Laporan 2 Acc Plus
Laporan 2 Acc Plus
Laporan 2 Acc Plus
NIM : C031191007
ASISTEN : 1. A.NURANNISA
2. WAWAN HERMAWANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : C031191007
2. WAWAN HERMAWANTO
Waktu Asistensi
1 31 Oktober 2020
Muhammad Husain
A.Nurannisa Wawan Hermawanto
Ramadhan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-
zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan
tubuh ke ginjal dan hormon dari kelenjar endokrin ke organ tubuh. Darah juga berpartisipasi
dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperatur tubuh, serta
sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit. Semua itu adalah fungsi yang
berhubungan dengan pemeliharaan lingkungan internal yang konstan (homeostasis) (Sonjaya,
2013).
Darah terdiri dari sel darah dan tersuspensi dalam plasma cair (60-80%). Ini terdiri dari
17-18% protein dan 75-82% kelembaban, di mana hemoglobin, protein yang ditemukan
dalam sel darah merah, membentuk sekitar 70% dari total protein darah. Darah merupakan
sumber nutrisi yang baik terutama untuk kandungan asam amino esensial yang tinggi dan
bioavailabilitas zat besi yang tinggi yaitu zat besi dan dianggap sebagai protein non alergen
jika dibandingkan dengan protein susu dan kedelai. Namun protein darah jika kekurangan
beberapa asam amino esensial, metionin dan isoleusin dan kadarnya dalam darah dapat
bervariasi tergantung pada usia dan spesies hewan (Sorapukdee dan Supawadee, 2017).
Pada mamalia, monosit juga mewakili sel aksesori, yang dapat menghubungkan
peradangan dan pertahanan bawaan melawan mikroorganisme dengan respons imun adaptif.
Memang, fungsi monosit yang paling terkenal adalah sebagai reservoir sistemik prekursor
myeloid yang cukup besar untuk pembaruan beberapa makrofag jaringan dan sel dendritik
antigen-presenting. Namun, diferensiasi monosit sebagian besar diamati pada kondisi
inflamasi, misalnya selama infeksi aktif dan bukti menunjukkan bahwa pembaruan makrofag
jaringan tidak hanya bergantung pada monosit darah (Auffray et al., 2009).
Darah adalah jaringan ikat yang terdiri dari bahan yang tersuspensi dalam matriks cair
tak hidup yang disebut plasma. Darah memiliki tiga fungsi utama yaitu transportasi, regulasi
dan perlindungan. Transportasi darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan
(Akers dan Michael, 2013).
Berdasarkan pernyataan-pernyatan tersebut dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi
darah sangat krusial dalam metabolisme tubuh. Oleh karena itu, akan dibahas hal-hal
mengenai darah dan fungsinya di laboratorium fisiologi kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
5. Menghitung jumlah butir darah merah (BDM, eritrosit) per mm3 (mm) darah
6. Menghitung jumlah butir darah putih (BDP, leukosit) per mm3 (mm) darah
7. Mempelajari cara membuat sediaan apus darah
8. Mengamati berbagai macam bentuk butir-butir darah yang terdapat pada preparat
darah perifer
9. Menghitung % jenis-jenis BDP (leukosit) pada sediaan ulas darah perifer
1.4 Manfaat
1. Praktikan mampu mengetahui bentuk-bentuk sel darah dan mengamati ada tidaknya
mikroorganisme di dalam darah
2. Praktikan mampu menentukan kadar hemoglobin di dalam darah menurut metode
sahli
3. Praktikan mampu menentukan nilai hematokrit (% volume eritrosit di dalam darah)
dengan metoda mikrohematokrit dan makrohematokrit atau metode Wintrobe
4. Praktikan mampu menghitung jumlah butir darah merah (BDM, eritrosit) per mm3
(cmm) darah dan menghitung jumlah butir darah putih (BDP, leukosit) per mm3
(cmm) darah
5. Praktikan mampu mengamati berbagai macam bentuk butir-butir darah yang terdapat
pada preparat darah perifer
6. Praktikan mampu menghitung % jenis-jenis BDP (leukosit) pada sediaan ulas darah
perifer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah
Darah adalah jaringan ikat berupa cairan yang mengalir ke seluruh seluruh tubuh. Darah
secara keseluruhan adalah darah yang terkandung di dalam sistem kardiovaskular. Darah tepi
adalah darah yang secara keseluruhan beredar di pembuluh darah yang membawa oksigen,
nutrisi dan bahan limbah. Secara kasar, darah adalah cairan yang buram dan berwarna merah
pekat. Secara mikroskopis, darah secara keseluruhan adalah cairan bening, plasma, dimana
dibagian dalamnya banyak komponen seluler yang ditangguhkan (Colville dan Joanna, 2015).
Hematokrit adalah proporsi volume dari darah yang ditempati oleh sel darah merah atau
eritrosit yang dinyatakan dalam bentuk persentase (%) dan bisa ditentukan secara manual
atau otomatis. Di metode manual, sampel darah disentrifugasi pada kecepatan dan waktu
tertentu dalam tabung kaca standar (Hayuanta, 2016).
Menurut Frandson et al. (2009), beberapa fungsi dari darah adalah sebagai berikut :
1. Distribusi nutrisi yang diserap dari saluran pencernaan
2. Transportasi oksigen dari paru-paru ke sel di seluruh tubuh
3. Pengangkutan karbon dioksida dari metabolisme sel ke paru-paru
4. Pengangkutan produk limbah dari proses metabolism sel ke ginjal untuk ekskresi
5. Transportasi hormon dari kelenjar endokrin
6. Membantu dalam pengatur suhu tubuh dengan mengangkut panas dari dalam tubuh ke
permukaan tubuh
7. Membantu dalam menjaga pH konstan cairan tubuh dengan menyediakan penyangga
kimiawi
8. Membantu mencegah kehilangan darah yang berlebihan saat cedera dengan memberikan
protein dan faktor lain yang diperlukan untuk pembekuan darah
9. Membantu untuk pertahanan tubuh melawan penyakit dengan memberikan antibodi, sel
dan faktor pertahanan tubuh lainnya.
Volume darah adalah jumlah total dari darah pada tubuh hewan, termasuk unsur
pembentuk dan plasma darah. Tipikal nilai volume darah yang diberikan sebagai persentase
berat tubuh adalah 7–9%. Hewan yang ramping dan berotot cenderung memiliki persentase
volume darah yang lebih tinggi daripada hewan yang memiliki banyak lemak tubuh. Kisaran
pH khas untuk darah adalah 7,35 hingga 7,45, hanya sedikit di sisi basa netral. pH darah
disimpan dalam batas yang agak sempit dengan berbagai mekanisme yang mencakup
kontribusi dari ginjal dan sistem respirasi (Frandson et al., 2009).
2.2 Komposisi Darah
2.2.1 Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) merupakan komponen sel darah terbesar dan terbanyak dari
komponen seluler. Eritrosit pada mamalia tidak berinti, eritrosit pada amphibi berukuran
paling besar, dan eritrosit pada unggas memiliki inti sel. Proses pembentukan eritrosit disebut
eritropoiesis dimana eritrosit disintesis di sum-sum tulang (Bone marrow). Eritrosit tidak
dapat membelah kembali setelah dilepas dalam sistem peredaran darah. Umur eritrosit sekitar
120 hari. Hemoglobin merupakan molekul kompleks atas protein dan logam yang berada di
dalam eritrosit. Peranan penting hemoglobin adalah pengikatan oksigen yang akan ditransfer
dari darah ke sel-sel yang membutuhkan. Selain itu, hemoglobin juga mengangkut
karbondioksida untuk dikeluarkan dari tubuh. Keberadaan hemoglobin dalam eritrosit
memberikan warna merah pada darah (Santoso, 2020).
Menurut Reece dan Eric (2017), Granulosit terbagi menjadi tiga jenis yaitu sebagai
berikut :
1) Neutrofil
Neutrofil memiliki dua jenis butiran di sitoplasma mereka. Butiran azurophilic adalah
lisosom dari neutrofil dan menyediakan enzim untuk mencerna bakteri, virus, dan puing-
puing seluler yang tertelan. Butiran lainnya menghasilkan hidrogen peroksida, zat bakterisida
yang berpotensi (dibuat lebih banyak aktif) oleh peroksidase, salah satu enzim lisosom. Zat
dalam butiran tertentu termasuk kolagenase dan disebut protein pengikat besi laktoferin.
Neutrofil sangat fagositik dan ini ditambah dengan mobilitasnya, menyediakan mekanisme
pertahanan tubuh yang efektif (Reece dan Eric, 2017).
1) Limfosit
Limfosit dapat diklasifikasikan secara morfologis sebagai kecil atau besar Limfosit
besar memiliki bentuk yang belum matang, sedangkan limfosit kecil memiliki bentuk yang
lebih matang. Limfosit terlibat dalam respons imun, dan atas dasar ini diklasifikasikan
sebagai sel T atau sel B. Baik sel T dan B berasal dari sel induk hematopoietik (limfoblas) itu
berdiferensiasi membentuk limfosit. Sel T terlibat dalam imunitas yang diperantarai sel, yang
melibatkan pembentukan sejumlah besar limfosit untuk dihancurkan zat asing (antigen)
(Reece dan Eric, 2017).
Monosit biasanya merupakan leukosit terbesar yang terlihat pada darah. Mereka
berada dalam darah normal hanya dalam batas tertentu. Dibandingkan dengan leukosit lain,
mereka memiliki sitoplasma yang lebih banyak. Monosit yang bersirkulasi memfagositkan
bakteri, virus, dan kompleks antigen-antibodi dari aliran darah. Namun, fungsi fagositik
peredaran darahnya tidak begitu jelas seperti yang terjadi di jaringan. Pergerakan neutrofil
dari kapiler dan venula disertai oleh marginasi dan diapedesis serupa dari monosit. Saat
memasuki jaringan, monosit berada berubah menjadi makrofag (sel fagositik besar) dan
awalnya berpartisipasi dalam fagositosis sel bakteri (Reece dan Eric, 2017).
2.2.3 Trombosit
Trombosit merupakan fragmen sel yang berdiameter 2-4µm. Dibentuk dalam
sumsum tulang dan limfa, mempunyai masa hidup 8-10 hari. Keping- keping darah berkerut
pada pembuluh darah luka dimana trombosit melepaskan satu bahan yang membatasi
pembuluh darah dan beragregasi untuk membentuk gumpalan monosit (Sonjaya, 2013).
2.10.2 Leukocytozoonosis
Leukocytozoonosis adalah penyakit parasit pada unggas yang disebabkan oleh
protozoa dari genus Leucocytozoon. Protozoa ini hidup sebagai parasit di dalam sel darah
putih. Di Asia Tenggara, terdapat dua spesies yang paling banyak menyebabkan
leukositozoonosis pada ayam, yaitu Leucocytozoon caulleryi dan Leucocytozoon sabrazesi.
Penyakit ini sangat sering terjadi pada peternakan ayam yang dekat dengan sumber air. Hal
ini dikarenakan sumber air merupakan habitat alami dari Leucocytozoon sp. vektor, yaitu
Simulium sp. dan Culicoides arakawae. Di daerah endemis, penyakit ini terjadi sepanjang
tahun. Ada korelasi positif antara kejadian leukositozoonosis dengan musim dan lokasi
peternakan. Pada perubahan musim, dari musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya
frekuensi kejadian leukositozoonosis cenderung meningkat. Hal ini disebabkan peningkatan
populasi Simulium sp. dan Culicoides sp (Suprihati dan Wiwik, 2017).
3.2.3 Hematokrit
A. Metoda Mikrohematokrit
Tata Kerja :
1. Bersihkan darah pengambilan darah.
2. Tusuk pembuluh darah dan setelah darah keluar, tempelkan ujung mikrokapiler yang
bertanda (merah atau biru) pada tetesan darah tadi. Biarkan darah mengalir sendiri
mengisi 4/5 bagian pipa kapiler.
3. Sumbat ujung pipa kapiler yang bertanda (tidak selalu bertanda) dengan crestaseal atau
bakar ujung pipa tersebut dengan hati-hati.
4. Tempatkan pipa-pipa kapiler dalam alat pemutar; bagian yang tersumbat diletakkan
menjauhi pusat alat pemutar.
5. Putar dengan alat pemutar mikro-kapiler (microcentrifuge selama 5 menit dengan
kecepatan 11.500 – 15.000 RPM atau 15 menit dengan kecepatan 2.500 – 4.000 RPM.
6. Setelah diputar, terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri atas lapisan plasma yang jernih
dibagian teratas, kemudian lapisan putih abu-abu (buffy coat) ialah trombosit dan
leukosit dan lapisan merah yang terdiri atas eritrosit.
7. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari
darah dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematokrit
reader).
B. Metode Makrohematokrit
Tata Kerja :
1. Dengan menggunakan pipet Pasteur, isi tabung Wintrobe darah yang telah dicampur
dengan intikoagulan dengan perbandingan darah : antikoagulan 4 : 1, sampai batas
angka 10 (0) pada skala tabung.
2. Letakkan dalam alat putar dan putar dengan kecepatan ± 3000 RPM selama 30 menit.
Terbentuk lapisan-lapisan seperti pada metoda mikrohematokrit.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Waktu Beku Darah
Dalam Praktikum Kali ini, percobaan dalam menentukan waktu beku darah pada
praktikan adalah 2 menit 30 detik, hal ini sesuai dengan teori menurut Sonjaya (2013),
dimana trombosit akan melekat pada darah dan akan mengeluarkan kandungan yang nantinya
akan terlibat dalam pembekuan darah.
4.2.2 Waktu Pendarahan
Dalam Praktikum selanjutnya, akan dihitung waktu pendarahan setelah ujung jari
praktikan di tusuk. Didapatkan hasil yaitu waktu pendarahan adalah 30 detik dengan bintik
besar dan 1 menit apabila tidak ada bintik. Hal ini sesuai dengan teori menurut Aleem dan
Muqeet (2016), yaitu waktu pendarahan itu dari 30 detik sampai 1-5 menit.
4.2.3 Mengukur Hemoglobin
Dalam Praktikum pengukuran hemoglobin menggunakan metode Sahli, didapatkan
hasil pada hemoglobin sapi yaitu 20,6 g/dL. Hal ini tidak sesuai dengan teori Reece dan Eric
(2020), dimana mengatakan kadar hemoglobin normal sapi adalah 11,0 g/dL. Hal ini dapat
diakibatkan karena adanya kelainan pada sapinya.
4.2.4 Sediaan Apus Darah & Diferensiasi Leukosit
Dalam Praktikum Sediaan Apus Darah, digunakan mikroskop dengan pembesaran
10x40 dengan hasil pengamatan terdapat lebih banyak eritrosit pada darah. Hal ini sesuai
dengan teori Akers dan Michael (2013), dimana anjing memiliki 6-8 miliar eritrosit dan
6000-17000 leukosit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Darah adalah jaringan ikat berupa cairan yang mengalir ke seluruh seluruh tubuh. Darah
secara keseluruhan adalah darah yang terkandung di dalam sistem kardiovaskular.
2. Komponen darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
keeping-keping darah (trombosit).
3. Jumlah komposisi darah pada beberapa hewan utamanya pada komposisi sel darah putih
(leukosit) berbeda-beda.
4. Plasma dan serum memiliki beberapa perbedaan, salah satunya untuk mendapatkan
plasma, darah harus diberikan antikoagulan terlebih dahulu sedangkan serum tidak.
5. Pembentukan gumpalan di pembuluh darah yang tidak pecah disebut trombosis, dengan
gumpalan tersebut disebut trombus. Pembekuan terdiri dari tiga tahap dan dua jalur,
yang disebut jalur intrinsik dan ekstrinsik.
6. Dalam pembentukan darah, perkembangan darah pada vertebrata melibatkan dua
gelombang hematopoiesis, gelombang primitif dan gelombang definitif.
7. Hematokrit adalah proporsi volume dari darah yang ditempati oleh sel darah merah atau
eritrosit yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sedangkan Buffy coat adalah
lapisan tipis di bagian tengah darah yang disentrifugasi.
8. Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) adalah zat pengkelat yang dapat mengikat
logam melalui empat gugus karboksilat dan dua gugus amina. Heparin adalah senyawa
alami yang diisolasi baik dari sapi atau babi dan karena tidak homogen, membutuhkan
pemurnian.
9. Hemoglobin adalah zat yang terdapat pada sel darah merah. Hemoglobin diubah
menjadi bilirubin di dalam makrofag limpa dan hati.
10. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan darah yang menyerang hewan kecil
diantaranya seperti haemobartonella felis, leukocytozoonosis, anemia dan polisitemia.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk laboratorium
Pelaksanan laboratorium sudah cukup baik walaupun terkadang ada sedikit gangguan
dalam masalah jaringan. Saya berharap agar pelaksanaan laboratorium online bisa lebih baik
lagi kedepannya
5.2.2 Saran untuk Asisten
Dalam pelaksanaan laboratorium online, asisten sudah cukup baik dalam menjelaskan
materi dan membantu kami dalam memahami materi dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang ada. Ada baiknya jika asisten juga menjelaskan sedikit mengenai materi
yang ada agar kami bisa lebih paham lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Akers, R. Michael dan D. Michael Denbow. 2013. Anatomy and Physiology of Domestic
Animals 2nd Edition. Lowa (US) : Wiley Blackwell.
Auffray, Cedric, Michael H. Sieweke dan Frederic Geissmann. 2009. Blood Monocytes:
Development, Heterogeneity and Relationship with Dendritic Cells. Annual Review of
Immunology. 27(1) : 669-692.
Ayunawati, Indah Kusuma, Inayatur Rosyidah dan Umaysaroh. 2017. Hasil Pemeriksaan
LED Metode Westegren Antara Antikoagulan ESTA dan Narium Sitrat 3,8%. Jurnal
Insan Cendekia. 6(1) : 34-40.
Bogdan, Zon Madhumita Jagannathan dan Leonard I. Zon. 2013. Hematopoiesis.
Development at A Glance. 140(12) : 2463-2467.
Colville, Thomas dan Joanna M. Bassert. 2016. Clinical Anatomy and Phsiology for
Veterinary Technicians. Canada (CA) : Elsevier.
Darmawan, Armaidi dan R. Irawan. 2015. Mengenal CPOB Untuk Produk Darah. JIMJ. 3(2)
: 111-118.
Durachim, adang dan Dewi Astuti. 2018. Hemostasis. Jakarta(ID) : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Finley, Alan dan Charles Greenberg. 2013. Heparin Sensitivity and Resistance Management
During Cardiopulmonary Bypass. Anesthesia and Analgesia. 116(6) : 1210-1222.
Frandson, Rowen D, W. Lee Wilke dan Anna De Fails. 2009. Anatomy and Physiology of
Farm Animals. Lowa (US) : Wiley-Blackwell.
Frank, Elizebeth A, M. C. Shubha dan Cletus J. M. D’Souza. 2012. Blood Glucose
Determination Plasma or Serum. Journal of Clinical Laboratory Analysis. 26(1) : 317–
320.
Gazyagci, Serkal, Bugrahan Bekir Yagci, Zeynep Pekcan, Aycan Nuriye Gazyagci, Erdal
Kara. 2018. Hemoplasmosis (Mycoplasma sp.) in a Captive Non Domestic Cat
(Panthero leo) With Renal Failure. Turkish Journal of Veterinary Research. 2(2) : 28-
31.
Hayuanta, Hubertus Hosti. 2016. Can Hemoglobin-Hematocrit Relationship Be Used to
Assess Hydration Status. CDK-237. 43(2) : 139-142.
Karsh, Ebru Deniz, Özgür Erdogan, Emin Esen dan Esmeray Acartürk. 2011. Comparison of
The Effects of Warfarin and Heparin on Bleeding Caused by Dental Extraction: A
Clinical Study. J Oral Maxillofac Surg. 69(1) : 2500-2507.
Lutpiatina, Leka. 2015. Pewarnaan Gram Buffy Coat Untuk Deteksi Awal Pasien
Bakteremia. Medical Laboratory Technology Journal. 1(1) : 38-46.
Mairbaurl, Heimo dan Roy E. Webber. 2012. Oxygen Transport by Hemoglobin. American
Physiological Society. 2(2) : 1463‐ 1489.
Mohammadi, Zahed, Sousan Shalavi dan Hamid Jafarzadeh. 2013. Ethylene
Diaminetetraacetic acid in Endodontics. European Journal of Dentistry. 7(1) : 135-142.
Purba, Dody Joel, Sri Kayati Widyastuti dan Made Suma Anthara. 2020. Laporan Kasus
Hemobartonella Felis pada Kucing Lokal. Indonesia Medicus Veterinus. 9(2) : 157-167.
Reece, William O dan Eric W. Rowe. 2017. Functional Anatomy and Physiology Domestic
Animals 5th Edition. New Jersey (USA) : Wiley Blackwell.
Schaer, Michael dan Frédéric Gaschen. 2016. Clinical Medicine of Dog and Cat 3rd Edition.
Boca Raton (US) : CRC Press.
Santoso, Putra. 2020. Fisiologi Hewan (Prinsip-Prinsip Dasar). Indonesia (ID) : Andalas
University Press.
Sonjaya, Herry. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor (ID) : IPB Press.
Sorapukdee, Supaluk dan Supawadee Narunatsopanon. 2017. Comparative Study on
Compositions and Functio- nal Properties of Porcine, Chicken and Duck Blood. Korean
J. Food Sci. An. 37(2) : 228-241.
Sturtz, Robin dan Lori Asprea. 2012. Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians
and Nurses. Lowa (US) : Wiley Blackwell.
Suprihati, Endang dan Wiwik Misaco Yuniarti. 2017. The Phylogenetics of Leucocytozoon
caulleryi Infecting Broiler Chickens in Endemic Areas in Indonesia. Veterinary World.
10(11) : 1324-1328.
Voight, Gregg L dan Shannon L. Smith. 2011. Hematology Techniques And Concepts For
Veterinary Technicians. New delhi (IN) : Wiley Blackwell.
Witeska, Malgorzata dan Wioleta Wargocka. 2011. Disodium EDTA Used as Anticoagulant
Causes Hemolysis in Common Carp Blood. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 35(2) : 99-104.