifikan, artinya senyawa kimia alelopati yang diberikan pada tanah belum sepenuhnya melakukan interaksi dengan tanamannya. Dari data Parameter Persentase perkecambahan terlihat bahwa perbedaan pemberian dosis juga mempengaruhi persentase perkecambahan pada tanaman control dan A3D2 menjadi tanaman yang persentase perkecambahan besar dikarenakan pada control tidak diberikan alelopati sedangkan A3D2 diberikan
alelopati dengan konsentrasi yang lebih encer sehingga pada 3HST belum terlalu mempengaruhi persentase perkecambahan,dan yang paling rendah adalah pada A2D2 ini tidak seluruhnya disebabkan oleh alelopati melainkan disebabkan
factor lainnya seperti adanya masa dormansi pada beberapa benih. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi dari alelopati sengat mempengaruhi
perkecambahan benih yang dipakai sebagai objek pengamatan. Hal ini sesuai dengan literatur dari http://librarygunadarma.ac.id (2008) yang mengatakan bahwa senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan pada umbi teki dan rhizom alang alang . Untuk dapat memperoleh zat penghambat dari tanaman tersebut dapat mengekstraknya dengan air. Semakin sedikit campuran air yang digunakan maka akan semakin besar jumlah alelopati yang terkandung dalam ekstrak tersebut.
Kesimpulan 1. Pada Parameter Tingi Tanaman (Tanaman 3HST ) terlihat bahwa interaksi alelopati paling besar terjadi pada perlakuan A1D3 sehingga paling rendah.interaksi Paling kecil pada perlakuan A3D3 sehingga paling tinggi. 2. Pada Parameter Tinggi Tanaman (3HST) terlihat bahwa pemberian dosis berbeda menyebabkan perbedaan tinggi tanaman yang nyata. 3. Pada Parameter Persentase perkecambahan (3HST) terlihat bahwa perlakuan A3D2 memiliki persentase perkecambahan paling besar dan perlakuan A2D2 paling kecil, sehingga interaksi alelopati pada tanah terhadap tanaman terlihat nyata. 4. Kandungan alelopati mempengaruhi terhadap : menghambat pertumbuhan, mengganggu penyerapan unsur hara, menghambat fotosintesis, menghambat aktivitas enzim.
5.
Adapun tujuan daya saing alelopati adalah Untuk Mdengetahui tingkat persaingan antar organisme dalam satu lingkungan dalam alelopati yang berbeda.
Saran Dalam Melakukan Percobaan ini perlu diperhatikan Ketelitian terutama saat memberikan dosis yang berbeda pada tiap perlakuan sehingga didapat data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Decoteu, D. R., 2000. Vegetable Crop. Prentice Hall. Upper Sadle River. Ginting, S., 1995. Jagung. USU prees. Medan. Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Medyatama sarana Perkasa. Jakarta. Http://www.infotoko.com/thumbnail.php., 2008. Pupuk Organik dan Pestisida Nabati. (1 page). Http://www.nmargolang.com., 2008. Budidaya Jagung. (3 Page).
Http://www.Agriculture.Com., 2007. Agriculture Notes. Dikutip dari: Diakses tanggal 10 Oktober 2007.
Http://www.kebonkembang.com., 2007. Unsur Hara yang Diperlukan Tanaman. Dikutip dari: Diakses tanggal 10 Oktober 2007. Http://www.pustaka-deptan.go.id, 2007. Peranan Pupuk NPK terhadap Tanaman Padi. Dikutip dari:. Diakses tanggal 10 Oktober 2007. Http://www.ipteknet.com., 2007. Unsur Hara Makro. Dikutip dari: Diakses tanggal 10 Oktober 2007. Kariada, I. K. dan I. M. Sukadana. 2000. Sayuran Organik. Dikutip dari: www.pustaka-deptan.go.id/agritek/bali0208.pdf, (3 page). Nurmala, S. W. T. 1997. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta. Jakarta. Rubatzky, V. and M. Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia Alih bahasa Catur Horison. ITB Press Jilid I. Penerbit ITB. Bandung. Steenis, C. G. G. K., G. Hoed/S. Bloembergen dan P.J. Eyma., 2005. Flora. Terjemahan Moeso Surjowinoto, dkk. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Sudjana, A., 1992. Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Pangan Bogor Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra.,1999 Pupuk Dan Cara Pemupukan. Graha Media Pratama. Jakarta. Webmaster.bps.go.id., 2008. Statistik Indonesia (2 page) Www.triharmoniabadi.com, 2008. Katalog Produk Pupuk Cair Lengkap. (1 page).