Kasus By. Ny. A
Kasus By. Ny. A
Kasus By. Ny. A
Oleh :
2) Kesadaran : composmentis
3) Nadi : 135x/menit
4) Suhu : 36,9°C
5) RR : 42x/menit
8) BB : 3100 gram
9) PB : 50 cm
10) LK : 33 cm
11) LD :34 cm
Segera setelah bayi lahir, bayi dilakukan IMD untuk mencegah kehilangan
panas dan menaikkan suhu, hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh
Olii&Hiola (2020) mendapatkan hasil dalam penelitiannya bahwa Rerata suhu
aksila kelompok IMD sebesar 37,1 ± 0,20C dan rerata suhu aksila pada
kelompok non IMD sebesar 36,8 ± 0,40C. Hal ini menunjukkan bahwa IMD
yang dilakukan pada bayi baru lahir mempunyai pengaruh yang sangat baik
untuk dapat mempertahankan suhu pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir belum
dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami stres fisik
akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Inisiasi menyusu dini merupakan
proses pembiaran bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Keuntungan inisiasi
menyusu dini yaitu dapat mempertahankan suhu badan bayi agar tetap hangat
dan dapat merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi resiko sesudah
melahirkan.
Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari orang dewasa,
sehingga mengakibatkan penurunan suhu. Pada 30 menit pertama, bayi akan
mengalami penurunan suhu 3-4 derajat C. Pada ruangan dengan suhu 20-25 o C
bayi akan mengalami penurunan suhu 0,3 o
C setiap menitnya. Penurunan suhu
diakibatkan oleh kehilangan panas secara konduksi, konveksi, evaporasi dan
radiasi. Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi
panasmenyebabkan bayi sangat rentan untuk mengalami hipotermia. Hipotermi
merupakan suatu kondisi tubuh dengan permasalahan mekanisme tubuh yang
sulit mengatasi tekanan suhu dingin. Ketika proses IMD, bayi akan mendapatkan
panas dari ibu melalui kontak kulit antara ibu dan bayi.
Safari, dkk (2018) dalam penelitiannya mengenai efek skin to skin pada
bayi baru lahir dengan ibunya berkaitan dengan inisiasi menyusu dini, durasi
lama kala III, serta menjaga temperature suhu bayi, didapatkan hasil bahwa
kontak kulit langsung antara ibu dengan bayi memberikan efek yang baik. Ibu
dan bayi yang melakukan kontak langsung berpengaruh terhadap proses IMD
yang terjadi lebih cepat. Selain itu kontak langsung antara ibu dan bayi juga
berpengaruh terhadap suhu tubuh bayi untuk tetap stabil dan mencegah
terjadinya hipotermia pada bayi
Menurut Klaus, Kennell (1982) dalam (Marmi & Rahardjo, 2018) ada
beberapa keuntungan fisiologis kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, reflek
menghisap dilakukan dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai, mempercepat
proses ikatan antara orangtua dan anak, body warmth (kehangatan tubuh), waktu
pemberian kasih sayang, stimulasi hormonal
Bayi sudah BAK 1x, warna kuning jernih dan BAB 1x, meconium
berwarna hijau kehitaman. Hal ini normal sesuai teori yang menyatakan bahwa
bayi harus BAB dan BAK dalam waktu 24 jam. Air seni dibuang dengan cara
mengosongkan kandung kemih secara refleks. Bayi miksi sebanyak 6 kali sehari.
Semakin banyak cairan yang masuk maka semakin sering bayi miksi. Defekasi
pertama berwarna hijau kehitaman. Kotoran bayi yang hanya minum susu
biasanya cair. Bayi yang mendapat ASI kotorannya kuning dan agak cair berbji
(Wahyuni, 2012).
2. Obyektif
Hasil pemeriksaan didapatkan berat badan saat lahir 3100 gram, Panjang
badan 50 cm, LK 33 cm, LD 34 cm, LiLA 13 cm. Pada pengkajian catatan buku
KIA, bayi lahir langsung menangis, dengan APGAR score 9-10-10, denyut
jantung 135 x/menit, pernapasan 42x/menit, tonus otot baik, menangis kuat, kulit
kemerahan licin, refleks baik dan tidak ada kelainan konginetal.
Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa bayi Ny. A merupakan
BBL normal. Seperti menurut M. Saleh Kosim (2007) dalam (Marmi &
Rahardjo, 2018) ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat badan 2500 – 4000
gram, Panjang badan bayi 48 – 50 cm, Lingkar dada 32 – 34 cm, Lingkar kepala
33–35 cm, Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali / menit kemudian
turun sampai 140 – 120 kali / menit pada saat bayi berumur 30 menit, Pernafasan
cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80 kali / menit disertai pernafasan
cuping hidung, reaksi suprasternal dan intercostal serta rintihan hanya
berlangsung 10 – 15 menit. Setelah berumur 30 menit berkisar ± 40-60
kali/menit. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub cutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks caseosa, rambut lanugo tidak terlihat, rambut
kepala biasanya tipis. Kuku agak panjang dan lemas, genetalia perempuan: labia
mayora sudah menutupi labia minora, pada bayi laki – laki testis sudah turun ke
skrotum, reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek moro atau
gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, reflek graps atau menggenggam
sudah baik. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Sondakh, 2013).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa tali pusat masih basah dan
belum lepas serta tidak ada tanda infeksi. Perawatan saat ini menggunakan
perawatan terbuka. Asiyah, dkk (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
dari uji MannWhitney diperoleh nilai significancy 0.022. Karena pvalue<0.05
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna lama pelepasan tali
pusat antara perawatan tali pusat terbuka dengan perawatan tali pusat tertutup.
Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang dirawat dengan perawatan tertutup
menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 13 bayi (65%). Mayoritas
lama pelepasan tali pusat yang dirawat terbuka, tanpa menggunakan kassa steril
adalah 5 – 7 hari sebanyak 15 bayi (75%).
Didalam kasus, bayi memiliki reflek yang baik. Menurut Marmi dan
Rahardjo (2012; h. 71) bahwa pada rooting reflek yang baik, bayi akan menoleh
kearah benda yang menyentuh pipi. Didalam kasus rooting reflek bayi baik,
dibuktikan Saat puting susu ibu disentuhkan pada pipi bayi, bayi menoleh dan
menampakkan respon membuka mulut. Pada sucking dan swallowing reflek,
menurut Marmi dan Rahardjo (2012; h. 70-71) yaitu akan timbul isapan yang
kuat dan cepat. Dilihat waktu bayi menyusu. Didalam kasus reflek tersebut baik,
dibuktikan dengan saat jari tangan pemeriksa dimasukkan ke dalam mulut bayi,
bayi mampu menghisap jari pemeriksa dengan hisapan yang kuat. Selain itu,
dibuktikan dengan bayi bisa menyusu menandakan bahwa adanya reflek
menghisap dan menelan ASI. Selain itu, grasp reflek bayi didalam kasus juga
baik, ditunjukkan dengan saat jari telunjuk tangan pemeriksa didekatkan dan
ditempelkan pada telapak tangan bayi, bayi menampakkan respon menggenggam
jari telunjuk pemeriksa tanpa melepasnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Marmi dan Rahardjo (2012; h. 71) bahwa normalnya bayi akan menggenggam
dengan kuat. Pada saat bayi dikejutkan dengan rangsang suara (petugas menepuk
kasur), bayi menampakkan respon terkejut dengan gerakan memeluk (kedua
tangan fleksi, dan telapak tangan menggenggam). Menunjukkan reflek moro bayi
baik, hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh marmi dan Rahardjo (2012;
h. 71) bahwa timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakan atau dikejutkan. Dan reflek yang terakhir yaitu babinski reflek juga
baik ditunjukkan dengan saat jari pemeriksa digoreskan pada sepanjang garis
telapak kaki, bayi menampakkan respon mengerutkan kakinya. Hal ini sesuai
dengan teori, bahwa Bayi akan menunjukan respon berupa semua jari kaki
hyperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi (Marmi dan Rahardjo, 2012; h. 71).
3. Analisa
4. Penatalaksanaan
Bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K untuk
mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K. Perdarahan tidak
tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula, atau usia kehamilan
dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat
berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan
intrakranial. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum
pemberian imunisasi Hepatitis B (Kementerian Kesehatan, 2010).
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik, menurut
Saifuddin (2002) dalam (Marmi & Rahardjo, 2018).
Secara keseluruhan dari hasil pengkajian baik data subyektif ataupun data
objektif tidak ditemukan permasalahan yang muncul pada bayi sehingga pada
penatalaksanaannya untuk memastikan bayi tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usianya tanpa munculnya tanda bahaya yang dapat mengancam bayi.
Penatalaksanaan pada asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. A adalah:
bahwa berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di desa Trenyang wilayah kerja puskesmas Sumber
Pucung (pvalue=0,015). Nilai OR = 2,77 artinya dukungan keluarga memberi
peluang 2,77 kali terhadap dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang baik
maka perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif juga baik, Dukungan keluarga
yang diberikan kepada ibu akan mempengaruhikondisi psikolgis ibu, sehingga
ibu akan mempunyai motivasi yang kuat untuk berusaha mempraktekkan
bagaimana menyusui yang benar dan tepat selama 6 bulan. Faktor eksternal tidak
bisa lepas dari faktor internal, sehingga jika keluarga memberikan dukungan
kepada ibu maka motivasi ibu akan lebih kuat yang pada akhirnya perilaku ibu
dalam memberikan ASI Eksklusif akan baik, sebaliknya bila keluarga tidak
memberikan dukungannya, maka perilaku ibu juga tidak baik.
Anjuran kunjungan ulang berkaitan dengan SOP pelayanan neonatal
esensial dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi: 1 (satu)
kali pada umur 6 - 48 jam; 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari; dan 1 (satu) kali
pada umur 8 - 28 hari (Kemenkes RI, 2010). Hal ini juga diatur dalam Permenkes
RI No 25 Tahun 2014 Pasal 7 ayat (1), Pelayanan neonatal esensial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang
meliputi: 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam; 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari; dan
1 (satu) kali pada umur 8-28 hari (Kemenkes RI, 2010).
Pada evaluasi, hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan pelaksanaan
yang sudah dilakukan. Dengan demikian rencana dan pelaksanaan yang
dilakukan sudah efektif.