Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Chapter 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Darah

a. Pengertian Darah

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair

berwarna merah. Karena sifat darah yang berbeda dengan jaringan lain,

mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain

sehingga dapat menyebar ke berbagai kompartemen tubuh. Penyebaran

harus terkontrol dan harus tetap berada pada satu ruangan agar darah

benar-benar dapat menjangkau seluruh jaringan didalam tubuh melalui

sistem yang disebut sistem kardiovaskular, yang meliputi jantung dan

pembuluh darah. Dengan sistem tersebut darah dapat diakomodasikan

secara teratur dan diedarkan menuju organ dan jaringan yang tersebar

diseluruh tubuh. Darah didistribusikan melalui pembuluh darah dari

jantung keseluruh tubuh dan akan kembali lagi menuju jantung. Sistem ini

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sel atau jaringan akan nutrien dan

oksigen, serta mentrasnport sisa metabolisme sel atau jaringan keluar dari

tubuh (Gilang, 2015).

Darah adalah jaringan ikat atau konektif berbentuk cair;terdiri dari 4

unsur seluler, yaitu: sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih

(leukosit), sel-sel darah pembeku atau keping darah (trombosit) dan cairan

darah (plasma darah) (D’Hiru, 2013).

10 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


11

b. Fungsi Darah

Fungsi darah secara umum menurut (D’Hiru, 2013) adalah sebagai

berikut :

1) Mengangkut sari-sari makanan dari usus ke jaringan tubuh.

Darah bekerja sebagai sistem pengangkutan dan mengantarkan

semua bahan kimia, oksigen dan zat-zat makanan, nutrisi atau gizi

yang dibutuhkan oleh sel dan jaringan untuk melakukan aktivitas

fisiologis, membuang karbondioksida serta hasil pembuangan sisa

metabolisme dan lainya ke luar tubuh.

2) Sel darah merah (eritrosit) mengantarkan oksigen (O2) dari

paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut

karbondioksida (CO2) dari jaringan tubuh menuju ke paru-paru

3) Sel darah putih (leukosit) menyediakan banyak tipe sebagai

pelindung, misalnya tipe fagositik yang berfungsi untuk

memangsa serangan kuman dan melawan infeksi dengan antibodi.

4) Pengantar energi panas daritempat aktif ke tempat yang tidak aktif

untuk menjaga suhu tubuh atau sebagai respons pengaktifan

sistem imunitas.

5) Mengedarkan air ke seluruh tubuh dan menjaga stabilitasnya.

6) Mengedarkan hormon (dari kelenjar endokrin), enzim dan zat aktif

ke seluruh tubuh.

7) Trombosit berperan dalam pembekuan darah, melindungi dari

pendarahan masif yang diakibatkan luka atau trauma.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


12

c. Komponen Darah

Setiap orang rata-rata mempunyai ± 70 ml darah setiap kilogram berat

badan. Sebanyak 50-60% darah terdiri atas cairan, sisanya berupa sel-sel

darah. Komponen cairan darah disebut plasma, yang mengandung 90% air

dan 10% sisanya adalah bahan-bahan yang terlarut, misalnya ion-ion,

glukosa, asam amino, hormon dan berbagai macam protein. Serum pada

dasarnya juga sama dengan plasma, tetapi tidak mengandung fibrinogen

(yang merupakan faktor koagulasi atau pembekuan darah). Sel-sel darah

terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) yang

terdiri dari beberapa jenis dan trombosit (platelet) (Rukman, 2014).

d. Cairan Darah (Plasma Darah atau Serum)

Cairan darah adalah darah yang tidak memiliki sel-sel darah dan

berwarna kekuning-kuningan serta sekitar 90%-nya terdiri dari air. Bagian

lainnya ialah zat-zat yang larut di dalamnya yang bersifat organik dan

anorganik. Bagian-bagian komposisi merupakan bagian permanen (tetap)

dari cairan darah, tetapi masih ada zat-zat terlarut yang diangkut oleh

cairan darah, seperti zat-zat makanan, gas oksigen (O2) dan lain-lain yang

ada untuk sementara waktu (sekadar transit dan bersirkulasi (D’Hiru,

2013).

Cairan darah juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan asam-basa

darah sehingga menghindari kerusakan jaringan. Hal ini dikarenakan

adanya senyawa penyangga (buffer) berupa hemoglobin, oksihemoglobin,

bikarbonat, fosfat dan protein plasma (D’Hiru, 2013).

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


13

Protein dalam plasma darah terdiri dari, diantaranya :

1) Antihemofilik, berguna untuk mencegah anemia

2) Tromboplastin, protrombin dan fibrinogen yang berguna dalam

proses pembekuan darah (faktor pembekuan darah).

3) Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah.

4) Gammaglobulin, bergna dalam senyawa antibodi (D’Hiru,

2013).

2. Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Count/CBC) adalah

pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan

untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit tersebut.

Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari beberapa parameter pemeriksaan

yaitu hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit, indek eritrosit,

laju endap darah, hitung jenis leukosit, platelet distribuition dan red cell

distribuition (Desmawati, 2013).

3. Sel Darah Putih (Leukosit)

a. Pengertian Sel darah putih (leukosit)

Sel darah putih (leukosit) berwarna bening(translucent). Bentuknya

lebih besar bila dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit), tetapi

jumlahnya lebih sedikit. Sel darah putih berperan sebagai sistem imunitas

atau membunuh kuman dan penyakit yang berada di aliran darah manusia.

Dalam setiap 1mm3 darah terdapat 4000-10000 sel darah putih. Sel ini

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


14

memiliki sebuah inti yang dapat membelah menjadi banyak dan

protoplasmanya berbulir atau bergranula (D’Hiru, 2013).

Berdasarkan bentuk morfologinya terdiri dari lima jenis tipe yaitu

limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil. Dari lima jenis tipe

bentuk morfologi leukosit ini memiliki fungsi dan ciri yang berbeda-beda.

Leukosit merupakan fungsi utama untuk pertahanan tubuh. Leukosit

berfungsi untuk perlindungan atau sebagai pertahanan tubuh melawan

infeksi serta membunuh sel yang mengalami mutasi. Kadar limfosit

dipengaruhi oleh aktivitas fisik, pengobatan, dan penyakit. Limfosit

berperan penting dalam respon imunitas tubuh untuk melawan infeksi

virus dan infeksi bakteri (Karolina, Silaban, Permana dan Suban, 2016).

Dalam keadaan normal, jumlah limfosit absolut berkisar 15-45%.

Umur limfosit berkisar antara 100-300 hari, peningkatan jumlah limfosit

absolut (limfositosis) terjadi pada kasus infeksi akibat virus, penyakit

bakteri, dan ganguan hormonal. Infeksi virus seperti mononucleosis

infeksiosa, hepatitis, parotitis, campak, pneumonia virus, myeloma

multiple, hipofungsi adrenokortikal. Monosit merupakan sel darah yang

terbesar. Fungsi dari monosit yaitu sebagai lapis kedua pertahanan tubuh

yang dapat memfagositosis dan termasuk dalam kelompok makrofag.

Peningkatan persentase jumlah monosit pada hitung jenis leukosit

mengindikasikan terjadinya inflamasi. Fungsi utama dari neutrofil yaitu

melawan infeksi bakteri dan gangguan radang. Leukosit yang paling

banyak adalah neutrofil. Dalam kerusakan jaringan yang berkaitan dengan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


15

penyakit noninfeksi, neutrofil memiliki peranan yang penting. Eosinofil

aktif terutama pada tahap akhir inflamasi yang memiliki kemampuan

untuk memfagosit. Eosinofil juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi

parasit sehingga peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk

mendiagnosa atau monitoring penyakit, jumlah eosinofil lebih dari 6%

atau jumlah absolut lebih dari 500 mm3 disebabkan oleh respon tubuh

terhadap neoplasma, penyakit Addison, reaksi alergi, penyakit collagen

vascular atau infeksi parasit. Peningkatan basofil berhubungan dengan

leukemia granulostik dan basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi

disebut basofilia, sedangkan basopenia yaitu penurunan basofil berkaitan

dengan infeksi akut, reaksi stress, terapi steroid jangka panjang (Peraturan

Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Leukosit pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan

agranulosit. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.

Sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit. Dari kelima jenis

leukosit, netrofil memiliki proporsi yang paling banyak, netrofil akan

berwarna ungu dengan pengecatan netral (campuran asam-basa;

asam:merah; basa:biru), sedangkan dengan pewarna asam (eosin) akan

terlihat berwarna merah. Sementara sel basofil menyerap pewarna basa

sehingga warnanya menjadi biru. Jumlah limfosit 25% dari jumlah

leukosit, sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan dalam sumsum

tulang. Sel limfosit ini non-granula dan tidak memiliki kemampuan

bergerak seperti Amoeba sp. Sel ini dikelompokkan dalam limfosit T dan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


16

limfosit B (berperan dalam sistem antibodi). Selain itu terdapat sejumlah

kecil sel-sel yang berukuran besar yaitu monosit. Sel ini mampu

mengadakan gerakan ameboid (mirip amoeba) dan bersifat fagosit

(pemangsa) (D’Hiru, 2013).

4. Pengambilan Darah Vena

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu dengan cara

manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan

alat suntik (syringe), sedangkan cara vakum dengan menggunakan

tabung vakum (Riswanto, 2013).

Jarum yang digunakan adalah jarum multisampel (multisample

needles) atau jarum bersayap (winged needle). Jarum multisampel terdiri

dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum

pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi

interior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan

dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.

Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah

holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada

jarum posterior (Riswanto, 2013).

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tidak

perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup

sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara

bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Kekurangannya yaitu

sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi atau jika vena

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


17

tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh) atau jika pasien gemuk. Untuk

mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged

needle) (Riswanto, 2013). Hal yang harus diperhatikan dalam

pengambilan darah vena adalah sebagai berikut :

a. Vena yang baik untuk pengambilan darah pada bagian superficial

karena vena terlihat lebih besar dan juga harus terfiksasi.

b. Untuk memudahkan penusukan, tekanan darah dalam vena ini dapat

dinaikkan dengan mengadakan pembendungan pada bagian

proksimal dari vena tersebut dan bila diambil dari vena cubiti, hal ini

dapat dibantu pula dengan meminta pasien untuk mengepal dan

membuka tangan berulang-ulang.

c. Pembendungan vena tidak boleh dilakukan terlalu lama karena hal ini

dapat mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi (Permenkes, 2017).

5. Tourniquet

Tali pembendung (tourniquet) adalah tali yang terbuat dari bahan

latex/karet yang digunakan sebagai pembendung aliran darah vena.

Obstruksi aliran darah dapat menubah komponen darah jika tourniquet

dibiarkan di tempat selama lebih dari 1 menit. Pembendungan yang lama

dapat menyebabkan perpindahan cairan dari pembuluh darah ke jaringan,

dampaknya adalah hemokonsentrasi serta mengakibatkan hasil uji yang

salah (Riswanto, 2013). Penggunaan tourniquet juga bervariasi, ada yang

menggunakan tourniquet hanya sampai pada awal proses pengambilan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


18

darah, ada juga yang menggunakan tourniquet hingga proses pengambilan

darah selesai (Bastian dkk, 2018).

6. Automatic Hematology Analyzer

Hematology analyzer adalah alat penghitung sel darah lengkap yang

terdiri dari beberapa parameter dan diukur secara bersamaan dari sel

darah yang berbeda secara otomatis (Vis & Huisman, 2016 ; Ayuningtyas,

2018). Prinsipnya adalah impendance yaitu resistensi atau ketahanan

sel-sel yang tergantung volume sel terhadap besarnya arus listrik

dinyatakan dalam fentoliter. Kelebihan alat ini adalah memiliki ketelitian

yang lebih dibanding cara manual, tetapi memiliki kelemahan yaitu tidak

bisa menghitung trombosit yang besar dan trombosit yang menggumpal

(Krisnawati, 2015).

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


19

B. Kerangka Teori

Mutu Hasil Pemeriksaan


Laboratorium

Pra Analitik Analitik Pasca Analitik

Persiapan Pengambilan Pengelolaan Pengiriman


Pasien Sampel Sampel Sampel

Waktu Pembendungan Vena 1


menit dan 3 menit

Hemokonsentrasi

Peningkatan
Sel-sel Darah

Gambar 1. Kerangka Teori

Keterangan :

: Yang dilakukan dalam penelitian ini

: Yang tidak dilakukan dalam penelitian ini

C. Pertanyaan Penelitian

Ada perbedaan jumlah leukosit pada pembendungan vena selama 1 menit dan 3
menit.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai