Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Form Askep Anak Sle-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN SYSTEM LUPUS ERITHEMATOSUS (SLE)

Disusun oleh:

1. ADRIANUS (22022004)
2. LEONITA PUTRI TRIUTAMI (22022027)
3. SHINTA AYU SETYAWATI (22022037)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO
BOYOLALI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat selesai
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Kami sebagai penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun dapat
menyeksaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun pembaca umumnya.
Kamı menyadari dalam makalah masih banyak kekurangan nya. Apabila terdapat kekurangan
di dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari
pembaca untuk membantu kembali karya ini menjadi sempurna.

Boyolali, 30 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................1
PADA ANAK DENGAN SYSTEM LUPUS ERITHEMATOSUS (SLE)................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
2. TUJUAN.........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................6
A. MASALAH KESEHATAN/PENYAKIT........................................................................6
1. Definisi........................................................................................................................6
2. Etiologi........................................................................................................................6
3. Tanda dan Gejala.........................................................................................................7
4. Klasifikasi....................................................................................................................8
5. Patofisiologi.................................................................................................................9
6. Pathway.....................................................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................11
8. Terapi.........................................................................................................................12
9. Komplikasi................................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................14
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................16
C. PERENCANAAN.....................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Systemic lupus erythomathesus (SLE) adalah penyakit kronis yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia yang ditandai dengan intoleransi terhadap aktivitas autoreaktif
sel t dan sel b (Choi, Jinyaoung, et al., 2012). SLE ini memiliki kondisi autoimun dimana
sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri. Ini menyebabkan peradangan
luas dan kerusakan jaringan di organ yang terkena, seperti persendian, kulit, otak, paru-
paru, ginjal, dan pembuluh darah. Sepanjang teorinya, tidak ada obat untuk lupus, tetapi
intervensi medis dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengendalikannya (CDC,
2016). Prevalensi kasus global SLE adalah sekitar 72,8 dari 100.000 pasien dalam
setahun (Izmirly, et al., 2021). Di Indonesia belum diketahui jumlah SLE saat ini, namun
di Malang Jawa Timur dilaporkan bahwa SLE berada pada angka 0,5% dari seluruh
penduduk (Pusdatin, 2018; Siregar, 2019; Kemenkes RI, 2013).
Penyebab penyakit lupus belum diketahui secara pasti, namun autoreaktivitas kedua
sel tersebut, terutama sel B, dapat mengakibatkan munculnya autoantibodi lain (antibodi
antinuklear) yang dapat mengganggu atau merusak jaringan kompleks yang dapat
mengikat asam ribonukleat, asam deoksinukleat, protein dan protein kompleks yang
terkandung dalam jaringan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan secara
sistematik yang diawali dengan aktivitas autoimun yang masuk ke dalam peredaran
darah kemudian merusak sel dan jaringan pembuluh darah dengan peradangan, nekrosis,
dan vaskulitis sehingga menimbulkan iskemia, sehingga respon yang mungkin muncul
setelah peradangan antara lain demam (di atas 380C), fenomena kelelahan, nyeri, dan
beberapa masalah sistemik termasuk perikarditis, Raynaud, gagal ginjal, sindrom
nefrotik, glomerulonefritis, radang sendi, aortalgia, dan kelainan bentuk, ruam kulit,
kejang dan penurunan kognisi (Gould & Rutanna, 2011) . Multi-symptom diseases
seperti SLE, kemandirian dalam perawatan kulit (edukasi pasien dalam berpakaian dan
melindungi diri dari sinar matahari), keseimbangan antara istirahat dan aktivitas,
identifikasi eksaserbasi (ruam, batuk, demam, nyeri sendi) deteksi dini tanda dan gejala,
manajemen stres, keseimbangan nutrisi dan konsumsi natrium, selain itu pasien SLE
membutuhkan dukungan dalam aktivitas sehari-hari seperti pengendalian nyeri dan
informasi tentang penyakitnya pengendalian infeksi dan gejalanya (Kemenkes, 2013;
Choi, et al., 2012). Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan asuhan keperawatan
secara holistik pada pasien SLE sesuai dengan kebutuhan pasien dan menjadikan pasien
mandiri dalam perawatannya sendiri.
Melihat belum adanya pengobatan pasti yang dapat diberikan pada pasien SLE,
manajemen diri pasien perlu diberikan. Karena menjadikan pasien mandiri dalam
perawatannya sendiri berarti pasien melalui suatu proses dinamis bagi seorang individu
yang secara aktif mampu mengelola penyakitnya secara sadar yang dilakukan oleh
pasien itu sendiri berfokus pada penyakitnya, misalnya menunjukkan kegiatan promosi
kesehatan, memperoleh dan mampu menemukan informasi tentang penyakitnya,
pengobatan, kemampuan dan strategi untuk mengelola penyakitnya (Christensen, et al.,
2011). Manajemen diri dirancang untuk mendukung penyediaan pendidikan kesehatan
dan meningkatkan fungsi (deWit, et al., 2013). Beberapa negara di dunia menganggap
program self-management sebagai elemen penting dalam penanganan kasus pasien yang
terdiagnosis penyakit kronis (Green, et al., 2012). Latar belakang tersebut menjadi
memotivasi penulis untuk menemukan apa self-management terbaik bagi pasien SLE
untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
2. TUJUAN
a. Untuk memahami apa itu pengertian SLE
b. Untuk menjelaskan bagaimana etiologi SLE
c. Untuk mengetahui klasifikasi apa saja penyakit SLE
d. Untuk mengetahui maninfestasi klinis penyakit SLE
e. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang terjadi pada penyakit SLE
f. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit SLE
g. Untuk memahami bagaimana pemeriksaan diagnostik yang terjadi pada
penyakit SLE
h. Untuk memahamipenatalaksanaan penyakit SLE
i. Untuk mendalami/memahami bagaimana asuhan keperawatan yang tepat dan
benar pada pasien penyakit SLE
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. MASALAH KESEHATAN/PENYAKIT
1. Definisi
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit hasil dari regulasi
sistem imun yang terganggu, yang menyebabkan autoantibodi diproduksi berlebihan,
yang pada kondisi normal di produksi dan digunakan untuk melindungi tubuh dari
benda asing (virus, bakteri, alergen, dan lain lain) namun pada kondisi ini antibodi
tersebut kehilangan kemampuan untuk membedakan antara benda asing dan jaringan
tubuh sendiri (Fatmawati, 2018).
Sistem Lupus Eritematosus (SLE) adalah suatu penyakit yang penyakit
autoimun totipik yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen inti sel
yang berhubungan dengan beragam manifestasi klinis. Temuan patologis utama pada
pasien SLE adalah inflamasi, vaskulitis, deposisi kompleks imun, dan vaskulopati.
Etiologi pasti dari SLE tidak diketahui. SLE menunjukkan agregasi keluarga yang
kuat, dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi pada kerabat pasien tingkat pertama.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun kronis yang
dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, organ dalam, dan
sistem saraf. Ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh
sendiri, menyebabkan peradangan dan kerusakan. Lupus dapat bervariasi dalam
gejalanya dari ringan hingga parah, dan pengobatannya sering melibatkan
penggunaan obat antiinflamasi, obat imunosupresan, dan pengelolaan gejala.
2. Etiologi
Penyebab Systemic Lupus Erythematosus dibagi menjadi 2 faktor, yaitu:
a. Faktor Genetik
Jumlah, usia, dan usia anggota keluarga yang menderita penyakit autoimun
menentukan frekuensi autoimun pada keluarga tersebut. Pengaruh riwayat
keluarga terhadap terjadinya penyakit ini pada individu tergolong rendah, yaitu 3-
18%. Faktor genetik dapat mempengaruhi keparahan penyakit dan hubungan
familial ini ditemukan lebih besar pada kelaurga dengan kondisi sosial ekonomi
yang tinggi.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya Systemic Lupus
Erythematosus antara lain:
1) Hormon
Hormon estrogen dapat merangsang sistem imun tubuh dan penyakit ini sering
terjadi pada perempuan terutama saat usia reproduktif dimana terdapat kadar
estrogen yang tinggi.
2) Obat-obatan
Beberapa obat dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem imun melalui
mekanisme molecular mimicry, yaitu molekul obat memiliki struktur yang sama
dengan molekul di dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan toleransi imun.
3) Infeksi
Infeksi dapat memicu respon imun dan pelepasan isi sel yang rusak akibat infeksi
dan dapat meningkatkan respon imun sehingga menyebabkan penyakit autoimun.
4) Paparan sinar ultraviolet
Adanya paparan sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel
kulit serta berkaitan dengan fotosensitivitas pada penderita

