Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.5 No.

2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN STUNTING PADA BALITA

Zahrotul Mutingah1), Rokhaidah2)


1,2Fakultas Ilmu Kesehatan

1,2Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

ABSTRAK

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi yang masih dialami balita di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Dalam menurunkan prevalensi stunting diperlukan perilaku pencegahan, yang dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita di
Posyandu Tunas Mekar 1 Kelurahan Krukut, Depok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan desain Cross Sectional. Sampel dipilih menggunakaan teknik total sampling melibatkan 74
ibu balita. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah teruji validitas serta
reliabilitasnya dan dibagikan langsung kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan stunting
(p value = 0,100), namun terdapat hubungan antara sikap (p value = 0,001) dan status pekerjaan ibu
(p value = 0,003) dengan perilaku pencegahan stunting (<0,05). Peneliti selanjutnya
direkomendasikan untuk mengambil sampel lebih banyak serta menganalisis faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku seperti pendapatan, budaya, dan dukungan.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku Pencegahan Stunting

ABSTRACT

Stunting is a nutritional deficiency problem that is still experienced by toddlers throughout the world, including
Indonesia. In reducing the prevalence of stunting, preventive behavior is needed, which can be influenced by a
person's knowledge and attitude. This study was conducted to determine the relationship between knowledge
and attitudes of mothers with stunting prevention behavior in toddlers at Posyandu Tunas Mekar 1 Krukut
Village, Depok. This study used a quantitative method with a cross sectional design. The sample was selected
using a total sampling technique with 74 mothers of children under five. Collecting data using a questionnaire
that has been tested for validity and reliability and distributed directly to respondents. The results showed that
statistically there was no relationship between knowledge with stunting prevention behavior (p value = 0.100),
but there was a relationship between attitude (p value = 0.001) and maternal employment status (p value =
0.003) with stunting prevention behavior (<0.05). Further researchers are recommended to take more samples
and analyze other factors that can influence behavior such as income, culture, and support.

Keywords: Knowledge; Attitude; Stunting Prevention Behavior

Alamat korespondensi: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta,
Jalan Limo Raya Kelurahan Limo Kecamatan Limo Kota Depok Kode Pos 16515
Email: zahrotulmutingah@upnvj.ac.id, rokhaidah@upnvj.ac.id

49
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.3 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

