REMED
REMED
REMED
DISUSUN OLEH :
KOORDINATOR SKILLAB
dr. Maestro
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
- Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih dan karuniaNya
yang diberikan pada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pungsi
vena. Sehubungan dengan hal ini, adapun tujuan kami dalam menulis makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas remedial stase pungsi pena pada blok Hemato
Imunologi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
dengan baik. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa laporan ini
penulis yang terbatas. Untuk itu, kami menerima dengan terbuka semua kritik dan
saran dari semua pihak agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.
1
Sari Tesalonika
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar isi .........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................2
1. DARAH.......................................................................................................................2
1.1 Definisi Darah....................................................................................................2
1.2 Fungsi Darah......................................................................................................2
1.3 Komponen Darah...............................................................................................3
1.4 Pemeriksaan Darah............................................................................................8
1.5 Struktur Arteri .................................................................................................10
1.6 Sirkulasi Darah................................................................................................13
2. PENGAMBILAN DARAH.......................................................................................14
2.1 Alat & Bahan.................................................................................................14
2.2 Memilih Vena Darah.....................................................................................18
2.3 Langkah-langkah Pengambilan Darah pada vena.........................................24
2.4 Komplikasi Pada Pungsi Vena......................................................................28
2.5 Faktor-faktor Pembekuan Darah...................................................................31
2.6 Cairan Jaringan..............................................................................................32
2.7 Produk Darah.................................................................................................33
2.8 Hasil Abnormal Pada Darah..........................................................................35
3. KELAINAN PADA DARAH..................................................................................35
3.1 Anemia..........................................................................................................35
3.2 Hemokromatosis............................................................................................37
3.3 Mielodisplasia................................................................................................38
3.4 Anemia Defisiensi Besi.................................................................................41
3.5 Anemia Aplastik............................................................................................45
BAB III PENUTUP.......................................................................................................51
Kesimpulan..........................................................................................................51
Daftar Pustaka...............................................................................................................52
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Pemeriksaan hematologi rutin umumnya terdiri dari parameter
hematokrit (Hct), jumlah leukosit (white blood cell, WBC) dan jumlah
masing-masing laboratorium.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Darah
Darah merupakan media transportasi berbagai zat yang berada di dalam tubuh
tubuh dalam keadaan semula. Darah selamanya berada dalam tubuh oleh karena
adanya kerja atau pompa jantung (Andarmoyo, 2012). Darah manusia berwarna
merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin yang
terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal
untuk dibuang sebagai urine (Anonim, 2010). Pada manusia umumnya memiliki
volume darah sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada usia,
pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani, dkk, 2008).
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat
5
1. Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut ini.
a. gas karbondioksida (CO2) dari jaringan perifer kemudian dikelurkan melalui paru-
b. Mengangkut sisa-sisa atau ampas dari hasil metabolisme jaringan berupa urea,
c. Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan ke seluruh
jaringan tubuh.
1. Plasma : bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air 91%, protein 3%
natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi), dan bahan
organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino)
2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas tiga elemen berikut:
6
a. Sel Darah Merah (Eritrosit)
1) Definisi Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, mitokondria, atau
ribosom. Sel darah merah tidak dapat bereproduksi atau melakukan fosforilasi
oksidatif sel atau sintesis protein. Sel darah merah mengandung protein hemoglobin,
yang mengangkut sebagian besar oksigendari paru ke sel-sel di seluruh tubuh. Sel
darah merah berukuran kecil, berbentuk diskus bikonkav (dua sisi) seperti donat tanpa
lubang di tengahnya. Area permukaan sel darah merah yang tinggi memungkinkan
untuk proses difusi cepat oksigen dan karbon dioksida, sementara ukuran yang kecil
(berdiameter 7 µm) dan relatif fleksibel memungkinkan sel darah merah untuk
menyelip masuk ke dalam pembuluh kapiler bahkan yang berukuran kecil tanpa
2) Fungsi
paru-paru.
c) Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah karena ion
7
1) Definisi Struktur leukosit dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
sehingga dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening (tidak berwarna).
Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Sel darah putih terdiri
sekitar 10-12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit terbagi menjadi tiga
dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranular yaitu
limfosit (sel kecil, sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak besar mengandung
8
2) Fungsi
Lekosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing, termasuk
9
c. Keping Darah (Trombosit)
pada DNA-nya) yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, dengan ukuran 2-3
µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit, ada yang bulat ada yang lonjong,
warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 300.000/mm3 . Jika
kurang dari normal, maka jika ada luka darah tidak akan lekas membeku sehingga
(Andarmoyo, 2012).
dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses
10
pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Trombosit mudah pecah bila
Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat dibedakan menjadi dua
yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan he matologi lengkap. Pemeriksaan hematologi rutin
terdiri dari hemoglobin/Hb, hematokrit (HCT), hitung jumlah sel darah merah/eritrosit,
hitung jumlah sel darah putih/leukosit, hitung jumlah trombosit dan indeks eritrosit.
Pemeriksaan he matologi lengkap (complete blood count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin
ditambah hitung jenis leukosit dan pemeriksaan morfologi sel/ sediaan apus darah tepi
(SADT)/ Gambaran
darah tepi (GDT)/morfologi darah tepi (MDT) yaitu ukuran, kandungan hemoglobin,
anisosito sis, poikilositosis, polikromasi. Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi
hemoglobin eritrosit. Istilah lain untuk in deks eritrosit adalah indeks korpusculer. Indeks
eritrosit terdiri atas volume atau ukuran eritrosit. Nilai eritrosit rerata dipakai untuk
mengetahui volume eritrosit rerata yang di ketahui dari nilai VER dan banyaknya hemoglobin
dalam satu er itrosit rerata dapat dilihat dari nilai HER serta untuk mengetahui konsentrasi
hemoglobin rera ta dalam satu eritrosit dilihat pada nilai KHER. (Riadi, 2011) Nilai eritrosit
rerata dipakai untuk peng golongan anemia berdasarkan morfologi. Dike nal 3 macam
Darah mudah membeku jika berada di luar tubuh. Apabila didiamkan, bekuan akan mengerut
dan serum terperas keluar. Cepat membekunya darah ini dapat diatasi dengan penamba han
suatu zat yang disebut dengan antikoagulan. (Riadi, 2011) Antikoagulan merupakan bahan
11
mel alui beberapa proses seperti kelasi, pengikatan kalsium atau menghambat pembentukan
trom bin. Setelah darah masuk ke dalam tabung, darah harus dicampur segera untuk
mencegah pem bentukan mikroklot. antikoagulan yang banyak di pakai adalah garam EDTA,
sitrat dan heparin. (Gandasobrata, 2007) EDTA sering digunakan karena antikoag ulan ini
tidak berpengaruh terhadap besar dan 22 bentuknya eritrosit dan leukosit, serta menceg ah
trombosit menggumpal. EDTA yang biasan ya digunakan terdiri dalam bentuk larutan atau
Jika menggunakan EDTA yang kering, wadah berisi darah harus digoncang sedikit lebih
lama yaitu 1 – 2 men it karena EDTA kering lambat melarut. Lambat melarutnya EDTA ini
juga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, terutama pemeriksaan darah rutin.Oleh karena
itu penggunaan EDTA dalam bentuk larutan lebih disarankan daripada peng gunaan EDTA
kering atau serbuk.(Gandasoebra ta, 2007) Dewasa ini telah tersedia tabung vakum yang
K3EDTA biasanya berupa garam yang mempunyai stabilitas yang lebih baik dari garam
EDTA yang lain ka rena menunjukkan pH yang mendekati pH darah yaitu sekitar 6,4.
(Gandasoebrata, 2007 dan Ri adi, 2011) Tabung vakum ini merupakan tabung yang
dibandingkan dengan EDTA konvensional dalam bentuk Na2EDTA. Dari segi ekonomi,
EDTA vacutainer memer lukan biaya yang lebih mahal, maka tidak jarang instalasi
laboratorium lebih banyak mengguna kan Na2EDTA cair atau serbuk sebagai antiko agulan
EDTA serbuk atau cair ini sedikit lebih rumit karena volume EDTA harus disesuaikan
12
1.4 Struktur Arteri
Struktur Arteri Pembuluh arteri/nadi membawa darah dari jantung keseluruh tubuh. .
Merupakan pembuluh darah yang liat dan elastis , Dinding arteri lebih tebal daripada
dinding vena. Memiliki sebuah katup yang berada tepat diluar jantung Tekanan
pembuluh arteri lebih kuat daripada pembuluh vena. Letaknya agak tersembunyi dari
lapisan kulit . Membawa darah bersih yang berwarna lebih merah terang dibanding
vena. Sirkulasi Arteri : Arteri mendapat darah dari pembuluh darah halus yang
bersangkutan disebut vasa vasorum , Arteri dapat berkontraksi dan berdilatasi yang
disebabkan pengaruh susunan saraf otonom Dinding arteria terdiri dari 3 lapisan :
Lapisan luar : Tunika advertisia : terutama tersusun dari jaringan ikat , mengandung
Lapisan tengah : Tunika media : tersusun dari kolagen , serat otot polos dan
Lapisan dalam :Tunika intima : lapisan sel – sel endotel yang menyediakan
permukaan non trombogenik untuk aliran darah Terdapat beberapa jenis pembuluh
nadi yaitu Aorta : pembuluh nadi terbesar dalam tubuh , keluar dari ventrikel jantung ,
kapiler : tempat terjadinya pertukaran zat dalam sistim sirkulasi (tempat zat nutrisi dan
O2 serta CO2 bertukar ). Arteri sistemik , membawa darah menuju arteriol , pembuluh
kapiler.
13
Struktur Vena Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena
tempat mendengar denyut jantung. Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah
vena kava dan vena pulmonalis. Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang
selanjutnya menjadi kapiler. Dibanding Arteri ,dinding vena lebih tipis dan mudah
melebar . Membawa darah menuju jantung, membawa darah kotor (bawa sisa
tidak terasa. Dinding pembuluh lebih tipis , dan tidak elastis. Tekanan pembuluh lebih
lemah dibandingkan arteri . Katup – katup semilunaris ( berbentuk bulan sabit ) satu
arah tersebar diseluruh sistim vena , katup ini mencegah terjadinya aliran balik dan
mengarahkan aliran ke proksimal. Kemampuan katup – katup ini sangat penting sebab
aliran darah dari ekstremitas ke jantung berjalan melawan gravitasi . Fisiologi dari
aliran vena yang melawan kekuatan gravitasi melibatkan berbagai faktor yang dikenal
sebagai pompa vena dimana kontraksi otot mendorong aliran darah maju didalam
sistim vena . Sirkulasi darah Vena Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari
pembuluh darah arteri yaitu : berfungsi untuk membawa darah dari alat tubuh kembali
masuk kedalam jantung . Katup pada vena terdapat sepanjang pembuluh darah , katup
tersebut berfungsi untuk mencegah darah idak kembali lagi ke sel atau jaringan . Vena
yang terbesar adalah pulmonalis , bercabang menjadi vena -> venolus yang
Kapiler Disebut juga pembuluh rambut terdiri dari sel-sel endotel . Diameter kira-kira
0,008 mm. fungsi kapiler sebagai Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan
14
vena , Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan ,
Mengambil hasil-hasil dari kelenjar . Menyerap zat makanan yang terdapat di usus .
Menyaring darah yang terdapat di ginjal Struktur kapiler Merupakan pembuluh darah
yang paling halus dibanding arteri dan vena Dinding pembuluh darah kapiler hanya
terdiri dari sebuah lapisan tunggal endothelium serabut otot dan sebuah membran
basalis .Secara aktif mengatur banyaknya darah yang mengalir dalam pembuluh
tersebut , jadi dapat membesar dan mengecil tergantung kebutuhan dan keperluannya
Sirkulasi kapiler Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut juga
langsung berhubungan dengan sel . Pembuluh kapiler terdiri atas : Kapiler arteri :
sangat tipis sehingga memungkinkan cairan darah / limfe merembes keluar jaringan
membawa air, mineral dan zat makanan serta melaksanakan proses pertukaran gas O2
dan CO2 , Kapiler vena : fungsi membawa zat sisa yang tidak terpakai oleh jaringan
berupa zat ekskresi dan CO2. zat sisa dibawa keluar tubuh melalui venolus, vena dan
akhirnya keluar tubuh melalui 3 proses yaitu pernafasan, keringat dan feses.
Pembuluh darah Adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh tubuh.
15
Merupakan sistim tertutup dengan jantung sebagai pemompanya. Pembuluh darah
utama dimulai dari aorta yang keluar dari ventrikel sinistra melalui belakang kanan,
Darah mengalir dalam pembuluh darah dan diedarkan oleh kekuatan pompa jantung
FUNGSI SIRKULASI
Arteriola : Cabang kecil dari arteri.berfungsi sebagai kendali darah yang dikeluarkan
Kapiler : Untuk pertukaran cairan, zat makanan elektrolit, hormon dan bahan lainnya
Venula : Mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap, bergabung menjadi vena
2. Pengambilan Darah
Peralatan yang dibutuhkan untuk pengambilan darah vena ada beberapa jenis. Setiap
Penggunaan spuit dan jarum sederhana diindikasikan hanya untuk satu pemeriksaan darah,
namun jika ada beberapa jenis pemeriksaan darah diperintahkan, maka lebih baik memilih
vacutainer/tabung spesimen.
Sampel pemeriksaan darah dapat berupa darah total (whole blood), serum, atau plasma.
Untuk mendapatkan plasma darah, petugas harus mencegah sampel darah yang diambil
aditif (zat tambahan) yang dicampurkan bersama sampel darah. Saat ini telah tersedia tabung
darah khusus yang sudah dilengkapi dengan zat pembeku darah. Tabung pengumpulan
17
sampel darah memiliki warna yang menunjukkan jenis zat aditif yang terkandung
18
19
Jika dalam sekali waktu, pengambilan sampel darah dilakukan untuk beberapa tujuan pemeriksaan,
maka harus diperhatikan urutan penggunaan tabungnya. Urutan tabung vakum pada
Flebotomi :
A. Lokasi Pungsi Lokasi pungsi vena yang paling umum untuk pengambilan darah
vena dilakukan pada vena suprafisial dari fossa antekubital (lipatan siku). Terdapat
tiga vena yang digunakan untuk pungsi vena. Lokasi ketiga vena pada fossa
antekubital tersebut secara anatomis dibagi menjadi dua pola. Pola “H” adalah vena
mediana kubiti, vena sefalika, dan vena basilica. Pola “M”adalah vena mediana kubiti,
20
Ket.: (A) Pola H dan (B) Pola M pada vena superfisial lengan kanan Anterior pada
Fossa Antekubital.
Vena mediana kubiti menjadi pilihan pertama pada pungsi vena. Jika vena tidak
menonjol dan teraba pada kedua lengan, vena sefalika atau vena basilika harus
digunakan. Jadikan vena sefalika sebagai vena pilihan paling akhir karena memiliki
a. Tunika adventisia adalah lapisan luar yang terdiri atas jaringan ikat yang fibrus
b. Tunika media adalah lapisan tengah yang berotot, lebih tipis, kurang kuat,
kurang elastis daripada pembuluh darah arteri yang berfungsi untuk memberi
21
tekanan terhadap darah.
c. Tunika intima adalah lapisan dalam yang terbentuk oleh endothelium dan
sangat licin. Tunika intima di pembuluh darah vena terdapat katup yang
berbentuk lipatan setengah bulan yang terbuat dari lapisan endothelium dan
Pada pemeriksaan hematologi, sampel darah dapat diperoleh dari pembuluh darah
vena, arteri dan kapiler. Darah vena adalah darah yang berasal dari pembuluh vena,
pembuluh darah vena ini cukup besar dan banyak mengandung gas CO2. Darah arteri
atau disebut darah segar banyak mengandung O2 karena berasal dari jantung. Darah
kapiler merupakan darah yang terdapat pada pembuluh kapiler yang sangat kecil yaitu
Pemeriksaan hematologi pada alat otomatis biasanya meggunakan sampel darah vena
tetapi pada kasus tertentu darah vena tidak dapat diperoleh seperti pada kondisi vena
yang tidak dapat teraba dengan jelas karena kegemukan atau adanya luka bakar pada
infeksi karena lapisan epidermis yang berfungsi sebagai pelindung kulit telah rusak.
Pada kondisi edema (pembengkakan) sulit dilakukan sampling karena adanya cairan
abnormal yang dapat bercampur dengan darah, dan menyebabkan vena sulit diraba.
Pembuluh darah vena yang tipis pada bayi/balita atau pada kondisi pasien yang sedang
22
Pemeriksaan jumlah eritrosit, leokosit, dan trombosit dapat menggunakan darah vena
maupun kapiler. Pemeriksaan dengan daarah kapiler memberiksan hasil lebih rendah
dibandingkan darah vena. Pemeriksaan jumah eritrosit, leokosit, dan trombosit pada
sampel darah kapiler menggunakan alat otomatik memerlukan sampel darah kapiler
sebanyak 180 µl.Alat pemeriksaan yang tidak dilakukan perawatan secara rutin dan
kalibrasi secara teratur akan sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah eritrosit,
Perawatan alat secara rutin perlu dilakukan dengan melakukan perawatan harian yakni
sampel darah segar. Kalibrsi hendaknya diperiksa secara teratur dengan menggunakan
program pemantapan mutu yang biasa dilakukn setiap laboratorium, sesuai dengan
pada setiap shift dan juga pada setiap perubahan nomor lot reagen.Reagen harus
diperlakukan sesuai aturan yang telah diberikan pabrik produksi termasuk cara
penyimpanan, penggunaan, dan expired nya. Pemakaian reagen yang sudah rusak
karena telah expired maupun salah dalam suhu penyimpanan akan menyebabkan
penurunan jumlah eritrosit, leokosit, dan trombosit. Hal ini dapat diatasi dengan
penyimpanan reagen pada suhu dan penggunaan reagen sebelum expired yang telah
23
Faktor pemeriksaan juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan jumlah
eritrosit, leokosit, dan trombosit. Hal ini akan terjadi apabila sampel tidak
dicampur/dikocok dengan benar sebelum dilakukan pembacaan pada alat atau pada
saat sampel dihisap oleh penghisap sampel tidak sampai pada dasar tabung sampel,
maka hasil pemeriksaan jumlah eritrosit, leokosit, dan trombosit menjadi rendah.
Tanyakan pada pasien untuk tempat penusukan yang pernah berhasil dan tidak
berhasil di masa lalu. Jika pasien sering melakukan tes darah, dia akan mengetahui
vena yang berfungsi dengan baik. Untuk pasien yang tidak teraba vena di fossa
antecubital, maka perawat dapat menggunakan vena di punggung tangan atau lengan
bawah. Namun ini menjadi pilihan terakhir, karena vena tersebut mungkin terlihat
namun biasanya sangat kecil. Selain itu, banyak ujung saraf ditemukan di sana.
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sitem transport. Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu :
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel
darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume
darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira kira lima
liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah.
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengaturan
hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara
24
darah, hanya melintas saja. Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-
molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti
Terdapat dua sistem flebotomi yang dapat digunakan untuk pungsi vena, yaitu sistem
terbuka (open system) dan sistem tertutup (close system). Sistem terbuka merupakan
flebotomi yang menggunakan alat jarum dan spuit. Untuk memindahkan spesimen
darah yang sudah terkumpul pada spuit ke dalam tabung vakum harus dilakukan
dan penutup tabung vakum lalu darah dimasukkan, sementara flebotomis lainnya
langsung menusukkan jarum pada spuit berisi darah pada tabung vakum. Dengan
demikian, sistem ini memungkinkan darah kontak dengan udara yang mengakibatkan
melepaskan jarum dan tutup tabung vakum. Sistem tertutup merupakan flebotomi
yang menggunakan alat jarum, holder, dan tabung vakum. Oleh karena itu, sistem ini
disebut juga sistem vakum, saat dilakukan pungsi vena, darah langsung mengalir ke
tabung vakum tanpa terjadi kontak dengan udara. Flebotomi sistem tertutup sangat
cocok untuk pengambilan darah yang membutuhkan lebih dari satu tabung vakum
25
2.3 Langkah-langkah Pengambilan Darah pada Vena
menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor
26
rekam medis) Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur Siapkan alat dan bahan
yang diperlukan
c. Alcohol swab
e. Torniket
f. Plester
g. Pengalas
h. Bengok
i. Safety box
2. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien
3. Cuci tangan, dengan sabun dan air/hand spray, sebelum mengambil sampel darah
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
Posisikan tangan pasien dengan telapak tangan menghadap ke atas dan Pilih vena
27
6. Pasang pengalas di bawah area vena yang dipilih dengan perlak/ bantal kecil.
penusukan. Jika terlalu dekat dari tempat tusukan,vena dapat kolaps ketika darah
terisap ke dalam tabung dan jika terlalu jauh dari tempat tusukan pengambilan darah
tidak akan efektif. Pasien yang memiliki kulit sensitif atau mengalami dermatitis,
maka pemasangan tourniquet dilakukan diatas kain kering atau kasa yang melihat
lengan. Hal yang harus diperhatikan pada penggunaannya ialah bahwa pembendungan
ini tidak boleh terlalu ketat dan tidak boleh berlangsung lama.
Pemasangan tourniquet hendaknya digunakan tidak lebih dari satu menit. Pemasangan
suatu kondisi dimana komponen darah yang tidak dapat dengan mudah meninggalkan
aliran darah, menjadi terkonsentrasi pada volume plasma yang lebih kecil. Hal ini
jumlah sel darah merah, PCV, elemen sel, dan peningkatan kadar subtrat ( protein
9. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke
siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan atau mintalah pasien untuk
membuka tutup telapak tangannya beberapa kali untuk membantu vena berdilatasi
(membesar)
28
10. Desinfeksi kulit pasien pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%
11. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut
20 – 30 derajat. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke
dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena. Aspirasi sampel darah
sesuai kebutuhan (jika menggunakan spuit) atau pegang adapter lalu tekan tabung
vakum dan biarkan darah masuk sampai sesuai kebutuhan (jika menggunakan
vacutainer). Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma
yang diperlukan untuk pemeriksaan. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas
12. Letakkan kapas di tempat tusukan spuit lalu segera lepaskan/tarik jarum secara
13. Lakukan penekanan pada area penusukan dengan kapas beberapa saat
14. Pasang plester pada area penusukan jika darah telah berhenti. Penekukan siku
15. Berikan label pada tabung sampel darah dan kirim segera ke laboratorium
29
2.4 Komplikasi pada Pungsi Vena
a. Ekimosis atau memar adalah komplikasi yang paling sering ditemui pada pungsi
vena. Kondisi tersebut terjadi akibat kebocoran sejumlah kecil darah ke dalam
langsung lokasi pungsi vena dengan kain kasa. Jangan lakukan tindakan menekukkan
tangan setelah flebotomi karena dapat menyebabkan memar dan tidak efektif dalam
menghentikan perdarahan.
b. Hematoma terjadi ketika terjadi kebocoran sejumlah besar darah di sekitar lokasi
dalam jaringan. Jika hematoma terjadi dengan cepat pada saat pungsi vena, flebotomis
harus segera melepaskan jarum dan menekan lokasi tusukan dengan kasa selama dua
menit. Hematoma dapat menyebabkan memar, rasa nyeri, dan kerusakan permanen
pada lengan.
c. Sinkop atau pingsan, juga merupakan kondisi yang sering terjadi. Tindakan
riwayat pingsan pada flebotomi atau melihat tanda-tanda, seperti butiran keringat pada
dahi, hiperventilasi, cemas, dan pucat. Jika pasien pingsan, flebotomis harus segera
pakaian yang ketat. Jika berada pada pelayanan kesehatan, hubungi perawat atau
30
oleh terlalu lama membebatkan turniket di lengan pasien. Turniket tidak boleh
membebat lebih dari satu menit, sebaiknya dilepas selama dua menit, dan
e. Hemolisis merupakan keadaan saat sel darah merah pecah (hemolisis) yang
berwarna merah. Hemolisis terjadi akibat penggunaan jarum yang terlalu kecil pada
saat pungsi vena, pengambilan darah dilakukan pada lokasi hematoma, penarikan
plunger spuit terlalu cepat, penekanan plunger spuit terlalu kuat saat darah
dimasukkan ke dalam tabung, inversi terlalu kuat, dan kontaminasi alkohol atau air
dalam darah.
f. Petekie merupakan bintik merah kecil akibat sejumlah kecil darah keluar dari
kapiler dan muncul ke permukaan kulit. Petekie bisa menjadi tanda kelainan
pembekuan darah dan akibat dari kelainan trombosit atau cacat pada dinding kapiler.
kulit, lateks, atau perekat pada plester juga dapat terjadi. Tindakan pencegahan dapat
riwayat alergi terhadap alat-alat flebotomi yang akan digunakan. Jika ada responden
31
h. Nyeri merupakan kondisi yang pasti dirasakan selama pungsi vena. Sensasi sakit
lokasi penusukan. Nyeri hebat, sensasi terbakar atau sengatan listrik, mati rasa, dan
nyeri yang menjalar ke atas atau ke bawah lengan selama pungsi vena menunjukkan
keterlibatan saraf dan jarum harus segera dicabut. Jika nyeri terus berlanjut, gunakan
kompres es dan hubungi perawat atau dokter untuk diberikan pertolongan lanjutan.
lama, yaitu menekan lokasi penusukan selama lima menit. Jika perdarahan berlanjut,
J. Kejang akibat respons terhadap tusukan jarum atau tusukan yang ada sebelumnya
mendapatertolongan lanjutan.
k. Pasien yang mengalami mual atau muntah bisa disiapkan wadah atau kantong
plastik untuk dipegang sebagai upaya tindakan pencegahan. Minta pasien untuk
bernapas perlahan dan berikan kompres dingin di dahinya untuk mengurangi rasa
mual. Jika pasien muntah, hentikan prosedur dan hubungi perawat atau dokter untuk
pertolongan berikutnya.
32
• II : Protrombin : mengaktifkan fibrin, faktor V,VII,XIII
Serum darah/ plasma darah terdiri atas Air 91% berperan sebagai medium transport,
7-9% terdiri dari zat padat yaitu Protein 8% , yang terdapat didalam darah terdiri atas
Albumin ( 53% ) : dibentuk di hati , berperan dalam mempertahan kan volume darah
elektrolit darah) serta transport ion – ion logam , asam lemak , steroid , hormon dan
Tromboplastin (proses pembekuan darah) dan unsur anorganik : Mineral 0,9 % terdiri
33
dari :Nacl,NaHCO3,garam Ca, Fosfor, Mg ,Fe dsb ( Natrium , Kalium, Fosfor ,
besi ,Iodium ), Sisanya terdiri dari sejumlah bahan organik ,yaitu : zat nitrogen non
protein,xantin glukosa, , fosfolipid, kolesterol, lemak netral, urea, asam urat, kreatinin,
kolesterol dan asam amino. Plasma juga mengandung gas O2 dan CO2 , hormon –
2. Cairan jaringan atau intersel berada diantara atau sekitar sel , sebagai tempat
pertukaran zat ( metabolism) secara bebas antara darah dan cairan intersel
3. Cairan limfe mengalirkan cairan jaringan kembali ke sistim vena melalui saluran
limfe.
PACKED RED CELLS: Sel darah merah yang dipampatkan. Digunakan untuk
menolong penderita tipe anemia kronis tertentu yang gagal diterapi obat, juga untuk
WASHED RED CELLS: Darah yang bebas dari leukosit dan/atau protein plasma lain.
34
FROZEN RED CELLS: Eritrosit dibekukan untuk penyimpanan lama. Digunakan
PLATELETS Diekstraksi dan dipampatkan dari Whole Blood. Berperan dalam proses
penggumpalan / pembekuan darah normal. Kadar rendah platelets pada seorang akan
mudah menimbul kan memar dan perdarahan dalam. Bila perlu platelets asal berbagai
faktor pembekuan darah, plasma fresh digunakan untuk menolong berbagai tipe
gangguan perdarahan.
WHITE BLOOD CELLS: Granulosit bisa dipisahkan dari darah normal atau dari
dengan granulositosis rendah bisa diberikan darah apabila tidak berespons terhadap
terapi antibiotikanya.
PLASMA PROTEIN SOLUTION: Bagian cair darah dari whole blood yang tidak
albumin (protein utama dalam plasma). Solusi ini dapat tahan dalam penyimpanan.
Pemanfaatan utama untuk mengatasi shok akibat kehilangan darah sampai darah yang
kompatibel bagi pasien tersedia. Purified Albumin: preparasi ini digunakan untuk
albumin berat) dan juga untuk gangguan hati (yang disertai defisiensi produksi
albumin).
35
CLOTTING FACTORS: Pampatan faktor pembekuan darah VIII dan IX digunakan
yang sembuh dari penyakit virus tertentu (rubella, hepatitis B) dan pada orang yang
pada waktu dekat telah diimunisasi (tetanus). Antobodi-2 bisa dipampatan dari plasma
yang diambil dari pasien-2 post sakit infeksi terkait dapat digunakan untuk menolong
pasien yang dirinya tidak mampu menghasilkan anibodinya sendiri, atau bagi pasien
tinggi = makrositik.
normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan (Masrizal, 2007).
36
Anemia adalah kondisi patologis dimana ada penurunan massa sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Hematokrit rendah adalah
nilai substitusi untuk anemia, namun tidak diukur secara langsung oleh penganalisis
beberapa kasus anemia mikrositik, seperti talasemia, biasanya ada jumlah eritrosit
yang meningkat (polisitemia palsu) (Chulilla, Colás, dan Martín, 2009). Anemia
adalah suatu keadan dimana kadar hemoglobin menurun sehingga tubuh akan
darah berkurang. Anemia bukan merupakan diagnosa akhir dari suatu penyakit akan
tetapi selalu merupakan salah satu gejala dari suatu penyakit dasar (Supandiman,
1997).
zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hemoglobin (Hb), sehingga disebut
“Anemia Kekurangan Besi atau Anemia Gizi Besi (AGB)”. Kekurangan zat besi
dalam tubuh tersebut disebabkan antara lain karena : a. Konsumsi makanan sumber
zat besi yang kurang, terutama yang berasal dari hewani. b. Kebutuhan yang
meningkat, seperti pada masa kehamilan, menstruasi pada perempuan dan tumbuh
kembang pada anak balita dan remaja c. Menderita penyakit infeksi, yang dapat
berakibat zat besi yang diserap tubuh berkurang (kecacingan), atau hemolisis sel darah
merah (malaria) d. Kehilangan zat besi yang berlebihan pada pendarahan termasuk
37
rendah sumber zat besi tidak dicukupi dengan konsumsi TTD sesuai anjuran. Pada
kondisi normal (tidak anemia) tingkat penyerapan besi heme yang berasal dari pangan
hewani mencapai sekitar 25%, sedangkan pada kondisi anemia tingkat penyerapan
lebih dari 35%. Untuk pangan nabati yang mengandung besi non heme, penyerapan
zat besi hanya sekitar 1 - 5%. (Mahan & Stump, 2008; Bender, 2008). Oleh karena itu
dibutuhkan pangan nabati dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi kebutuhan zat
besi dalam sehari yang pada prakteknya sangat sulit dilakukan. Penyerapan zat besi
dalam tubuh terutama besi non heme yang berasal dari nabati, dipengaruhi oleh jenis
makanan yang dikonsumsi. Vitamin C, daging, ikan dan unggas dapat meningkatkan
penyerapan zat besi, sedangkan kalsium dan serat bersifat menghambat penyerapan
zat besi. Konsumsi kalsium dalam dosis tinggi (lebih dari 40 mg) dapat menghambat
penyerapan zat besi. Selain itu pengolahan makanan yang terlalu lama dengan
temperatur yang terlalu tinggi, dapat merubah besi heme menjadi besi non heme
sehingga berpengaruh terhadap penyerapan zat besi. Selain zat besi, kecukupan
asupan protein dalam konsumsi makanan sehari-hari juga harus mencukupi karena
3.2 Hemokromatosis
Hemokromatosis merupakan suatu penyakit yang timbul karena metabolisme zat besi
yang berlebihan. Oleh karena itu kondisi ini sering kali disebut dengan "iron overload"
Kandungan zat besi normal dalam tubuh berkisar antara 2 sampai 5 gram. Jumlah
38
tersebut dipertahankan dengan hati-hati agar tetap konstan, oleh keseimbangan
absorpsi zat besi pada saluran pencemaan dari makanan harian yang terbatas dan
tetapi penyebab tersering adalah karena genetik sedangkan kemungkinan Iainnya bisa
disebabkan karena : makan pil yang mengandung zat besi dalam jumlah banyak atau
dimana zat besi terdapat berlebihan atau terjadi penimbunan zat besi yang disertai
dibedakan dengan Hemosiderosis yaitu keadaan dimana terdapat zat berlebihan pada
bukanlah suatu penyakit menular tetapi penyakit ini dapat diturunkan, dan dapat
merusak organ utama dalam tubuh kita. Akan sangat berbahaya bila timbul komplikasi
seperti : liver cirrhosis, hepatocellular carsinoma, congestive heart failure dan cardiac
penderita yang didiagnosis untuk mencegah penimbunan zat besi berlebihan dalam
Hemokromatosis lebih banyak ditemukan pada kaum pria daripada wanita dan sering
dijumpai di negara-negara Barat, Eropa, dan Australia. Walaupun demikian kasus ini
bukan tidak ada di Indonesia. Kira- kira 32 juta penduduk Amerika sebagai carier dari
penyakit hemokromatosis tapi kira-kira 1 dari 200 orang tersebut benar pengidap
penyakit tersebut.
3.3 Mielodisplasia
39
Myelodysplastic syndromes tampak pucat dan tidak didapatkan pembesaran organ
eritropenia, anemia, dan penurunan hematokrit. Platelet pasien masih berada pada
rentang normal dan tidak terdapat gangguan pada fungsi ginjal dan hati. Hasil
leukosit, eritrosit, dan hemoglobin yang diambil berturut turut pada 3 hari berturut-
sel blast 10 – 15 %, penurunan maturasi seri myeloid, sel eritroid dan diseritropoiesis,
diagnosa sebagai Myelodysplastic Syndrome with Excess Blast. Terapi yang diberikan
pada pasien selama perawatan di rumah sakit bertujuan untuk mengatasi gejala yang
dialami pasien. Transfusi PRC (Packed Red Cell) 1 Kolf/hari dengan pemberian
tablet per hari memberikan perbaikan kondisi pada pasien. Hal ini dibuktikan dengan
Leukemia Myeloid Akut (AML). Pasien didiagnosis mengalami MDS with Excess
Blast berdasrakan pemeriksaan biopsis sumsum tulang. Prognosis pada pasien ini
tergolong high risk berdasarkan IPSS-R yang artinya survival untuk 1 – 2 tahun yaitu
13%. (MDS) adalah kelompok heterogen dari kondisi hematologi klonal yang
40
mempengaruhi sel punca hematopoietik di sumsum tulang dan bermanifestasi sebagai
sitopenia perifer dan displasia morfologis yang dapat terjadi pada ≥1 seri sel mieloid,
sekunder akibat hematopoiesis yang tidak efektif dan morfologi displastik pada
komponen hematopoietik dengan kurang dari 20% blast dalam darah atau sumsum
tulang. Sumsum tulang sering hiperseluler. MDS dapat disertai dengan rekurensi
kelainan genetik dan peningkatan risiko terjadinya leukemia mieloid akut (AML).
Risiko transformasi leukemia ditentukan sebagian oleh tingkat atipia dari morfologi,
persentase blast di sumsum tulang, dan sitogenetika MDS. MDS merupakan penyakit
yang sering ditemukan pada pasien lanjut usia. Usia rerata saat onset penyakit sekitar
70 tahun. Myelodysplastic syndrome dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-
anak. Berbeda dengan dewasa, MDS jarang terjadi pada anak-anak, MDS merupakan
4% dari semua keganasan hematologi, dengan insiden 1,8/satu juta anak/tahun pada
kelompok usia 0-14 tahun. Paparan berkepanjangan terhadap benzena dalam kadar
yang tinggi, agen kemoterapi, agen khusus alkylating, inhibitor topoisomerase, radiasi,
merokok, infeksi virus dan paparan zat kimia di bidang pertanian dapat meningkatkan
risiko terjadinya MDS. Agen tersebut menyebabkan terjadinya mutasi dan kerusakan
Manifestasi penyakit yang khas termasuk kelelahan dan kelemahan yang disebabkan
oleh anemia, infeksi yang disebabkan oleh neutropenia, atau perdarahan yang
41
komplikasinya masing masing, dan sindrom paraneoplastik. Diagnosis MDS
sumsum tulang yang menunjukkan sitopenia pada satu atau lebih garis hematopoetik
atau displasia pada hapusan darah, sebagian besar pasien anak lebih sering ditemukan
tidak tersedia di semua rumah sakit di Indonesia sehingga diagnosis MDS terbatas
pada pemeriksaan morfologi sel darah dan sumsum tulang. Prognosis bervariasi dari
anemia kronis ringan hingga pansitopenia berat dan perkembangan cepat ke AML.
tulang ditandai dengan hematopoiesis yang tidak efektif mengakibatkan sitopenia dan
mengalami MDS with Excess Blast berdasrakan pemeriksaan biopsis sumsum tulang.
Pemeriksaan penunjang lain yaitu darah lengkap didapatkan peningkatan leukosit dan
hemoglobin hal ini juga mendukung diagnosis MDS pada pasien ini. Terapi yang
diberikan pada pasien selama perawatan merupakan terapi untuk mengurangi keluhan
pasien kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan untuk mendapatkan terapi
sesuai pedoman penanganan MDS. Prognosis pada pasien ini tergolong high risk
42
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada
ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukan
cadangan besi kosong. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan
terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang
Hemoglobin, dengan berkurangnya besi maka sintesa hemoglobin akan berkurang dan
sangat vital bagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah
jaringan tubuh. Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan
zat besi yang hilang dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi, tergantung dari
umur, jenis kelamin. Kebutuhan meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil,
menyusui serta wanita menstruasi. Oleh karena itu kelompok tersebut sangat mungkin
menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yang disebabkan hal lain
maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang. Anemia defisiensi besi
merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara-negara tropik atau
negara dunia ketiga. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang
memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang
cukup serius.
43
B. Wanita dewasa tak hamil hemoglobin < 12 g/dl
Kriteria klinik : untuk alasan praktis maka kriteria anemia klinik (di rumah sakit atau
2. Hematokrit < 30 %
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,
Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun berasal dari : - Saluran cerna :
akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker
nafas : hemoptoe
Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C , dan
rendah daging). Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas anak dalam
44
Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik. Pada orang
dewasa anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir indentik dengan
pendarahan menahun.
Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama.
negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan pada
absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan klinis. Setelah gastrektomi
parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama akibat
peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama
absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat
menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal ikut
terlibat. Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari radang
usus non tropical (celiac sprue). Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
Wanita menstruasi
Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan
45
Kanker kolon
Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan brokoli
dan bayam.
Anemia aplastik merupakan anemia yang disertai oleh pansitopenia pada darah tepi
yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau
hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang. Pada
anemia aplastik terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga
trombositopenia.
Study dan French Study memperkirakan ada 2 kasus persejuta orang pertahun.3
Frekuensi tertinggi anemia aplastik terjadi pada orang berusia 15 sampai 25 tahun;
peringkat kedua terjadi pada usia 65 sampai 69 tahun. Anemia aplastik lebih sering
terjadi di Timur Jauh, dimana insiden kira kira 7 kasus persejuta penduduk di Cina, 4
Penjelasan kenapa insiden di Asia Timur lebih besar daripada di negara Barat belum
seperti peningkatan paparan dengan bahan kimia toksik, dibandingkan dengan faktor
46
genetik. Hal ini terbukti dengan tidak ditemukan peningkatan insiden pada orang Asia
Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus hepatitis, virus
Epstein-Barr, HIV dan rubella. Virus hepatitis merupakan penyebab yang paling
sering. Pansitopenia berat dapat timbul satu sampai dua bulan setelah terinfeksi
hepatitis. Walaupun anemia aplastik jarang diakibatkan hepatitis akan tetapi terdapat
B19 dapat menyebabkan krisis aplasia sementara pada penderita anemia hemolitik
kongenital (sickle cell anemia, sferositosis herediter, dan lain-lain). Pada pasien yang
antibodi terhadap Parvovirus suatu bentuk kronis red cell aplasia dapat terjadi. Infeksi
virus biasanya berhubungan dengan supresi minimal pada sumsum tulang, biasanya
kerusakan sumsum tulang secara langsung yaitu dengan infeksi dan sitolisis sel
hematopoiesis atau secara tidak langsung melalui induksi imun sekunder, inisiasi
proses autoimun yang menyebabkan pengurangan stem sel dan progenitor sel atau
c. proses imunologik Kerusakan sel induk telah dapat dibuktikan secara tidak
aplastik, yang berarti bahwa penggantian sel induk dapat memperbaiki proses
47
patologik yang terjadi. Teori kerusakan lingkungan mikro dibuktikan melalui tikus
percobaan yang diberikan radiasi, sedangkan teori imunologik dibuktikan secara tidak
diperkirakan menjadi penyebab dasar dari kerusakan sel induk atau lingkungan mikro
sumsum tulang. Proses tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: sel target
aktivasi gen. Aktivasi sitotoksik T-limfosit berperan penting dalam kerusakan jaringan
melalui sekresi IFN-γ dan TNF. Keduanya dapat saling meregulasi selular reseptor
pada sel target. Beberapa efek dari IFN-γ dimediasi melalui IRF-1 yang menghambat
transkripsi selular gen dan proses siklus sel sehingga regulasi sel-sel darah tidak dapat
terjadi. IFN-γ juga memicu produksi gas NO yang bersifat toksik terhadap sel-sel lain.
Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang timbul
anemia dimana timbul gejala-gejala anemia antara lain lemah, dyspnoe d’effort,
terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik bersifat
48
1. Sindrom anemia :
a. Sistem kardiovaskuler : rasa lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak napas intoleransi
kunang terutama pada waktu perubahan posisi dari posisi jongkok ke posisi berdiri,
c. Sistem pencernaan : anoreksia, mual dan muntah, flaturensi, perut kembung, enek
e. Epitel dan kulit: kelihatan pucat, kulit tidak elastis atau kurang cerah, rambut tipis
Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, namun jika terjadi perdarahan otak
sering bersifat fatal. Tanda-tanda infeksi: ulserasi mulut atau tenggorokan, selulitis
aplastik adalah:
3. Leukopenia dengan relatif limfositosis, tidak dijumpai sel muda dalam darah tepi
5. Sumsum tulang: hipoplasia sampai aplasia. Aplasia tidak menyebar secara merata
pada seluruh sumsum tulang, sehingga sumsum tulang yang normal dalam satu kali
49
pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan diagnosis anemia aplastik, harus diulangi
sejumlah spikula dengan daerah yang kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel
hematopoiesis. Limfosit, sel plasma, makrofag dan sel mast mungkin menyolok dan
hal ini lebih menunjukkan kekurangan sel-sel yang lain daripada menunjukkan
peningkatan elemen elemen ini. Pada kebanyakan kasus gambaran partikel yang
aplastik berat bila selularitas sumsum tulang kurang dari 25% atau kurang dari 50%
dengan kurang dari 30% sel hematopoiesis terlihat pada sumsum tulang.
10. Pemeriksaan Flow cytometry dan FISH (Fluorescence In Situ Hybridization) Sel
darah akan diambil dari sumsum tulang, tujuannya untuk mengetahui jumlah dan jenis
sel-sel yang terdapat di sumsum tulang. Serta untuk mengetahui apakah terdapat
1. Tes Fungsi Hati dan Virus Anemia aplastik dapat terjadi pada 2-3 bulan setelah
episode akut hepatitis. Tes ini juga dinilai jika mempertimbangkan dilakukannya bone
marrow transplantasion
50
13. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk
Imaging) memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran elemen seluler dan
51
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
52
DAFTAR PUSTAKA
RSUD M. Natsir. Prosedur Pengambilan Spesimen darah. 2019.
Rulino, L. 2023. SOP Pengambilan Darah Vena
Nirmalasari, R. Penggunaan Tourniquet yang Tepat pada Pengambilan Darah Vena.
2022.
Gilang Nugraha. 2022. Teknik Pengambilan dan Penanganan spesimen darah vena
manusia. LIPI Press. Jakarta.
Perry A.G., Potter P.A., Ostendorf W., Laplante. (2022). Clinical Nursing Skills and
Techniques. 10 th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Guyton, & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Turgeon, A. (2007). Optimal daily operation of reservoirs subject to probabilistic
flood constraints, in River Basin Management II. Billerica, Mass: WIT Press.
Ganong William F 2003 , REVIEW of MEDICAL PHISIOLOGY 21st Ed.McGraw –
Hill Companies ,San Francisco
Evelyn C.Pearce 2012, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, cetakan ke 38.
Gramedia Jakarta
Husaini, MA, 1989. Study Nutritional Anemia an Assessment of Information
compilation for supporting and formulating national Policy and Program.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi.
Pourmoussa A, Kwan K. An Unlikely Rapid Transformation of Myelodysplastic
Syndrome to Acute Leukemia: A Case Report. Perm J. 2017;21:16–91.
Merrill AL, Smith H. Myelodysplastic syndrome and autoimmunity: a case report of
an unusual presentation of myelodysplastic syndrome. Case Rep Hematol.
2011/09/22. 2011;2011:560106.
Programme MDSG. MDS Guideline Programme Guidelines for the diagnosis and
treatment of Myelodysplastic Syndromes and Chronic Myelomonocytic
Leukemia Nordic MDS Group. 2017;(7):1–50.
53
Oltean A, Chincesan MI, Marginean O, Horvath E. Myelodysplastic syndrome with
myelofibrosis in a 12-year-old patient – A case report. Rev Rom Med Lab.
2018;26(1):95–103.
54