LP Aml Lontara 1
LP Aml Lontara 1
LP Aml Lontara 1
DISUSUN OLEH :
NAMA : YUNITA AFRIDA MAKAI
NIM : 17.01.034
PBK : KEPERAWATAN KRITIS
Insiden LMA cukup jarang tapi termasuk salah satu penyumbang terbesar
angka kematian yang diakibatkan kanker. Angka kejadian LMA untuk semua umur di
dunia sebanyak 3,7 per 100.000 penduduk pertahun (Deschler & Lubbert, 2006).
Angka kejadian meningkat menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun berdasarkan
jumlah kasus dan kematian pada tahun 2008 – 2012. Diperkirakan pada tahun 2015
akan ada sekitar 20.830 kasus baru LMA di seluruh dunia.
Walaupun LMA dapat terjadi pada semua kelompok usia, LMA adalah bentuk
umum leukemia akut pada orang dewasa, insidennya makin sering ditemukan sejalan
dengan meningkatnya usia dan hanya sebagian kecil (10-15%) leukemia yang terjadi
di masa anak. Rata-rata usia pasien LMA di Amerika Serikat adalah 67 tahun. Untuk
kejadian berdasarkan jenis kelamin, dalam suatu penelitian di Amerika didapatkan
bahwa prevalensi LMA pada pria berusia >65 tahun lebih tinggi dari wanita >65
tahun. Namun tidak ditemukan perbedaan insiden berdasarkan jenis kelamin pada
pasien yang lebih muda.Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas
yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda
blast, hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi sel blast tersebut di sumsum tulang.
Akumulasi ini akan menyebabkan gangguan hematopoiesis normal dan pada
akhirnya mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan
sitopenia (anemia, leukopenia dan trombositopenia). Hal ini menyebabkan munculnya
tanda dan gejala utama LMA berupa rasa lelah, perdarahan dan mudah infeksi. Selain
itu bisa juga terjadi infiltrasi sel blast ke organ yang akan menimbulkan tanda dan
gejala bervariasi tergantung organ yang diinfiltrasi.
Oleh karena itu pemeriksaan fisik, darah lengkap dan sumsum tulang termasuk
langkah awal yang penting dalam diagnosis pasien LMA. Keberhasilan pengobatan
LMA di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan laporan penelitian dari
negara lain. Faktor yang paling berperan terhadap hal ini adalah kematian yang tinggi
akibat infeksi berat atau sepsis. Hal ini juga berkaitan erat dengan kualitas pelayanan
pendukung dan infrastruktur lainnya yang masih terbatas di negara berkembang.
B. ANATOMI FISIOLOGI KASUS
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak
kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap organ0organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan
jatung atau pembuluh darah.
Fungsi darah terdiri atas:
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti racun
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
Bagian-bagian darah:
1. Air : 91%
2. Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt,
Magnesium dan Asam Amino)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
b. Leukosit (sel darah putih)
c. Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
a. Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak mempunyai inti.
Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat bergerak. Banyaknya
kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta). Warnanya kuning kemerah-merahan,
karena di dalamnya mengandug suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui paru-paru. Jumlah
eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel
darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasanya hal ini disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit
yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.
b. Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan eritrosit dan
apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di bawah mikroskop maka akan terlihat
bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki
palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam
1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000 Fungsinya:
Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit /
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat
pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe. Sebagai pengangkut yaitu,
mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa uterus ke
pembuluh darah.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan
bibit penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3
disebut leukotosis dan kurang 5.000 / mm3 leukopenia.
Macam-macam leukosit meliputi:
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a. Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat
granula dan intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan fungsinya membunuh dan
memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
b. Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar dari
limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 38%. Di bawah mikroskop terlihat
bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit abu-abu, mempunyai bintik-
bintik sedikit kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya lembayung
muda.
2. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a. Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang berangkai
kadang-kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus /
granula, banyaknya 60 – 70%
b. Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi granula
dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 – 4%
c. Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang bentuknya
teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya ½ %.
Dibuat di sum-sum merah, fungsinya tidak diketahui
d. Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang lonjong, warnanya putih,
banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 mm3.
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku
sehingga timbul pendarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000
disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai
bekerja apabila tubuh medapat luka. Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat
besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah,
dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.
Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu
terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotil
3. Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis darah dan juga
menimbukan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin)
5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Anti bodi / anti toksin (Drs. Syaifuddin, B. Ac, 1992: 70)
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2. KLASIFIKASI
1. Leukemia secara umum
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan
maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :
a. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen
darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke
organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis
yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-
rata dalam 4-6 bulan.
1) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem
limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-
alat dalam) dan kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada
anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan
mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan
sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis
terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang. (gambar
1. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran
1000x).
2) Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA
merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA
atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan
pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan
dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal
dalam 3 sampai 6 bulan.
b. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai
proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau
terjadi karena keganasan hematologi. 1) Leukemia Limfositik
Kronis (LLK) LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B
(jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan,
dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit
kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai
kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai
70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki. (gambar 3. a
dan b. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa
perbesaran 1000x).
2) Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang
ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit)
yang relatif matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan
paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50
tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom
philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal
setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu
produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel
darah merah yang amat kurang. (gambar 4. hapusan sumsum
tulang dengan pewarnaan giemsa a. perbesaran 200x, b. perbesaran
1000x).
8. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Leukemia Limfoblastik Akut :
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total
dengan menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa
tumbuh kembali di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani
kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari atau
beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh
sumsum tulang.
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal,
penderita mungkin memerlukan: transfusi sel darah merah untuk
mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan,
antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat
kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa
hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison
per-oral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan
antrasiklin atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel
leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung
ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak. Beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif
untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan
(kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel
leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel
leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak
atau buah zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang
merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali
menjalani kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan
kesempatan untuk sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik
kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam
cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel
leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan
terapi penyinaran.
2. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat,
sehingga banyak penderita yang tidak memerlukan pengobatan
selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit sangat banyak,
kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah
eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan
suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel
darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan
transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik.
Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar
getah bening, hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah
kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak.
Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan
pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi respon ini
biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang,
kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B
diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan
mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan
interferon alfa dan pentostatin.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia
Resiko terhadap cedera: perdarahan berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual dan muntah
Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis berhubungan
dengan efek samping , agen kemoterapi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
- Menggunakan sikat
gigi yang lunak dan
lembut
- Laporkan setiap
tanda-tanda
perdarahan (tekanan
darah menurun,
denyut nadi cepat,
dan pucat)
- Hindari obat-obat
yang mengandung
aspirin
-Ajarkan orang tua
dan anak yang lebih
besar ntuk
mengontrol
perdarahan hidung
4. Defisit Volume Cairan -Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan cairan -Hydration · Timbang
intravaskuler, interstisial, dan/atau -Nutritional Status : popok/pembalut jika
intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, Food and Fluid diperlukan
kehilangan cairan dengan pengeluaran Intake · Pertahankan
sodium Kriteria Hasil : catatan intake dan
-Mempertahankan output yang akurat
Batasan Karakteristik : urine output sesuai · Monitor status
- Kelemahan dengan usia dan BB, hidrasi ( kelembaban
- Haus BJ urine normal, HT membran mukosa,
- Penurunan turgor kulit/lidah normal nadi adekuat, tekanan
- Membran mukosa/kulit kering -Tekanan darah, nadi, darah ortostatik ), jika
- Peningkatan denyut nadi, penurunan suhu tubuh dalam diperlukan
tekanan darah, penurunan batas normal · Monitor vital
volume/tekanan nadi -Tidak ada tanda sign
- Pengisian vena menurun tanda dehidrasi, · Monitor
- Perubahan status mental Elastisitas turgor kulit masukan makanan /
- Konsentrasi urine meningkat baik, membran cairan dan hitung
- Temperatur tubuh meningkat mukosa lembab, tidak intake kalori harian
- Hematokrit meninggi ada rasa haus yang · Kolaborasikan
- Kehilangan berat badan seketika berlebihan pemberian cairan IV
(kecuali pada third spacing) · Monitor status
nutrisi
Faktor-faktor yang berhubungan: · Berikan cairan
- Kehilangan volume cairan secara IV pada suhu ruangan
aktif · Dorong
- Kegagalan mekanisme pengaturan masukan oral
· Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai
output
· Dorong
keluarga untuk
membantu pasien
makan
· Tawarkan
snack ( jus buah,
buah segar )
· Kolaborasi
dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul meburuk
· Atur
kemungkinan tranfusi
· Persiapan
untuk tranfusi
5. Perubahan membran mukosa mulut : Tujuan : pasien tidak -Inspeksi mulut setiap
stomatitis yang berhubungan dengan mengalami mukositis hari untuk adanya
efek samping agen kemoterapi oral ulkus oral
-Gunakan sikat gigi
berbulu lembut,
aplikator berujung
kapas, atau jari yang
dibalut
kasa
-Berikan pencucian
mulut yang sering
dengan cairan salin
normal atau tanpa
larutan
bikarbonat
-Gunakan pelembab
bibir
- Hindari penggunaan
larutan lidokain pada
anak kecil
Berikan diet cair,
lembut dan lunak
Inspeksi mulut setiap
hari
-Dorong masukan
cairan dengan
menggunakan
sedotan
- Hindari penggunaa
swab gliserin,
hidrogen peroksida
dan susu magnesi
-Berikan obat-obat
anti infeksi sesuai
ketentuan
-Berikan analgetik
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari - Nutritional Status : Nutrition
kebutuhan tubuh b/d pembatasan cairan, food and Fluid Intake Management
diit, dan hilangnya protein Kriteria Hasil : § Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup -Adanya peningkatan makanan
untuk keperluan metabolisme tubuh. berat badan sesuai § Kolaborasi dengan
Batasan karakteristik : dengan tujuan ahli gizi untuk
- Berat badan 20 % atau lebih di Berat badan ideal menentukan jumlah
bawah ideal sesuai dengan tinggi kalori dan nutrisi
- Dilaporkan adanya intake makanan badan yang dibutuhkan
yang kurang dari RDA (Recomended Mampu pasien.
Daily Allowance) mengidentifikasi § Anjurkan pasien
- Membran mukosa dan konjungtiva kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
pucat Tidak ada tanda tanda intake Fe
- Kelemahan otot yang digunakan malnutrisi § Anjurkan pasien
untuk menelan/mengunyah Tidak terjadi untuk meningkatkan
- Luka, inflamasi pada rongga mulut penurunan berat protein dan vitamin C
- Mudah merasa kenyang, sesaat badan yang berarti § Berikan substansi
setelah mengunyah makanan gula
- Dilaporkan atau fakta adanya § Yakinkan diet yang
kekurangan makanan dimakan
- Dilaporkan adanya perubahan mengandung tinggi
sensasi rasa serat untuk mencegah
- Perasaan ketidakmampuan untuk konstipasi
mengunyah makanan § Berikan makanan
- Miskonsepsi yang terpilih ( sudah
- Kehilangan BB dengan makanan dikonsultasikan
cukup dengan ahli gizi)
- Keengganan untuk makan § Ajarkan pasien
- Kram pada abdomen bagaimana membuat
- Tonus otot jelek catatan makanan
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa harian.
patologi § Monitor jumlah
- Kurang berminat terhadap makanan nutrisi dan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh kandungan kalori
- Diare dan atau steatorrhea § Berikan informasi
- Kehilangan rambut yang cukup tentang kebutuhan
banyak (rontok) nutrisi
- Suara usus hiperaktif § Kaji kemampuan
- Kurangnya informasi, misinformasi pasien untuk
mendapatkan nutrisi
Faktor-faktor yang berhubungan : yang dibutuhkan
Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi Nutrition Monitoring
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor § BB pasien dalam
biologis, psikologis atau ekonomi. batas normal
§ Monitor adanya
penurunan berat
badan
§ Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
§ Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
§ Monitor
lingkungan selama
makan
§ Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
§ Monitor kulit
kering dan perubahan
pigmentasi
§ Monitor turgor
kulit
§ Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
§ Monitor mual dan
muntah
§ Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
§ Monitor makanan
kesukaan
§ Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
§ Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
§ Monitor kalori dan
intake nuntrisi
§ Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
§ Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
7. Nyeri v Pain Level, Pain Management
Definisi : v Pain control, § Lakukan
Sensori yang tidak menyenangkan dan v Comfort level pengkajian nyeri
pengalaman emosional yang muncul Kriteria Hasil : secara komprehensif
secara aktual atau potensial kerusakan v Mampu termasuk lokasi,
jaringan atau menggambarkan adanya mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri (tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas
Internasional): serangan mendadak atau mampu dan faktor presipitasi
pelan intensitasnya dari ringan sampai menggunakan tehnik § Observasi reaksi
berat yang dapat diantisipasi dengan nonfarmakologi nonverbal dari
akhir yang dapat diprediksi dan dengan untuk mengurangi ketidaknyamanan
durasi kurang dari 6 bulan. nyeri, mencari § Gunakan teknik
Batasan karakteristik : bantuan) komunikasi
- Laporan secara verbal atau non v Melaporkan bahwa terapeutik untuk
verbal nyeri berkurang mengetahui
- Fakta dari observasi dengan menggunakan pengalaman nyeri
- Posisi antalgic untuk manajemen nyeri pasien
menghindari nyeri v Mampu mengenali § Kaji kultur yang
- Gerakan melindungi nyeri (skala, mempengaruhi
- Tingkah laku berhati-hati intensitas, frekuensi respon nyeri
- Muka topeng dan tanda nyeri) § Evaluasi
- Gangguan tidur (mata sayu, v Menyatakan rasa pengalaman nyeri
tampak capek, sulit atau gerakan kacau, nyaman setelah nyeri masa lampau
menyeringai) berkurang § Evaluasi bersama
- Terfokus pada diri sendiri v Tanda vital dalam pasien dan tim
- Fokus menyempit (penurunan rentang normal kesehatan lain
persepsi waktu, kerusakan proses tentang
berpikir, penurunan interaksi dengan ketidakefektifan
orang dan lingkungan) kontrol nyeri masa
- Tingkah laku distraksi, contoh : lampau
jalan-jalan, menemui orang lain § Bantu pasien dan
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang- keluarga untuk
ulang) mencari dan
- Respon autonom (seperti menemukan
diaphoresis, perubahan tekanan darah, dukungan
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) § Kontrol
- Perubahan autonomic dalam lingkungan yang
tonus otot (mungkin dalam rentang dari dapat mempengaruhi
lemah ke kaku) nyeri seperti suhu
- Tingkah laku ekspresif (contoh : ruangan,
gelisah, merintih, menangis, waspada, pencahayaan dan
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) kebisingan
- Perubahan dalam nafsu makan § Kurangi faktor
dan minum presipitasi nyeri
§ Pilih dan lakukan
Faktor yang berhubungan : penanganan nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, (farmakologi, non
psikologis) farmakologi dan inter
personal)
§ Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
§ Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
§ Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
§ Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
§ Tingkatkan
istirahat
§ Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
§ Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
§ Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
§ Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis, dan
frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik
yang diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
§ Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
§ Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
§ Pilih rute
pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
§ Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
§ Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
§ Evaluasi
efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
4. KOLABORASI
a) Analgetik
Digunakan untuk mengurangi nyeri sehubungan dengan
hematoma otot yang besar dan perdarahan sendi analgetika
oral non opioid diberikan untuk menghindari ketergantungan
terhadap narkotika pada nyeri kronik
b) Kemoterapi
Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vincristine, prednisone, daunorubicin, dan asparaginase untuk
terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, methotrexate.
c) Radiasi
Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat
kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada
system saraf pusat
d) Konsul pada ahli gizi
5. EDUKASI
Orang tua dan populasi berisiko tinggi terkena leukemia harus
diedukasi untuk bias mengenali tanda dan gejala leukemia.
Edukasi pasien atau orang tua supaya dapat mengenali tanda bahaya.
Bila terdapat tanda bahaya, pasien harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
Tanda dan Gejala Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Tanda dan gejala jika terjadi DIC adalah:
Nyeri dada dan sesak nafas atau serangan jantung (trombosis
paru/jantung)
Nyeri disertai kemerahan dan bengkak pada kaki (trombosis
pada vena kaki)
Sakit kepala
Paralisis, bicara pelo (stroke) atau gejala perdarahan internal
maupun eksternal
Tanda dan gejala jika terjadi leukostatis:
Sesak nafas atau distress pernafasan
Gangguan kesadaran
Pada pasien anak yang beranjak remaja, edukasi harus tetap
diberikan supaya pasien beraktivitas fisik secara teratur, mengatur
pola makan, istirahat yang cukup, menggunakan tabir surya, serta
tidak meminum alkohol dan tidak merokok.
Edukasi bagi orang tua dan penyintas leukemia anak yang sedang
beranjak remaja:
Aktifitas fisik secara teratur
Diet nutrisi sehat
Istirahat dan tidur yang cukup
Menggunakan tabir surya atau pelindung dari sinar matahari
Dilarang meminum alkohol dan merokok
Sebaiknya mencari informasi dari klinisi sebelum mencoba
sesuatu yang memiliki kemungkinan memperburuk leukemia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/leukemia/edukasi-dan-promosi-
kesehatan
https://www.academia.edu/34697956/Askep_AML
https://www.perawatkitasatu.com/2018/11/asuhan-keperawatan-acute-myelogenous-
leukemia.html
https://arismunandar20.blogspot.com/2017/03/laporan-pendahuluan-akut-limfoblastik.html