PENDAHULUAN
Stunting mengacu pada anak yang terlalu pendek untuk usianya (UNICEF, WHO, & World
Bank, 2020). Stunting adalah kondisi ketika tubuh balita tidak mencapai panjang atau tinggi badan
yang sesuai menurut usianya. Balita dikatakan stunting apabila hasil pengukuran PB atau TB
menunjukkan <-2 SD (standar deviasi) dari median standar pertumbuhan berdasarkan WHO. Hal ini
dapat diakibatkan karena kekurangan zat gizi kronis. Kejadian stunting pada balita dapat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya berasal dari situasi ibu yaitu kesehatan serta gizinya baik sebelum,
saat masa kehamilan, maupun setelah melahirkan sehingga berdampak pada pertumbuhan anak
atau janin. Sedangkan dari situasi bayi dan balita penyebab stunting diantaranya adalah tidak
dilakukannya inisiasi menyusui dini (IMD), tidak mendapat ASI eksklusif serta Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) (Pusdatin Kemenkes RI, 2018). Selain itu, stunting juga dapat disebabkan
oleh faktor terbatasnya akses pelayanan kesehatan ibu selama dan setelah kehamilan, belum
optimalnya akses keluarga ke makanan yang bergizi, serta belum cukupnya akses ke air yang bersih
juga sanitasi (TNP2K, 2017).
Prevalensi balita yang mengalami stunting di dunia pada tahun 2019 menunjukkan ada
sekitar 21,3% atau 144 juta anak balita yang masih mengalami stunting (UNICEF et al., 2020).
Indonesia sendiri, memiliki prevalensi anak dibawah lima tahun yang mengalami stunting sebanyak
27,7% (SSGBI, 2019). Meskipun prevalensi stunting telah menurun dari tahun sebelumnya, target
prevalensi stunting yang ditentukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2020-2024 adalah 14% (Peraturan Presiden RI, 2020). Pada tahun 2019, seperti
prevalensi nasional, prevalensi stunting di Jawa Barat juga telah menurun menjadi sekitar 25,7%
(SSGBI, 2019). Sementara menurut data Dinas Kesehatan Depok, pada tahun 2019 jumlah balita usia
0-59 bulan yang pendek (stunting) sebanyak 5,241 atau sekitar 4,6% (Dinas Kesehatan Kota Depok,
2020).
Stunting pada anak dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan status kesehatannya saat
dewasa (Kemenkes RI, 2018). Anak yang menderita stunting dapat menderita kerusakan fisik serta
kognitif dan menyebabkan pertumbuhannya terhambat (UNICEF et al., 2020). Kondisi tersebut yang
terus menerus berlangsung akan menurunkan kualitas serta produktifitas masa depan warga negara
indonesia (Harikatang et al., 2020). Oleh sebab itu, dalam upaya mencegah hal tersebut dibutuhkan
upaya penanggulangan masalah stunting. Penanggulangan stunting meliputi upaya pencegahan
serta penanganan. Upaya pencegahan sendiri dapat dilakukan dengan memastikan bahwa anak
memiliki status kesehatan yang baik, mendapat gizi cukup pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK), serta mendapat imunisasi dan pola hidup bersih untuk mencegah penyakit. Cara pencegahan
yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah buah hati dari stunting meliputi; (1) Memenuhi
kebutuhan gizi pada 1000 HPK anak, (2) Memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil, (3) Konsumsi
protein dengan kadar yang sesuai bagi anak diatas 6 bulan, (4) Menjaga kebersihan sanitasi serta
memenuhi kebutuhan air bersih, dan (5) Rutin membawa anak ke posyandu minimal sekali dalam
sebulan (Kemenkes RI, 2018).
Kunci keberhasilan pencegahan stunting salah satunya adalah perilaku kesehatan masyarakat
sendiri (Kemenkes RI, 2018). Menurut teori Health Promotion Model, perilaku seseorang dipengaruhi
oleh karakteristik dan pengalamannya. Sementara itu, teori Lawrence Green menyebutkan tiga faktor
yang memiliki pengaruh dengan perilaku dalam kesehatan yakni faktor predisposisi, pendukung
serta faktor pendorong. Predisposisi perilaku adalah faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap, nilai
dan keyakinan (Asmuji & Faridah, 2018). Pengetahuan diartikan sebagai suatu hasil dari proses
pengindraan yang membuat seseorang tahu. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan termasuk bagian
penting yang mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang (Hasmi, 2016). Sedangkan, sikap
berarti besarnya perasaan baik positif atau negatif terhadap suatu hal, objek, orang, institusi atau
kegiatan. Apabila seseorang memiliki keyakinan dan merasa bahwa dengan melakukan suatu

50
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.5 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

perilaku akan menghasilkan keluaran yang positif, maka sikap positif pun akan ia miliki, begitu juga
sebaliknya (Asmuji & Faridah, 2018).
Ariestia (2020), dalam penelitiannya menunjukan ada hubungan antara pengetahuan ibu juga
sikapnya terhadap pencegahan stunting. Penelitian lain juga menunjukkan sikap ibu memiliki
hubungan dengan upaya pencegahan stunting, namun tidak terdapat hubungan dari pengetahuan
ibu dengan upaya pencegahan stunting. Penelitian ini membahas bahwa dalam pencegahan stunting,
sikap ibu termasuk dalam pemberian makanan pada anak merupakan hal yang penting karena
dengan sikap yang baik dan didukung oleh pengetahuan tinggi akan tercermin perilaku positif
(Arnita, Rahmadhani, & Sari, 2020). Sementara, penelitian yang menunjukkan tidak terdapat
hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan stunting membahas bahwa pengetahuan baik belum
tentu menghasilkan sikap juga perilaku yang baik (Harikatang et al., 2020).
Upaya yang telah dilaksanakan pemerintah dalam meningkatkan perilaku masyarakatnya
dalam mencegah stunting disusun dalam strategi nasional yang terdiri dari 5 pilar percepatan
pencegahan stunting, tepatnya pada pilar 2 yang berbunyi kampanye nasional serta komunikasi
perubahan perilaku (Kemenkes RI, 2018). Strategi untuk mencapai pilar tersebut adalah dengan
meningkatkan komunikasi antar pribadi melalui pengembangan pesan yang disesuaikan dengan
kebutuhan kelompok sasaran yaitu Rumah Tangga 1.000 HPK, WUS, dan remaja putri. Berbagai
saluran komunikasi seperti posyandu, kelas pengasuhan, kelas ibu hamil, hingga konseling
reproduksi remaja telah digunakan dalam penyampaian pesan ini (TNP2K, 2019).
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Posyandu Tunas Mekar 1 Kelurahan Krukut,
Depok menunjukkan hasil dari 10 ibu balita yang diwawancarai mengenai pengetahuan tentang
stunting mayoritas menunjukkan pengetahuan ibu masih kurang. Ibu mengatakan hanya pernah
mendengar namun tidak tau pengertian, penyebab, serta dampaknya, dan belum pernah
mendapatkan penyuluhan mengenai gizi. Selain itu, 3 dari 10 ibu juga memiliki sikap yang kurang
baik seperti tidak berusaha mencari tahu tentang apa saja masalah gizi anak karena menganggap
anak sudah memiliki gizi yang baik. Selain itu, 5 dari 10 ibu sudah memiliki perilaku yang baik dalam
mencegah stunting pada anaknya seperti memberi kolostrum dan ASI eksklusif, memastikan
anaknya mengkonsumsi makanan sehat, serta memastikan diri dan anak menjaga kebersihan dengan
mencuci tangan, namun 5 ibu lainnya memiliki perilaku kurang baik seperti tidak memberi ASI 6
bulan pertama, dan sering memberi makanan yang anak minta tanpa melihat kandungan gizinya.

METODE PENELITIAN
Metode kuantitatif dengan desain cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Populasi
pada penelitian ini yaitu seluruh ibu yang memilliki balita dengan usia 6-59 bulan di Posyandu Tunas
Mekar 1 Kelurahan Krukut, Depok yang berjumlah 74 ibu balita. Penelitian ini menggunakan teknik
sampel total atau sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dengan usia 6-59 bulan, tinggal di wilayah
Posyandu Tunas Mekar 1 Kelurahan Krukut, depok, dapat membaca dan menulis, serta menyatakan
bersedia untuk menjadi responden penelitian. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah ibu yang tidak
sedang berada ditempat saat penelitian berlangsung, ibu yang pindah dari wilayah penelitian, dan
ibu dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari 2021
sampai dengan bulan Juni 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner dalam
bentuk kertas yang terdiri dari 4 bagian meliputi karakteristik ibu dan balita, kuesioner pengetahuan
tentang stunting, sikap terhadap pencegahan stunting, serta perilaku dalam mencegah stunting.
Kuesioner tersebut merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti dan sudah diuji validitas
dengan nilai r hitung > 0,361 untuk setiap butir pernyataan, serta uji reliabilitas dengan nilai cronbach
alpha 0,826 untuk kuesioner pengetahuan, 0,917 untuk kuesioner sikap dan 0,669 untuk kuesioner
perilaku pencegahan stunting. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa
univariat dan bivariat. Pada analisa bivariat digunakan tiga jenis uji, diantaranya uji Korelasi

51
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.3 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

Spearman, Mann Whitney dan Kruskal Wallis. Penelitian ini menganalisis hubungan dari variabel
independen yaitu pengetahuan dan sikap ibu, serta variabel confounding yaitu usia, pendidikan, dan
pekerjaan ibu dengan variabel dependen yaitu perilaku pencegahan stunting.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisa univariat dari karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan), karakteristik anak
(usia, jenis kelamin, status gizi), pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dapat dilihat pada tabel 1
hingga 3. Sedangkan hasil analisa bivariat antara karakteristik ibu, pengetahuan dan sikap dengan
perilaku pencegahan stunting dapat dilihat pada tabel 4 hingga 6.

Tabel 1. Distribusi Rata-rata Karakteristik Ibu dan Karakteristik Balita Menurut Usia (n=74)

95% CI
Karakteristik Mean Median SD Min Max
Lower Upper
Usia Ibu (Tahun) 32,41 32,50 5,828 31,06 33,76 22 46
Usia Balita (Bulan) 30,39 27,00 15,029 26,91 33,87 6 59

Tabel 1 memperlihatkan hasil pada karakteristik ibu menurut usia, rata-rata usia ibu di
Posyandu Tunas Mekar 1 Kelurahan Krukut adalah 32,41 tahun dengan usia termuda 22 tahun dan
tertua 46 tahun. Sementara rata-rata balita berusia 30,39 bulan, dengan usia balita paling muda yaitu
6 bulan dan paling tua yaitu 59 bulan.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menurut Pendidikan dan Pekerjaan, serta
Karakteristik Balita Menurut Jenis Kelamin dan Status Gizi (n=74)

Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase


Pendidikan Ibu Pendidikan Dasar 17 23 %
Pendidikan Menengah 45 60,8 %
Pendidikan Tinggi 12 16,2 %
Pekerjaan Ibu Bekerja 19 25,7 %
Tidak Bekerja 55 74,3 %
Jenis Kelamin Balita Laki-laki 33 44,6 %
Perempuan 41 55,4 %
Status Gizi Balita (TB/U) Stunting 13 17,6 %
Tidak Stunting 61 82,4 %

Tabel 2 memperlihatkan hasil bahwa dari 74 ibu balita, mayoritas ibu berada pada tingkat
pendidikan menengah sebanyak 45 orang (60,8%). Sedangkan berdasarkan status pekerjaan, 55 ibu
(74,3%) tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Pada karakteristik balita, tabel diatas
memperlihatkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, dari 74 balita, mayoritas atau sebanyak 41 balita
(55,4%) berjenis kelamin perempuan. Sedangkan berdasarkan kategori status gizi balita menurut
Tinggi Badan per Usia (TB/U), 61 balita (82,4%) tidak mengalami stunting.

Tabel 3. Distribusi Rata-rata Variabel Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stunting (n=74)

95% CI
Variabel Mean Median SD Min Max
Lower Upper
Pengetahuan Ibu 11,64 13,00 3,023 10,93 12,34 4 16
Sikap Ibu 57,45 57,00 5,420 56,19 58,70 47 64
Perilaku Ibu 8,20 8,00 1,227 7,92 8,49 5 10

52
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.5 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

Tabel 3 memperlihatkan hasil rata-rata skor pengetahuan ibu balita tentang stunting yaitu
11,64 atau sebanyak 72,75% pernyataan pengetahuan dapat dijawab benar oleh responden, yang jika
dikategorikan termasuk pengetahuan cukup baik. Pada variabel sikap ibu tentang pencegahan
stunting, rata-rata skor sikap ibu menunjukkan hasil 57,45. Sementara, hasil rata-rata skor perilaku
ibu balita dalam pencegahan stunting adalah 8,20. Jika dikategorikan dengan nilai median sebagai
cut off point, rata-rata ibu memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam mencegah stunting.

Tabel 4. Analisa Hubungan Karakteristik Ibu yaitu Usia dengan Perilaku Ibu dalam Pencegahan
Stunting (n=74)

Perilaku Ibu dalam Pencegahan Stunting


Analisa
r spearman P value n
Usia Ibu 0,121 0,305 74

Tabel 5. Analisa Hubungan Karakteristik Ibu yaitu Pendidikan dan Pekerjaan dengan Perilaku
Ibu dalam Pencegahan Stunting (n=74)

Perilaku Ibu dalam Pencegahan Stunting


Karakteristik Ibu P value Mean Rank
n
Pendidikan Ibu
a. Pendidikan Dasar 17 45,50
b. Pendidikan Menengah 45 0,053 37,42
c. Pendidikan Tinggi 12 26,46
Pekerjaan Ibu
a. Bekerja 19 25,39
0,003
b. Tidak Bekerja 55 41,68

Tabel 4 menunjukkan bahwa antara variabel usia ibu dengan perilaku ibu dalam pencegahan
stunting memiliki p value = 0,305 (>0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa secara statistik tidak
terdapat hubungan antara usia ibu dengan perilaku ibu dalam mencegah stunting. Hasil penelitian
yang ditunjukkan ini dengan hasil penelitian Salamung et al. (2019) tidak jauh berbeda, yaitu bahwa
berdasarkan perhitungan statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara rentang usia
responden dengan perilaku mencegah stunting dengan p value = 0,317 (>0,05). Tidak adanya
hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut dapat disebabkan oleh faktor lain seperti
motivasi ibu. Motivasi termasuk faktor utama dalam diri seseorang untuk melakukan suatu yang
ingin dicapai. Motivasi ibu untuk menerapkan perilaku kesehatan juga akan sangat dipengaruhi oleh
dukungan dari orang terdekat ibu (Wulandari & Kusumastuti, 2020). Berdasarkan hasil uji statistik
serta teori yang ada, peneliti memiliki asumsi bahwa usia ibu tidak dapat menjadi patokan baik atau
buruknya perilaku, karena banyak faktor lain yang mempengaruhi. Ibu yang memiliki usia lebih
muda bisa saja memiliki motivasi ataupun dukungan yang lebih baik untuk melakukan perilaku
pencegahan stunting dari orang disekitarnya, ataupun sebaliknya.
Tabel 5 memperlihatkan hasil analisa uji Kruskal Wallis antara variabel pendidikan ibu dengan
perilakunya dalam mencegah stunting, dan didapatkan p value = 0,053 (>0,05) yang bermakna
tingkat pendidikan ibu tidak memiliki hubungan dengan perilaku ibu dalam pencegahan stunting.
Selaras dengan penelitian ini, penelitian oleh Salamung et al. (2019) mendapatkan hasil p value =
0,230 (>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan perilaku
pencegahan stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Bondowoso. Penelitian lainnya juga
mendapatkan hasil serupa dengan p value = 0,74 (>0,05). Jika berdasarkan teori HPM (Health
Promotion Model), terdapat faktor-faktor lain yang memberi pengaruh pada perilaku ibu dalam

53
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.3 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

pencegahan stunting seperti faktor biologis dan psikologis, sehingga tingkat pendidikan yang
termasuk faktor sosial budaya bukan merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi
(Sholecha, Yunitasari, Armini, & Arief, 2019). Begitu juga hasil penelitian Rufaida et al. (2020),
dengan p value = 0,128 menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan antara pendidikan orang
tua dengan terjadinya stunting pada balita. Sedangkan penelitian Fauzi et al. (2020), menemukan
bahwa ada hubungan dari tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita dengan p
value = 0,013.
Pada hasil analisa antara status pekerjaan ibu dengan perilakunya dalam mencegah stunting
didapatkan p value = 0,003 (<0,05) yang bermakna terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu
dengan perilaku pencegahan stunting. Penelitian lain memiliki hasil yang serupa dengan p value =
0,000 yang berarti terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan terjadinya stunting. Perilaku ibu
dalam memberi nutrisi kepada balitanya sangat ditentukan oleh status pekerjaannya. Bekerja
membuat ibu memiliki waktu cukup terbatas dengan anak balita sehingga perhatian ibu kepada
perkembangan anak menjadi berkurang dan ibu tidak dapat mengontrol asupan makanan anak
dengan baik (Savita & Amelia, 2020). Fauzia et al. (2019), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
status gizi balita sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisinya. Ibu memerlukan waktu yang lebih
bersama anak untuk memberi perhatian dan asupan nutrisi yang baik. Kondisi ibu yang memiliki
pekerjaan berpengaruh dengan berkurangnya waktu ibu bersama anak, akibatnya akan
mempengaruhi juga asupan gizi yang anak terima serta status gizinya.
Berdasarkan teori yang sudah ada serta hasil penelitian di lapangan, peneliti berasumsi
bahwa pada penelitian ini status pekerjaan ibu memiliki hubungan dengan perilakunya dalam
mencegah stunting karena ibu yang tidak memiliki perkerjaan lebih banyak memiliki waktu bersama
anak, sehingga ibu dapat menerapkan pencegahan stunting dengan lebih baik seperti memberikan
asi 6 bulan pertama, memberikan asupan makanan yang bergizi, mengikuti kegiatan posyandu
secara rutin, serta menjaga kebersihan air dan sanitasi. Sedangkan ibu yang berkerja memiliki
hambatan yang lebih banyak untuk menerapkan perilaku pencegahan stunting seperti tidak dapat
membawa anak rutin ke posyandu dan memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif karena pekerjaan
sehingga menggantinya dengan susu formula, serta kurang mengontrol asupan makanan anak
karena biasanya anak dititipkan saat ibu sedang bekerja.

Tabel 6. Analisa Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stunting dengan Perilaku Ibu
dalam Pencegahan Stunting (n=74)

Perilaku Ibu dalam Pencegahan Stunting


Analisa
r spearman P value n
Pengetahuan Ibu tentang
0,193 0,100 74
Stunting
Sikap Ibu tentang
0,374 0,001 74
Stunting

Pada tabel 6 didapatkan hasil analisa uji Korelasi Spearman dengan p value = 0,100 (>0,05),
yang dapat diartikan bahwa H0 diterima yaitu tidak didapatkan hubungan yang berarti antara
pengetahuan ibu dengan perilakunya dalam mencegah stunting pada balita di Posyandu Tunas
Mekar 1 Kelurahan Krukut. Berdasarkan arah serta kekuatan hubungannya, hubungan kedua
variabel termasuk hubungan yang positif namun lemah, yang berarti perilaku ibu dalam melakukan
pencegahan stunting akan semakin baik jika pengetahuannya juga semakin tinggi. Penelitian ini
serupa dengan penelitian lain di Kota Jambi yang mendapatkan p value = 0,373 (>0,05) (Arnita et al.,
2020). Begitu juga penelitian lain oleh Harikatang et al. (2020), menunjukkan bahwa antara
pengetahuan ibu dengan terjadinya balita stunting tidak memiliki hubungan yang bermakna (p value

54
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.5 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

= 1,00). Sedangkan penelitian lain memperlihatkan hasil adanya hubungan antara pengetahuan ibu
dengan perilakunya dalam pencegahan stunting dengan p value = 0,007 (<0,05) (Yunitasari, Pradanie,
Arifin, Fajrianti, & Lee, 2021).
Pengetahuan baik yang dimiliki seseorang tidak dapat memastikan sikap maupun
perilakunya, karena pengetahuan juga tidak dapat memastikan seperti apa pola hidup yang dijalani
seseorang tersebut. Kondisi ekonomi yang tidak mendukung walaupun pengetahuan ibu sudah baik
akan mempengaruhi kemampuannya untuk menerapkan pola hidup yang sehat (Harikatang et al.,
2020). Tidak adanya hubungan dari kedua variabel dalam penelitian ini dapat disebabkan karena
terdapatnya faktor lain yang memberi pengaruh pada perilaku pencegahan stunting. Berdasarkan
teori lawrence green, faktor pengetahuan termasuk faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang, namun terdapat faktor lain juga yaitu faktor pendukung seperti
tersedianya fasilitas kesehatan serta faktor pendorong seperti dukungan keluarga, teman, serta
petugas kesehatan (Asmuji & Faridah, 2018). Jurnal lain menjelaskan bahwa faktor pendapatan,
budaya dan pola asuh orang tua juga mempengaruhi perilaku pencegahan stunting. Hal ini
disebabkan oleh orang tua dengan pendapatan yang cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan
makan anaknya, begitu juga pola asuh orang tua dalam memberi makan pada anak sangat
mempengaruhi status gizi, pertumbuhan serta kesehatan anak sehingga anak dapat terhindar dari
stunting. Sementara itu, nilai budaya yang bertentangan dengan anjuran kesehatan seperti
pembatasan pola makan ibu hamil serta pemberian MPASI dini dapat membuat seorang ibu
berperilaku kurang baik dan meningkatkan resiko anak mengalami stunting (Yunitasari et al., 2021).
Sedangkan hasil penelitian antara variabel sikap ibu dengan perilakunya dalam mencegah
stunting yang didapatkan p value = 0,001 (<0,05), sehingga dikatakan bahwa H1 diterima atau
hubungan yang bermakna ditemukan antara sikap ibu dengan perilaku ibu dalam melakukan
pencegahan stunting pada balita di Posyandu Tunas Mekar 1 Kelurahan Krukut. Dilihat dari arah
dan kekuatan hubungannya, hubungan kedua variabel ini termasuk hubungan yang positif (searah)
dan cukup kuat, yang berarti semakin positif sikap yang ibu miliki tentang stunting maka akan
semakin baik pula perilakunya dalam mencegah stunting. Serupa dengan penelitian ini, penelitian
Arnita et al. (2020), di Wilayah Kota Jambi mendapatkan bahwa ditemukan hubungan yang
signifikan antara sikap ibu dengan upayanya dalam mencegah stunting pada anak balita (p value =
0,030). Begitu juga penelitian lain di Madura yang mendapatkan serupa dengan p value = 0,034
(<0,05). Sikap ibu yang kurang baik dalam praktik pemberian makan pada anak, dalam jangka
panjang akan memberi dampak terhadap tumbuh kembang anak tersebut (Yunitasari et al., 2021).
Teori lawrence green yang menyatakan bahwa sikap seseorang termasuk dalam faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku kesehatannya sesuai dengan hasil penelitian yang
didapatkan ini (Asmuji & Faridah, 2018). Perilaku yang baik akan dapat tercermin jika sebuah
pengetahuan yang dimiliki seseorang didukung oleh sikap yang positif (Arnita et al., 2020).
Berdasarkan theory of planned behavior, sikap seseorang dipengaruhi oleh kepercayaan, seseorang
akan memiliki sikap yang positif apabila ia percaya bahwa suatu perilaku akan menghasilkan
keluaran yang baik (Nursalam, 2015). Berdasarkan teori serta hasil penelitian yang didapatkan,
peneliti berpendapat bahwa dalam penelitian ini sikap ibu berhubungan dengan perilaku
pencegahan stunting karena ibu balita dalam penelitian ini meyakini bahwa anak mereka perlu
dicegah dari masalah gizi dan pencegahan stunting akan memberikan manfaat yang baik bagi
balitanya, sehingga ibu memutuskan untuk menerapkan perilaku pencegahan stunting pada
balitanya.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia ibu balita adalah 32,41
tahun dengan mayoritas berpendidikan menengah dan berstatus tidak bekerja. Berdasarkan
karakteristik balita, rata-rata balita dalam penelitian ini berusia 30,39 bulan, dengan mayoritas

55
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.3 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

berjenis kelamin perempuan, dan berstatus gizi (TB/U) normal. Gambaran pengetahuan ibu
mengenai stunting rata-rata memiliki pengetahuan yang cukup baik. Sedangkan rata-rata sikap dan
perilaku ibu dalam mencegah stunting, ibu memiliki sikap perilaku yang sudah baik. Hasil analisa
bivariat menunjukkan bahwa perilaku ibu dalam pencegahan stunting berhubungan dengan status
pekerjaan (p value = 0,003) dan sikap ibu (p value = 0,001), namun tidak berhubungan dengan usia
(p value = 0,305), tingkat pendidikan (p value = 0,053), dan pengetahuan ibu (p value = 0,100).

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian serta uji statistik yang diperoleh, peneliti menyarankan pada
keluarga termasuk orang tua balita agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai motivasi dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap, serta perilaku dalam mencegah stunting pada balita. Bagi
perawat ataupun tenaga kesehatan lain dianjurkan juga agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai
dasar dalam memberikan penyuluhan kesehatan dan memotivasi masyarakat untuk meningkatkan
pengetahua mengenai stunting termasuk cara pencegahannya, agar masyarakat dapat melakukan
pencegahan stunting dengan baik.
Selain itu, bagi institusi pendidikan dianjurkan agar dapat mempergunakan hasil penelitian
ini sebagai referensi untuk kegiatan belajar mengajar mengenai pentingnya peningkatan
pengetahuan, sikap serta perilaku ibu dalam mencegah stunting pada balita. Sedangkan bagi peneliti
selanjutnya disarankan agar dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dalam
melakukan penelitian yang serupa ataupun berbeda dengan metode yang lebih baik seperti
wawancara (kualitatif), dan dengan cakupan tempat penelitian lebih luas serta sampel yang lebih
banyak. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti faktor lain selain yang sudah digunakan dalam
penelitian ini seperti faktor motivasi ibu, dukungan keluarga, dukungan lingkungan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Ariestia, M. (2020). Analisis Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pencegahan Stunting Pada Anak
Di Masa Pandemi Covid -19 Di Kelurahan Korong Gadang. Jurnal Ilmiah Cerebral Medika, 2(2),
1–9. Retrieved from http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/
Arnita, S., Rahmadhani, D. Y., & Sari, M. T. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota
Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 9(1), 7. https://doi.org/10.36565/jab.v9i1.149
Asmuji, & Faridah. (2018). Promosi Kesehatan: Untuk Perawat di Rumah Sakit dan Puskesmas (1st ed.).
Yogyakarta: Pustaka Panasea.
Dinas Kesehatan Kota Depok. (2020). Profil Kesehatan Kota Depok 2019. In Dinas Kesehatan Kota
Depok. Retrieved from http://dinkes.depok.go.id/
Fauzi, M., Wahyudin, & Aliyah. (2020). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu balita
dengan kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas x kabupaten indramayu. Prosiding
Seminar Nasional Kesehatan, 9–15. Retrieved from http://ejurnal.stikesrespati-
tsm.ac.id/index.php/semnas/article/view/257
Fauzia, N. R., Sukmandari, N. M. A., & Triana, K. Y. (2019). Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan
Status Gizi Balita. Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing, 3(1), 28–32.
https://doi.org/10.36474/caring.v3i1.101
Harikatang, M. R., Mardiyono, M. M., Karisma, M., Babo, B., Kartika, L., & Tahapary, P. A. (2020).
Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian balita stunting di satu kelurahan di
tangerang. Jurnal Mutiara Ners, 3(2), 76–88. Retrieved from
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/1178
Hasmi. (2016). Metode Penelitian Kesehatan. Jayapura: In Media.
Kemenkes RI. (2018). Warta Kesmas - Cegah Stunting Itu Penting. Warta Kesmas, 02, 1–27.

