Bab 12345 Fisiologi 1 Sinaga
Bab 12345 Fisiologi 1 Sinaga
Bab 12345 Fisiologi 1 Sinaga
I. PENDAHULUAN
terdapat central pallor 1/3 dari seluruh bagian eritrosit. Pada pengenceran 90%
memiliki hasil yang buruk ditandai dengan bentuk pada eritrosit yang mengalami
perubahan yaitu terjadi pembengkakan pada eritrosit, sel eritrosit berwarna merah
namun tidak terdapat central pallor 1/3 dari seluruh bagian sel eritrosit. Pada
pengenceran 75% memiliki hasil yang buruk ditandai dengan adanya ukuran pada
sel eritrosit menjadi makrositik, memiliki warna merah namun tidak terdapat
central pallor pada sel eritrosit, serta memiliki bentuk hemolysis. Pada
pengenceran 50% memiliki hasil yang buruk yaitu semua sel eritrosit tidak
memiliki warna, terjadi bentuk hemolysis.
Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang berbentuk cakram bikonkaf
yang berdiameter 7-8 µm. Eritrosit mengandung protein pembawa oksigen yang
disebut hemoglobin. Hemoglobin membuat warna merah dalam darah. Laki-laki
dewasa yang sehat memiliki sekitar 5,4 juta eritrosit/ µl darah sedangkan wanita
sehat memiliki sekitar 4,8 juta eritrosit/ µl darah (Tortora, dkk., 2016).
Hemolisis adalah proses patologi yang ditandai dengan rusaknya sel darah
merah dengan melepaskan hemoglobin dan komponen intraseluler lainnya ke
dalam cairan sekitarnya (Lippi, dkk., 2020). Menurut Farah, dkk. (2020),
Hemolisis menyebabkan keluarnya ion Mg2+ dan Zn2+ dari dalam sel ke serum
sehingga ion-ion tersebut biasanya akan meningkat pada serum yang hemolisis.
Kenaikan ion Mg2+ dan Zn2+ memberikan efek menghambat aktivitas ALP.
Pada pembuatan preparat, perlu disiapkan preparat yang bersih, kering, bebas
lemak. Pengecatan preparat dapat dilakukan menggunakan Giemsa, Wright dan
lain-lain (Nugraha, 2015) (Gandasoebrata, 2023). Pengaruh eksternal berupa suhu
juga perlu diperhatikan, suhu yang terlalu panas dapat mengakibatkan sel darah
mengkerut sebaliknya suhu yang terlalu dingin mungkin membuat darah
membesar (Kevin PB, 2019).
5
4.1 Hasil
Hasil Praktikum Fisiologi Hewan Air pada materi ini ialah mengenai Rupa
darah secara Makroskopis dan Mikroskopis yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Rupa Darah Secara Makroskopis
Tabung A Tabung B Tabung C Tabung A Tabung B Tabung C
dicampur dicampur dicampur dicampur
Aquades NaCl NaCl Aquades
Darah lebih Darah lebih Tidak Terdapat Lebih cair Lebih pekat
pekat kental tembus Busa Darah lebih
Tembus Tidak cahaya Darah lebih kental
Cahaya tembus Darah kental
Lebih cair Cahaya warna agak
Mengkisut cerah
5.1 Kesimpulan
Pada Praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa sebelum haemolisis pada
makroskopis adanya perbedaan warna pada tiap-tiap tabung sedangkan yang
mikroskopis yakni bentuk pada sel darah merah seperti bulat ,mengciut,
membengkak tanpa sel rusak. Sesudah Haeomolisis pada makroskopis yakni pada
Tabung A warna lebih cerah, Tabung B warna berkeruh, dan Tabung C warna
merah cerah. Sedangkan mikroskopis pada tabung A sel darahnya membengkak,
Tabung B sel darahnya mengerut dan Tabung C sel darahnya tidak berubah.
Ikan dengan campuran Aquades lebih memiliki darah lepas dan tembus
cahaya dan Ikan dengan campuran NaCl warna lebih pekat dan tidak tembus
cahaya.
5.2 Saran
Pada praktikum ini sudah cukup baik namun saya menyarankan alat
praktikum yang disediakan laboratorium sebaiknya ditambah untuk memudahkan
mahasiswa agar tidak tergesa-gesa saat ptaktikum. Saat melakukan praktikum
harus berhati-hati tidak boleh ceroboh, lakukan dengan betul agar tidak ada
kekeliruan dalam proses praktikum, pengambilan dan perhitungan data.