Form Askep Anak Sle-1
Form Askep Anak Sle-1
Form Askep Anak Sle-1
Disusun oleh:
1. ADRIANUS (22022004)
2. LEONITA PUTRI TRIUTAMI (22022027)
3. SHINTA AYU SETYAWATI (22022037)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat selesai
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun dapat
menyeksaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun pembaca umumnya.
Kamı menyadari dalam makalah masih banyak kekurangan nya. Apabila terdapat kekurangan
di dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari
pembaca untuk membantu kembali karya ini menjadi sempurna.
Penyusun
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................1
PADA ANAK DENGAN SYSTEM LUPUS ERITHEMATOSUS (SLE)................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
2. TUJUAN.........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................6
A. MASALAH KESEHATAN/PENYAKIT........................................................................6
1. Definisi........................................................................................................................6
2. Etiologi........................................................................................................................6
3. Tanda dan Gejala.........................................................................................................7
4. Klasifikasi....................................................................................................................8
5. Patofisiologi.................................................................................................................9
6. Pathway.....................................................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................11
8. Terapi.........................................................................................................................12
9. Komplikasi................................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................14
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................16
C. PERENCANAAN.....................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Systemic lupus erythomathesus (SLE) adalah penyakit kronis yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia yang ditandai dengan intoleransi terhadap aktivitas autoreaktif
sel t dan sel b (Choi, Jinyaoung, et al., 2012). SLE ini memiliki kondisi autoimun dimana
sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri. Ini menyebabkan peradangan
luas dan kerusakan jaringan di organ yang terkena, seperti persendian, kulit, otak, paru-
paru, ginjal, dan pembuluh darah. Sepanjang teorinya, tidak ada obat untuk lupus, tetapi
intervensi medis dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengendalikannya (CDC,
2016). Prevalensi kasus global SLE adalah sekitar 72,8 dari 100.000 pasien dalam
setahun (Izmirly, et al., 2021). Di Indonesia belum diketahui jumlah SLE saat ini, namun
di Malang Jawa Timur dilaporkan bahwa SLE berada pada angka 0,5% dari seluruh
penduduk (Pusdatin, 2018; Siregar, 2019; Kemenkes RI, 2013).
Penyebab penyakit lupus belum diketahui secara pasti, namun autoreaktivitas kedua
sel tersebut, terutama sel B, dapat mengakibatkan munculnya autoantibodi lain (antibodi
antinuklear) yang dapat mengganggu atau merusak jaringan kompleks yang dapat
mengikat asam ribonukleat, asam deoksinukleat, protein dan protein kompleks yang
terkandung dalam jaringan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan secara
sistematik yang diawali dengan aktivitas autoimun yang masuk ke dalam peredaran
darah kemudian merusak sel dan jaringan pembuluh darah dengan peradangan, nekrosis,
dan vaskulitis sehingga menimbulkan iskemia, sehingga respon yang mungkin muncul
setelah peradangan antara lain demam (di atas 380C), fenomena kelelahan, nyeri, dan
beberapa masalah sistemik termasuk perikarditis, Raynaud, gagal ginjal, sindrom
nefrotik, glomerulonefritis, radang sendi, aortalgia, dan kelainan bentuk, ruam kulit,
kejang dan penurunan kognisi (Gould & Rutanna, 2011) . Multi-symptom diseases
seperti SLE, kemandirian dalam perawatan kulit (edukasi pasien dalam berpakaian dan
melindungi diri dari sinar matahari), keseimbangan antara istirahat dan aktivitas,
identifikasi eksaserbasi (ruam, batuk, demam, nyeri sendi) deteksi dini tanda dan gejala,
manajemen stres, keseimbangan nutrisi dan konsumsi natrium, selain itu pasien SLE
membutuhkan dukungan dalam aktivitas sehari-hari seperti pengendalian nyeri dan
informasi tentang penyakitnya pengendalian infeksi dan gejalanya (Kemenkes, 2013;
Choi, et al., 2012). Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan asuhan keperawatan
secara holistik pada pasien SLE sesuai dengan kebutuhan pasien dan menjadikan pasien
mandiri dalam perawatannya sendiri.
Melihat belum adanya pengobatan pasti yang dapat diberikan pada pasien SLE,
manajemen diri pasien perlu diberikan. Karena menjadikan pasien mandiri dalam
perawatannya sendiri berarti pasien melalui suatu proses dinamis bagi seorang individu
yang secara aktif mampu mengelola penyakitnya secara sadar yang dilakukan oleh
pasien itu sendiri berfokus pada penyakitnya, misalnya menunjukkan kegiatan promosi
kesehatan, memperoleh dan mampu menemukan informasi tentang penyakitnya,
pengobatan, kemampuan dan strategi untuk mengelola penyakitnya (Christensen, et al.,
2011). Manajemen diri dirancang untuk mendukung penyediaan pendidikan kesehatan
dan meningkatkan fungsi (deWit, et al., 2013). Beberapa negara di dunia menganggap
program self-management sebagai elemen penting dalam penanganan kasus pasien yang
terdiagnosis penyakit kronis (Green, et al., 2012). Latar belakang tersebut menjadi
memotivasi penulis untuk menemukan apa self-management terbaik bagi pasien SLE
untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
2. TUJUAN
a. Untuk memahami apa itu pengertian SLE
b. Untuk menjelaskan bagaimana etiologi SLE
c. Untuk mengetahui klasifikasi apa saja penyakit SLE
d. Untuk mengetahui maninfestasi klinis penyakit SLE
e. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang terjadi pada penyakit SLE
f. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit SLE
g. Untuk memahami bagaimana pemeriksaan diagnostik yang terjadi pada
penyakit SLE
h. Untuk memahamipenatalaksanaan penyakit SLE
i. Untuk mendalami/memahami bagaimana asuhan keperawatan yang tepat dan
benar pada pasien penyakit SLE
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. MASALAH KESEHATAN/PENYAKIT
1. Definisi
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit hasil dari regulasi
sistem imun yang terganggu, yang menyebabkan autoantibodi diproduksi berlebihan,
yang pada kondisi normal di produksi dan digunakan untuk melindungi tubuh dari
benda asing (virus, bakteri, alergen, dan lain lain) namun pada kondisi ini antibodi
tersebut kehilangan kemampuan untuk membedakan antara benda asing dan jaringan
tubuh sendiri (Fatmawati, 2018).
Sistem Lupus Eritematosus (SLE) adalah suatu penyakit yang penyakit
autoimun totipik yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen inti sel
yang berhubungan dengan beragam manifestasi klinis. Temuan patologis utama pada
pasien SLE adalah inflamasi, vaskulitis, deposisi kompleks imun, dan vaskulopati.
Etiologi pasti dari SLE tidak diketahui. SLE menunjukkan agregasi keluarga yang
kuat, dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi pada kerabat pasien tingkat pertama.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun kronis yang
dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, organ dalam, dan
sistem saraf. Ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh
sendiri, menyebabkan peradangan dan kerusakan. Lupus dapat bervariasi dalam
gejalanya dari ringan hingga parah, dan pengobatannya sering melibatkan
penggunaan obat antiinflamasi, obat imunosupresan, dan pengelolaan gejala.
2. Etiologi
Penyebab Systemic Lupus Erythematosus dibagi menjadi 2 faktor, yaitu:
a. Faktor Genetik
Jumlah, usia, dan usia anggota keluarga yang menderita penyakit autoimun
menentukan frekuensi autoimun pada keluarga tersebut. Pengaruh riwayat
keluarga terhadap terjadinya penyakit ini pada individu tergolong rendah, yaitu 3-
18%. Faktor genetik dapat mempengaruhi keparahan penyakit dan hubungan
familial ini ditemukan lebih besar pada kelaurga dengan kondisi sosial ekonomi
yang tinggi.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya Systemic Lupus
Erythematosus antara lain:
1) Hormon
Hormon estrogen dapat merangsang sistem imun tubuh dan penyakit ini sering
terjadi pada perempuan terutama saat usia reproduktif dimana terdapat kadar
estrogen yang tinggi.
2) Obat-obatan
Beberapa obat dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem imun melalui
mekanisme molecular mimicry, yaitu molekul obat memiliki struktur yang sama
dengan molekul di dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan toleransi imun.
3) Infeksi
Infeksi dapat memicu respon imun dan pelepasan isi sel yang rusak akibat infeksi
dan dapat meningkatkan respon imun sehingga menyebabkan penyakit autoimun.
4) Paparan sinar ultraviolet
Adanya paparan sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel
kulit serta berkaitan dengan fotosensitivitas pada penderita
Gangguan imunoregulasi
Penyakit SLE
tentang penyakit
SLE
Pembengkakan Adanya lesi Inflamasi pada
Penumpukan
sendi akut pada artericle
cairan pada
kulilt terminalis
pleura
Pasien bertanya
– tanya tentang
Neri tekan & penyakit SLE &
rasa nyeri Lesi diujung
Pasien malu cara
Ketika bengkak kaki,tumit, dan
dengan Efusi pleura pengobatannya
siku
kondisinya
Pola nafas
tidak efektif
7. Pemeriksaan Penunjang
a) pemeriksaan darah :
leukopenia/limfopeni
anemia
trombositopenia
laju endap darah meningkat.
b) imunologi
1) antibody anti nuclear(ANA)
2) antibody deoxyribo nucleic acid (DNA)untai ganda mengikuti
3) tes C-reactive protein(CRP) positif.
c) fungsi ginjal
1) kreatinin serum meningkat
2) penurunan gromerular filtration rate
3) protein urine(>0,5 gram per 24 jam).
4) ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular.
d) Uji Antibodi Antinuklear (ANA):
Jika hasilnya berubah positif, itu berarti sistem kekebalan tubuh pasien
sedang dirangsang. Hampir 99% pasien dengan lupus eritematosus sistemik
akan mengembangkan antibodi antinuklear, namun antibodi ini juga akan
terjadi pada pasien dengan penyakit rematik lainnya, atau pasien yang
terinfeksi. Oleh karena itu, bahkan jika hasil tes antibodi antinuklear pasien
positif, dia perlu menjalani tes antibodi ekstra untuk memverifikasi
diagnosisnya. Tes tersebut mencakup antibodi anti-double-stranded (DNA
anti-ds) atau antibodi anti-lipoid (aPL).
e) Sinar X dada
Ini untuk mengamati apakah ada pembengkakan atau cairan di paru-
paru, dan mungkin juga menunjukkan pembesaran jantung akibat cairan di
dalam perikardium.
f) Tingkat Protein Pelengkap:
Pelengkapnya adalah protein khusus dalam darah, dan disusun dalam
jumlah. Untuk lupus, C3 atau C4 diperiksa. Bila keadaan penyakit pasien
aktif, protein pelengkap akan menurun.
g) pemeriksaan lain yang dapat kita lakukan untuk memeriksa pasien dengan
SLE yaitu:
arthrocentesis
pungsi lumbal
biopsi ginjal
8. Terapi
1. Terapi farmakologis
Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)
Obat-obatan umum ini seperti aspirin atau ibuprofen, membantu mengurangi
pembengkakan, kekakuan, dan nyeri. Untuk beberapa orang dengan lupus yang sangat
ringan, NSAID saja sudah cukup untuk mengendalikan gejala.
Obat Antimalaria
Hydroxychloroquine digunakan untuk mengobati malaria. Para peneliti
menemukan bahwa obat ini juga membantu penyakit lupus. Obat tersebut bekerja
dengan baik dengan kasus lupus ringan hingga sedang. Obat dapat membantu
meringankan gejala lupus seperti pembengkakan sendi dan ruam kulit. Namun,
hydroxychloroquine tidak digunakan sendiri untuk kasus lupus yang parah, dimana
ginjal atau organ lain terlibat..
Benlysta
Obat Benlysta dapat digunakan untuk mengobati lupus dalam kombinasi
dengan obat lupus lainnya. Meskipun tidak menguntungkan semua pengidap lupus,
tapi obat tersebut membantu mengurangi beberapa dosis steroid yang dapat
memberikan efek samping mengganggu. Benlysta merupakan antibodi yang
mengenali dan memblokir protein dalam sistem kekebalan, yang berkontribusi
terhadap serangan sistem dan memblokir protein dalam sistem kekebalan, yang
berkontribusi terhadap serangan sistem kekebalan pada sel-sel tubuh sendiri. Efek
samping yang paling umum ada mual, diare, dan demam.
Kortikosteroid
Steroid dapat menjadi pengobatan yang menyelamatkan nyawa bagi pengidap
lupus. Selama serangan lupus serius yang mempengaruhi organ seperti ginjal, steroid
dosis tinggi dapat dengan cepat mengontrol gejala. Namun, steroid juga dapat
memiliki efek samping yang perlu diperhatikan. Misalnya: Penambahan berat
badan,Perubahan suasana hati, Depresi, Obat Imunosupresif
Karena lupus adalah penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan yang
terlalu aktif, obat- obatan yang menekan sistem kekebalan dapat membantu
meringankan gejala. Obat kuat tersebut antara lain: Azathioprine, Cyclophosphamide,
Methotrexate, Mycophenolate mofetil.
2. Terapi Non Farmakologi
Menghindari sinar matahari atau menutupinya dengan pakaian yang melindungi dari
sinar matahari bisa efektif mencegah masalah yang disebabkan fotosensitif.
Penurunan berat badan juga disarankan pada pasien yang obesitas dan kelebihan
berat badan untuk mengurangi beberapa efek dari penyakit ini, khususnya ketika ada
masalah dengan persendian.
Kerusakan ginjal stadium akhir akibat SLE membutuhkan dialisis atau transplantasi
ginjal
Operasi pengangkatan spleen kadang kala dilakukan untuk meningkatkan jumlah
platelet
9. Komplikasi
Kerusakan ginjal,salah satunya yaitu gagal ginjal
Gangguan pada otak dan sistem saraf pusat yang mengakibatkan sakit
kepala,masalah pengelihatan,kejang,bahkan struke
Masalah pada darah dan pembuluh darah yang menyebabkan anemia peradangan
pada pembuluh darah serta meningkatkan resiko pengungmpalan darah
Masalah kesehatan pada organ paru-paru ,seperti pneumonia.
Meningkatan resiko serangan jantung dan penyakit jantung lainya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
identitas: nama ,umur ,agama,pendidikan,alamat,diagnosis
status kesehatan
1) keluhaan utama: klien yang mengalami penyakit SLE biasanya datang dengan
keluhaan nyeri dan kaku pada seluruh badan,kulit kering,dan terdapat ruam-
ruam merah pada wajahnya
2) riwayat penyakit sekarang biasanya pasien yang menderita Sistem Lupus
Erythematous pada saat di kaji keluhaan yang di rasakan seperti nyeri dan kaku
seluruh badan,kulit kering dan terdapat ruam merah pada wajah
3) riwayat kesehatan masa lalu tidak ada data 4) riwayat penyakit keluarga pada
penyakit SLE belum di ketahui secara pasti penyebab penyakitnya tetapi faktor
genetik sering di kaitkan dengan penderita
pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar
a) pola pernapasan : pleuritis atau efusi pleura
b) reflek : tidak ada data
c) pola eliminasi : -
d) pola mobilisasi/aktivitas : mengeluh kelelahan
e) tidur dan istirahat :
f) kebersihaan diri :-
pemeriksaan head to toe
a) kepala :terdapat ruam(malar) pada pipi yang tampak kemerahan terdapat
butterfly rash pada wajah terutama pipi dan sekitar hidung
b) mata : anemis
c) telinga :-
d) hidung :-
e) mulut :-
f) leher :-
g) payudara :-
h) genetalia:-
i) dada :-
j) muskuloskeletal: kelelahan
k) abdomen:-
pemeriksaan sistemik
a) sistem muskuloskeletal :artalgia,pembengkakan sendi,nyeri tekan,dan rasa kaku
b) sistem integumen : lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu –
kupu yang melintang pangkal serta pipi
c) sistem kardiovasekuler: perikarditis dan miokarditis
d) sistem pernafasan : radang selaput dada ,efusi pleura,pneumonitis,hipertensi
pulmonal,penyakit paru interstitial,sesak
e) sistem vaskuler :
f) sistem perkemihan : biasanya yang terkena glomerulus renal
g) sistem saraf :-
h) sistem gastrointestinal :
pemeriksaan diagnostic
a) pemeriksaan darah
leukopenia/limfopeni
anemia
trombositopenia
laju endap darah meningkat
b) . imunologi
antibody anti nuclear(ANA)
antibody deoxyribo nucleic acid (DNA)untai ganda mengikuti
tes C-reactive protein(CRP) positif c) fungsi ginjal
kreatinin serum meningkat
penurunan gromerular filtration rate
protein urine(>0,5 gram per 24 jam)
ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
c.) pemeriksaan lain yang dapat kita lakukan untuk memeriksa pasien dengan SLE
yaitu :
arthrocentesis
pungsi lumbal
biopsi ginjal Analisis data.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya nafas
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
5. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
C. PERENCANAAN
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dx keperawatan
1. Nyeri akut Manajeme Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan intervensi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Obsevasi
dengan agen jam, maka tingkat nyeri Identifikasilokasi,
menurun, dengan kriteria karakteristik, durasi,
pencedera hasil: frekuensi, kualitas,
fisiologis intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri
Identifikasi skala nyeri
(D.0077) menurun
Idenfitikasi respon nyeri non
2. Meringis menurun
verbal
3. Sikap protektif
Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan
4. Gelisah menurun
memperingan nyeri
5. Kesulitan tidur
Identifikasi pengetahuan dan
menurun
keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi
Identifikasi pengaruh budaya
membaik
terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Terapeutik
Diskusikan perubahan tubuh
dan fungsinya
Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan, dan
penuaan
Diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra
tubuh (mis: luka, penyakit,
pembedahan)
Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri sendiri
terhadap citra tubuh
Anjurkan menggunakan alat
bantu (mis: pakaian, wig,
kosmetik)
Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (mis:
kelompok sebaya)
Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
Latih peningkatan
penampilan diri (mis:
berdandan)
Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Terapeutik
Ubah posisi setiap 2 jam jika
tirah baring
Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika
perlu
Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama
periode diare
Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak
pada kulit kering
Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif
Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion,
serum)
Anjurkan minum air yang
cukup
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
Anjurkan menghindari
paparan suhu ekstrim
Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya