Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

MATA KULIAH BIMBINGAN KONSELING USIA DINI

DOSEN PENGAMPU: Rafi Bagus Adiwijaya, S.Pd, MA

Disusun oleh:

1. Muhammad Khusnan

2. Emi Hermiza

3. Yulia savera

FALKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN


ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AZHAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang memberikan rashmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapa menyesaikan makalah perbaikan ini, terutama pada
mata kuliah Bimbingan Konseling Anak Usia Dini yang di ampuh oleh yang
terhotmat Bapak Rafi Bagus Adiwijaya, S.Pd, MA. Adapun tujuan makalah ini
disusun adalah untuk mengembangkan kemampuan kita semua di bidang
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN.

Saya berterima kasih kepada Bapak Rafi Bagus Adiwijaya, S.Pd, MA selaku
dosen pada mata kuliah Bimbingan Konseling Anak Usia Dini yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.

Saya juga mengucapkan ribuan terimah kasih kepada pihak yang telah
membagi sebagian ilmunya kepada saya sehingga saya bias menyusun makalah saya
ini. Saya menyadari bahwa makalah ini disusun jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritikan dan sarannya dari para pembaca, terutama
dosen saya.

Lubuklinggau, Oktober2022

Penulis

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Teori Perkembangan Menurut Jean Piaget dan Vygotsky...............................3

B. Teori Perkembangan Behaviorisme...................................................................5

C. Teori Perkembangan Maturationis (Pematangan).............................................6

D. Teori Psikososial...............................................................................................7

E. Perkembangan Kognitif.....................................................................................9

F. Moral, Disiplin dan Etika.................................................................................11

BAB III PENUTUP.....................................................................................................13

A. Kesimpulan.........................................................................................................13

B. Saran....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan sesuatu yang umum terjadi pada kematangan


seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif sertasistematis
di dalam diri manusia. Jika pada seorang anak mengalami hambatan pada
perkembangannya, maka pada perkembangan yang selanjutnya juga akanter hambat.
Dalam masa kehidupan ini manusia selalu mengalami perkembangan.Perkembangan
tersebut dalam bentuk fisik ataupun cara pola berfikirnya. Umumnya perkembangan
cukup pesat dialami oleh anak usia dini. Dimana mereka dapat menangkap semua
yang dilihat dilingkungannya dan meresapnya kedalam otak kemudian
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ahli (montessori)
mengatakan, pada anak usia dini adalah masa-masa dimana anak secara mudah
menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa inilah terjadi
pematangan fungsi-fungsi fisik organ tubuh pada anakusia dini.

Jika pada anak usia dini sudah disuguhkan dengan pengaruh-pengaruh


lingkungan yang kurang baik maka bisa saja anak tersebut akan dapat
terpengaruholeh hal-hal yang bersifat negatif. Maka dari itu peran orang tua sangatlah
penting dalam mendidik anaknya dan memperluas wawasan anaknya agar anak
tersebuttidak mudah terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan yang kurang baik.
Karenalingkungan juga sangat berpengauh pada perkembangan pemikiran pada anak
usiadini.Sangat disayangkan jika perkembangan pola pikir anak tidak
diarahkandengan baik. Pendidikan memegang peranan penting pada tahap
operasionalkonkret ini, karena tanpa pendidikan yang benar maka konsep diri yang

1
negatifdapat terbentuk. Guru adalah salah satu faktor penting yang sangat
berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berfikir anak. Guru harus tahu betul
karakteristik masing-masing anak didiknya.

Sangat diperlukan sosok guru yang memiliki kualifikasi, kompetensi, dan


dedikasiyang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Selain guru, orang tua
jugamemegang peranan penting dalam perkembangan anak. Orang tua harus sadar
bahwa pendidikan anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak lembaga
pendidikan saja, namun juga menjadi tanggung jawab bersama. Maka dari itu,antara
guru dan orang tua perlu menjalin hubungan komunikasi yang efektif
untukmemberikan layanan yang berkualitas terhadap anak.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian teori perkembangan Anak Usia Dini?

2. Apa yang dimaksud denganTeori Behaviorisme ?

3. Apa yang dimaksud dengan Teori Psikososial ?

4. Apa yang dimaksud dengan Teori Psikoanalisis ?

5. Apa yang dimaksud dengan Teori Perkembangan Kognitif?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas dapat kita ketahui bahwa tujuannya adalah mengetahui
tentang pengertian teori perkembangan pada anak usia dini, yang teori-teori tentang
perkembangan pada anak usia dini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Perkembangan Menurut Jean Piaget dan Vygotsky

The National for the Educational of Young Children (NAEYC)


mendefinisikan pendidikan anak usia dini adalah yang melayani anak usia lahirhingga
8 tahun untuk kegiatan setengah hari maupun penuh baik di rumah ataupuninstitusi
luar. NAEYC juga berperan sebagai lembaga yang memberikan panduandalam
menjaga mutu program pendidikan anak usia dini yang berkualitas yaitu program
yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan keunikan individu.Teori
perkembangan menurut Piaget dengan konsep kecerdasan sepertihalnya sistem
biologi membangun struktur untuk berfungsinya pertumbuhankecerdasan yang
dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, kematangan danekuilibrasi. Sedangkan
Vygotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam perkembangan
kognitif anak. Jadi, belajar terjadi dalam konteks sosial, danmuncul suatu istilah Zona
Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikansebagai daerah potensial seorang
anak untuk belajar, atau suatu tahap dimanakemampuan anak dapat ditingkatkan
dengan bantuan orang yang lebih ahli.Teori perkembangan ini merupakan teori yang
memfokuskan pada perkembangan anak baik secara biologis, fisik, dan cara bola
perfikirnya dari berbagai tahap kehidupannya. Perkembangan sangat mempengaruhi
pola berfikirindividu terutama pada anak usia dini. Dimana cara bola berfikir pada
anak dapat menentukan sifat dan karakter seorang anak melalui cara berperilakunya.
Dengan mempelajari tentang teori perkembangan maka kita akan mengetahui
karakteristikdan sifat-sifat masing-masing anak. Pada dasarnya memang sifat dan
karakteristik pada anak-anak berbeda-beda. Faktor lingkunganlah dan faktor
keluargalah yang menyebabkan perkembangan pada setiap anak berbeda-beda. Jika
orang tua atau lingkunganyang ada mampu memberikan asupan atau pengajaran-
pengajaran positif kepadaanak maka perkembangan cara pola pikir atau sifat yang
dibawa oleh anak juga positif. Perkembangan tidak hanya dilihat dari sifat dan cara

3
pola berfikirnya. Tetapi melalui bentuk bagaimana anak menyikapi suatu kondisi
yangdihadapi. Jika dilihat dari bagaimana anak menyikapi suatu kondisi kita
dapatmelihat jika kondisi atau masalah-masalah kecil yang mereka hadapi
dapatdiselesaikan dengan sendirinya maka anak tersebut telah mengalami
perkembangan pada cara pola berfikir pada anak.

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-
undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak.
Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuaidengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini merupakanmasa emas atau golden age, karena anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan
pada masa mendatang.Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti
bahwa 50% kecerdasananak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah
anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 1 tahun
mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).Perkembangan merupakan suatu proses
yang bersifat kumulatif,artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi
perkembangan selanjutnya. Maka dari itu, apabila seorang anak mendapati hambatan
dalam perkembangannya, kelak pada perkembangan yang selanjutnya akan
terhambat.Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anaklahir
dengan suatu bakat yang berbeda-beda. Dengan potensi bakat yang dimiliki oleh anak
usia dini yang berbeda, maka sebagai orang tua atau guru dapatmemberikan dorongan
pada perkembangan pada anak usia dini. Caranya adalah dengan mengajaknya
bermain dan mengajaknya dalam berekspresi serta melatih keberanian untuk
menunjukkan bahwa anak tersebutmemilik potensi lebih berkembang atau lebih maju
dari teman-teman yang lainnya.Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang
membangun sendiri pengetahuannya. Itu artinya guru harus dapat memahami karakter
masing-masinganak dalam menangkap pembelajaran yang disampaikan. Agar semua
anak dapat mengerti dan paham dengan semua materi atau pembelajaran yang

4
disampaikanoleh pemateri. Karakteristik guru/pemateri juga menjadi salah satu faktor
dalam perkembangan pembelajaran pada anak. Karakteristik guru yang
menyenangkandan dapat dengan berbaur dengan mudah dengan muridnya akan dapat
membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Apalagi jika dengan guru-
guru yang kreatif dan mau mengajak murid-muridnya untuk bermain sambil
belajardengan menggunakan media permainan yang menyenangkan akan
lebihmemoercepat perkembangan dari anak-anak tersebut.

B. Teori Perkembangan Behaviorisme

Landasan dasar dari teori belajar behaviorisme adalah karenaketerbatasan


perspektif strukturalis dan fungsionalis. Perspektif strukturalis percaya akan perlunya
penelitian dasar yang mempelajari otak manusia.Sedangkan fungsionalis menyatakan
perlu adanya kajian tentang perilaku. Kedua perspektif tersebut memiliki keterbatasan
masing-masing. Dengan adanyaketerbatasan tersebut, muncul teori belajar
behaviorisme. Teori belajar behaviorisme dinayatakan oleh Orton (1987:38) sebagai
suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus (rangsangan)
dan respon. Menurut aliran tingkah laku belajar adalah perubahan dalam tingkahlaku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Aliran tingkah lakuini,
menekankan pada “hasil” proses belajar. Ada beberapa pencetus aliran tingkah laku
seperti Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner.

Kelima tokoh tersebut adalah tokoh-tokoh yang menyatakan tentang teori


behaviorisme. Di dalam kelas sering menggunakan penguatan kepada anak-anak agar
anak tersebut dapat belajar dengan baik sesuai apa yang diinginkan. Penguatan
bersifat negatif dan positif. Penguatan positif yang dimaksud pada anak-anak adalah
sesuatu yang dipandang dapat menjadi apa yang di inginkan oleh anak tersebut.
Namun penguatan negatif adalah sebaliknya dari penguatan positif.Yakni penguatan
negatif adalah penguatan yang digunakan unruk menghindari anak dari situasi atau
konsekuensi yang tidak diinginkan jika suatu perilaku tertentu diperlihatkan. Jika
5
seorang anak mengerjakan tugas dengan baik dan benar sertaanak tersebut
menunjukkan bahwa yang ia lakukan adalah hal yang ia inginkanmaka, guru dapat
secara positif menguatkan perilaku anak tersebut dengan caramemberikan pujian
kepada anak tersebut. Sehingga penguatan positif yang diterapkan oleh seorang guru
di dalam kelas dapat memicu anak-anak belajarlebih giat lagi. Tujuan dari
penggunaan teori behaviorisme ini adalah untuk semakin meningkatkan perilaku yang
diinginkan untuk memberikan penghargaan kepada anak dan memberikan apa yang
menjadi keinginan anak agar dapat memfokuskan dirinya dalam belajar dan lebih
bersemangat dalam menempuh pembelajaran yangdisampaikan oleh seorang
guru.Teori behaviorisme lebih terkait dengan bagaimana anak-anak berkembang
secara emosional, sosial dan intelektual tetapi tidak menjelaskantentang
perkembangan fisik karena perkembangan fisik berkaitan dengan genetika(keturunan)
yang diturunkan dari orang tua kepada anak sehingga dengandemikian tidak
mempengaruhi perilaku anak.

C. Teori Perkembangan Maturationis (Pematangan)

Teori maturationis (kematangan) pertama kali ditemukan oleh Hall, Roussean


dan Gessel dalam catron dan Allen (1996:6) dimana mereka percaya bahwa anak-
anak harus diberikan kesempatan untuk berkembang Menurut teori maturationis
pengalamankan memainkan peranan adalah sangat penting dalam proses
perkembangan pada anak. Teori ini dianggap lebih baikdibanding dengan teori
dengan teori behaviorisme. Karena teori maturationismemeyakini bahwa
perkembangan fisik, emosional, sosial, dan intelektual dapat berbeda-beda. Mereka
percaya bahwa setiap postensi yang mereka kembangkansesuai dengan lingkungan
yang mereka inginkan. Jika suatu lingkungan dianggapoptimal oleh guru namun
dianggap tidak optimal atau bahkan membosankanmaka, akan menyebabkan
perkembangan anak tersebut menjadi lebih lambat atau malah tertinggal. Tingkat
perkembangan pada anak adalah hal yang utama dalamkesuksesan intelektual dan

6
sosial pada anak. Apabila seorang anak ditempatkan ditempat yang salah maka akan
timbul kemungkinan anak tersebut akan merasakesulitan dalam hal pembelajaran.
Jika ditempatkan ditempat yang membuat ananak-anak senang atau nyaman dengan
lingkungan disekitarnya maka bisa dipastikan anak tersebut akan lebih terasa nyaman
dalam belajar.