3. Tanda dan Gejala


1. Demam lama tanpa penyebab yang jelas
Seringkali pasien lupus datang ke rumah sakit karena keluhan demam ringan,
hilang timbul, yang lama (berminggu-minggu atau diketahui penyebabnya.
2. Anak tampak pucat dan memiliki riwayat transfusi darah berulang
Bila anak tampak pucat, mudah lelah, dan lesu, ada riwayat transfusi darah
berulang, salah satu penyakit yang harus dipikirkan adalah lupus. Anak dengan
anemia hemolitik autoimun pada perjalanan penyakit selanjutnya banyak yang
menjadi lupus.
3. Mudah letih
Anak yang biasanya aktif kemudian menjadi tidak aktif, malas beraktivitas,
harus waspada akan penyakit lupus.
4. Ruam pada kulit.
Ruam dapat muncul di wajah berbentuk seperti sayap kupu-kupu atau yang
disebut dengan butterfly rash (bercak malar). Ruam lainnya yang berbentuk bulat-
bulat, dapat muncul di bagian tubuh lain selain di wajah, seperti leher, batang
tubuh, lengan dan tungkai yang disebut bercak diskoid.
5. Nyeri dan bengkak pada sendi.
Anak sering mengeluh nyeri dan bengkak pada persendian, umumnya di
sendi-sendi besar seperti siku dan lutut.
6. Bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah
Salah satu gejala yang dapat timbul adalah bengkak pada kelopak mata dan
tungkai bawah, diaertai buang air kecil yang lebih sedikit dari biasanya. Bila
ditemukan keluhan ini harus waspada adanya kelainan ginjal akibat lupus.
7. Kulit sensitif terhadap sinar matahari
Kulit penderita lupus mudah mengalami bercak kemerahan yang menetap bila
terkena sinar matahari.
8. Sesak napas dan nyeri dada
Penyakit lupus dapat menyerang organ paru-paru dan jantung, sehingga anak
mungkin mengeluhkan adanya nyeri di daerah dada dan sesak napas.
4. Klasifikasi
a) Lupus Kutaneus Akut
Meliputi ruam malar lupus (jangan dimasukkan bila diskoid malar); lupus
bula; varian nekrolisis epidermal toksik dari SLE; ruam lupus makulopapular;
ruam lupus fotosensitif tanpa deramtomiositis; atau lupus kutan subakut
(nonindurated psoriaform dan/atau lesi polisklik anular yang sembuh tanpa
jaringan parut, walaupun kadang-kadang disertai depigmentasi atau
telengiektasis postinflamasi)
b) Lupus Kutaneus Kronis
Meliputi ruam diskoid klasik; terlokalisir (di atas leher); generalisata (di atas
dan di bawah leher); lupus hipertrofik (verukous); lupus panniculitis (profundus);
lupus mukosa; lupus eritematous tumidus; lupus chilblains; lupus discoid/overlap
dari liken planus
c) Ulkus Oral dan nasofaringeal
Ulkus di palatum, buccal, lidah, atau nasal disingkirkan penyebab lain seperti
vaskulitis behcet, herpes, IBD, reaktif artritis, makanan asam
d) Alopesia non scarring
Penipisan difus rambut, rambut gampang patah disingkirkan dulu alopesia
areata, obat-obatan, defisiensi besi, alopesia androgenik.
e) Sinovitis > 2 sendi
Nyeri 2 sendi atau lebih disertai dengan edema atau efusi disertai dengan
kekakuan sendi pagi hari.
f) Serositis
Pleuritis tipikal selama lebih dari 1 hari atau efusi pleura atau pleural rub;
nyeri perikardial tipikal (nyeri yang diperberat dengan duduk membungkuk)
selama lebih dari 1hari atau efusi perikard atau pericardial rub atau perikarditis
oleh gambaran elektrokardiografi tanpa penyebab lain seperti infeksi, uremia dan
perikarditis Dressler
5. Patofisiologi
Patologis dasar SLE adalah peradangan dan kelainan pembuluh darah, yang
meliputi pita atau vaskulopati oklusif, vaskulitis, dan deposisi kompleks imun.
Patologi organ yang paling ditandai adalah di ginjal. Dengan mikroskop cahaya dan
imunofluoresensi, biopsi ginjal pada pasien dengan SLE menunjukkan proliferasi sel
mesangial, peradangan, kelainan membran basal, dan pengendapan kompleks imun,
yang terdiri dari imunoglobulin dan komponen pelengkap. Pada mikroskop elektron,
ini deposit dapat divisualisasikan di mesangium dan permukaan subendotel atau
subepitel membrane basal.
Sistem organ lain yang terkena SLE biasanya terlihat peradangan non-spesifik
atau kelainan vaskular, meskipun temuan patologisnya kadang-kadang minimal. Satu
contohnya adalah mikroinfark kortikal dan vaskulopati hambar perubahan
degeneratif atau proliferatif pada pasien dengan penyakit sentral penyakit sistem
saraf. Vaskulitis inflamasi dan nekrosis jarang ditemukan. Vaskulopati oklusif sering
terjadi gambaran histologis terkait dengan adanya antibodi anti-fosfolipid.
Aterosklerosis dan kerusakan jaringan disebabkan oleh hipertensi, kortikosteroid, dan
obat lain bisa ditunjukkan pada pasien dengan SLE yang sudah berlangsung lama.
6. Pathway
Genetik, kuman/virus,lingkungan,obat – obatan
tertentu

Gangguan imunoregulasi

Meningkatnya antibody yang berlebihan

Meningkatnya sel T sepresor yang abnormal

Antibody menyerang organ – organ tubuh


(sel,jaringan)

Penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan

Penyakit SLE

Mencetus penyakit inflamasi pada


organ

Muskuloskeleta Integumen Respirasi Vaskuler Kurang


l informasi
* HQHW
LNNXP DQYLUXVOLQJ NXQJ DQ REDW± REDW
DQW
HUW
HQW
X

tentang penyakit
SLE
Pembengkakan Adanya lesi Inflamasi pada
Penumpukan
sendi akut pada artericle
cairan pada
kulilt terminalis
pleura
Pasien bertanya
– tanya tentang
Neri tekan & penyakit SLE &
rasa nyeri Lesi diujung
Pasien malu cara
Ketika bengkak kaki,tumit, dan
dengan Efusi pleura pengobatannya
siku
kondisinya

Nyeri Ekspansi dada Deficit


Ganggua Kerusakan
Akut tidak adekuat pengetahuan
n citra Integritas Kulit
tubuh

Pola nafas
tidak efektif
7. Pemeriksaan Penunjang
a) pemeriksaan darah :
 leukopenia/limfopeni
 anemia
 trombositopenia
 laju endap darah meningkat.
b) imunologi
1) antibody anti nuclear(ANA)
2) antibody deoxyribo nucleic acid (DNA)untai ganda mengikuti
3) tes C-reactive protein(CRP) positif.
c) fungsi ginjal
1) kreatinin serum meningkat
2) penurunan gromerular filtration rate
3) protein urine(>0,5 gram per 24 jam).
4) ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular.
d) Uji Antibodi Antinuklear (ANA):
Jika hasilnya berubah positif, itu berarti sistem kekebalan tubuh pasien
sedang dirangsang. Hampir 99% pasien dengan lupus eritematosus sistemik
akan mengembangkan antibodi antinuklear, namun antibodi ini juga akan
terjadi pada pasien dengan penyakit rematik lainnya, atau pasien yang
terinfeksi. Oleh karena itu, bahkan jika hasil tes antibodi antinuklear pasien
positif, dia perlu menjalani tes antibodi ekstra untuk memverifikasi
diagnosisnya. Tes tersebut mencakup antibodi anti-double-stranded (DNA
anti-ds) atau antibodi anti-lipoid (aPL).
e) Sinar X dada
Ini untuk mengamati apakah ada pembengkakan atau cairan di paru-
paru, dan mungkin juga menunjukkan pembesaran jantung akibat cairan di
dalam perikardium.
f) Tingkat Protein Pelengkap:
Pelengkapnya adalah protein khusus dalam darah, dan disusun dalam
jumlah. Untuk lupus, C3 atau C4 diperiksa. Bila keadaan penyakit pasien
aktif, protein pelengkap akan menurun.
g) pemeriksaan lain yang dapat kita lakukan untuk memeriksa pasien dengan
SLE yaitu:
 arthrocentesis
 pungsi lumbal
 biopsi ginjal
8. Terapi
1. Terapi farmakologis
 Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)
Obat-obatan umum ini seperti aspirin atau ibuprofen, membantu mengurangi
pembengkakan, kekakuan, dan nyeri. Untuk beberapa orang dengan lupus yang sangat
ringan, NSAID saja sudah cukup untuk mengendalikan gejala.

 Obat Antimalaria
Hydroxychloroquine digunakan untuk mengobati malaria. Para peneliti
menemukan bahwa obat ini juga membantu penyakit lupus. Obat tersebut bekerja
dengan baik dengan kasus lupus ringan hingga sedang. Obat dapat membantu
meringankan gejala lupus seperti pembengkakan sendi dan ruam kulit. Namun,
hydroxychloroquine tidak digunakan sendiri untuk kasus lupus yang parah, dimana
ginjal atau organ lain terlibat..
 Benlysta
Obat Benlysta dapat digunakan untuk mengobati lupus dalam kombinasi
dengan obat lupus lainnya. Meskipun tidak menguntungkan semua pengidap lupus,
tapi obat tersebut membantu mengurangi beberapa dosis steroid yang dapat
memberikan efek samping mengganggu. Benlysta merupakan antibodi yang
mengenali dan memblokir protein dalam sistem kekebalan, yang berkontribusi
terhadap serangan sistem dan memblokir protein dalam sistem kekebalan, yang
berkontribusi terhadap serangan sistem kekebalan pada sel-sel tubuh sendiri. Efek
samping yang paling umum ada mual, diare, dan demam.
 Kortikosteroid
Steroid dapat menjadi pengobatan yang menyelamatkan nyawa bagi pengidap
lupus. Selama serangan lupus serius yang mempengaruhi organ seperti ginjal, steroid
dosis tinggi dapat dengan cepat mengontrol gejala. Namun, steroid juga dapat
memiliki efek samping yang perlu diperhatikan. Misalnya: Penambahan berat
badan,Perubahan suasana hati, Depresi, Obat Imunosupresif
Karena lupus adalah penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan yang
terlalu aktif, obat- obatan yang menekan sistem kekebalan dapat membantu
meringankan gejala. Obat kuat tersebut antara lain: Azathioprine, Cyclophosphamide,
Methotrexate, Mycophenolate mofetil.
2. Terapi Non Farmakologi
 Menghindari sinar matahari atau menutupinya dengan pakaian yang melindungi dari
sinar matahari bisa efektif mencegah masalah yang disebabkan fotosensitif.
Penurunan berat badan juga disarankan pada pasien yang obesitas dan kelebihan
berat badan untuk mengurangi beberapa efek dari penyakit ini, khususnya ketika ada
masalah dengan persendian.
 Kerusakan ginjal stadium akhir akibat SLE membutuhkan dialisis atau transplantasi
ginjal
 Operasi pengangkatan spleen kadang kala dilakukan untuk meningkatkan jumlah
platelet

9. Komplikasi
 Kerusakan ginjal,salah satunya yaitu gagal ginjal
 Gangguan pada otak dan sistem saraf pusat yang mengakibatkan sakit
kepala,masalah pengelihatan,kejang,bahkan struke
 Masalah pada darah dan pembuluh darah yang menyebabkan anemia peradangan
pada pembuluh darah serta meningkatkan resiko pengungmpalan darah
 Masalah kesehatan pada organ paru-paru ,seperti pneumonia.
 Meningkatan resiko serangan jantung dan penyakit jantung lainya
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
 identitas: nama ,umur ,agama,pendidikan,alamat,diagnosis
 status kesehatan
1) keluhaan utama: klien yang mengalami penyakit SLE biasanya datang dengan
keluhaan nyeri dan kaku pada seluruh badan,kulit kering,dan terdapat ruam-
ruam merah pada wajahnya
2) riwayat penyakit sekarang biasanya pasien yang menderita Sistem Lupus
Erythematous pada saat di kaji keluhaan yang di rasakan seperti nyeri dan kaku
seluruh badan,kulit kering dan terdapat ruam merah pada wajah
3) riwayat kesehatan masa lalu tidak ada data 4) riwayat penyakit keluarga pada
penyakit SLE belum di ketahui secara pasti penyebab penyakitnya tetapi faktor
genetik sering di kaitkan dengan penderita
 pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar
a) pola pernapasan : pleuritis atau efusi pleura
b) reflek : tidak ada data
c) pola eliminasi : -
d) pola mobilisasi/aktivitas : mengeluh kelelahan
e) tidur dan istirahat :
f) kebersihaan diri :-
 pemeriksaan head to toe
a) kepala :terdapat ruam(malar) pada pipi yang tampak kemerahan terdapat
butterfly rash pada wajah terutama pipi dan sekitar hidung
b) mata : anemis
c) telinga :-
d) hidung :-
e) mulut :-
f) leher :-
g) payudara :-
h) genetalia:-
i) dada :-
j) muskuloskeletal: kelelahan
k) abdomen:-
 pemeriksaan sistemik
a) sistem muskuloskeletal :artalgia,pembengkakan sendi,nyeri tekan,dan rasa kaku
b) sistem integumen : lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu –
kupu yang melintang pangkal serta pipi
c) sistem kardiovasekuler: perikarditis dan miokarditis
d) sistem pernafasan : radang selaput dada ,efusi pleura,pneumonitis,hipertensi
pulmonal,penyakit paru interstitial,sesak
e) sistem vaskuler :
f) sistem perkemihan : biasanya yang terkena glomerulus renal
g) sistem saraf :-
h) sistem gastrointestinal :
 pemeriksaan diagnostic
a) pemeriksaan darah
 leukopenia/limfopeni
 anemia
 trombositopenia
 laju endap darah meningkat
b) . imunologi
 antibody anti nuclear(ANA)
 antibody deoxyribo nucleic acid (DNA)untai ganda mengikuti
 tes C-reactive protein(CRP) positif c) fungsi ginjal
 kreatinin serum meningkat
 penurunan gromerular filtration rate
 protein urine(>0,5 gram per 24 jam)
 ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
c.) pemeriksaan lain yang dapat kita lakukan untuk memeriksa pasien dengan SLE
yaitu :
 arthrocentesis
 pungsi lumbal
 biopsi ginjal Analisis data.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya nafas
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
5. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
C. PERENCANAAN
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dx keperawatan
1. Nyeri akut Manajeme Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan intervensi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Obsevasi
dengan agen jam, maka tingkat nyeri  Identifikasilokasi,
menurun, dengan kriteria karakteristik, durasi,
pencedera hasil: frekuensi, kualitas,
fisiologis intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri
 Identifikasi skala nyeri
(D.0077) menurun
 Idenfitikasi respon nyeri non
2. Meringis menurun
verbal
3. Sikap protektif
 Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan
4. Gelisah menurun
memperingan nyeri
5. Kesulitan tidur
 Identifikasi pengetahuan dan
menurun
keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi
 Identifikasi pengaruh budaya
membaik
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan citra Promosi Citra Tubuh (I.09305)


