Laprak TDPT 5
Laprak TDPT 5
Laprak TDPT 5
ASISTEN PRAKTIKUM
PAULUS TAMBA
203020401080
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1. Dasar Teori ......................................................................................
1.2. Tujuan Pratikum ..............................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2.1. Penggolongan Pestisida ...................................................................
2.2. Bentuk-Bentuk Formulasi Pestisida ................................................
2.3. Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Bahan Pestisida Nabati ........
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Kimia dan Pestisida Nabati..
2.5. Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Aplikasi Pestisida ...................
2.6. Cara Aplikasi Pestisida ....................................................................
III. BAHAN DAN ALAT .............................................................................
3.1. Waktu dan Tempat...........................................................................
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................
3.3. Cara Kerja ........................................................................................
IV. Hasil dan Pembahasan ............................................................................
4.1. Hasil Pengamatan ............................................................................
4.2. Pembahasan .....................................................................................
V. PENUTUP ...............................................................................................
5.1. Kesimpulan ......................................................................................
5.2. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya .................
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kecepatan Larutan Semprot .................................
Tabel 3. Hasil Pengamatan Lebar Gawang Penyemprotan ..............................
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kecepatan Jalan....................................................
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kalibrasi Volume Semprot...................................
2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sevin 85 SP ....................................................................................
Gambar 2. Roundup .........................................................................................
Gambar 3. Petrokum 0,005 BB ........................................................................
Gambar 4. Tricho plus Ap ................................................................................
Gambar 5. Gramoxone .....................................................................................
Gambar 6. Acrobat ...........................................................................................
Gambar 7. Dharmabas......................................................................................
Gambar 8. Pestisida Nabati dan Hasil Semprotnya Pada Daun .......................
I. PENDAHULUAN
(seperti susu) pada larutan semprot. Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan
yang terus menerus. Pada umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC; d).
AS. Pestisida dengan formulasi ini akan membentuk iarutan yang homogen setelah
dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan bentuk formulasi ini adalah dari
golongan herbisida. Beberapa kode formulasi lain yang akan menjadi larutan jika
diencerkan dengan air adalah SP, L, WSC, dan lain-lain (Yuantri et al., 2015).
dapat merusak lingkungan serta dapat berkurangnya bakteri yang menguntungkan hal
ini dikarenakan tercemarnya lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan pestisida
kimia munculnya hama baru serta penumpukan residu bahan kimia didalam hasil
panen. Kelebihan pestisida nabati mudah terurai di alam, sehingga tidak
mencemarkan lingkungan( ramah lingkungan), relatif aman bagi manusia dan ternak
karena residunya mudah hilang, tidak meracuni dan merusak tanaman, dosis yang di
gunakan tidak terlalu mengikat dan berisiko, tidak menimbulkan kekebalan pada
serangga. Pestisida memiliki kekurangan yaitu cepat terurai,daya kerja lambat
sehingga aplikasinya harus lebih sering, tidak bisa di simpan dalam waktu yang
lama, kurang praktis karena harus membuatnya terlebih dahulu,dan waktu yang di
butuhkan pun agak lama (Arif, 2015).
Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida per ha. Paling banyak adalah
1000 liter/ha sedang paling kedl 1 liter/ha seperti dalam ULV; b). Penuangan atau
penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap,
serangga tanah di persemaian dan sebagainya; c). Injeksi batang dengan insektisida
sistemik bagi hama batang, daun, penggerek dan lain-lain; d). Fumigasi penguapan,
misalnya pada hama gudang atau hama kayu biasanya dilakukan pada ruangan
tertutup dan kedap udara dan formulasinya dapat berupa cairan atau padat; e).
Impregnasi metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu
(Fitriadi, 2016).
7
10
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya
4.2.1.1. Sevin 85 Sp
Gambar 1. Sevin 85 SP
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pada pestisida ini memiliki nama umum seven 85 Sp masuk kedalam
golongan insektisida dengan formulasi soluble powder (sp) bahan aktif pada
pestisida ini adalah karbaril 85% objek sasarannya yaitu belalang dan ulat grayak
teknik pengaplikasian dengan cara penyemprotan (spraying).
Cara Pengaplikasian sevin 85 sp yaitu dengan mencampurkan air dengan
dosis takaran pemakaian yang tertera di kemasan. Pestisida seven 85 sp dengan
berbentuk tepung yang dapat disuspensikan dengan sasaran hama luas.
Kelebihan dari penggunaan pestisida ini dapat mengendalikan hama hingga
140 jenis hama dan serangga tanaman. Sevin 85 sp juga efektif digunakan sebagai
moluksisida dalam mengendalikan hama siput dan keong. Kelemahannya yaitu bila
digunakan secara terus menerus diduga dapat menyebabkan pencemaran tanah.
Insektisda tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap kehidupan organisme non
target.
4.2.1.2. Raoundup
Gambar 2. Roundup
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pada pestisida ini memiliki nama umum raoundup masuk kedalam
golongan herbisida dengan formulasi soluble liquid (sl) bahan aktif dari pestisida ini
adalah isoprolamina dan glifosat 468 g/l objek sasarannya yaitu gulma teknik
pengaplikasian dengan cara penyemprotan (spraying).
Cara pengaplikasian roundup yaitu dilakukan dengan melarutkan pestisida
roundup dengan air. Pengaplikasiannya dengan menyemprotkan secara merata
(bukan disiram) pada rerumputan serta pastikan tidak terguyur hujan selama 4 jam.
Pestisida roundup bekerja 3 kali lebih banyak dan lebih cepat masuk kedalam gulma
sehingga tahan hujan 1-2 jam setelah semprot.
Kelebihan dari pestisida dengan nama umum roundup adalah diserap dan
ditranslokasikan ke jaringan gulma tiga kali lebih cepat dan lebih banyak sehingga
daya brantas lebih unggul dalam jangka waktu lama. Formulasi menggunakan
teknologi Biosorb yang sudah dipatenkan dan tidak bisa ditiru oleh kompetitor lain.
Tidak perlu menambahkan bahan surfaktan lain. Kekurangan dari pestisida ini yaitu
tanah yang terkena pestisida herbisida terus menerus dapat merusak kesuburan tanah
Hal ini terjadi karena cacing tanah yang membuat tanah gembur menjadi berusaha
untuk menghindari bagian tanah yang terkena pestisida tersebut.
11
4.2.1.3. Petrokum 0,005 BB
12
4.2.1.4. Trichoplus Ap
4.2.1.5. Gramoxone
Gambar 5. Gramoxone
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pada pestisida ini memiliki nama umum gramoxone dengan formulasi
stench, emetic, dye pestisida ini termasuk kedalam golongan herbisida dengan bahan
13
aktifnya paraknat diklorida 276 g/l objek sasarannya yaitu gulma dan tanaman liar
teknik pengaplikasian pada pestisida ini adalah dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian dengan cara melarutkannya dengan air kemudian
semprotkan pada gulma dan tanaman liar yang mengganggu. Dalam jangka waktu 1-
3 hari, gulma dijanjikan akan mengering dengan sendirinya. Dosis dalam
penggunaannya perlu diperhatikan.
Kelebihan dari penggunaan gramoxone mampu bereaksi cepat untuk
mengawal gulma; kedua, spektrum lebih luas untuk mengawal rumput serta gulma.
Ketiga tidak akan terbawa air pada saat hujan turun. Keempat, Gramonone punya
kemampuan pengendalian gulma yang sulit dikendalikan antara lain paku-pakuan
dan anakan sawit liar. Kekurangan gramoxone yaitu gulma bisa tumbuh kembali
dalam waktu yang cepat. Biasanya gulma akan tumbuh lagi dalam kurun waktu dua
minggu setelah aplikasi.
4.2.1.6. Acrobat
Gambar 6. Acrobat
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida ini memiliki nama umum acrobat memiliki formulasi wettabe
powder pestisida ini termasuk kedalam golongan fungisida dengan bahan aktif
dimetomorf 50% objek sasarannya berupa penyakit busuk daun teknik
pengaplikasiannya dapat dilakukan dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian dapat dengan cara penyemprotan volume tinggi pada umur
21-70 hari setelah tanam, apabila ditemukan gejala serangan dan kelembaban >90%
dengan interval 7-14 hari tergantung serangan penyakit. Setelah benih dibasahi
dengan air, campurkan secara merata.
Kelebihannya pada pestisida acrobat penggunaan fleksibel (dapat dicampur
14
dengan fungisida kontak atau sistemik lainya), kemurnian dan kualitas tinggi lebih
efektif bila dibandingkan dengan fungisida dengan bahan aktif yang sama.
Kekurangannya apabila diberikan dengan dosis yang tidak sesuai maka akan
menyebabkan hama target tidak mati, bahkan akan menjadi kebal karena akan lebih
mudah beradaptasi.
4.2.1.7. Dharmabas
Gambar 7. Dharmabas
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida ini memiliki nama umum dharmabas dengan formulasi
emalsifiable concentral pestisida ini termasuk dalam golongan insektisida dengan
bahan aktifnya BPMC 500 g/l objek sasarannya yaitu wereng dan walang sengit
teknik aplikasinya dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian dharmabas dengan cara penyemprotan dapat dilakukan pada
pagi hari sampai sore hari. Sangat ampuh untuk mengendalikan hama, tuangkan
sejumlah dharmabas 500 EC untuk setiap 17 liter larutan semprot dengan dosis
sesuai petunjuk penggunaan.
Kelebihan dari pestisida dharmabas sangat ampuh terhadap hama,
khususnya jenis ulat dan wareng karena bekerja ganda sebagai racun kontak dan
racun perut, sangat efektif terhadap berbagai hama tanaman sayuran, pangan dan
perkebunan. Kekurangan dari pestisida ini adalah kurang lebih hanya 20 persen
pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi
residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk
ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai
penyakit.
15
4.2.1.8. Trendsida
Gambar 8. Trensida
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida ini memiliki nama umum trendsida dengan formulasi suspension
concentrate termasuk kedalam golongan fungisida memiliki bahan aktif
azoxysitrobin/difenokonazol objek sasarannya yaitu bercak daun dan antraknosa
teknik pengaplikasian dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian pestisida ini dilakukan dengan penyemprotan, memiliki efek
translaminar sehingga mampu menembus pori-pori daun. Pestisida ini bekerja secara
kontak dan sistemik sehingga dapat sangat efektif mengendalikan berbagai jenis
penyakit yang disebabkan oleh virus dan jamur.
Kelebihan dari pestisida ini yaitu berbentuk cairan dengan formulasi WSC
(Water Soluble Concentrate) sehingga mudah digunakan dan mudah larut dengan air,
dilengkapi dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan Daya lekat tinggi dan mampu
bertahan lama pada tanaman. Kelemahan pestisida ini adalah jika penggunaan
pestisida trendsida secara berlebihan justru akan menimbulkan resistensi patogen
atau mikroorganisme parasit (yang menjadi kebal) terhadap fungisida. Akibatnya
fungisida menjadi tidak efektif untuk mengendalikan penyakit tumbuhan yang
disebabkan oleh patogen tersebut.
16
0,9 + 0,74 + 0,6
Rata − rata volume terukur (L) = = 0,74 L
3
Setelah kedua rata–rata diatas didapatkan maka selanjutnya menentukan kecepatan
curah (C) dengan cara:
Rata − rata volume terukur (L)
Kecepatan curah (C) =
Rata − rata waktu (menit)
0,74
Kecepatan curah (C) = = 1,48 L/menit
0,5
4.2.2.2. Lebar Gawang Penyemprotan
Perhitungan lebar gawang penyemprotan didapat dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Labar gawang 1 + Lebar gawang 2 + Lebar ulangan 3
Rata − rata (G) =
3
0,7 + 0,46 + 0,64
Lebar Gawang (G) = = 0,6 meter
3
4.2.2.3. Kecepatan Jalan (K)
Pada kecepatan jalan penyemprotan dapat dengan mencari rata-rata waktu
dan jarak.
ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
Rata − rata waktu dan jarak =
3
0,75 + 0,68 + 0,44
Rata − rata waktu = = 0,62 menit
3
10 + 10 + 10
Rata − rata jarak = = 10 m
3
Selanjutnya menghitung kecepatan jalan (K) dengan rumus sebagai berikut:
Rata − rata jalan terukur (m)
Kecepatan Jalan (K) =
Rata − rata waktu ( menit)
10
Kecepatan Jalan (K) = = 16,12 m/menit
0,62
17
10000 x C 10000 𝑥 1,48 14.800
Volume Aplikasi (V) = = = = 1.530 liter/ha
GxK 0,6 𝑥 16,12 9,672
Dari perhitungan mengenai kalibrasi volume semprot dengan menggunakan
rumus diperoleh hasilnya yaitu 1.530 liter/ha. Dengan adanya rumus tersebut
memudahkan dalam membuat takaran dosis pada pestisida yang digunakan sehingga
efesien.
18
Dari hasil diatas pada ulangan pertama dengan 7 semprotan untuk daun dapat basah
secara keseluruhan. Pada ulangan kedua dengan 4 semprotan untuk dapat membasahi
daun. Pada ulangan ketiga dengan 2 semprotan untuk daun dapat basah secara
keseluruhan. Pada ulangan ke empat dengan 3 penyemprotan daun dapat basah
secara keseluruhan. Pada ulangan kelima dengan 3 penyemprotan untuk dapat
membasahi daun. Rata-rata dari lima ulangan tersebut adalah sebesar 3,8.
19
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pertanian memiliki banyak jenis
pestisida baik dari golongan insektisida, herbisida, rodentisida, fungisida dengan
memiliki masing-masing formulasi tiap jenis pestisida memiliki formulasi yang
berbeda-beda salah satu contohnya pada pestisida seven 85 sp memiliki formulasi
soluble powder (sp) dan pada roundup memiliki jenis formulasi yaitu soluble liquid
(sl).
Serta dapat disimpulkan masing-masing pestisida memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam formulasinya. Dalam penggunaan pestisida sebaiknya dapat
mengetahui serta formulasi yang baik dan aman untuk diaplikasikan ke tanaman dan
mengetahui kelemahan yang ada pada aplikasinya.
5.2. Saran
Praktikan diharapkan dapat berhati-hati dalam penggunaan alat dan bahan kimia
di laboratorium karena ada beberapa bahan kimia yang berbahaya untuk kesehatan
dan dapat menyebabkan luka serius. Praktikan juga diharapkan dapat lebih teliti
dalam melakukan percobaan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Glio, M. T., & Tinton, D. P. (2017). Membuat Pestisida Nabati Untuk Hidroponik,
Akuaponik, Vertikult & Sayuran Organik. Jakarta: AgroMedia.
La Tima, S. (2016). Pemanfaatan asap cair kulit biji mete sebagai pestisida. Journal
of Chemical Process Engineering, 1(2): 16-22.
Nasution, L,. (2022). Buku Ajar Pestisida dan Teknik Aplikasi. Sumatra Utara: Umsu
press.
Wibowo, P., & Kalatham, T. P. (2017). Panduan Praktis Penggunaan Pupuk dan
Pestisida. Jakarta Timur: Penebar Swadaya Grup
Yuantari, M. G. C., Widianarko, B., & Sunoko, H. R. (2015). Analisis risiko pajanan
pestisida terhadap kesehatan petani. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10(2): 239-245.