D. Teori Psikososial

Secara umum psikososial adalah sebutan yang digunakan untuk menjelaskan


hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehtan mental atau emosional
yang ia miliki. Sedangkan teori psikososial sendiri dikembangkanoleh Sigmund
Freud, dari psychodynanic yang menggambarkan perkembangandan pertumbuhan
anak-anak. Di dalamnya dikatakan bahwa anak-anak tumbuhdengan langkah-langkah
dengan tujuan yang berbeda beda. Namun dalam perjalanannya teori psikososial
selalu mengalami perkembangan, hingga ditemukannya teori psikososial dengan
sebuah konsep dasar dengantingkatan.Teori psikososial 8 tingkatan ini ditemukan
oleh seorang tokoh bernamaErik H. Erikson. Sebelum terjun di dalam dunia
psikoanalisis beliau merupakanseorang guru seni di seolah swasta di Wina. Teori
Erikson mempercayai bahwa dalam setiap tigkatan kehidupan seseorang akan
megalami konflik atau krisis yang menajdi tolak ukur dalam setiap fasenya. Konflik-
konflik ini tertuju pada perkembagan kualitas psikologi atau kegagalan dalam
mengembangkan kualitas tersebut. Dalam perwujudannya teori Erikson inimerupakan
pengembangan teori psikoseksual oleh Sigmund Freud. Ada beberapa tingkatan yang
dibuat oleh Erikson ialah :

1. Trust & Mistrust (Percaya &Tidak percaya) (0 18 bulan)

Pada tahap ini anak usia 0-18 bulan baru akan memulai belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Karena keterbatasan yang
dimiliki anak pada usia ini, mereka akan sangat bergantung pada ibu atau

7
orangyang mengasuhnya yang selalu berada di dekat mereka.Disini anak akan
secaraotomatasi membangun rasa percaya terhadapa ibu atau
pengasuh,apabila anak merasakan kenyamanan, terlindungi, menerima kasih
sayang di dalam lingkungannya. Sedangkan jika anak tidak mendapatkan
faktor-faktor baik didekatnya maka yang terjadi selanjutnya adalah anak akan
menganggap bahwa lingkungan sekitarnya tidak nyaman untuk dirinya
sehingga memungkinkantimbulnya rasa tidak percaya pada lingkungan
sekitar.Karna pada dasarnya hal yang pertamakali anak pelajari adalah rasa
percaya. Khususnya percaya pada orang-orang terdekatnya.

2. Autonomy & Doubt (Kemandirian & Keraguan) (18 bulan-3 tahun)

Anak pada rentan usia tersebut sudah memiliki kemampuan untuk melakukan
beberapa hal contohnya adalah anak mulai belajar untuk makansendiri,
menyebutkan beberapa kosa kata,dan berjalan. Dengan kemampuan anak
yang sudah mulai bertambah orang tua diharapkan dapat memberikan
pengawasan serta bimbingan kepada anak untuk membentuk kepribadian anak
yang mandiri.Orang tua dilarang untuk membatasi ruang gerak serta bertindak
kasar pada anak karna pada nantinya anak tersebut akan cenderung
bergantung padaorang lain dan menjadi pribadi yang mudah menyerah.

3. Initiative & Guilt ( Inisiatif & Dan rasa bersalah ) ( 3 tahun- 6 tahun)

Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa ini anak sudah memmasuki masa
prasekolah yang dimana kemampuan motorik, berbahasamereka sudah cukup
aktif untuk mempelajari lingkungan fisik maupun sosial . Kemampuan aktif
secara inisiatif yang dimiliki anak pada usia ini contohnya adalah berlari,
bermain, melompat, melempar, berputar dan masih banyaklainnya.
Perkembangan anak selanjutnya adalah anak mampu memproses kemampuan
motorik serta bahasa. Ada kalanya mereka termotivasi untuk melakukan suatu
kegiatan dan terkadang dengan kemampuan mereka yang terbatas bukan tidak
mungkin anak mengalami kegagalan yang kemudian akan menimbulkan rasa
8
bersalah pada diri mereka. Disinilah peran serat orang tua sangat dibutuhkan
untuk selalu menyemangati proses-proses tumbuh kembang anak.Dengan
harapan anak akan bangkit kembalidari kegagalan sebelumnya dan mampu
melewati tahap ini dengan baik.

