Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan BDT Se

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktikum mata kuliah tanaman serealia terdiri dari praktek kunjungan

lapangan untuk melihat secara langsung teknik penanaman Padi dan Jagung

yang bertempat di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kebun Percobaan,

Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan penanaman

langsung Sorgum dilapangan dilakukan di depan fakultas pertanian dalam

percobaan polybag.

Padi adalah tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman padi

berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan sub tropis. Padi

merupakan bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, lebih

dari 50% masyarakat Indonesia menggunakan padi sebagai makanan

pokoknya. Seiring dengan meningkatnya penduduk Indonesia maka permintaan

akan padi pun juga meningkat, tetapi simetri dengan itu ketika permintaan akan

padi meningkat produksi padi di Indonesia ternyata makin berkurang, sehingga

beberapa tahun terakhir ini pemerintah terpaksa mengimpor beras untuk

mencukupi kebutuhan nasional (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Tanaman padi pada pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah sifat

fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur.

Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah

menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat

menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan

dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah

1
diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga

tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman.

Tanaman sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah - wilayah tropis

dan subtropis di bagian Pasifik tenggara dan Australasia, wilayah yang

meliputi Australia, Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari

keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies,

diantaranya spesies yang banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum

bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim dikenal masyarakat jawa dengan

nama “Cantel” dan satu familia dengan tanaman serealia lainnya seperti padi,

jagung dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Taksonomi

tanaman - tanaman ini satu familia Poaceaeyang sering disebut Gramineae

(rumput - rumputan). Batang sorgum jika diolah dapat menjadi bio - ethanol

(sejenis dengan bio - diesel, bio - fuel, bio - energi yang berasal dari nabati)

seperti jarak dan biji - bijian lain: kelapa, kacang - kacangan, sawit dan

sebagainya. Terutama sorgum erat kaitannya dengan tebu sebagai penghasil

alkohol dan spiritus (Supriyanto, 2009).

Biji sorgum mempunyai potensi sebagai bahan pakan penyusun rasum

ayam komersial, karena mengandung nutrisi yang setara dengan biji jagung.

Pada sisi lain, ada kendala dalam pemanfaatannya, yaitu antinutrisi yang

terkandung dalam biji jagung yang disebut tanin yang akan menghambat

kecernaan zat nutrisi, utamanya protein. Sorgum merupakan tanaman serelia

yang bukan berasal dari Indonesia melainkan dari Ethiophia dan Sundan

Afrika. Di Indonesia sorrgum mempunyai beberapa nama seperti gandum,

2
jagung pari dan jagung canthel. Namun selama ini batang sorgum hanya

digunakan untuk pakan ternak (Fardiaz, 1987).

Nira sorgum yang berasal dari batang tanaman sorgum dimanfaatkan

untuk pembuatan etanol, karena komposisi nira sorgum hampir sama dengan

nira tebu. Etanol dibuat dengan proses fermentasi menggunakan

saccharomyces cerevisiae. Penelitian ini bertujuan mempelajari pemanfaatan

nira sorgum untuk dibuat etanol dengan proses fermantasi dan mempelajari

pengaruh waktu dan volume starter serta pariabel yang paling berpengaruh

terhadap kadar alkohol. Fermentasi adalah salah satu proses biokimia yang

dapat digunakan untuk pembuatan alkohol. Proses fermentasi dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya pH, waktu operasi, nutrient, suhu, kadar gula

(Hoeman 2008).

Saat ini sorgum masih dimanfaatkan hanya sebatas potensi utamanya saja

yaitu dari bijinya. Adapun potensi lainnya seperti akar, daun dan tangkai biji

hanya dimanfaatkan ala kadarnya saja, seperti untuk pakan ternak dan kompos.

Nira sorgum merupakan produk yang memiliki keunggulan bahkan apabila

dibandingkan dengan nira tebu. Keunggulannya terletak pada tingkat

produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum. Sebagaimana diketahui bahwa

tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki tuntutan perawatan yang

cukup tinggi, atau dengan kata lain, tanaman tebu lebih manja perawatan

dibandingkan dengan tanaman sorgum.

3
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktek yang di laksanakan di Pelataran Fakultas

Pertanian yaitu untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan tanaman

sorgum melalui pengukuran setiap minggu.

Adapun tujuan dari praktek lapang yang dilaksanakan di Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Kebun Percobaan, Kecamatan Bajeng,

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan penanaman yaitu untuk mengetahui

jenis tanaman padi yang ada pada daerah Bajeng serta mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi di Kecamatan Bajeng.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi dan Sorgum

A. Tanaman Padi

Padi saat ini sudah mempunyai berbagai macam varietas yang sudah

dikeluarkan oleh pihak pengambang dan sudah mulai di pasarkan ke tiap

petani, banyak jenis varietas dari padi Inpari ini yang beredar luas di

masyarakat, terlepas dari itu semua, setiap varietas mempunyai

keunggulan masing-masing, seperti varietas yang tahan rebah, varietas

tahan wereng sampai dengan varietas padi yang tahan terhadap

kekeringan. Padi Inpari adalah Inbrida padi irigasi (Mengenal varietas

Inpari), semoga dengan banyaknya varietas tanaman padi bisa

meningkatkan produksi dan produktivitas hasil dan diharapkan agar

Indonesia bisa mencapai swasembada pangan.

Tanaman padi mulai dalam proses perkecambahan hingga masa

panen secara umum memerlukan waktu 110 – 115 hari setelah tanam.

Sistem perakaran padi digolongkan ke dalam akar serabut sedangkan

batang tanaman padi terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku-

buku. Akar padi yang serabut sangat efektif dalam penyerapan hara tetapi

peka terhadap kekeringan sedangkan batang padi yang berbuku dan

berongga dijadikan tempat tumbuh batang anakan seatau daun (Purnomo

dan Purnamawati, 2007). Tanaman padi dapat dikembangkanbiakkan

secara langsung, baik dengan benih maupun benih yang disemai menjadi

bibit (Prasetiyo, 2002). Hasil dari tanaman padi yang dapat diambil ketika

5
memasuki masa panen yaitu berupa gabah dimana nantinya akan dapat

dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

B. Tanaman Sorgum

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae

yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga

sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga.

Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai).

Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. (Ir. Jantje

Laimeheriwa, 1990 ). Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip

dengan jagung yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung

memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna.

Morfologi dari tanaman sorgum adalah: Akar : tanaman sorgum memiliki

akar serabut, Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang

terdiri atas ruas-ruas, Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle,

Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum.

Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan

epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum

mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan

lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman

kekeringan. (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).

Tipe perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal adalah

pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar

menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap

6
posisinya. Tanaman sorgum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara

alami. (anonima, 2010 )

Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23° C -

30° C dengan kelembaban relatif 20 - 40 %. Pada daerah-daerah dengan

ketinggian 800 m dpl. dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan

tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang

diperlukan adalah berkisar antara 375 - 425 mm. (Ir. Jantje Laimeheriwa,

1990). Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas.

Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali

tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la dapat

tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0 - 5,5 dan lebih bertoleransi terhadap

salinitas tinggi (garam) (Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 ).

Sorgum dapat beradaptasi pada kisaran kondisi ekologi yang luas

dan dapat berproduksi pada kondisi yang kurang sesuai bila dibandingkan

dengan tanaman serealia yang lainnya. Sorgum dapat bertoleransi pada

keadaan yang panas dan kering, tetapi juga dapat tumbuh pada daerah

yang bercurah hujan tinggi atau tempat-tempat yang bergenang. Keadaan

lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan sorgum adalah sebagai

berikut:

Dengan penyebaran hari hujan yang teratur terutama pada saat

tanaman berumur 4 - 5 minggu yaitu pada saat perkembangan perakaran

sampai pada akhir per tumbuhan vegetatifnya, sorgum tergolong tahan

terhadap kekeringan karena:

a) Bagian tanaman di atas permukaan tanah tumbuh lambat sampai sistem

7
perakaran sudah kokoh.

b) Sorgum membentuk akar-akar sekunder dua kali.

c) Luas permukaan daun tanaman sorgum hanya setengah dari daun

tanaman jagung.

Ada beberapa varietas yang dibudidayakan di Indodesia yaitu UPCA,

Malang, No 26, Birdproof No 65, Katengu No 183, Pretoria No 184,

Cempaka, Numbu, dan Kawali. (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan

2003). Kandungan gizi sorgum/ 100g yaitu unsur nutrisi kalori 332 cal,

protein 11,0 g, lemak 3,3 g, kalsium 28,0 mg, besi 4,4 mg, pospor 287 mg,

dan vit.B1 0,38 mg (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI 1992).

2.2 Sistem penanaman

A. Sistem penanaman padi

Sistem tanam pada pertanaman padi sangat berpengaruh terhadap

komponen budidaya dan hasil produksi tanaman. Pengaruh tersebut terjadi

pada penangkapan cahaya untuk fotosintesis, kebutuhan air tanaman,

penyerapan usur hara oleh akar, ketersediaan ruang yang menentukan

kompetisi gulma dengan tanaman dan iklim mikro di bawah kanopi yang

berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit tumbuhan.

Menurut Ikwani (2013) jarak tanam yang lebar akan meningkatkan

penangkapan sinar matahari oleh tajuk tanaman sehingga berpengaruh

terhadap jumlah anakan yang dihasilkan, meningkatkan bobot kering

tanaman dan bobot gabah tiap rumpun. Jarak tanam yang lebar juga

memberikan ruang, semakin rapat jarak tanam maka semakin sedikit

rumpun yang dihasilkan per rumpunnya. Sedangkan pada populasi yang

8
rendah dengan jarak tanam yang lebar mampu menghasilkan keragaman

rumpun yang besar.

Sistem tanam memiliki peran penting dalam budidaya tanaman padi

baik dengan sistem jajar legowo atau sistem tanam tegel. Berdasarkan

hasil penelitian oleh Chapagain et al (2011) bahwa tidak terjadi interaksi

antara umur bibit dengan sistem tanam yang digunakan. Sistem tanam

jajar legowo memberikan hasil yang lebih baik pada jumlah anakan, berat

gabah per ton dan indeks peningkatan jumlah daun. Umur pindah tanaman

padi yang dilakukan harus secara tepat untuk mengantisipasi

perkembangan akar yang maksimal. Sedangkan jarak tanam yang

diperlakukan dapat berpengaruh terhadap penyerapan cahaya matahari

untuk proses fotosintesisa, selain itu sistem jajar legowo berpengaruh

terhadap peningkatan populasi tanaman.

B. Sistem Penanaman Sorgum

2.3 Teknik budidaya

Adapun teknik budidaya tanaman padi yaitu :

9
a. Benih

Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1.000 m2 sawah membutuhkan

1,5-3 kg benih. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gram per

m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam yaitu 3:

100, atau 1.000 m2 sawah adalah 3,5 m2 pembibitan.

b. Perendaman Benih

Benih direndam dengan POC NASA dan air, dengan dosis 2 cc per

liter air selama 6-12 jam. Tiriskan dan masukkan ke dalam karung goni,

benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam dengan daun

pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1-2 malam hingga benih

berkecambah serentak.

c. Pemeliharaan Pembibitan / Penyemaian

Persemaian diairi secara berangsur hingga tinggi 3-5 cm. Setelah

bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC

NASA dengan dosis 2 tutup per tangki.

d. Pemindahan Benih

Bibit yang siap untuk dipindah tanamkan ke sawah adalah yang telah

berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat,

pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.

10
e. Pemupukan dengan Pengolahan Lahan Ringan

Dilakukan saat umur 20, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam

tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.

f. Penyiangan

Penyiangan rumput-rumput liar seperti sunduk gangsir, jajagoan,

teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.

g. Pengairan

Penggenangan air dilakukan di fase awal pertumbuhan,

pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan untuk

pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting yang bertujuan

untuk menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk

menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

h. Pengendalian Hama dan Penyakit

1. Hama putih

Gejala : menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang

memanjang sejajar dengan tulang daun, ulat menggulung daun padi.

