Laporan Skenario I Blok II Kel. 9
Laporan Skenario I Blok II Kel. 9
Laporan Skenario I Blok II Kel. 9
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya yang telah menuntun kami dalam belajar untuk mencapai hidup yang lebih baik. Dan
dengan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, sehingga dapat tersusun
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan serta
wawasannya mengenai tujuan pembelajaran yang dibahas pada makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini banyak hal yang belum sempurna. Oleh sebab itu kami selaku
penyusunan makalah ini, mengharapkan adanya masukan yang berupa kritikan ataupun saran
demi kebaikan untuk makalah berikutnya dan tidak lupa juga kami selaku penyusun
berterima kasih pada pihak- pihak yang ikut serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga semua ini
berguna bagi kita semua khususnya dalam menunjang pembelajaran kita di dunia kedokteran.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………..…...…………4
1.1 LATARBELAKANG………………………………………………………………..……4
1.2 TUJUAN PENULISAN ……………….………………………….……………………….4
1.3 TOPIC TREE ………………………….……………………….………………………….5
BAB 2 DATA PELAKSANAAN TUTORIAL ….….…………………………………………..……..6
2.1 JUDUL BLOK ………………………….…………………………………………………6
2.2 NAMA TUTOR ……………………...……………………………………………………6
2.3 DATA PELAKSANAAN ……………....…………………………………………………6
BAB 3 SKENARIO DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………..7
3.1 KLARIFIKASI ISTILAH ……………………………………………...………………….7
3.2 IDENTIFIKASI MASALAH ………………………………………………….………….7
3.3 ANALISA MASALAH ………………………………………………………...…………8
3.4 HIPOTESIS……………………………………………………………………………….10
3.5 LEARNING OBJECTIVE ……………………………………………………………….10
BAB 4 PENUTUP ………………………………………………………………………………...…21
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………..21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
More Info 1:
Hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksan fisik di Regio
Extremitas Inferior Dexter untuk Inspeksi dijumpai adanya swelling pada sub Regio
Pedis dari mulai dorsalis pedis sampai ke malleolus lateralis et medialis dexter.
Palpasi dijumpai Nyeri tekan (+) VAS 6. Range of movement berkurang sehingga
pasien tidak dapat melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, exorotation dan
endorotation.
More Info 2:
Hasil pemeriksaan radiologis Regio Extremitas Inferior Dexter, pasa sub Regio Pedis
dijumpai adanya fraktur Os Naviculare disertai subluksasio Os Cuneiforme mediale di
Ossa Tarsalia Dexter.
4
- Otot-otot superficialis di sisi anterior, posterior sub Regio Cruris.
5
1.3 TOPIC TREE
6
BAB II
TUTORIAL 1
TUTORIAL 2
PLENO
7
BAB 3
8
r. os cuneiforme mediale = tulang yang berbentuk baji yang bersendi dengan os naviculare
yang terletak agak kedalam
1. VAS 6 adalah media pengukuran intensitas nyeri yang dibagi berdasarkan skala nyeri yang
dialami pasien dari 1-10 (nyeri sedang).
2. Fraktur dapat disebabkan oleh karena terjadinya benturan yang sangat kuat yang
membuat perubahan pada tulang seperti pada kasus Z mengalami benturan ke dinding
yang menyebabkan fraktur pada os naviculare.
3. Penunurunan ROM disebabkan karena adanya peradangan dan kemungkinan
terjadinya fraktur.
4. Fraktur dan dislokasi
5. Penyebab timbulnya nyeri dan bengkak karena adanya benturan yang menimbulkan
cedera pada jaringan luna.
3.4 HIPOTESIS
Tejadinya pembengkakan pada sub Regio Pedis dari mulai Dorsalis Pedis sampai ke
Malleolus Lateralis et Medialis Dextro dan fraktur pada Os Naviculare disertai
subluksasio Os Cuneiforme mediale di Ossa Tarsalia Dexter.
9
3.5 LEARNING OBJECTIVE
10
Jenis-jenis matriks penyusun tulang yaitu :
Semen : tersusun oleh senyawa karbohidrat
Kolagen : berbentuk serabut mengikat sel tulang
Mineral : menentukan kelenturan tulang
1. Tulang Kompak : Padat, halus dan homogen, pada bagian tengah, terdapat
medullary cavity yang mengandung ’yellow bone marrow”. Tersusun atas
unit Osteon 🡪 Haversian System, Pada pusat osteon mengandung saluran
(Haversian Kanal) tempat pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh
lapisan konsentrik (lamellae).
2. Tulang Spongiosa : Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut
trabekula , Rongga antara trabekula terisi”red bone marrow” yang
mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang. Struktur
tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
o os femur
o os patella
o ossa cruris
o ossa pedis
11
o Os Talus
o Os Calcaneus
o Os naviculare
o Os cuboideum
o Os cuneiforme laterale
o Os cuneiforme intermedium
o Os cuneiforme mediale
- Jumlah Osteon (Tulang Keras) di Ossa Metarsalia dan Ossa Phalanges pedis.
Ossa metarsalia :
12
o l. hallux diggitus
o ll. digitus secunducus
o lll. digitus tertius
o lV. digitus quartus
o V. digitus minimus
o Ossa phalanges
o ibu jari kaki : 2 phalanges, jari 2-5 terdiri atas 3 phalanges
13
tersebut tidak dapat dilakukan sepenuhnya secara bersamaan. Yang termasuk otot-otot
hamstring adalah :
Asal pembuluh darah ini adalah arterior (cabang pembuluh darah kecil arteri} menuju
ke vanula (cabang kecil yang mengumpulkan darah dari organ-organ kepembuluh
darah vena).
Tiga macam pembuluh darah:
1.arteri,
2.vena,
3.kapiler
Yang memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing untuk mengalirkan darah
dan kaya organ dan nutrisi keseluruh tubuh.
Sistem vena dalam (biru gelap) mendampingi arteri yg berkaitan. Pada tungkai,
biasanya dua vena mendampingi arteri yang berkaitan, sedangkan pada paha dan fossa
popliteal hanya satu vena yg berjalan seiring yg di temukan. Sistem vena dangkal
ekstremitas inferior (biru muda) terdiri dari dua trunkus faskular utama yg
mengumpulkan darah dari dorsum dan telapak kaki.
14
V. saphena magna berawal di sisi medial kaki, anterior terhadap Pergelangan kaki
medial dan naik sepanjang sisi medial tungkai bawah dan paha ke hiatus saphenus.
Pada area yg di sebut bintang vena,area ini mengumpulkan beberapa percabangan dari
regio inguinal dan bermuara jauh ke dalam V. Femoralis.
Ad.1. N.iliohypogastricus
Saraf ini berpusat pada medulla spinalis segmen thoracalis XII – L 1, Saraf ini
memberi cabang motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan m.transversus
abdominis.
Ad.2. N.ilioinguinalis
Nervus ini berpusat pada medulla spinalis L 1, berada di sebelah ventral dari
m.quadratus lumborum, berjalan sejajar dengan n.iliohypogasticus (di sebelah
caudalnya),Saraf ini mempercabangkan serabut motoris untuk m.obliquus
15
internus abdominis dan m.transversus abdominis.N.ilioinguinalis kadang-kadang
bersatu dengan n.iliohypogastricus.
Ad.3. N.genitofemoralis
Ad.5. N.obturatorius
Ad.6. N.Femoralis
Merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis, dibentuk oleh nervus
spinalis L 2 - 4, menampakkan diri pada tepi lateral bagian distal m.psoas major,
berjalan di antara m.psoas major dan m.iliacus, ditutupi oleh fascia iliaca, berada
di bagian caudal dari ligamentum inguinale, di sebelah lateral arteria femoralis
yaitu melalui lacuna musculorum, dan memberi cabang-cabang motoris untuk
m.iliacus, m.pectineus dan m.sartorius.
Cabang yang lain adalah rami cutanei femoris anteriores yang menembusi
fascia lata di sebelah ventral m.sartorius dan mempersarafi kulit di bagian ventral
regio femoris sampai setinggi patella. Cabang yang ketiga disebut n.saphenus
yang merupakan cabang yang terbesar dan terpanjang dari n.femoralis,
16
mempersarafi regio crunalis di bagian medial, berjalan ke caudal bersama-sama
dengan vena saphena magna sampai di 1/3 bagian distal crus.
2. Plexus Sacralis
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 – S 3 (S 4) dan berada di
sebelah ventral m.piriformis. Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio
glutea dan extremitas inferior.
Dari plexus sacralis dipercabangkan:
- n.gluteus superior
- n.gluteus inferior
- n.cutaneus femoris posterior
- nn.clunium inferiores mediales
- N.ISCHIADICUS (= SCIATIC NERVE)
- rr.musculares
Ad.5. N.ISCHIADICUS.
Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi
kulit regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal regio femoris,
seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian pada extremitas
17
inferior. Berasal dari medulla spinalis L 4 – S 3, berjalan melalui foramen infra
piriformis, berjalan descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah
dorsal m.quadratus femoris, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris,
selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk
ke dalam fossa poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua menjadi N.TIBIALIS dan
N.PERONAEUS COMMUNIS. Rami musculares dipercabangkan untuk
mempersarafi m.biceps femoris caput longum, m.semitendinosus,
m.semimembranosus dan m.adductor magnus. Rami musculares ini
dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di sebelah medial
n.ischiadicus disebut danger side dan bagian di sebelah lateral disebut safety
side.
18
Untuk pembengkakan eksternal, membesarnya kulit atau otot biasanya dapat
terlihat. Namun, tanda-tanda lain dari pembengkakan termasuk penumpukan cairan di
daerah yang bengkak. Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan dapat menunjukkan
adanya pembesaran pada organ, otot atau tulang. Pemeriksaan ini dapat membantu
diagnosis dari pembengkakan internal, yang lebih sulit untuk diidentifikasi.
Peradangan pada tulang, jaringan, atau otot dapat menyebabkan
pembengkakan eksternal. Meskipun retensi cairan merupakan suatu kondisi
pembengkakan internal, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan eksternal. Pembengkakan eksternal biasanya dapat terlokalisasi atau
meluas ke bagian tubuh yang lain. Pembengkakan lokal mengacu pada situasi di mana
pembengkakan tersebut hanya terjadi di satu area.
Pembengkakan yang luas dapat terjadi pada area tubuh yang luas. Kondisi ini
biasanya merupakan pertanda dari suatu penyakit yang serius. Biasanya
pembengkakan yang luas sering disebabkan oleh retensi cairan atau suatu reaksi
alergi.
19
Pemeriksaan tambahan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal seperti fraktur
adalah imobilisasi patah tulang dan pemeriksaan radiologi.
1. Imobilisasi Fraktur
Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam
posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah
fraktur. Halm ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan
ekstrimitas dan dipertahankan dengan alat imobilisasi. Pemakaian bidai yang
benar akan membantu menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut.
2. Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pemeriksaan radiologis pada trauma skeletal bagian dari survey
sekunder. Jenis dan saat pemeriksaan radiologis yang akan dilakukan ditentukan
oleh hasil pemeriksaan, tanda klinis, keadaan hemodinamik, serta mekanisme
trauma. Foto pelvis AP perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien multitrauma
tanpa kelainan hemodinamik dan pada pasien dengan sumber pendarahan yang
belum dapat ditentukan.
Dalam strategi meredakan nyeri akut yang sekiranya berat dalam patah tulang
digunakan srategi “Three Step Analgesic Ladder” dari WHO.
Pada nyeri akut, sebaiknya di awal diberikan analgesik kuat seperti Opioid
kuat. Dosis pemberian morfin adalah 0.05 – 0.1 mg/kg diberikan intravena setiap
10/15 menit secara titrasi sampai mendapat efek analgesia. Terdapat evidence terbaru
di mana pada tahun terakhir ini Ketamine juga dapat dipergunakan sebagai agen
analgesia pada dosis rendah (0.5 – 1 mg/kg).
Obat ini juga harus ditritasi untuk mencapai respon optimal agar tidak
menimbulkan efek anastesi. Efek menguntungkan dari ketamine adalah ketamine
tidak menimbulkan depresi pernafasan, hipotensi, dan menimbulkan efek
bronkodilator pada dosis rendah. Kerugian ketamine adalah dapat menimbulkan
delirium, tetapi dapat dicegah dengan memasukkan benzodiazepine sebelumnya (0.5
– 2 mg midazolam intravena).
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Ny.Z 28 tahun terjatuh sehingga menyebabkan munculnya rasa nyeri dan
bengkak pada tungkai kaki bagian kanan yang disebabkan karena cedera pada
jaringan lunak penanganan yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis.
Hasil dari pemeriksaan radiologis adalah adanya fraktur Os Naviculare disertai
subluksasio Os Cuneiforme mediale di Ossa Tarsalia Dexter.
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6300/4790
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Topografi-
Extremitas-Inferior.pdf
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Myologi-eks-
superior-dan-inferior.pdf
21