E. Perkembangan Kognitif

Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti
konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam
pemerolehan, organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan (Paul Henry
Mussen:1994). Dalam arti yang luas, kognitif merupakan ranah kejiwaan yang
berpusat di otak dan berhubungan dengan konasi (kehendak), afeksi (perasaan).
Proses perkembangan kognitif ini dimulai sejak lahir. Namun, campur tangan sel-sel
otak dimulai setelah seorang bayi berusia 5 bulan saat kemampuan sensorisnya benar-
benar tampak. Ada 2 teori utama perkembangan kognitif, yakni: teori pembelajaran
dan teori perkembangan kognitif.

Konsep utama dari teori pembelajaran adalah pelaziman, digunakan untuk


memahami bayi. Ada dua bentuk pelaziman, pertama, pelaziman klasik berlangsung
ketika suatu stimulus yang semula netral, seperti bunyi bel yang muncul bersamaan
sengan stimulus tidak bersyarat seperti susu yang mengalir dari dot ke dalam mulut si
anak sehingga si anak akan terbiasa, jika bunyi bel berulangkali dihubungkan dengan
pengalaman mendapatkan susu dari dot, maka bayi akan mulai mengisap begitu ia
mendengar bunyi bel. Kedua, pelaziman instrumental, seperti bila bayi tersenyum di
saat ayah menggelitik perutnya, lalu bayi tersenyum kembali, maka pelaziman ini
mungkin sedang berlangsung. Sementara jika mengacu pada teori yang dikemukakan
Peaget, seorang pakar psikologi kognitif dan psikologi anak, dapat disimpulkan 4
tahap perkembangan kognitif , yaitu:

• Tahap sensori motor, terjadi pada usia 0-2 tahun

9
• Tahap pra operasional, terjadi pada usia 2-7 tahun

• Tahap konkrit operasional, terjadi pada usia 7-11 tahun

• Tahap formal operasional, terjadi pada usia 11-15 tahun.

Namun, untuk kategori anak usia dini, maka tahapan perkembangan yang paling
bisa dilihat adalah tahap 1 dan 2 Terdapat dua bekal kapasitas yang dibawa bayi sejak
lahir. Pertama, bekal kapasitas jasmani yang ditunjukkan dengan dua gerakan refleks,
yakni: grasp reflex berupa gerakan otomatis untuk menggenggam; dan rooting reflex
berupa gerakan kepala dan mulut yang terjadi secara otomatis jika setiap kali pipinya
disentuh, kepalanya akan berbalik atau bergerak ke arah datangnya rangsangan lalu
mulutnya terbuka dan terus mencari hingga ketemu puting susu ibu atau puting susu
dot untuknya (Muhibbin Syah: 2004) .Lalu, gerakan refleks ini terjadi pada usia 0 s/d
5 bulan serta belum memerlukan ranah kognitif sebab sel-sel otaknya belum
berfungsi matang sebagai alat pengendali.

Kedua, bekal kapasitas sensori berlaku bersamaan dengan berlakunya refleks-


refleks motor tadi bahkan kadang lebih baik. Hal ini terbukti dengan adanya
kemampuan pengaturan nafas, penyedotan dan tandatanda respons terhadap stimulus.
Juga adanya kemampuan mereka untuk membedakan suara keras dan kasar dengan
suara lembut ibunya dari pada ayahnya dan orang lain. Dengan demikian, tahap
sensori motor yang berlangsung pada usia 0-2 tahun merupakan bagian dari
perkembangan kognitif yang tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi
stimulasi sensorik. Anak membentuk representasi mental, dapat meniru tindakan
masa lalu orang lain, dan merancang sarana baru untuk memecahkan masalah dengan
menggabungkan secara mental skema dengan pengetahuan yang diperolehnya.
Inteligensi anak masih bersifat primitif yakni didasarkan pada perilaku terbuka
(tindakan konkret dan bukan imajiner atau yang hanya dibayangkan saja). Hal ini
amat penting karena menjadi fondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan
dimiliki anak kelak.

10
Lalu, pada usia 18-24 bulan muncul kemampuan untuk mengenal objek
permanen atau telah menjadi cakap dalam berpikir simbolik. Sedangkan usia 2-7
tahun, si anak berada dalam periode perkembangan kognitif pra-operasional yakni
usia di mana penguasaan sempurna akan objek permanen dimiliki. Artinya, si anak
memiliki kesadaran akan eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada. Juga
mengembangkan peniruan yang tertunda seperti ketika ia melihat perilaku orang lain
seperti saat orang merespons barang, orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi pada
masa lalu. Di samping itu juga anak mulai mampu memahami sebuah keadaan yang
mengandung masalah, setelah berpikir sesaat, lalu menemukan reaksi ‘aha’ yaitu
pemahaman atau ilham spontan untuk memecahkan masalah versi anak-anak. Akan
tetapi, si anak belum bisa memahami jika terjadi perbedaan pandangan dengan orang
lain

F. Moral, Disiplin dan Etika

Membangun karakter yang bermoral dan beretika ibarat mengukir. Sifat ukiran
adalah melekat kuat di atas benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu atau
aus karena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda
yang diukir itu, karena ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Demikian juga
dengan karakter yang merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap,
maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit
dihilangkan. Proses membangun karakter pada anak juga ibarat mengukir atau
memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk” unik, menarik, dan berbeda
antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki karakter berbeda-beda. Ada
orang yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, ada juga yang berperilaku negatif
atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam budaya setempat (tidak/belum
berkarakter atau “berkarakter” tercela). Dengan demikian, dalam pendidikan karakter,
setiap anak memiliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika ibuayah
membentuk karakter positif sejak anak usia dini, maka yang berkembang adalah

11
perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Nah,
bagaimana cara membangun karakter anak, berikut ini diuraikan beberapa hal yang
perlu diketahui ibu-ayah.

 Pembentukan karakter dipengaruhi factor bawaan dan lingkungan

 Orang tua yang bermoral, mengajarakan disiplin dan beretika mengajarakan


sifat kebaikan itu kepada anak

 Membangaun karekterk yang bermoral, disiplin dan beretika diawal sejak dini

 Pembentukkan karakter yang mulia berlansung selama hidup

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari teori perkembangan pada anak usia dini adalah bahwa bisa
kita lihat pada masa sekarang ini telah banyak sekali faktor-faktor baikdari luar
maupun dari dalam lingkungan yang mempengaruhi perkembangan padaanak usia
dini. Perkembangan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini ialahanak harus bisa
lebih berkembang dan mengembangkan pola berfikir dari luarmaupun dari dalam
secara fisik ataupun nonfisik.

Caranya dengan faktor-faktor terdekatlah yang dapat menuntun anak agar


lebih berkembang pada masa pertumbuhannya saat ini.Jadi teori-teori perkembangan
diatas adalah teori-teori yang isinyasemuanya mempengaruhi tentang perkembangan
anak saat ini

B. Saran

Adapun makalah ini kami selesaikan dari hasil pemikiran yangdidasari dari
referenssi-referensi yang kami dapatkan baik dari buku maupun pengetahuan dari
online. Dengan adanya teori perkembangan diatas orang tuadiharapkan dapat
menerapkan teori-teori perkembangan yang sudah ada. Dansebagai orang tua
seharusnya wajib mengetahui atau memahami tentang teori-teori perkembangan pada
anak agar dapat diterapkan pada tingkah dan perilakuanak pada kehidupan sehari-
hari. Sehingga perkembangan pada anak dapat berkembang secara lebih baik dan
lebih maju
13
DAFTAR PUSTAKA

1. Morisson, George S. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:


Indeks
2. Sujiono, Yuliani N. (2009).Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks
3. Orton, (1987). Teori Behaviorisme. Jakarta: Indeks.
4. Catron dan Allen, (1966).Teori Maturationisme. Jakarta: Indeks
5. Mansur, (2005). Hakikat Perkembangan Anak.Jakarta: Indeks
6. Slamet, S. (2005). Hakikat Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks
7. Ina. (2017). 20 Teori Perkembangan Anak menurut Para Ahli.Jakarta:Indeks.
8. Anggi, F. (2013).Teori Perkembangan Anak Usia Dini.Jakarta:Indeks.
9. Mussen, Paul Henry, dkk., Perkembangn dan Kepribadian Anak, Terjemahan
F.X. Budiyanto, Gianto Widianto, Arum Gayatri, Arcan, 1994.
10. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Rosda, 2004.

14

Anda mungkin juga menyukai