Pengendalian : pengaturan air yang baik, menggunakan tabung

daun, menggunakan Natural BVR atau PESTONA.

Adapun teknik penanaman sorgum yaitu :

a. Penyiapan Benih

Kebutuhan benih sorgum untuk 1 hektar lahan berkisar antara 10–

15 kg, tergantung pada varietas yang akan ditanam, ukuran benih, jarak

tanam, dan sistem tanah. Untuk mendaptkan pertumbuhan tanaman yang

baik, vigor kecambah benih yang digunakan 90%. Beberapa varietas

11
memiliki masa dormansi benih 1 bulan pertama setelah panen. Benih

sorgum dapat dipertahankan kemampuan tumbuhnya selama periode

tertentu asal disimpan dengan baik dalam kemasan yang dapat

memepertahankan kadar airnya 10% dan disimpan pada ruangan yang

bersuhu 10–16 derajat.

b. Waktu Tanam

Sorgum dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim hujan

maupun musim kemarau asal tanaman muda tidak tergenang atau

kekeringan. Di lahan kering sorgum dapat ditanam pada awal atau akhir

musim hujan secara monokultur setelah panen palawija. Jika ditanam

pada musim kemarau, sorgum dapat ditanam setelah panen padi kedua

atau setelah palawija di lahan sawah. Tanaman musim kemarau

umumnya memberi hasil lebih rendah dibandingkan dengan musim

hujan. Hal ini antara lain disebabkan oleh hama burung, selain proses

pengisian biji kurang sempurna karena ketersediaan air terbatas.

c. Penyiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanamannya atau gulma tanaman

perdu yang dapat mengganggu pengolahan tanah. Pengolahan tanah

dimaksutkan untuk menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi tanah

dan mengendalikan gulma. Untuk lahan yang tingkat ketersediaan airnya

cukup atau beririgasi, pengolahan tanah dapat dilakukan secara optimum,

yaitu dibajak dua kali dan digaru satu kali. Setelah tanah diratakan,

dibuat beberapa saluran drainase, baik di tengah maupun di pinggir

lahan. Lahan yang mengandalkan residu air tanah, pengolahan hanya

12
dilakukan secara sederhana dengan mencangkul permukaan tanah untuk

mematikan gulma. Pengolahan tanah sederhana efektif menghambat

penguapan air tanah.

d. Penanaman

Penanaman pada areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan

lubang tanam dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan varietas yang

digunakan (60–70 cm) x 20 cm, ketersediaan air dan tingkat kesuburan

tanah. Pada lahan yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah

sebaiknya menggunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam

dikurangi dari populasi baku (sekitar 125.000 tanaman/ha). Untuk

mengurangi penguapan air tanah, jarak tanam antar baris dapat dilakukan

dengan cara ditugal. Pembuatan lubang tanam menggunakan alat tugal

mengikuti arah yang telah ditentukan sesuai dengan jarak tanam yang

diinginkan.

Kedalaman lubang tanam tidak lebih dari 5 cm. Setiap lubang tanam diisi

3–4 benih, kemudian ditutup dengan tanah ringan atau pupuk organik.

Penutupan lubang tanam dengan bongkahan tanah atau tanah berat

menyebabkan benih tumbuh, 5 hari setelah tanam. Pada umur 2–3

minggu setelah tanam dapat dilakukan penjarangan tanaman dengan

meninggalakan dua tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

sampai batas tertentu peningkatan populasi tanaman dapat meningkatkan

hasil varieas yang mempunyai tingkat batang sedang.

13
e. Pemupukan

Secara tradisional sorgum umumnya ditanam di lahan kering

dengan ingkat kesuburan tanah rendah, sehingga hasil rendah. Sorgum

dengan sisem perakaran meneybar berpotensi menigkatkan penyerapan

hara dan air dari dalam tanah. Pada kondisi lingkungan terbatas, sorgum

dapat tumbuh dengan baik dibandingkan tanaman pangan lainnya, namun

hasilnya akan tinggi pada kondisi air dan hara yang opimal.

