Distosia Bahu
Distosia Bahu
Distosia Bahu
DISTOSIA BAHU
DISUSUN OLEH :
1. MIA REZALIA
2. PUTRI KURNIA
3. SELTA SULISTIA
4. VINIA YULITA
DOSEN PEMBIMBING :
AKADEMI KEBIDANAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul DISTOSIA
BAHU Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah ASKEB PERSALINAN di Akbid pemkab Muara enim.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….………… 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….……... 5
1.3 Tujuan Pembahasan ……………………………………………………….….... 5
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Distosia Bahu…………………………………………………………. 6
2.2 Etiologi Distosia Bahu…………………………………………………………. 6
2.3 Patofisiologi Distosia bahu…………………………………………………….. 7
2.4 Komplikasi Distosia Bahu……………………………………………………... 8
2.5 Factor Resiko……………………………………………………...…………… 8
2.6 Tatalaksana……………………………………………………...…...………… 9
2.7 Pencegahan……………………………………………………...…...………… 9
2.8 Teknik Penanganan Distosia Bahu…………………………………..………… 10
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara
mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai
228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran
hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012
tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat
sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per
seribu kelahiran hidup
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat
proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver
obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah
kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3%
dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang
digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan
pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi
curam bawah dan episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa
dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang
memenuhi kriteria diagnosa diatas.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari distosia bahu ?
2. Apa Etiologi distosia bahu ?
3. Apa saja patofisiologis dari distosia bahu?
4. Apa penyebab komplikasi dari distosia bahu ?
5. Apa faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu?
6. Bagaimana tatalaksana dari distosia bahu ?
7. Bagaimana Pencegahan untuk distosia bahu ?
8. Bagaimana penatalaksanaan serta asuhan kebidanan pada kasus Distosia Bahu ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari distosia bahu.
2. Mengetahui Etiologi dari distosia bahu.
3. Mengetahui patofisiologis dari distosia bahu.
4. Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu.
5. Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu.
6. Mengetahui penatalaksanaan dari distosia bahu.
7. Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu,
8. Mengetahui penatalaksanaan serta asuhan kebidanan pada kasus Distosia Bahu
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Distosia Bahu
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan
kelainan tenaga(his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.(Arif
Mansjoer.2001:302) Sedangkan,
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu
tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum
(tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya
bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin di lahirkan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila
dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver
khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. (Taufan Nugroho.2012:132)
6
Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit
untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru pada dinding
perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau karena sesak nafas.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang, letak dahi,
hydrochepalus atau monstrum.
3. Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :
a. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).
b. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
c. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
d. Serviks yang menetap.
e. Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.
f. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.
7
besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak lahir
mengikuti kepala
8
6) Riwayat obstetric dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu,
terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) diantara 42 wanita ( Smith dkk.,
1994).
2.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan distosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan
janin. Syarat-syarat agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu
adalah :
Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat berkerjasama untuk menyelesaikan
persalinan
Masih mampu untuk mengejan
Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
Bukan monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluarnya bayi (Taufan
Nugroho.2012:133)
2.7 Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat
dilakukan dengan cara :
1) Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal berisiko tinggi : janin
luar biasa besar ( > 5 kg), janin sangat besar (> 4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin
besar ( > 4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II
yang memanjang dengan janin besar
2) Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
3) Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
4) Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau
fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risisko cedera pada janin
9
5) Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi MCRobert, pertolongan persalinan, resusitasi bayi,
dan tindakan anestesia (bila perlu) (Abdul Bari Saifuddin.2008:60 )
10
D. Teknik Pelahiran Bahu Belakang
1) Masukkan salah satu tnagn kedalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang
berada pada posisi posterior
2) Fleksikan lengan bayi bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada
bayi
11
H. Manuver Zavanelli
1) Mengembalikan posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar
dari posisi tersebut
2) Memfelsikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina
yang diikuti dengan kelahiran secara sesar.
3) Memberikan terbutaline 250 mg sub kutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.
J. Kleidotomi
Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain,
biasannya dilakukan pada janin mati.
K. Simfisiotomi
Simfisiotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk mempermudah persalinan
juga dapat diterapkan dengan sukses (Taufan Nugroho.2012:134-136)
12
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Tanda dan gejala distosia bahu
adalah pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada
distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat mengalami putaran paksi
luar yang normal. Disebabkan oleh karena faktor-faktor komplikasi pada maternal
atau neonatal. Untuk penatalaksanaan nya dilakukan episiotomy secukupnya dan
dilakukannya Manuver Mc.Robert,karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan
dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
DAFTAR PUSTAKA
http://apriliaae.blogspot.co.id/2014/03/karya-tulis-distosia-bahu.html
http://alfita-ita.blogspot.co.id/2014/08/kegawat-daruratan-maternal-dan-
neonatal.html
13