BAB III Benar
BAB III Benar
BAB III Benar
PROPOSAL SKRIPSI
PENDAHULUAN
2
3
semua kelahiran, sedangkan pada pada tahun 2006 sampai dengan 2012 rata-rata
kejadian SC meningkat menjadi sebesar 12%.
Menurut Grace & Nasution (2008), Ibu Nifas post Sectio Caesarea belum
melakukan mobilisasi dini, karena tidak mau bergerak dan merasa khawatir kalau
tubuh di gerakan pada posisi tertentu akan mempengaruhi luka operasi yang
belum sembuh yang baru saja selesai di lakukan operasi, sehingga menjadikan
rendahnya mobilisasi dini pada Ibu Nifas post Sectio Caesarea. Salah satu
kondisi yang menyebabkan rendahnya mobilisasi dini Ibu Nifas adalah masih
kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Khususnya Ibu Nifas
yang bersalin dengan operasi Sectio Caesarea (Nunung Liawati, 2015).
Hasil peneliti lain menurut Helda Fitri 2022 menyatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien
post sc di RSUD Sungai Dareh 2019. Uji statistik Uji Chi Square nilai p adalah
0, 0161 (p < 0.05).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu
setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama
dengan kadar yang ditemukan pada fase follikuler dari siklus
menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida
dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga
efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil
(Walyani, 2017)
a. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang
berongga dan berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang
sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus
sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5 cm.
Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus
terbagi dari 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks
uteri.
Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur
menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil:
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus
1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah pusat dengan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat dengan simpisis, berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gram
16
3) Tekanan darah
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih
rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya
perdarahan pada proses persalinan.
4) Pernafasan
Pada saat partus frekuensi pernapasan akan
meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk
tenaga ibu meneran/ mengejan dan memepertahankan agar
persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah partus
frekuensi pernafasan akan kembali normal.
5) Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)
Denyut jantung, volume dan curah jantung
meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya
aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung
meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi
sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah
kembali ke ukuran semula.
6) Sistem pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi
(section caesarea) biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-
3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat
kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan
biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi
yang begitu banyak pada saat proses melahirkan. Buang air
besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari
postpartum, hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus
otot selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum
melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta
dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/
21
2.2.3 Etiologi
1) Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin/panggul), ada riwayat kehamilan dan persalinan buruk, plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM) dan
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dsb.).
(Nurarif&Hardhi, 2015).
2) Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress atau gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.
(Nurarif&Hardhi, 2015).
2.2.4 Patofisiologi Sectio Caesarea
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat diatas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distrosi kepala panggul,
disfungsi uterus, distrosia jaringan lunak, plasenta previa dan lain-lain
untuk ibu. Sedangkan untuk gawat janin yaitu janin besar dan letak
lintang. Setelah dilakukan sectio caesarea ibu akan mengalami adaptasi
post partum. (Rahmawati, 2012).
2.2.5 Resiko Kelahiran Sectio Caesarea
Menurut Rantauprapat (2015) resiko kelahiran dengan sectio caesarea
terdiri dari :
a. Resiko bagi ibu (untuk waktu pendek)
Mual muntah dan menggigil, merasa kehilangan emosi,
gangguan pada sistem pernafasan, kejang-kejang dan pusing.
b. Resiko bagi ibu (untuk waktu panjang)
25
d. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi
miokardial, menguatkan otot jantung dan menyuplai darah ke jantung
dan otot yang sebelumnya terjadi pengumpulan darah pada bagian
ekstermitas, menurunkan tekanan darah istirahat, serta memperbaiki
aliran balik vena. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiac
output) normal nya adalah 5 L/mnt, dengan melakukan mobilisasi
meningkat sampai 30 L/mnt.
e. Sistem metabolik
Meningkatkan laju metabolisme basal dimana apabila pasien
melakukan aktivitas berat maka kecepatan metabolisme dapat
meningkat hingga 20 kali dari kecepatan normal, meningkatkan
penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan
trigliserida, meningkatkan motilitas lambung, serta meningkatkan
produksi panas tubuh.
d. Menurunkan insiden komplikasi
Mencegah hipotensi/ tekanan darah rendah, otot mengecil,
hilangnya kekuatan otot, konstipasi, meningkatkan kesegaran tubuh,
dan mengurangi tekanan pada kulit yang dapat mengakibatkan kulit
menjadi merah atau bahkan lecet.
e. Sistem musculoskeletal
Memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi,
memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mengurangi kehilangan
tulang, meningkatkan toleransi aktivitas dan mengurangi kelemahan
pada pasien.
2.4.4 Tahap-tahap Mobilisasi
Menurut teori Clark Et Al tentang tahapan mobilisasi dini yang
peneliti kutip dari R. Nursaid (2019). R. Pelaksanaan mobilisasi dini pada
ibu post partum Secsio Caesarea terdiri dari:
30
1) Hari ke 1
1) Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6-
10 jam setelah ibu sadar.
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang
sedini mungkin setelah sadar.
2) Hari ke 2
1) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam– dalam
lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang
gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih.
2) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah
duduk.
3) Selanjunya secara berturut-turut, hari demi hari ibu yang sudah
melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.
3) Hari ke 3 sampai ke 5
1) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah
operasi.
2) Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan
istirahat dapat membantu penyembuhan luka.
Sedangkan menurut (Handiani, 2019) prosedur pelaksanaan mobilisasi
terdiri dari :
a. Hari 1 – 4
1) Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak
lingkaran dengan telapak tangan kaki satu demi satu. Gerakan ini
seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki
ke satu arah, lalu kearah lainnya. Kemudian regangkan masing-
masing telapak kaki dengan cara menarik jari- jari kaki ibu ke arah
betis, lalu balikkan ujung telapak kaki kearah sebaliknya sehingga
31
b. Hari 4 – 7
1) Menekuk pelvis
b) Meluncurkan kaki
e) Posisi jembatan
Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut
tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke bagian samping
untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki kebawah dan
perlahan-lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan
tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali
sehari.
f) Posisi merangkak
Perlahan-lahan angkat tubuh dengan bertopang
kedua tangan dan kaki diatas tempt tidur. Saat ibu
mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tidak
nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberpa gerakan
dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur
dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan
sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong kearah bahu.
Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa
seolah-olah menggoyang-goyangkan ekor. Lakukan
gerakan ini 5 kali sehari.
2.5 Pengetahuan
2.5.1 Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
inggris yaitu knowledge. Dalam Ensyclopedia of philosophy dijelaskan
bahwa definisi penetahuan adalah kepercayaan yang benar “ knowledge is
justified true belief”.
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, rasa dan raba). Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
35
3. Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkatan di atas.
2.4.5 Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:
a. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
b. Pendidikan
37
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. sikap
3. kepercayaan
4. Kepercayaan
5. nilai nilai
Faktor Pemungkin
Mobilisasi Dini Post SC
1. Lingkungan fisik
2. Fasilitas
3. Sumber Informasi
4. Ketersediaan pelayanan
kesehatan
5. Keterjangkauan
fasilitas kesehatan
Faktor Penguat
1. Dukungan Tokoh
masyarakat
2. Dukungan Petugas
Kesehatan
3. Dukungan Keluarga
4. Peraturan UU
Sumber : Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo. 2012, Kasdu 2015, Gesiler
2015.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. Pengetahuan
Kurang: < 56
% Arikunto s.
(2016)
2. Mobilisa Mobilisasi dini adalah Kuesio Skor Penilaian: ordinal
si dini suatu pergerakan dan ner 1 = Ya,
Post SC posisi yang akan 0 = Tidak
melakukan aktifitas atau 1. Hasil Baik
kegiatan post Sectio dilaksanakan:
caesaria. (Wirnata, > 75 %
2019) 2. Cukup
dilaksanakan:
60 - 75 %
3. Kurang
dilaksanakan:
< 60 %
Arikunto s.
(2016)
3.5.2 Sampel
dalam penelitian ini adalah persentase dari setiap variabel yang diukur
dengan menggunakan rumus:
𝑎
Pr = 𝑥 100%
𝑏
Keterangan:
Pr = Persentase
a = Jumlah responden kategori tertentu
b = Jumlah seluruh responden