04 Darah
04 Darah
04 Darah
DARAH
Darah terdiri atas matriks yang berupa cairan, bermacam-macam sel, protein,
monosakarida, hasil degradasi lemak dan bahan mutrisi yang sedang diedarkan.
Selain itu juga terdapat sisa-sisa metabolisme elektrolit yang berperan di dalam
pengaturan keseimbangan asam-basa dan senyawa-senyawa intermedit pada
metabolisme sel. Volume darah di dalam tubuh manusia kira-kira seperduabelas
dari berat tubuh seseorang dengan perbandingan 55% berupa cairan (plasma darah)
dan 45% lainnya terdiri atas sel darah dan keping-keping darah. Plasma darah
terdiri atas: air = 91%, protein (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen) = 8%,
mineral = 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor,
magnesium dan besi). Sisanya 0.1% diisi oleh sejumlah bahan organik seperti
glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino. Selain itu,
plasma darah juga berisi gas (oksigen dan karbon dioksida), hormon-hormon, enzim
dan antigen. Sedangkan sel darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah = red blood
cell, RBC), leukosit (sel darah putih = white blood cell, WBC) dan keping-keping
darah (platelet).
Fungsi Darah
Fungsi darah di dalam sistem fisiologis tubuh hewan meliputi:
1. Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke
jaringan tubuh.
2. Membawa oksigen dari paru ke jaringan.
3. Membawa karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru.
4. Membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ke ginjal untuk
diekskresikan.
5. Membawa hormon dari kelenjar endokrin ke organ-organ lain di dalam tubuh.
6. Berperan penting dalam pengendalian suhu, dengan cara mengangkut panas
dari struktur yang lebih dalam menuju ke permukaan tubuh.
7. Ikut berperan dalam mempertahankan keseimbangan air.
8. Berperan dalam sistem buffer (penyangga), seperti bikarbonat di dalam darah
membantu mempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan
tubuh.
9. Penggumpalan atau pembekuan darah untuk mencegah terjadinya
kehilangan darah berlebihan pada waktu luka.
10. Mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Anatomi dan Fisiologi Ternak 2
Prof. Dr. Ir. H. Takdir Saili, M.Si.
2020-2 (Feb-Juli 2021)
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah di dalam tubuh berbentuk bikonkaf dan mempunyai
diameter rata-rata 7.5 mikro meter (µm) dengan tugas utama mengangkut oksigen.
Sel darah merah memiliki hemoglobin yang merupakan kombinasi antara 4 pigmen
porfirin merah (heme) dan protein globular (globin) yang terdiri atas empat rantai
asam amino. Setiap pigmen porfirin mengandung satu atom besi ditambah protein
globin. Jumlah oksigen yang diikat oleh haemoglobin berbanding lurus dengan
jumlah unsur besi. Darah dapat mengangkut oksigen 60 kali lebih banyak di banding
air karena adanya haemoglobin di dalam darah. Setiap gram haemoglobin
diperkirakan dapat mengangkut 1.34 ml oksigen.
Zat besi diserap dari makanan melalui sel-sel epitel mukosa duodenal setelah
makanan meninggalkan perut. Sebagian besar zat besi menuju ke sum-sum tulang
guna melengkapi pembentukan eritrosit. Bentuk cadangan umum zat besi disimpan
di dalam hati dan limfa dalam bentuk senyawa feritin. Zat besi hilang melalui urin,
feses dan keringat. Khusus pada hewan betina, kehilangan zat besi terjadi pada saat
bunting (zat besi diberikan kepada fetus yang dikandungnya) dan pada saat
menyusui (zat besi diberikan kepada anaknya pada saat menyusui). Sedangkan
pada manusia kehilangan zat besi selain pada saat hamil dan menyusui juga pada
saat menstruasi.
Pada kondisi tertentu sel darah merah mengalami kerusakan (pecah) dan
haemoglobin lepas ke dalam plasma darah. Peristiwa ini disebut haemolisis.
Haemolisis dapat disebabkan antara lain oleh adanya serangan bakteri, parasit
darah, racun/bisa ular, dan larutan hipotonik. Selain itu, juga dikenal istilah anemia
(bahawa Yunani: an = tanpa; emia = darah) yang terjadi apabila jumlah eritrosit yang
fungsional atau jumlah haemoglobin jauh di bawah keadaan normal. Anemia dapat
terjadi karena adanya gangguan dalam pembentukan eritsosit akibat asupan nutrisi
yang kurang khususnya defisiensi zat besi (Fe), kuprum (Cu), vitamin dan asam
amino. Anemia juga dapat disebabkan oleh pendarahan yang hebat akibat luka atau
serangan parasit seperti cacing perut ataupun kutu.
Ad. 2. Agranulosit
• Monosit merupakan sel-sel darah putih yang menyerupai neutrofil, bersifat
fagositik. Perbedaannya neutrofil bekerja pada mengatasi infeksi akut,
sedangkan monosit bekerja pada kondisi infeksi yang tidak terlalu akut, seperti
tuberkulosis. Setelah monosit masuk ke dalam jaringan, maka dia akan
berkembang menjadi fagoist yang lebih besar dan disebut makrofag.
• Limfosit mempunyai nukleus yang relatif lebih besar dan dikelilingi oleh sejumlah
sitoplasma. Fungsi utama limfosit adalah memberikan respon terhadap antigen
(benda-benda asing bagi tubuh) dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi
di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas (kekebalan) seluler.