Setelah dilakukan intervensi
tubuh keperawatan selama 3 x 24 Observasi
berhubungan jam, maka citra tubuh  Identifikasi harapan citra
meningkat, dengan kriteria tubuh berdasarkan tahap
dengan hasil: perkembangan
perubahan  Identifikasi budaya, agama,
1. Melihat bagian
jenis kelamin, dan umur
fungsi tubuh tubuh membaik
terkait citra tubuh
2. Menyentuh bagian
(D.0083)  Identifikasi perubahan citra
tubuh membaik
tubuh yang mengakibatkan
3. Verbalisasi
isolasi sosial
kecacatan bagian
 Monitor frekuensi pernyataan
tubuh membaik
kritik terhadap diri sendiri
4. Verbalisasi
 Monitor apakah pasien bisa
kehilangan bagian
melihat bagian tubuh yang
tubuh membaik
berubah

Terapeutik
 Diskusikan perubahan tubuh
dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
 Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan, dan
penuaan
 Diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra
tubuh (mis: luka, penyakit,
pembedahan)
 Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh

Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri sendiri
terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat
bantu (mis: pakaian, wig,
kosmetik)
 Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (mis:
kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
 Latih peningkatan
penampilan diri (mis:
berdandan)
 Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok

3. Pola nafas Manajemen Jalan Napas (I.01011)


Setelah dilakukan intervensi
tidak efektif pembedahan selama 3 x 24 Observasi
berhubungan jam, maka pola napas 1. Monitor pola napas
membaik, dengan kriteria (frekuensi, kedalaman,
dengan hasil: usaha napas)
hambatan 2. Monitor bunyi napas
1. Dispnea menurun
tambahan (misalnya:
Upaya nafas 2. Penggunaan otot
gurgling, mengi, wheezing,
bantu napas
(D.0005) ronchi kering)
menurun
3. Pantau dahak (jumlah,
3. Pemanjangan fase
warna, aroma)
ekspirasi menurun
4. Frekuensi napas
meningkat Terapeutik
5. Kedalaman napas 1. Pertahankan kepatenan
membaik jalan napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw
dorong jika curiga trauma
fraktur servikal)
2. Posisikan semi fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada ,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen , jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk
efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

4. Kerusakan Perawatan Integritas Kulit


Setelah dilakukan intervensi
integritas kulit pembedahan selama 3 x 24 (I.11353)
berhubungan jam, maka integritas Observasi
kulitmeningkat, dengan
dengan kriteria hasil:  Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit
perubahan
1. Kerusakan lapisan (mis: perubahan sirkulasi,
sirkulasi kulit menurun perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban, suhu
(D.0129)
lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)

Terapeutik
 Ubah posisi setiap 2 jam jika
tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika
perlu
 Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama
periode diare
 Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak
pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif
 Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering

Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion,
serum)
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari
paparan suhu ekstrim
 Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

5. Deficit Pendidikan Kesehatan (I.12383)


Setelah dilakukan intervensi
pengetahuan pembedahan selama 3 x 24 Obervasi
berhubungan jam, maka status tingkat  Identifikasi kesiapan dan
pengetahuanmeningkat, kemampuan menerima
dengan dengan kriteria hasil: informasi
kurangnya  Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai
yang dapat meningkatkan
paparan anjuran meningkat
dan menurunkan motivasi
2. Verbalisasi minat
informasi perilaku hidup bersih dan
dalam belajar
sehat
(D.0111) meningkat
3. Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan Terapeutik
tentang suatu topik
 Sediakan materi dan media
meningkat
Pendidikan Kesehatan
4. Kemampuan
 Jadwalkan Pendidikan
menggambarkan
Kesehatan sesuai
pengalaman
kesepakatan
sebelumnya yang
 Berikan kesempatan untuk
sesuai dengan topik
bertanya
meningkat
5. Perilaku sesuai
dengan peningkatan Edukasi
pengetahuan
 Menjelaskan faktor risiko
6. Pertanyaan tentang
yang dapat mempengaruhi
masalah yang
Kesehatan
sedang dihadapi
 Ajarkan hidup perilaku bersih
menurun
dan sehat
7. Persepsi yang
 Ajarkan strategi yang dapat
keliru terhadap
digunakan untuk
masalah menurun
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai