Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab Ii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Jagung

Dalam sistematika tanaman, jagung termasuk:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Hampir semua bagian dari tanaman jagung memiliki nilai ekonomis.

Beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya, batang dan daun

muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau /

kompos, batang dan daun kering sebagai kayu bakar, buah jagung muda untuk

sayuran, perkedel, bakwan dan berbagai macam olahan makanan lainnya

(Purwono dan Hartono, 2007 Dalam Kurniawan, 2017).

1. Batang

Batang tanaman jagung tidak bercabang dan kaku. Bentuk batangnya

silinder dan terdiri atas beberapa ruas serta buku ruas. Adapun tingginya

tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 – 250 cm

(Paeru dan Dewi, 2017).

7
8

2. Daun

Paeru dan Dewi, (2017) mengatakan bahwa tanaman jagung memiliki

daun yang panjang dan lebarnya agak seragam. Lembar daun berselang-seling

dan berbentuk seperti rumput. Tulang daun terlihat jelas dengan bentuk

termasuk tulang daun sejajar. Tanaman jagung memiliki jumlah daun 8 – 48

helai. Daun tanaman jagung terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian kelopak daun,

lidah daun, serta helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang.

Antara kelopak daun dengan helaian daun terdapat lidah daun yang memiliki

bulu dan berlemak yang disebut ligula yang memiliki fungsi untuk mencegah

air untuk masuk kedalam kelopak daun dan batang.

3. Bunga

Bunga jagung juga termasuk bunga tidak lengkap karena tidak memiliki

petal dan sepal. Alat kelamin jantan dan betinanya juga berada pada bunga

yang berbeda sehingga disebut bunga tidak sempurna. Bunga jantan terdapat di

ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke -6 atau ke -8

dari bunga jantan (Paeru dan Dewi, 2017).

Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang

disebut floret. Dua floret diabatsi oleh sepasang glumae (gluma). Bunga jantan

tumbuh dibagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).

Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam

tongkol, yang tumbuh dari buku di antara batang dan pelepah daun. Umumnya

satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun

memiliki sejumlah betina.


9

4. Tongkol dan Biji

Tanaman jagung mampu menghasilkan satu atau beberapa tongkol.

Tongkol jagung muncul dari buku ruas yang berupa tunas yang kemudian

berkembang menjadi tongkol jagung. Pada satu tongkol terdapat 200 – 400 biji

jagung yang tersusun rapi yang memiliki bentuk pipih dengan permukaan biji

jagung cembung atau cekung serta dasarnya memiliki bentuk yang runcing.

Biji jagung memiliki 3 bagian terpenting yaitu perikarp, endosperma dan

embrio (Paeru dan Dewi, 2017).

Budiman, (2013) mangatakan bahwa pada biji jagung terdiri atas empat

bagian utama, yaitu: kulit luar (perikarp) (5 %), lembaga (12 %), endosperma

(82 %) dan tudung biji (tin cap) (1 %). Kulit luar merupakan bagian yang

banyak mengandung serat kasar atau karobohidrat yang tidak larut (non pati),

lilin dan beberapa mineral. Lembaga banyak mengandung minyak. Total

kandungan minyak dari setiap biji jagung adalah 4 %. Sedangkan tudung biji

dan endosperm banyak mengandung apti. Pati dalam tudung biji adalah pati

yang bebas sedangkan pati pada endosperm terikat kuat dengan matriks protein

(gluten).

B. Jenis-Jenis Jagung Yang Sudah Dikenal Masyarakat Luas

1. Jagung mutiara (flint corn) – Zea mays indurata

Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat, licin, mengkilap dan keras karena

bagian pati yang keras terdapat di bagian atas dari biji. Pada waktu masak,

bagian atas dari biji mengkerut bersama – sama, sehingga menyebabkan

permukaan biji bagian atas licin dan bulat. Pada umumnya varietas lokal di
10

Indonesia tergolong dalam tipe biji mutiara. Sekitar 75 % dari areal pertanaman

jagung di Pulau Jawa bertipe biji mutiara. Tipe biji ini disukai oleh petani

karena tahan hama gudang.

2. Jagung gigi kuda (dent corn) – Zea mays identata

Bagian pati keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan

pati lunaknya di tengah sampai ke ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati

lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut dari pada pati keras,

sehingga terjadi lekukan (dent) pada bagian atas biji. Tipe biji dent ini

bentuknya besar, pipih dan berlekuk. Jagung hibrida tipe dent adalah tipe

jagung yang populer di Amerika dan Eropa. Di Indonesia, terutama di Jawa,

kira-kira 25 % dari jagung yang ditanam bertipe biji semi dent (setengah gigi

kuda).

3. Jagung manis (sweet corn) – Zea mays saccharata

Bentuk biji jagung manis pada waktu masak keriput dan transparan. Biji

jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dari pada

pati. Sifat ini di tentukan oleh satu gen sugary (su) yang resesif. Jagung manis

umumnya ditanam untuk dipanen muda pada saat masak susu (milking stage).

4. Jagung berondong (pop corn) – Zea mays everta

Pada tipe jagung pop, proporsi pati lunak dibandingkan dengan pati keras

jauh lebih kecil dari pada jagung tipe flint. Biji jagung akan meletus kalau

dipanaskan karena mengembangnya uap air dalam biji. Volume

pengembangannya bervariasi (tergantung pada varietasnya), dapat mencapai 15


11

– 30 kali dari besar semula. Hasil biji jagung tipe pop pada umumnya lebih

rendah dari pada jagung flint atau dent.

5. Jagung tepung (floury corn) – Zea mays amylacea

Zat pati yang terdapat pada endosperma jagung tepung semuanya pati

lunak, kecuali di bagian sisi biji yang tipis adalah pati keras. Pada umumnya

tipe jagung floury ini berumur dalam (panjang) dan khususnya diatanam di

dataran tinggi Amerika Selatan (Peru dan Bolivia).

6. Jagung ketan (waxy corn) – Zea mays ceratina

Endosperma pada tipe jagung waxy seluruhnya terdiri dari amylopectine,

sedangkan jagung biasa mengandung ± 70 % amylopectine dan 30 %

amylopose. Jagung waxy digunakan sebagai bahan perekat, selain sebagai

bahan makanan.

7. Jagung pod (pod corn) – Zea mays tunicata

Setiap biji jagung pod terbungkus dalam klobot, dan seluruh tongkolnya

juga terbungkus dalam kelobot. Endosperma bijinya mungkin flint, dent, pop,

sweet atau waxy.

C. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

1. Iklim

Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan

curah hujan ideal sekitar 85 – 200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.

Sebaiknya jagung ditanam di awal musim hujan atau menjelang musim

kemarau. Dan tanaman jagung menghendaki suhu antara 21 – 34 derajat C,


12

namun idelanya pada suhu 23 – 27 derajat C. Sedangkan pada proses

perkecambahan benih jagung memerlukan suhu sekitar 30 derajat C (Budiman,

2013).

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak tipe dan

variasi sifat – sifat yang dimilikinya, jagung dapat tumbuh baik pada berbagai

iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalag

daerah – daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis atau tropis

basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 00 – 500 lintang

utara hingga 00 – 400 lintang selatan (AAK, 2006).

2. Ketinggian Tempat

Menurut Paeru dan Dewi (2017), tanaman jagung mampu dbudidayakan

pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun pada umumnya jagung di

Indonesia dibudidayakan di dataran rendah, baik pada lahan tegalan, sawah

tadah hujan maupun sawah irigasi. Dan pada dataran tinggi tanaman jagung

mampu tumbuh pada ketinggian 1.000 – 1.800 m dpl. Budiman (2013)

Menambahkan daerah dengan ketinggian antara 0 – 600 m dpl merupakan

ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung.

3. Jenis Tanah

Paeru dan Dewi (2017), mengatakan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh

secara optimum jika ditanam pada lahan yang subur, gembur, dan kaya akan

humus sehingga produktivitas nya pun akan tinggi serta tanaman jagung akan

tumbuh secara baik jika keasaman tanah (pH) berkisar antara 5,5 – 7 namun

yang paling baik adalah 6,8.


13

Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari

gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan

tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan

pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur

lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman

jagung tersebut (Budiman, 2013).

D. Karakterisasi Morfologi dan Agronomis

Dalam program pemuliaan tanaman perlu dilakukan karakterisasi sifat

morfologis dan agronomis plasma nutfah dalam upaya memperkaya keragaman

genetik. Sehingga peningkatan mutu genetik melalui program pemuliaan tanaman

dapat dilakukan karakterisasi sifat morfologis untuk mengetahui sifat – sifat

morfologis bagian tubuh tanaman dan sifat agronomis untuk mengetahui atau

mendapatkan hasil dari tanaman untuk digunakan untuk kebutuhan manusia.

Menurut Subandi dan Zubachtirodin (2005) dalam Hasiholan (2016),

keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat tergantung kepada

kemmampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi yaitu meliputi varietas

unggul baru berdaya hasil dan berkualitas tinggi, penyediaan benih bermutu serta

teknologi budidaya yang tepat. Varietas unggul merupakan salah satu faktor

penting dalam usaha meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Secara umum

benih varietas unggul jagung dap[at dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu jagung

hibrida dan jagung komposit (Sudjana, 1991), dalam Hasilohan (2016).

Karakterisasi yang umum digunakan adalah sifat morfologis, seperti bentuk

batang, daun dan tongkol. Akan tetapi fenotipe atau karakter dari tanaman jagung
14

itu sendiri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi juga faktor

lingkungan, keragaman genetik dapat dimanfaatkan untuk perbaikan tanaman

melalui pemuliaan tanaman apabila telah tersedia informasi tentang keragman

genetik (Indhirawati, 2015). Kemudian Wijayanto (2007) menambahkan bahwa

karakterisasi sifat agronomis meliputi beberapa sifat kuantitatif dan sifat kualitatif

yang berhubungan erat dengan daya hasil tanaman karena phenotipe suatu

tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai