Kata Pengantar Benar
Kata Pengantar Benar
Kata Pengantar Benar
Disusun Oleh:
Rofiatul Adhlawiyah Wildani
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., kami dapat menyelesaikan makalah ini,
atas kemurahan dan keberkahan yang di limpahkan oleh Allah SWT, kepada kami. Ucapan
terimakasih patut kami ucapkan kepada guru kami, Karena telah sudi memberikan sebuah
kepercayaan kepada kami untuk mengemban tugas ini.
Makalah ini disusun berdasarkan pelajaran tentang Bahasa Indonesia. Kami sadari
bersama bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu, kami berharap
kesudiannya kepada ibu agar memberikan masukan kepada kami. Dengan tujuan agar tugas
kami kedepannya jauh lebih baik.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………4
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………5
C. TUJUAN MASALAH…………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Botani Tanaman………………………………………….……………………6
C. Tanah…………………………………………………………….……………8
D. Jarak Tanam………………………………………………..…………………9
E. Pupuk Hayati…………………………………………………………………10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan….………………………………………………………………13
B. Saran……………………..………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) dengan
berbagai jarak tanam dan pemberian pupuk hayati.
C. Tujuan Masalah
Untuk dapat mengetahui dan mengevaluasi pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung (Zea mays L.) dengan berbagai jarak tanam dan pemberian pupuk hayati.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Botani Tanaman
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus
hidupnya selama 80-150 hari dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae;
Divisi : Spermatophyta; Subdivisi : Angiospermae; Kelas : Monocotyledoneae; Ordo :
Poales; Famili : Poaceae; Genus : Zea; Spesies: Zea mays L. (Iriany et al., 2007).
Perakaran tanaman jagung diawali dengan proses perkecambahan biji. Pertumbuhan
kecambah biji jagung dimulai dengan akar kecambah (radicle), kemudian diikuti calon
batang (coleoptile). Bersamaan dengan tumbuhnya radicle akan tumbuh pula akar primer
(seminal root) yang muncul dari buku (nodia) terbawah. Selanjutnya, sekitar 10 hari
setelah berkecambah akan tumbuh akar adventif (fibrious root system, akar serabut) yang
muncul dari nodia (buku) di atasnya. Akar kecambah (radicle) dan akar primer (seminal
root) tumbuhnya bersifat sementara, sedangkan akar adventif (fibrious root system) terus
tumbuh selama tanaman jagung tetap hidup (Rukmana, 2010).
Batang jagung berbentuk silindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku, memiliki tinggi
yang berbeda-beda tergantung dari varietas serta lingkungan tempat tumbuh tanaman
jagung. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai ketinggian 6 m (Izzah, 2009).
Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai
daun terdapat ligula, tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang berambut (Muis, 2008).
Jagung disebut tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga jantan dan bunga
betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol) muncul dari axillary apical
tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut
jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol.
Penyerbukan pada jagung merupakan penyerbukan silang (cross pollinated crop) (Sunarti
et al., 2009).
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada
bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap
(Suprapto dan Marzuki, 2002).
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji
6
atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a)
pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme
pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai
75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan
lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule,
akar radikal, scutelum, dan koleoptil. Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol,
tergantung varietas (Hardman dan Gunsolus, 1998).
Pertumbuhan jagung dibedakan menjadi beberapa fase yaitu fase perkecambahan,
pertumbuhan dan fase reproduktif. Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih
menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan
aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Kemudian pada fase vegetatif, tanaman jagung
mengalami fase V3 - V5 (Jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5), fase ini berlangsung
pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah berkecambah. Pada fase ini akar
seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di
bawah permukaan tanah (Subekti et al., 2008).
Fase V6 - V10 (Jumlah daun terbuka sempurna 6-10), fase ini berlangsung pada saat
tanaman berumur antara 18-35 hari setelah berkecambah. Titik tumbuh sudah diatas
permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya ditanah sangat cepat, dan
pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan
perkembangan tongkol dimulai (Lee, 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah
yang lebih banyak, karena itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan hara bagi tanaman. Fase V11-Vn (Jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai
daun terakhir15-18), fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari
setelah berkecambah. Tanaman sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan dan
kekurangan hara.
Pada fase ini, kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam
satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (Lee, 2007).
Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga betina (silking). Fase
Tasseling (bunga jantan), biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang
terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut tongkol). Tahap
bunga jantan dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana pada periode ini
tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen).
Pada fase reproduktif, tanaman jagung mengalami berbagai fase seperti fase R1 (silking),
fase R2 (blister), fase R3 (masak susu), fase R4 (dough), fase R5 (pengerasan biji), fase
R6 (masak fisiologis).
7
B. Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman jagung merupakan tanaman C4, dapat tumbuh baik pada daerah yang
beriklim sedang hingga subtropik atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara
0-500 LU hingga 0-400 LS.
Untuk pertumbuhannya, tanaman jagung dapat hidup baik pada suhu antara 26,5 –
29,5°C. Bila suhu diatas 29,5°C maka air tanah cepat menguap sehingga mengganggu
penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Sedangkan suhu dibawah 26,5°C akan
mengurangi kegiatan respirasi (Budiman, 2016).
Jagung dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah
pegunungan) dengan ketinggian 1000 meter atau lebih dari permukaan air laut (dpl).
Jagung yang ditanam di daerah ketinggian kurang dari 800 meter dari permukaan air laut
dapat memberikan hasil tinggi.
Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada
saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan saat pengisian biji. Curah hujan yang
dikehendaki 100-200 mm/bulan dengan curah hujan yang optimal adalah 1200-1500
mm/tahun (Barnito, 2009).
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Intensitas sinar
matahari sangat penting bagi tanaman, terutama dalam masa pertumbuhan. Sebaiknya
tanaman jagung mendapatkan sinar matahari langsung, dengan demikian, hasil yang akan
diperoleh akan maksimal. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan
terhambat atau merana, produksi biji yang dihasilkan pun kurang baik (Bakkara, 2010).
C. Tanah
Tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah tanah yang subur, gembur,
banyak mengandung humus (bahan organik), bertekstur lempung atau lempung berdebu
sampai lempung berpasir, struktur gembur, kaya akan humus karena tanaman jagung
menghendaki aerase dan drainase yang baik. Tanah yang kuat menahan air tidak baik
untuk ditanami jagung karena pertumbuhan akarnya kurang baik atau akar-akarnya akan
busuk (Wirosoedarmo, 2011).
Tanah yang baik mempunyai derajat keasaman tanah (pH) 5,0 – 7,5 serta kemiringan
tanah kurang 8% (Rukmana dan Yudirachman, 2010). Penggunaan pupuk berlebihan
secara terus-menerus dapat menyebabkan kesuburan tanah semakin rendah. Kesuburan
tanah yang rendah menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu
menyimpan air dan menurunkan pH tanah.
Kesuburan tanah banyak dihubungkan orang dengan keadaan lapisan olahnya (top
8
soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran tanaman berkembang dengan baik, untuk
itu, pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan
tanaman memegang peran penting bagi suburnya tanaman. Pada pengolahan tanah,
perbandingan kandungan zat padat, cair dan udara di dalam lapisan olah menjadikan tanah
gembur dan menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman (Bintoro et al., 2000).
Tanaman jagung menghendaki tanah kaya unsur hara. Tanaman jagung membutuhkan
unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak
(Wirosoedarmo, 2011).
D. Jarak Tanam
Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanaman yang terkait
erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi tanaman tersebut,
viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95 % karena dalam budidaya tidak diperkenankan
melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh karena peluangnya untuk tumbuh
normal sangat kecil dan biasanya tongkol yang terbentuk tidak berisi biji (Suryana, 2003).
Populasi jarak tanaman atau jarak tanam, merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi produksi tanaman. Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan
cara perbaikan tingkat kerapatan tanam. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung
salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman
persatuan luas. Peningkatan tingkat kerapatan tanam persatuan luas sampai suatu batas
tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanam akan
menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh
sehingga akan mengurangi jumlah biji pertanaman (Irfan, 1999).
Tajuk tanaman, varietas dan perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar
tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara
oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada
umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan dicapai dengan populasi yang tinggi,
akan tetapi, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena
persaingan terhadap cahaya dan faktor- faktor tumbuh lainnya (Setyati, 2002).
Menurut Barbieri et al (2000), faktor ilkim mempengaruhi produksi jagung pada
jarak tanam yang berbeda. Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan
produksi jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun berbeda halnya menurut
Westgate et al (1997) yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung
karena tergantung pada interepsi radiasi sinar matahari.
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara yang diperoleh
9
tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang pada akhirnya
memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung
(Barri, 2003). Jarak tanam 70 x 10 cm mampu meningkatkan produksi per luas lahan dan
jumlah biji namun menurunkan bobot biji (Silaban, E. T, 2012). Peningkatan produksi
akibat pengurangan jarak juga didapatkan ketika jarak antar tanaman berkurang,
persentase peningkatan produksi perlahan secara nyata ditentukan oleh persentase
peningkatan intersepsi cahaya matahari.
E. Pupuk Hayati
Pupuk hayati mengandung unsur hara makro (N, P, K, C, H, O, S, Ca, Mg), unsur
hara mikro (Cl, Mn, Zn, Fe, Cu, B, Mo), menghasilkan asam amino, enzim alami dan
vitamin serta menghasilkan zat patogen sebagai pestisida hayati, mengandung hormon
(auksin, sitokinin, giberalin, asam absisat, etilen dan asam traumalin), mikroorganisme
hidup berupa bakteri (Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, Peseudomonas, Bacillus,
Streptomyces, sp.) dan jamur (Aspergillus, Penicillium, Trichoderma, sp.) yang
bermanfaat bagi pembenahan tanah dan tanaman, menstabilkan pH tanah, meningkatkan
daya serap tanah terhadap air, meningkatkan daya tahan tanaman dan mensterilisasi jamur
dan mikroba penyakit di dalam tanah seperti patogen Fusarium spp., Peronosclerospora
maydis penyebab penyakit bulai, busuk tongkol oleh jamur Diplodia dan Ustilago,
penyakit karat daun, hawar daun Helminthosporium, dan busuk batang (Saraswati dan
Hastuti, 2004).
Decohumat yang diaplikasikan sangat bermanfaat bagi tanah karena mengandung
asam humat 41,97%, Streptomyces sp., 2,7 x 105 cfu/gram, Trichoderma sp., 1,5 x 106
cfu/gram, dan berpengaruh kepada tanaman karena mengandung K2O total, Mn, Zn dan
Fe total.
Mekanisme kerja pupuk hayati yaitu melalui aktivitas mikroorganisme yang terdapat
dalam pupuk hayati tersebut. Mikroorganisme bekerja sesuai dengan keahliannya masing-
masing seperti Rhizobium yang menambat nitrogen dari udara, Streptomyces sp.,
menguraikan dan melarutkan fosfat dan kalium yang terdapat dalam tanah, sehingga
molekul senyawa fosfat atau kalium yang besar diuraikan menjadi senyawa sederhana,
yang dapat diserap oleh tanaman. Tanpa mikroorganisme tersebut, senyawa fosfat dan
kalium yang terdapat dalam tanah, tidak akan dapat diserap oleh tanaman. Disamping itu
ada mikroorganisme yang dapat memproduksi zat pengatur tumbuh seperti Azospirillum,
Azotobacter, Peseudomonas, dan Bacillus. Mikroorganisme dalam pupuk hayati juga
mengembalikan siklus nutrisi alami tanah dan membentuk material organik tanah.
Melalui penggunaan pupuk hayati, tanaman yang sehat dapat tumbuh sambil
10
meningkatkan keberlanjutan dan kesehatan tanah. Disamping itu terdapat jenis
mikroorganisme yang punya kemampuan menguraikan bahan organik, sehingga sangat
bagus di manfaatkan untuk mempercepat proses pengomposan dan mikroorganisme yang
dapat menyerap logam berat, sehingga sangat bagus dimanfaatkan untuk proses
bioremediasi lahan yang tercemar logam berat (Wu et al., 2005).
Pupuk hayati adalah adalah mikroorganisme yang ditambahkan ke dalam tanah dalam
bentuk inokulan dan bentuk lain untuk memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu bagi
tanaman. Beberapa manfaat penggunaan pupuk hayati antara lain : menyediakan sumber
hara, penawar racun logam berat dan lengkapnya fungsi pupuk hayati tersebut dikenal
sebagai bio-regulator of soil, mampu meningkatkan efisiensi serapan hara dan
meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit dan mempengaruhi
ketersediaan unsur hara makro dan mikro (Agung dan Rahayu, 2004).
Manfaat pupuk hayati yaitu memiliki kemampuan untuk mengurai residu kimia,
mengikat logam berat, mensuplai sebagian kebutuhan N untuk tanaman, melarutkan
senyawa fosfat, melepaskan senyawa K dari ikatan koloid tanah, menghasilkan zat pemacu
tumbuh alami, menghasilkan enzim alami, menghasilkan zat anti patogen (spesifik pada
tiap jenis mikroorganisme), jadi dapat disimpulkan bahwa peranan dan manfaat pupuk
hayati sangat besar di dalam praktek budidaya. Pupuk hayati berfungsi untuk
meningkatkan hasil produksi, meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk buatan,
mengurangi dosis pemakaian pupuk buatan, memperbaiki struktur fisika, kimia dan biologi
tanah, menekan serangan hama dan penyakit, menjadikan keseimbangan flora fauna dalam
tanah tercipta dengan baik yang pada akhirnya membawa kebaikan untuk segala sisi
budidaya pertanian (Habibi, 2011).
Kontribusi pupuk hayati di Indonesia tersebut masih relatif rendah dibandingkan
potensinya. Potensi bakteri penambat N (simbiotik dan nonsimbiotik) dapat dimanfaatkan
untuk mensuplai kebutuhan N tanaman hingga 75 %, mikroba pelarut P (bakteri dan jamur)
berperan penting dalam meningkatkan ketersediaan P hingga 50%. Kendala utama dalam
pemanfaatan pupuk hayati berkaitan erat dengan (1) keefektifan pupuk hayati tidak
langsung terlihat, (2) ketersediaan pupuk hayati masih terbatas, (3) pengetahuan maupun
pemahaman masih rendah. Pupuk hayati penambat nitrogen (simbiotik maupun non
simbiotik) perlu mendapat perhatian khusus agar dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen
bagi tanaman. Bakteri pembentuk bintil akar (nodula) pada tanaman legum telah mampu
mensuplai kebutuhan tanaman sekitar 75 – 90%, sedang yang non simbiotik umumnya
sekitar 25% (Simanungkalit et al., 2006).
Streptomyces dan Trichoderma sp., merupakan mikroorganisme perombak bahan
organik yang merupakan mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa organik yang
mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa- sisa organik dari jaringan
11
tumbuhan atau hewan yang telah mati). Asam humat merupakan hasil akhir dari
dekomposisi bahan organik. Asam humat dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik
secara langssung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung asam humat dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sedangkan secara langsung asam humat
berperan dalam proses metabolisme (Tan, 1991). Heil (2004) menyatakan bahwa pemberian
asam humasecara langsung mampu meningkatkan proses metabolisme dalam tanaman
melalui peningkatan laju fotosintesis. Peningkatan laju fotosintesis disebabkan oleh
meningkatnya kandungan klorofil di daun.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jarak Tanam (70 cm x 20 cm) nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung pada parameter diameter batang, bobot biji kering/tanaman, bobot biji
kering/plot, panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah biji/tongkol .
2. Pupuk hayati cenderung meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
yang lebih baik pada dosis 800 g/ha pada parameter diameter tongkol.
3. Interaksi jarak tanam dan pupuk hayati tidak nyata dalam meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman jagung.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang frekuensi pemberian pupuk hayati
sampai kepada tahap fase produksi tanaman jagung.
2. Jarak tanam jagung yang dianjurkan kepada petani yaitu jarak tanam 70 x 20 cm
13
DAFTAR PUSTAKA
14