Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Peran Bidan PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bidan memiliki peran penting dalam pelaksanaan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yaitu melakukan pendataan ibu

hamil untuk mengetahui jumlah ibu hamil dan untuk merencanakan persalinan

yang aman, persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya ke bidan bagi

ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat dan ibu selamat dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga. Keberhasilan atas pengelolaan

kesehatan diukur dari angka kematian ibu dan angka kematian perinatal,

sedangkan kesejahteraannya diukur dari hasil gerakan keluarga berencana.

Bidan adalah mata rantai yang begitu penting karena kedudukannya yang

berupaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya dalam

melakukan pertolongan, pengawasan neonatus dan persalinan ibu post partum.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat ditawarkan

kepada bidan melalui keluarga berencana (Mujianti, 2018).

Menurut Ketua Komite Ilmiah, International Conference on Indonesia

Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita

Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305

per 100.000 kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada tahun 2015

adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Di Ponorogo, AKI mengalami

penurunan di Tahun 2018 yaitu sebesar 83 per 100.000 kelahiran hidup (83

1
2

ibu mati) jika dibandingkan dengan AKI Tahun 2017 yang sebesar 163 per

100.000 kelahiran hidup (18 ibu mati). Pada tahun 2019, AKB yang tercatat di

Kabupaten Ponorogo sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup (134 bayi)

mengalami penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun

2017 sebesar 13,7 per 1000 kelahiran hidup (151 bayi). AKB pada posisi 23

per 1.000 kelahiran hidup (angka estimasi dari BPS Pusat), AKB di Jawa

Timur sampai dengan tahun 2019 sudah di bawah target Nasional (Villela,

2018).Komplikasi yang dapat terjadi dalam masa kehamilan yaitu anemia,

hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi dan eklampsi), Ketuban Pecah Dini

(KPD), perdarahan, serta tidak diketahuinya penyebab yang dapat

mengganggu kehamilan dan proses persalinan. Komplikasi dalam persalinan

yaitu perdarahan, persalinan macet, kematian janin dalam rahim ibu, dan

terjadinya distosia bahu. Komplikasi dalam masa nifas yaitu perdarahan masa

nifas, infeksi masa nifas, sakit kepala, penglihatan kabur, pembengkakan

diwajah atau ekstremitas, mastitis dan odema serta kelainan yang dapat

mengganggu proses involusi uterus. Komplikasi pada bayi baru lahir adalah

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas, asfiksia. Keterlambatan

pemulihan masa nifas akan berdampak pada lambatnya ibu untuk pemakaian

alat kontrasepsi. Dampak yang mungkin akan timbul pada ibu apabila

persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan adalah perdarahan karena

atonia uteri, retensio plasenta, laserasi serviks atau vagina, rupture uteri dan

inversio uteri, sedangkan dampak yang mungkin timbul pada bayi baru lahir

yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, kelainan bawaan trauma persalinan .
3

Masa nifas masih potensial mengalami komplikasi sehingga perlu perhatian

dari tenaga kesehatan. Kematian ibu masih dapat terjadi pada masa ini karena

perdarahan atau sepsis. Ibu pasca persalinan yang sosial ekonomi dan

pendidikan kurang sering tidak mengerti potensi bahaya masa nifas

(Sarwono,2010:65). Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai

dengan 28 hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari

kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua

sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang

memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan

bisa muncul. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian bayi terbanyak

yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi. Komplikasi ini sebenarnya

dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan

kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem

rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan

kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan (Nabila, 2019).

Berkaitan dengan yang terjadi pada masa kehamilan, di al Quran juga

disebutkan tentang proses penciptaan manusia, yaitu dalam surat al Mu’min

ayat 67, “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes

mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkan-Nya kamu

sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai

kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan hidup lagi) sampai tua, di antara

kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya
4

kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu

memahami(nya)”.

Dalam rangka menurunkan AKI dan AKB dilakukan standar pelayanan

minimal bidang kesehatan seperti setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai standar, persalinan sesuai standar, dan setiap BBL

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (Kirana Pritasari, 2018).

Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and

Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKB sebesar

25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka

kematian neonatal dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi

obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit Pelayanan Obstetri

Neonatal Esensial Komprehensif (PONEK), 300 Puskesmas/Balkesmas

Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED) dan memperkuat

sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit.

Dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-2019 sasaran yang

ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat dengan target salah satu indikatornya, yaitu AKI pada tahun 2019

turun menjadi 306/100.000 kelahiran hidup. Upaya percepatan penurunan AKI

dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses

pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu

hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas

pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan

khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta pelayanan keluarga


5

berencana (Kemenkes RI, 2015). Upaya percepatan penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI) salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara

berkesinambungan atau Continuity of Care. Continuity of Care adalah

pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara

seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkesinambungan berkaitan dengan

tenaga professional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai

prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan

melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum (Pratarmi, 2014).

Berdasarkan masalah yang ada diatas, maka penulis tertarik melakukan

asuhan kebidanan secara berkesinambungan Contiunity of Care mulai dari

masa kehamilan trimester 3, masa persalinan, masa nifas, masa interval,

perawatan bayi baru lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang

telah dilakukan pada ibu hamil trimester 3, bersalin, nifas, neonatus, dan KB

dalam bentuk SOAP.

1.2 Identifikasi masalah

Ruang lingkup asuhan kebidanan diberikan kepada ibu hamil trimester III

mulai UK 36 minggu dengan kehamilan fisiologis dan dilanjutkan dengan

asuhan persalinan, nifas, bayi baru lahir (neonatus), dan pelayanan

kontrasepsi. Pelayanan ini diberikan dengan Continuity Of Care dengan

pendekatan manajemen kebidanan.


6

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan dengan continuity of care pada ibu usia

kehamilan 36-40 minggu, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana dengan pendekatan manajemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu hamil, yang

diberikan secara komprehensif.

2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil mulai dari trimester 3,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keleuarga berencana (KB) dan

mendokumentasikan asuhan kebidanan yang sebelumnya telah

dilakukan.

1.4 Ruang lingkup

1.4.1 Metode penelitian

1. Jenis & Design Penelitian. Salah satu jenis penelitian kualitatif

adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi

kasus (Case Study). Dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif

tentang latar belakang masalah, keadaan dan posisi suatu peristiwa

yang sedang berlangsung saat ini. Memiliki design metode


7

observasional lapangan yang bisa digunakan untuk mengumpulkan

data pada laporan tugas akhir.

2. Metode pengumpulan data. Dalam mendapatkan bahan, keterangan,

kenyataan, dan informasi yang bisa dipercaya, maka dengan

memakai berbagai macam metode seperti wawancara dan analisis

dokumentasi.

3. Analisa data. Dengan cara membuat narasi dari hasil observasi atau

hasil penelitian tersebut. Yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan sehingga mudah dipahami dan penelitiannya bisa

diinformasikan kepada orang lain.

1.4.2 Sasaran

Sasaran kebidanan ditujukan kepada ibu dengan memperhatikan COC

mulai dari kehamilan 36-40 minggu , bersalin, nifas, neonatus dan KB.

1.4.3 Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan kepada ibu

adalah PMB Titin Sukartini, S.ST yang telah meiliki MOU dengan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

1.4.4 Waktu

Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan proposal sampai

memberikan asuhan kebidanan di semester VI pada November 2020

sampai April 2021.

1.5 Manfaat

1.5.2 Manfaat Teoritis


8

Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan,

pengalaman agar lebih berkembang lagi, dan sumber untuk menerapkan

asuhan kebidanan komperehensif terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana serta untuk

pendokumentasian.

1.5.3 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman

mahasiswa/mahasiswi dalam memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif terutama pada ibbu hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir dan keluarga berencana.

2. Bagi institusi

Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan ilmu pengetahuan bagi

para mahasiswa/mahasiswi.

3. Bagi klinik

Sebagai informasi atau masukan dalam pengetahuan tentang asuhan

kebidanan secara komperehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir dan keluarga berencana.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan dalam meningkatkan wawasan dan pengalaman untuk

melakukan penelitian dan dapat memahami tentang asuhan


9

kebidanan secara komperehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir dan keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai