Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

2 Laporan Hitung Leukosit - Kelompok 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

HITUNG LEUKOSIT

OLEH :
KELOMPOK 4B
NAMA NIM
ARNI ROSITA 1907026006
AN NISSA FALAQ QURRAHMAH 1907026048
MUHAMMAD SATRIA PAMUNGKAS 1907026033
PUTRI ANNISA PUJI LESTARI 1908026027
RAMA ZULVIKAR 1907026028
THANIA FATHIMAH AZ ZAHRA 1907026003

PROGRAM STUDI BIOLOGI


LABORATORIUM FISIOLOGI, PERKEMBANGAN DAN
MOLEKULER HEWAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah adalah jaringan berupa zat cair yang mempunyai dua bagian, yaitu
cairan berupa plasma pada intraseluler dan padat berupa sel darah. Volume darah
secara keseluruhan diperkirakan sebesar satu perdua belas dari total massa badan
manusia atau sekitar kurang lebih 5 liter. Kurang lebih sebanya 55% disusun oleh
cairan, dan sisanya berupa 45% adalah sel darah (Pearce, 2010).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri bening dan tidak berwarna, dengan ukuran
yang lebih besar dari sel darah merah namun berkebalikan dengan jumlah sel
darah merah – lebih sedikit. Diperkirakan dalam setiap mm3 darah memiliki
sekitar 6000-10000 (dengan rata-rata 8000) sel darah putih (Pearce, 2010).
Seluruh sel darah putih mempunyai nukleus yang membedakannya dengan
keluarga sel darah lainnya, sel darah merah (eritrosit) dan keping darah. Sel darah
putih dibedakan menjadi dua garis besar, yaitu berdasarkan strukturnya
(granulosit dan agranulosit) dan garis keturunan asalnya (mielosit dan limfoid).
Klasifikasi berdasarkan sturkturnya merupakan yang terbesar, yaitu dibagi
menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil yang merupakan agranulosit, limfosit dan
monosit yang merupakan agranulosit (LaFleur-Brooks, 2008).
Jumlah leukosit di dalam tubuh manusia sering menjadi indikator dalam
penyakit yang diderita, maka dari itu jumlah sel darah putih adalah hal penting
dalam perhitungan jumlah darah total. Jumlah sel darah putih normal pada
manusia biasanya berkisar antara 4 × 109/L sampai 1.1 × 1010/L (CDC, 2005).
Perhitungan sel darah putih adalah sebuah tes yang bertujuan untuk
menghitung jumlah sel darah putih di dalam tubuh. Tes ini pada umumnya
termasuk pada perhitungan jumlah darah lengkap (Complete Blood Count atau
CBC) (Higuera, 2018).
Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui
jumlah sel darah putih dari probandus. Praktikum ini dilakukan dengan
menggunakan larutan Turk yang dicampur dengan darah probandus, yang
kemudian dimasukkan ke dalam bilik hitung dan kemudian dihitung.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain:
- Untuk mengetahui teknik pengambilan darah untuk perhitungan sel darah
putih
- Untuk mengetahui jenis-jenis sel darah putih
- untuk mengetahui jumlah sel darah putih normal manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Darah


Darah ialah suatu unit fungsional seluler pada manusia yang berfungsi
membantu dalam proses fisiologis. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma
darah dan sel-sel darah. Bobot tubuh orang yang seberat 70 kg memiliki volume
darah sebesar 8 % dari 5600 cc. Dari 5600 cc darah 55% nya merupakan palsma
darah dan 45%merupakan sel-sel darah. Darah sendiri memiliki fungsi yaitu
mengangkut zat-zat makanan serta oksigen, mengangkut sisa metabolisme yang
nantinya dikeluarkan oleh tubuh melalui organ pembuangan, memberikan daya
tahan bagi tubuh agar tidak mudah terserang penyakit serta untuk menjaga
kesetimbangan asam basa dalam tubuh untuk menghindari kerusakan ( Aryulina et
al, 2004).

2.2 Pengertian Leukosit


Leukosit atau yang biasa dikenal sel darah putih merupakan bagian yang
sangat penting bagi tubuh karena merupakan sistem pertahanan tubuh untuk dapat
melawan mikroorganisme penyebab infeksi, sel tumor, dan zat asing yang ingin
menyerang tubuh. Leukosit terdiri dari beberapa jenis yaitu Basofil, Eosinofil,
Neutrofil Segmen, Neutrofil Batang, Limfosit dan Monosit (Bakhri, 2018).
Struktur leukosit memiliki nukleus yang tidak berwarna (bening) dan
memiliki proses amuboid. Leukosit dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan
granularnya yaitu granulosit yang memiliki granular pada plasmanya dan
agranulosit yang tidak memiliki granular pada plasmanya. Pada granulosit terbagi
menjadi 3 yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil. Sedangkan pada agranulosit
terbagi menjadi 2 yaitu monosit dan limfosit (Amalia, 2016).
Jumlah leukosit normal 3200-10.000 mm3 pada manusia dewasa. Secara
normal jenis leukosit dalam darah persentasenya untuk neutrofil segment 36-73%,
Neutrofil Bands 0-12%, Eosinofil 0-6%, Basofil 0-2%, Limposif 15-45%, dan
Monosit 0-10% (Rinawati, 2016).

2.3 Jenis-Jenis Limfosit


Jenis-jenis limfosit dibagi menjadi dua yaitu Agranulosit dan Granulosit.
Granulosit adalah sel yang memiliki granula sitoplasma sedangkan agranulosit
adalah sel yang tidak memiliki granula sitoplasma (Aryulina et al, 2004).
2.3.1 Granulosit
Granulosit terdiri dari basofil, eosinofil, dan neutrofil. Basofil adalah sel
darah putih yang ukurannya 0-2%, basofil memiliki nukleus berbentuk S dan
bersifat fagosit. Pada basofil melepaskan heparin kedalam darah. Heparin yaitu
mukopolisakarida yang banyak terdapat didalam hati dan paru-paru. Eosinofil
adalah sel yang ukurannya 0-6%, eosinofil memiliki nukleus yang terdiri dari
dua lobus yang bersifat fagosit dengan gaya fagositosis yang lemah. Pada
eosinofil memiliki kecenderungan berkumpul pada suatu jaringan yang
mengalami reaksi alergi dan sebagai detoksifikasi toksin pada peradangan.
Eosinofil dilepas oleh sel basofil atau jaringan yang rusak. Neutrofil memiliki
ukuran sel dari 0-12%, neutrofil memiliki 2 sampai lima lobus (ruang) dan
bersifat fagosit dengan cara masuk ke jaringan yang terinfeksi. Pada sel neutrofil
memiliki kemampuan memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel neutrofil
menjadi inaktif ata mati (Aryulina et al,2004).
2.3.2 Agranulosit
Agranulosit dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu monosit dan limposit.
Monosit memiliki sel yang ukurannya 0-10%, monosit juga memiliki satu
nukleus besar dan berbentuk seperti tepal kuda. Pada monosit mempunyai
diameter 12- 20 mikrometer. Sel monosit dapat berpindah dari aliran darah ke
jaringan, yang dimana monosit akan membesar dan bersifat makrofag. Limfosit
memiliki sel yang ukurannya 15-45%, limposit memiliki bentuk seperti bola.
Dan mempunyai diameter 6-12 mikrometer. Pada limfosit terbentuk dari
sumsum tulang sedangkan pada janin dibuat di hati. Pada sel limfosit terbagi
menjadi 2 jenis yaitu limfosit B dan limfosit T, sel monosit yang tersusun dari
sumsum tulang akan berkembang menjadi limfosit B, sedangkan pada limfosit
yang tersusun dari sumsum tulang belakang yang berpindah ke timus akan
berkembang menjadi limfosit T. Pada limfosit B berperan dalam pembentukan
antibodi, sedangkan limfosit T berperan dalam menghancurkan sel yang
terserang virus (Aryulina et al, 2004).

2.4 Kelainan Pada Sel Darah Putih


Pada sel darah putih memiliki beberapa kelainan seperti :
- Shift to the left atau yang biasa disebut dengan pergeseran sel ke sebelah
kiri, dimana akan mengalami peningkatan jumlah sel leukosist baru di
dalam darah bagian pinggir. Orang yang memiliki peningkatan neutrofil
lebih darai 10 % dalam darah dapat beresiko penyakit ini.
- Eosifilia , pada penyakit ini memiliki kelainan peningkatan jumlah sel
eusinofil dalam darah. Kelainan ini menimbulkan beberapa penyakit
diantaranya penyakit alergi, infeksi lokal terhadap parasit misalnya pada
cacing tambang.
- Basofilia, pada penyakit ini memiliki kelainan peningkatan jumlah sel
basofil dalam darah. Kelainan ini menimbulkan adanya infeksi oeh virus.
- Neutrofilia, pada penyakit ini memiliki kelainan peningkatan jumlah sel
neutrofil dalam darah yang disebabkan adanya infeksi akut yang
menginfeksi bagian paru-paru dan hati. Infeksi ini terjadi karena olahraga
yang berlebihan dan stress yang disebut pseudonetronfilia.
- Monositosis, , pada penyakit ini memiliki kelainan peningkatan jumlah sel
monosit dalam darah. Kelainan ini terjadi karena adanya infeksi basil dan
infeksi protozoa.
- Limpositosis, kelainan ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah sel
limposit dalam darah. Kelainan ini terjadi karena infeksi akut, pada infant
yang terjadi pada bayi dan anak-anak dan peradangan kronis serta
hipertiroidisme (kelainan pada sistem metabolisme) (Ferdhyanti,2019).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Hewan mengenai “Hitung Leukosit” dilaksanakan pada
Rabu, 4 November 2020 pukul 13.00–15.00 WITA di Laboratorium Fisiologi
Perkembangan dan Molekuler Hewan, Gedung C lantai 2, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Pada praktikum ini digunakan alat-alat yaitu jarum Francke atau autoklik,
bilik hitung thoma atau double improved neubauer, mikroskop, dan hand
counter.
3.2.2 Bahan
Pada praktikum ini digunakan bahan-bahan yaitu darah dari probandus,
alkohol 70%, larutan Turk, dan handscoon.

3.3 Cara Kerja


Langkah pertama yaitu pengambilan darah. Darah diambil dari pembuluh
kapiler dari ujung jari atau anak daun telinga. Bersihkan ujung jari dengan kapas
beralkohol, peggang bagian yang akan ditusuk dengan sedikit ditekan agar
menghilangkan rasa nyeri daat ditusuk. Tusuk dengan cepat menggunakan jarum
Francke atau autoklik, dengan arah tegak lurus dengan arah garis-gari sidik jari.
Buang tetes darah pertama dengan menggunakan kapas kering, kemudian tetesan
berikutnya digunakan untuk pemeriksaan. Langkah kedua yaitu mengisi pipet
eritrosit. Isi pipet dengan darah kapiler sampai tepat angka 0,5, lalu pada ujung
pipet dihapus kelebihan darah. Masukan ujung pipet ke dalam larutan turk, sambil
menahan darah pada angka 0,5 dan larutan turk dihisap sampai garis tanda 11.
Angkat pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap. Selanjutnya
dikocok pipet selama 15-30 detik. Jika tidak segera dihitung letakkan dalam posisi
mendatar. Langkah ketiga yaitu mengisi bilik hitung. Siapkan bilik hitung yang
bersih berserta kaca penutupnya terpasang mendatar di meja. Dikocok pipet terus
menerus selama 3 menit sambil dijaga agar tidak ada cairan yang terpercik keluar.
Buang beberapa tetes cairan darah, kemudian tetes berikutnya digunakan untuk
penghitungan. Letakkan ujung pipet di permukaan bilik hitung, sehingga cairan
darah mengalir dengan sendirinya ke dalam bilik hitung. Dibiarkan selama 2-3
menit agar leukosit mengendap, kemudian dilakukan perhitungan. Langkah ketiga
yaitu menghitung eritrosit. Dengan menggunakan mikroskop perbesaran lemah
(10 x 10). Dihitung jumlah leukosit dalam keadaan meja benda horizontal.
Dihitung leukosit dala keempat bidang besar yang terdapat di sudut-sudut,
leukosit yang terdapat di garis sebelah atas dan samping kiri bidang dihitung.
Untuk leukosit yang terdapat di garis bawah dan kanan tidak dihitung.
Perhitungan dimulai dari sudut kiri atas dan ke kanan turun, kemudian dari kanan
ke kiri, turun, demikian seterusnya sehingga seluruh leukosit dalam bidang
lengkap terhitung. Bilik hitung tipe double improved neubauer berbentuk persegi
dengan sisi 3 mm. Dibagi menjadi 9 persegi kecil dengan sisi 1 mm. Persegi yang
ditengah dibagi dengan sisi 1/5 mm (0,2 mm) sedangkan yang berada di sudut-
sudur dibagi menjadi 16 persegi dengan sisi 1/4 mm (0,25 mm), 25 persegi
ditengah dibagi lagi menjadi 16 persegi kecil dengan sisi 1/20 mm (0,05 mm).
Jarak antar bilik hitung dengan gelas penutup 1/10 mm.
Jadi volume persegi dengan sisi 1/4 mm :
1/4 mm = 1/4 × 1/10 × 1/10 mm³ = 1/160 mm³
Volume persegi dengan sisi 1/20 mm :
1/20 mm = 1/20 × 1/20 × 1/10 mm³ = 1/4000 mm³
Leukosit dihitung dalam 4 persegi di sudut, jadi dihitung 4 × 16 = 64 persegi (1/4
mm), pengenceran darah 20 kali, jumlah leukosit terhitung = L, jadi rumus
hitungnya :
L
Jumlah leukosit/mm³ = × 160 × 20
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus


Nama Jenis Kelamin Usia (th) Jumlah Leukosit
3
(/mm )
Sinta Perempuan 19 12.600
Raffi Laki-laki 21 10.320
Joni Laki-laki 6 16.730
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa urutan jumlah leukosit dari
yang paling banyak ke yang paling sedikit yaitu Joni yang berusia 6 tahun dengan
jenis kelamin laki-laki dengan jumlah leukosit sebanyak 16.730/mm 3, lalu Sinta
yang berusia 19 tahun dengan jenis kelamin perempuan dengan jumlah leukosit
sebanyak 12.600/mm3, dan terakhir Raffi yang berusia 21 tahun dengan jenis
kelamin laki-laki dengan jumlah leukosit sebanyak 10.320/mm3.
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh terhadap jumlah leukosit. Hal ini sesuai dengan Sodique dkk. (2000)
yang menyatakan bahwa jumlah leukosit tidak bergantung pada jenis kelamin,
namun bergantung pada intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. Bisa saja
perempuan yang lebih aktif melakukan aktivitas fisik memiliki jumlah leukosit
yang lebih banyak dari pada laki-laki yang jarang melakukan aktivitas fisik, dan
begitu pun sebaliknya.
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa usia mempengaruhi jumlah
leukosit. Hal ini sesuai dengan Fitriani dkk. (2016) yang menyatakan bahwa nilai
rujukan jumlah normal leukosit berdasarkan usia pada usia 1 hari jumlah leukosit
sebanyak 9.400-34.000/mm3, pada usia 2-6 hari jumlah leukosit sebanyak 5.000-
21.000/mm3, dan pada usia 1-4 minggu jumlah leukosit sebanyak 5.000-
19.500/mm3. Berdasarkan literatur tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah
leukosit akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

4.2 Pembahasan
Leukosit atau yang juga dikenal sebagai sel darah putih adalah komponen
dari darah yang merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit
berfungsi untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi, sel tumor, dan zat-
zat asing berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Normalnya, jumlah leukosit
pada manusia berada pada kisaran 4.000-11.000/mm3 (Bakhri, 2018).
Leukosit diproduksi dalam sumsum tulang belakang, kelenjar limfa, dan
limpa. Leukosit menyusun darah sebesar 45% bersama dengan eritrosit dan
trombosit. Sel leukosit memiliki inti dan sebagian besar dapat bergerak serta
menembus dinding kapiler. Ciri-ciri leukosit yaitu tidak berwarna (bening),
bentuknya tidak tetap (amoeboid), dan ukurannya lebih besar dari pada eritrosit
(Maharani dan Noviar, 2018).
Berdasarkan keberadaan granula, leukosit dibagi menjadi dua; granulosit
dan agranulosit. Granulosit adalah leukosit yang memiliki granula. Granulosit
terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit adalah leukosit yang tidak
memiliki granula. Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit (Maharani dan
Noviar, 2018).
Neutrofil adalah sel darah putih yang pada umunya berfungsi sebagai
fagositosis terhadap bakteri. Neurofil merupakan penyusun sel darah putih yang
paling banyak, yaitu sekitar 50%-70% dari keseluruhan leukosit. Neutrofil terbagi
menjadi dua jenis yaitu neutrofil batang dan neutrofil segmen. Neutrofil batang
sering juga disebut neutrofil tapal kuda karena bentuk intinya yang seperti tapal
kuda. Neutrofil batang adalah bentuk dari sel neutrofil muda yang nantinya akan
mengalami pematangan sehingga bentuk intinya akan berubah menjadi
bersegmen. Ketika sudah mengalami pematangan neutrofil batang disebut
neutrofil segmen. Neutrofil segmen disebut juga neutrofil polimorfonuclear
karena inti selnya terdiri dari beberapa segmen yang dihubungkan dengan benang-
benang kromatin. Biasanya jumlah segmen yang terbentu adalah 3-6 segmen. Jika
segmennya lebih dari 6 maka disebut dengan neutrofil hipersegmen (Maharani
dan Noviar, 2018).
Eosinofil adalah sel darah putih yang berfungsi sebagai fagositosis dan
penghasil antibodi terhadap antigen yang dikeluarkan oleh parasit. Eosinofil
bergranula kasar yang berwarna merah-oranye dan intinya bersegmen. Pada
umumnya inti eosinofil memiliki dua segmen. Normalnya, jumlah eosinofil
adalah 2-4% dan akan bertambah jika terjadi infeksi parasite atau terjadi reaksi
alergi (Maharani dan Noviar, 2018).
Basofil merupakan jenis leukosit yang jumlahnya paling sedikit, yaitu
kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan leukosit. Basofil berperan dalam reaksi
hipersensivitas yang berhubungan dengan Imunoglobulin F (IgF). Basofil
memiliki granula kasar berwarna ungu atau biru tua yang terkadang menutupi inti
selnya. Inti sel pada basofil memiliki segmen. Granula pada basofil mengandung
heparin histamin dan substansi anafilaksis (Maharani dan Noviar, 2018).
Limfosit adalah leukosit paling banyak kedua setelah neutrofil. Jumlahnya
20-40% dari total keseluruhan leukosit. Pada orang dewasa, jumlah limfosit
cenderung lebih sedikit dari pada anak-anak. Jika terjadi infeksi virus, jumlah
limfosit akan meningkat. Berdasarkan fungsinya, limfosit terbagi menjadi dua
yaitu sel B dan sel T. Sel B dibuat di sumsum tulang belakang yang berfungsi
untuk memproduksi antobodi, sedangkan sel T berfungsi untuk menyerang sel
tubuh yang sudah terpapar patogen. Berdasarkan ukurannya, limfosit terbagi
menjadi tiga yaitu resting lymphocyte yang berukuran (7-10μm) dengan inti sel
yang bulat atau oval, reactive (atypical) lymphocyte yang berukuran paling besar
dan jumlahnya akan bertambah jika terjadi infeksi, dan large granular lymphocyte
yang ukurannya lebih besar dari resting lymphocyte dan memiliki granula kasar
azurofilik (Maharani dan Noviar, 2018).
Monosit merupakan jenis leukosit yang ukurannya paling besar dan
memiliki inti sel yang bergranula kromatin halus. Bentuk inti selnya menekuk
menyerupai ginjal/biji kacang. Monosit berfungsi sebagai fagosit
mikroorganisme, khususnya jamur dan bakteri, dan berperan dalam reaksi imun.
Jumlah monosit adalah sekitar 3-8% dari total keseluruhan leukosit (Maharani dan
Noviar, 2018).
Pada perhitungan manual dalam menghitung jumlah limfosit diperlukan
beberapa bahan khusus seperti Larutan Turk. Menurut literatur (Rahmadhanty
dkk, 2019), larutan turk adalah larutan pengencer darah yang terdiri atas campuran
asam asetat glasial dengan konsentrasi sebesar 2%, gentian violet dengan
konsentrasi sebesar 1%, serta aquades. Asam lemah yang terdapat pada asam
asetat glasial akan melisiskan sel-sel lainnya dan leukosit akan terwarnai oleh
gentian violet agar memudahkan dalam proses penghitungan. Gentian violet
bersifat basa yang berperan sebagai zat pewarna bagi inti dan granula leukosit
yang bersifat asam. Asam asetat glasial yang ditambahkan dengan gentian violet
akan menghasilkan reaksi absorbsi pada sel darah, sehingga asam asetat glasial
akan melisiskan sel selain leukosit dan mewarnai inti serta granula pada leukosit.
Menurut literatur (Harahap dan Pahutar, 2017), jumlah leukosit dalam
darah berdasarkan beberapa tingkatan kehidupan yaitu, saat lahir jumlah leukosit
berkisar antara 15.000-25.000μL dan memasuki hari ke-empat jumlah leukosit
akan turun hingga mencapai 12.000μL. Sedangkan pada orang dewasa jumlah
leukositnya adalah sekitar 4.000-11.000μL. Khusus untuk neonatus (bayi mulai
dari dilahirkan hingga usia satu bulan) menurut literatur (Fitriani dkk, 2016) dapat
dibagi menjadi beberapa bagian waktu yaitu pada usia 1 hari jumlah leukositnya
adalah 9.400-34.000/mm3, pada usia 2-6 hari jumlah leukositnya ialah 5.000-
21.000/mm3, dan pada usia 1-4 minggu jumlah leukositnya berkisar antara 5.000-
19.500/mm3. Kadar leukosit normal menurut literatur (Pratiwi dkk, 2014) yaitu
pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah 16.000-17.000mm 3, pada anak usia 2-5
tahun jumlah leukositnya adalah 5.500-15.000mm3, jumlah leukosit pada anak
berusia 6-12 tahun ialah 5.000-14.500mm3, dan pada anak berusia 13 tahun
hingga menginjak usia remaja pada 18 tahun jumlah leukositnya adalah 4.500-
13.000mm3.
Menurut literatur (Firani, 2018) kelainan pada leukosit dalam darah
manusia dapat dilihat berdasarkan aspek kuantitatifnya berupa ketidaknormalan
jumlah leukosit yaitu jumlah leukosit yang terlalu sedikit disebut leukopenia atau
jumlah leukosit yang terlalu banyak yang disebut leukositosis. Jumlah leukosit
normal untuk orang dewasa adalah 5.000-10.000/mm3. Selain itu leukosit yang
bersifat ganas juga dapat menyebabkan penyakit leukemia. Menurut literatur
(Amylia dan Surjaningrum, 2014) dijelaskan bahwa leukemia adalah penyakit
kanker darah kronis yang menyerang sel-sel darah putih yang dihasilkan di sum-
sum tulang. Leukemia terbagi menjadi 4 jenis, yaitu Acute Lymphoblastic
Leukemia (ALL) yang sering menyerang anak-anak, Chronic Lymphotic
Leukemia (CLL), Acute Myeloblastic Leukimia (AML), dan Chronic Myelotic
Leukemia (CML) yang diderita oleh orang dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit dalam darah menurut
Harahap dan Pahutar (2017), ialah adanya aktifitas fisik yang berat sehingga
memicu perubahan secara fisiologis dalam tubuh. Namun, hal ini juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya seperti durasi latihan fisik yang dilakukan, status fisik
tubuh saat melakukan aktifitas, dan zat gizi yang dikonsumsi oleh tubuh. Jumlah
leukosit dalam sirkulasi darah sangat cepat dan mudah mengalami perubahan,
dapat meningkat dan juga menurun. Nilai relatifnya dapat berubah dengan adanya
stimulasi yang dirangsang oleh tubuh baik secara farmakologis ataupun sebagai
respon terhadap kebutuhan fisiologis seperti berolahraga yang cenderung akan
mengakibatkan tingginya kadar leukosit dalam darah (leukositosis).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan
leukosit diantaranya yaitu:
- Darah atau Larutan Turk yang diambil menggunakan pipet tidak tepat
(dapat kelebihan atau kekurangan)
- Pipet yang digunakan masih basah sehingga terdapat penambahan volume
cairan dan darah terkontaminasi
- Adanya gelembung udara saat memipet darah atau Larutan Turk
- Adanya gelembung udara pada kaca penutup karena peletakannya yang
kurang tepat
- Kesalahan penghitungan sel yang menyinggung garis
- Tidak cekatan sehingga terjadi pembekuan pada sampel darah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Teknik yang digunakan dalam pengambilan darah yaitu menggunakan
jarum Francke atau autoklik.
- Sel darah putih terbagi menjadi 2 jenis yaitu agranulosit yang terdiri dari
neutrofil, eosinofil dan basofil, dan agranulosit yang terdiri dari limfosit
dan monosit.
- Jumlah sel darah putih normal pada manusia adalah berkisar antara 4 ×
109/L sampai 1.1 × 1010/L.