Tanaman sorgum tumbuh baik pada lahan pH 6–7,5. Pada tanah

dengan pH <5,5 ketersediaan Al dan Mn dapat bersifat racun bagi

tanaman sedangkan P dan Mg mengalami defisiensi. Ketersediaan hara

mikro menjadi pembatas jika pH > 7,5 namun gejala defisiensi jarang

terjadi pada tanaman sorgum. Pada tanah yang kekurangan hara mikro,

hasil sorgum rendah. Hara mikro adalah nitrogen, fosfor, dan kalium.

Sedangkan hara makro adalah besi, seng, magnesium, boron, tembaga,

khlor, dan timah.

Penggunaan pupuk perlu memperhatikan waktu dan cara

pemberian, jenis, dan tekanan pupuk. Aspek tersebut tidak dapat

disamakan di semua lokasi, karena tanah di masing-masing lokasi

mempunyai sifat yang berbeda. Tanaman sorgum tanggap terhadap

pupuk nitrogen. Takaran pupuk N bergantung pada tingkat kesuburan

tanah dan varietas tanah yang digunaan. Varieas unggul lebih tanggap

terhadap pupuk N optimum untuk sorgum adalah 90% kg N/ha. Pada

lahan kering, penggunaan pupuk N tidak lebih dari 100 kg/ha. Sedangkan

pada lahan cukup air dapat mencapai 135 kg/ha.

14
f. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan tanaman kegiatan yang perlu dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Pemberian air, dilakukan jika tanaman kekurangan air. Sebaliknya,

kelebihan air justru harus segera dibuang melalui saluran drainase.

Sorgum termasuk tanaman yang toleran kekeringan, namun pada

periode tertentu memerlukan air dalam jumlah cukup, yaitu pada

tanaman berdaun empa (pertumbuhan awal) dan periode pengisian biji

sampai biji mulai mengeras.

2. Penyiangan gulma. Kompeisi tanaman sorgum dengan gulma dapat

menurunkan hasil dan kualitas biji, terutama pada awal musim hujan.

Bahhkan keberadaan gulma dapat menurunkan hasil sorgum secara

nyata. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hasil sorgum turun 10%

jika penyiangan gulma tidak menurunkan hasil lebih 20% jika

dilakukan penyiangan gulma tidak dilakukan penyiangan gulma

selama 2 minggu pertama pertumbuhan. Pada tanaman musim

kemarau, kompetisi gulma dapat menggunakan herbisida 2,4-D atau

herbisida pratumbuhan. Dan penyiangan gulma umumnya bersamaan

dengan saat penjarangan tanaman atau bergantung pada pertumbuhan

gulma.

3. Pembumbuan dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua (3–4

minggu setelah tanam) atatu sebelumnya. Pembumbuan dilakukan

dengan cara menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman,

kemudian menimbunkan tanah pada pangkal batang untuk

15
merangsang pertumbuhan akar dan memperkokoh tanaman agar tidak

mudah rebah.

4. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika tanaman menunjukkan

gejala-gejala serangan. Cara dan waku pengendalian bergantung pada

jenis hama dan penyakit yang menyerang.

g. Panen

Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3–4 bualn setelah

tanam, bergantung pada varietas yang ditanam. Saat panen dapat

ditentukan berdasarkan umur tanaman setelah biji terbentuk atau melihat

ciri-ciri visual biji atau setelah melalui masak fisiologisnya. Panen juga

dapat dilakukan setelah dan berwarna kuning dan mengering, biji bernas

dan keras dengan kadar tepung maksimal. Terlambat panen menurunkan

kualitas biji dan biji mulai berkecambah jika kelembaban udara cukup

tinggi. Panen sebaiknya dilakkan pada keadaan cuaca cerah. Cara panen

yang baik adalah memotong tangkai malai sepanjang 15–20 cm dari

pangkal malai. Selanjutnya malai dijemur di bawah sinar matahari dan

dirontokkan.

2.4 Pemupukan

A. Padi

a. Pupuk kompos terhadap padi

Pemupukan pada padi yaitu menggunakan bahan pupuk

kandang atau pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos harus berasal

dari limbah sampah lokal, sehingga mampu menekan biaya produksi.

Biasanya bahan-bahan yang digunakan berasal dari sisa-sisa jerami

16
yang difermentasikan atau dikomposkan dengan kotoran hewan.

Jumlah pupuk kompos yang dibutuhkan oleh lahan sawah sekitar 5-10

ton/ Ha. Pupuk kompos hanya diberikan sebagai pupuk dasar, yaitu

pada saat pengolahan lahan dan sebelum penanaman bibit di lahan.

Pupuk dasar tersebut harus mengandung bahan-bahan yang mampu

memberikan kesuburan pada tanah, memperbaiki aerasi tanah, dan

mendukung kehidupan biota tanah.

b. Pupuk NPK terhadap padi

Pupuk untuk tanaman padi sebagai berikut, Urea sebesar 200

kg - 250 kg, SP36 100 kg - 150 kg dan KCl 75 kg - 100 kg. Jika

menggunakan NPK dosisnya adalah 100 kg urea dan 300 kg NPK. Itu

hanya dosis anjuran, untuk menentukan dosis secara tepat maka anda

harus melakukan uji coba pada tanah milik anda sendiri baik itu antar

musim maupun antar lokasi.

B. Sorgum

Meskipun sorgum dapat tumbuh pada lahan kurang subur,

namun tanaman sorgum sangat tanggap terhadap pemberian pupuk

kandang dan pupuk nitrogen. Respon terbesar kedua adalah pada

pemumupukan fosfor dan yang ketiga adalah pada pemupukan

kalium. Dosis pemupukan tergantung dari tingkat kesuburan lahan,

namun demikian secara umum dosis yang dapat dipakai untuk lahan

irigasi adalah 100 – 180 kg Nitrogen, 45 – 70 kg P2O5 dan K2O.

Pemerintah menganjurkan penggunaan 200 kg Urea, 100 kg SP-36

dan 50 kg KCl. Pupuk urea diberikan dua kali yaitu 1/3 pada waktu

17
tanam bersamaan dengan SP-36 dan KCl, sisanya 2/3 pupuk Urea

diberikan setelah tanaman berumur satu bulan. Pupuk diberikan

dengan cara dibuat larikan sejauh ± 7-15 cm sebelah kanan dan kiri

dari lubang tanam. Urea dan SP-36 dimasukkan dalam satu lubang,

sedangkan KCl pada lubang yang lainnya. Penambahan pupuk

kandang sebanyak 5 ton/ha telah meningkatkan hasil biji sorgum.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Kunjungan lapang di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Kebun Percobaan, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 Desember 2018. Sedangkan Praktikum

Penanaman Sorgum dilakukan di Pelataran Fakultas Pertanian, Universitas

18
Muslim Indonesia, pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018 sampai tanggal

29 November 2018 pukul 15.40 WITA sampai selesai.

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan dan alat yang di gunakan dalam praktek kunjungan

lapangan yang di laksanakan di Galesong Kabupaten Takalar yaitu:

Alat : Buku, pulpen, dan kamera/hp.

Bahan : Tanaman padi, NPK.

Adapun bahan dan alat yang di gunakan dalam praktikum penanaman

sorgum yang di laksanakan di pelataran yaitu:

Alat : Buku, pulpen, Penggaris, timba dan hp.

Bahan : Benih sorgum, polybag, pupuk kandang, pupuk NPK dan tanah.

3.3 Pelaksanaan Praktikum

Adapun pelaksanaan praktikum penanaman tanaman jagung yang di

laksanakan di pelataran yaitu:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang telah disediakan

2. Setelah itu mencampurkan tanah dan pupuk kandang.

3. Tanah yang telah tercampur pupuk kandang di masukkan kedalam polybag

4. Setelah polybag penuh maka menyiram dengan air pada kondisi kapasitas

lapang

5. Kemudian memasukkan benih sorgum dengan kedalaman 3-5 cm dan

disiram air setiap hari

6. Setelah tumbuh maka akan diadakan pengukuran terhadap tinggi tanaman

dan menghitung tinggi dan jumlah daun setiap minggunya.

19
Adapun pelaksanaan praktek kunjungan lapangan yang di laksanakan di

Bajeng, Kabupaten Gowa yaitu:

1. Pertama-tama kami di jemput oleh penyuluh pertanian

2. Kami melakukan wawancara langsung kepada penyuluh, tentang

bagaimana cara budidaya padi.

3. Di tambah lagi kita semua langsung terjun ke lapangan untuk melihat padi

yang ada di lahan tersebut.

4. Setelah selesai kami melakukan proses tanya jawab dengan penyuluh.

3.5 Pengamatan

Hal-hal yang diamati dalam praktikum penanaman di polybag:

a. Tinggi Tanaman jagung diamati dengan cara diukur menggunakan

penggaris atau mistar mulai dari pangkal batang sampai ujung daun.

b. Jumlah Daun Tanaman diamati dengan cara manual yaitu menghitung

jumlah daun jagung.

Hal-hal yang di amati dalam Praktikum kunjungan lapangan:

a. Bagaimana cara pengolahan lahan

b. Bagaimana cara pembuatan bibit

20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Praktikum di Pelataran Fakultas Pertanian

Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Sorgum (Sorgum bicolor) (cm)

Polybag
Waktu
Tanaman 1 (cm) Tanaman 2 (cm)
Pengamatan
Pengamatan 1 22,4 17,1
Pengamatan 2 45 33
Pengamatan 3 48,5 41,5
Pengamatan 4 56,4 45,6
Pengamatan 5 61 49
Pengamatan 6 68 53
Pengamatan 7 79 63
Jumlah 380,3 302,2
Rata-rata 54,3 43,1
Sumber : Data Primer 2017.

Grafik 1. Kurva Tinggi Tanaman Jagung


90
80
70
Tinggi Tanaman

60
50
40
Tanaman 1
30
20 Tanaman 2

10
0

Waktu Pengamatan

21
Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Sorgum (Sorgum bicolor)
(helai)

Waktu Polybag
Pengamatan Tanaman 1 Tanaman 2
(cm) (cm)
Pengamatan 1 3 3
Pengamatan 2 4 4
Pengamatan 3 6 4
Pengamatan 4 6 5
Pengamatan 5 5 4
Pengamatan 6 6 5
Pengamatan 7 6 5
Jumlah 36 30
Rata-rata 5,1 4,2
Sumber : Data Primer 2018.

Grafik 2. Kurva Jumlah Tanaman Jagung


40

35

30
Jumlah Daun

25

20

15
Tanaman 1
10
Tanaman 2
5

Waktu Pengamatan

4.2 Pembahasan

A. Praktikum Tanaman Jagung di Pelataran

Tinggi Tanaman jagung

Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan

tanaman sorgum, yaitu pada tanaman pertama, tinggi tanaman pada

minggu pertama 22,4 cm, minggu ke 2 yaitu 45 cm, minggu ke 3 yaitu

22
48,5 cm, minggu ke 4 yaitu 3 56,4 cm, minggu ke 5 yaitu 61 cm, minggu

ke 6 yaitu 68 cm, minggu ke 7 yaitu 79 cm, jumlah tinggi tanaman pada

minggu pertama yaitu 380,3 cm dan rata-rata tinggi tanaman yaitu 54,3

cm. Sedangkan pada tanaman ke dua pada minggu pertama 17,1 cm,

minggu ke 2 yaitu 33 cm, minggu ke 3 yaitu 41,5 cm, minggu ke 4 yaitu

45,6 cm, minggu ke 5 yaitu 49 cm, minggu ke 6 yaitu 53 cm, minggu ke 7

yaitu 63 cm, jumlah tinggi tanaman pada minggu ke dua 302,2 cm dan

rata-rata tinggi tanaman 43,1 cm. Pupuk memiliki peranan yang sangat

penting pada tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan

tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang

digunakan yaitu pupuk kompos dan NPK.

Jumlah daun Tanaman Sorgum

Dari hasil pengamatan terhadap bertambahnya jumlah daun tanaman

sorgum, yaitu tanaman pertanam pada pengamatan minggu pertama 3

helai, minggu ke-2 yaitu 4 helai, minggu ke-3 yaitu 6 helai, minggu ke-4

yaitu 6 helai, minggu ke-5 yaitu 5 helai, minggu ke-6 yaitu 6 helai, minggu

ke-7 yaitu 6 helai. Jumlah daun pada tamanan minggu pertama 36 dan

rata-rata jumlah daun 5,1. Sedangkan pada tanaman ke dua pada minggu

pertama yaitu 3 helai, minggu ke-2 yaitu 4 helai, minggu ke-3 yaitu 4

helai, minggu ke-4 yaitu 5 helai, minggu ke-5 yaitu 4 helai, minggu ke-6

yaitu 5 helai, minggu ke-7 yaitu 5 helai. Jumlah daun pada tanaman ke dua

yaitu 30 helai dan jumlah rata-ratanya yaitu 4,2 helai. Dilihat dari

perkembangan dari jumlah daun tanaman jagung mulai dari minggu

23
pertama sampai minggu ke 7 itu menunjukkan bahwa jumlah daunya

bertambah walaupun hanya bertambah sedikit.

B. Penanaman Kunjungan Lapangan Tanaman Padi

Dari hasil pengamatan kami dari kunjungan lapangan di di kantor

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kebun Percobaan, Kecamatan

Bajeng, Kabupaten Gowa, memberi tahu kepada kami bagaimana cara

menanam padi. Jenis padi yang meraka tanam yaitu padi gogo. Salah satu

sistim tanam yang diginakan yaitu Jajar legowo. Jajar legowo adalah suatu

cara tanam yang didesain untuk meningkatkan produktivitas tanaman

melalui peningkatan populasi tanaman dan pemanfaatan efek tanaman

pinggir, dimana penanaman dilakukan dengan merapatkan jarak tanaman

dalam baris dan merenggangkan jarak tanaman antar legowo. Untuk jarak

tanam yang biasa diterapkan adalah 20 x 20 cm (1 tanaman/lubang) dan 75

cm x 40 cm (2 tanaman/lubang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

24
Berdasarkan praktikum di di Pelataran Kampus Fakultas Pertanian

Universitas Muslim Indonesia dapat disimpulkan bahwa pada tanaman sorgum

memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang terus meningkat begitupun

dengan jumlah daunnya, semakin tinggi tanaman jagung maka jumlah

daunnya pun semakin bertambah dengan perlakuan disiram setiap hari.

Sedangkan praktek kunjungan lapangan di Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Kebun Percobaan, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, ditanam

dalam polybag yang baru berumur 10 hari dan belum memilki bentuk daun

yang jelas, namun di BPPPK (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan) belum bisa dikembangkan seperti tanaman serealia yang lain

karena tidak sesuai dengan ketinggian tempat untuk bercocok tanam padi.

Selain itu sistem pemasaranya tidak terlalu banyak.

5.2 Saran

Sebaiknya sebelum menanam tanaman jagung harus di perhatikan media

tanamnya terlebih dahulu supaya tanaman jagung bisa tumbuh dengan baik.

Sebaiknya sebelum berangkat praktek kunjungan lapang di BPPPK (Balai

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) usaha membaca doa

bersama dan lebih tertib sebelum berangkat

25
VI. DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto, A.E, Y. Sugito, A. Soegianto. 2002. Respon Tanaman padi (Oryza


sativa L.) Nias dan DWR 162. Diakses pada tanggal 10 Desember
2017.

Kartasapoetra, 1990. Definisi Tanaman jagung, Diakses pada tanggal 10


Desember 2017.

Sudaryono. 1996. Prospek padi di Indonesia: Potensi, peluang dan tantangan


pengembangan agribisnis. Diakses pada 10 Desember 2017.
Suprapto. 1999. Kualitas atau mutu jagung manis (Diakses pada tanggal 10
Desember 2017)

Syafruddin et al, 2008. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung. Balai


Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Diakses pada 10 Desember 2017.
Wirawan dan wahab. 2007. Pengertian jagung (Diakses pada tanggal 10
Desember 2017)

26

Anda mungkin juga menyukai