56
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.5 No.2, September 2021
E-ISSN 2715-6303; P-ISSN 2407-4284; DOI. 10.52020/jkwgi.v5i2.3172

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. In Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
(4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Peraturan Presiden RI. (2020). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 -
Lampiran II: Proyek Prioritas Strategis (Major Project).
Pusdatin Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–1178.
Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, p.
198. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Rufaida, F. D., Raharjo, A. M., & Handoko, A. (2020). The Correlation of Family and Household
Factors on The Incidence of Stuntingon Toddlers in Three Villages Sumberbaru Health Center
Work Area of Jember. Journal of Agromedicine, 6(1), 1–6.
Salamung, N., Haryanto, J., & Sustini, F. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Pencegahan Stunting pada Saat Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Bondowoso.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 10(4), 264–269.
Savita, R., & Amelia, F. (2020). Hubungan Pekerjaan Ibu , Jenis Kelamin , dan Pemberian Asi Eklusif
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita 6-59 Bulan di Bangka Selatan The Relationship of
Maternal Employment , Gender , and ASI Eklusif with Incident of Stunting inToddler Aged 6-
59 Months. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes Ri Pangkalpinang, 8(1), 6–13.
Sholecha, R. P., Yunitasari, E., Armini, N. K. A., & Arief, Y. S. (2019). Analisis Faktor yang
berhubungan dengan Pencegahan Stunting pada Anak Usia 2-5 Tahun berdasarkan Teori
Health Promotion Model (HPM). Pediomaternal Nursing Journal, 5(1), 49.
https://doi.org/10.20473/pmnj.v5i1.12362
SSGBI, T. (2019). Studi Status Gizi Balita Di Indonesia Tahun 2019.
TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).
TNP2K. (2019). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting). Jakarta.
UNICEF, WHO, & World Bank. (2020). Levels and trends in child malnutrition: Key findings of the
2020 Edition of the Joint Child Malnutrition Estimates. Geneva: WHO, 24(2), 1–16. Retrieved
from https://www.who.int/publications/i/item/jme-2020-edition
Wulandari, H., & Kusumastuti, I. (2020). Peran Bidan, Peran kader, Dukungan Keluarga dan Motivasi
Ibu terhadap Perilaku Ibu dalam Pencegahan Stunting. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(2), 73–80.
https://doi.org/10.33221/jikes.v19i02.548
Yunitasari, E., Pradanie, R., Arifin, H., Fajrianti, D., & Lee, B. (2021). Determinants of Stunting
Prevention among Mothers with Children Aged 6 – 24 Months. Macedonian Journal of Medical
Sciences, 9, 378–384. https://doi.org/https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.6106

57

Anda mungkin juga menyukai