5.2 Saran
Sebaiknya, pada praktikum selanjutnya, digunakan sampel darah dari
probandus yang memiliki rentang usia 15-20 tahun dan rentang usia 45-50 tahun
untuk variasi data dan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Dian, dkk. 2016. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar Leukosit,
Limfosit, dan Monosit , Granulosit. Jurnal Farmaka. 17(2)
Amylia, Yatni dan Surjaningrum, Endang. 2014. Hubungan antara Persepsi
Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Leukemia.
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 3(2) : 79-84
Aryulina, Diah, et al. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Bakhri, Syamsul. 2019. Analisis Jumlah Leukosit dan Jenis Leukosit pada
Individu yang Tidur dengan Lampu Menyala dan yang Dipadamkan. Jurnal
Media Analis Kesehatan. 1(1): 83-91.
Bakhri, Syamsul. AK. 2018. Analisis Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada
Individu Yang Tidur Dengan Lampu Menyala Dan Yang Dipadamkan.
Jurnal Media Analisis Kesehatan. 1(1): 2621-9557.
CDC. 2005. Hematological and Iron-Related Analytes–Reference Data for
Persons Aged 1 Year and Over: United States, 1988-94. Vital and Health
Statistics. 11 (247): 5
Ferdhyanti, Ulfa. 2019. Teknik Hitung Leukosit dan Eritrosit Urine. Sidoarjo:
Uwais Inspirasi Indonesia.
Firani, Novi Khila. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah.
Malang : UB Press
Fitriani, Eva Chandra dkk. 2019. Hubungan Kadar dan Hitung Jenis Leukosit
pada Angka Mortalitas Neonatus dan Bayi Akibat Sepsis di Kabupaten
Malang. Jurnal Bio Komplementer Medicine. 6(3):183-189.
Harahap, Novita Sari dan Pahutar, Urat Purnama. 2017. Pengaruh Aktifitas Fisik
Aerobik dan Anaerobik terhadap Jumlah Leukosit pada Mahasiswa Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Medan. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keolahragaan. 1(2): 96-104
Higuera, Valencia and Weatherspoon, Deborah. 2018.
www.healthline.com/health/wbc-count. Diakses pada 16 November
2020.
LaFleur-Brooks, M. 2008. Exploring Medical Language: A Student-Directed
Approach (&th ed.). St. Louis, Missouri, US: Mosby Elsevier
Maharani, Eva Ayu dan Noviar, Ganjar. 2018. Imunohematologi dan Bank
Darah. Jakarta: LIPI Press.
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Kompas Gramedia
Pratiwi, Suci dkk. 2014. Gambaran Hitung Leukosit Pre Operatif Pada Tiap-Tiap
Tingkat Keparahan Apendisitis Akut Anak (Berdasarkan Klasifikasi
Cloud) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011-
Desember 2012. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. 1 (2) : 1-13
Rahmadhanty, Wa Nur Arlin. 2019. Efektivitas Ekstrak Buah Asam Jawa
(Tamarindus indica L.) terhadap Hitung Jumlah Leukosit Metode
Langsung. Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari. 3(2):155-160
Rinawati, Dewi dan Muhammad Reza. 2016. Gambaran Hitung Jumlah Dan Jenis
Leukosit Pada Eks Penderita Kusta Di RSK Sitanala Tanggerang Tahun
2015. Jurnal Medikes. 3(2):103-110.
Shodique dkk. 2000. Exercise-Induced Leucocytosis in Some Healthy Adult
Nigerians. African Journal Of Biomedical Research. 3(2):85-88.

Anda mungkin juga menyukai