Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Skenario I Blok II Kel. 9

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN SKENARIO I

BLOK SISTEM-SISTEM PERGERAKAN DAN PENGATURAN

Dosen Tutorial: dr. Andre Budi M. Biomed


Disusun oleh: SGD 9
Ketua : Chris Desman King Noel Zendrato 223307010060
Sekretaris : Devi rayunita Marpaung 223307010202
Notulen : Kasdir 223307010162
Anggota : Desika Aura Putri 223307010102
Dian Puspita Sari 223307010035
Halim Pangestu 223307010174
Wadoe Tri Eksis Estetika 223307010131
Ratu Mutiara Raudhatul Jannah 223307010117
Syazin Syabla 223307010096
Sulistiawati 223307010067
Jeremy Cornellius 223307010122
Yohanes 223307010064
Lisa Charolin Br Brahmana 223307010024
Gladys Carlene 223307010075
Shafyra mahdyah putri 223307010199
Jaya harta winata 223307010128

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA


FAKULTAS KEDOKTERAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya yang telah menuntun kami dalam belajar untuk mencapai hidup yang lebih baik. Dan
dengan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, sehingga dapat tersusun
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan serta
wawasannya mengenai tujuan pembelajaran yang dibahas pada makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini banyak hal yang belum sempurna. Oleh sebab itu kami selaku
penyusunan makalah ini, mengharapkan adanya masukan yang berupa kritikan ataupun saran
demi kebaikan untuk makalah berikutnya dan tidak lupa juga kami selaku penyusun
berterima kasih pada pihak- pihak yang ikut serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga semua ini
berguna bagi kita semua khususnya dalam menunjang pembelajaran kita di dunia kedokteran.

Medan, 25 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………..…...…………4
1.1 LATARBELAKANG………………………………………………………………..……4
1.2 TUJUAN PENULISAN ……………….………………………….……………………….4
1.3 TOPIC TREE ………………………….……………………….………………………….5
BAB 2 DATA PELAKSANAAN TUTORIAL ….….…………………………………………..……..6
2.1 JUDUL BLOK ………………………….…………………………………………………6
2.2 NAMA TUTOR ……………………...……………………………………………………6
2.3 DATA PELAKSANAAN ……………....…………………………………………………6
BAB 3 SKENARIO DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………..7
3.1 KLARIFIKASI ISTILAH ……………………………………………...………………….7
3.2 IDENTIFIKASI MASALAH ………………………………………………….………….7
3.3 ANALISA MASALAH ………………………………………………………...…………8
3.4 HIPOTESIS……………………………………………………………………………….10
3.5 LEARNING OBJECTIVE ……………………………………………………………….10
BAB 4 PENUTUP ………………………………………………………………………………...…21
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………..21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kutipan skenario :
Ny. Z 28 tahun datang ke IGD RS Royal Prima dengan keluhan kaki kanan
mengalami nyeri dan bengkak serta sulit digerakkan akibat terpeleset jatuh di kamar
mandi sejak 3 jam yang lalu sehingga tungkai kanannya membentur dinding.

More Info 1:
Hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksan fisik di Regio
Extremitas Inferior Dexter untuk Inspeksi dijumpai adanya swelling pada sub Regio
Pedis dari mulai dorsalis pedis sampai ke malleolus lateralis et medialis dexter.
Palpasi dijumpai Nyeri tekan (+) VAS 6. Range of movement berkurang sehingga
pasien tidak dapat melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, exorotation dan
endorotation.

More Info 2:
Hasil pemeriksaan radiologis Regio Extremitas Inferior Dexter, pasa sub Regio Pedis
dijumpai adanya fraktur Os Naviculare disertai subluksasio Os Cuneiforme mediale di
Ossa Tarsalia Dexter.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan secara umum anatomi Osteon (Tulang
Keras) pada Ossa Extremitas Inferiores :
- Susunan Osteon (Tulang Keras) Ossa Extremitas Inferiores
- Susunan dan jumlah Osteon (Tulang Keras) di Ossa Tarsalia
- Jumlah Osteon (Tulang Keras) di Ossa Metarsalia dan Ossa Phalanges pedis
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan secara umum anatomi otot-otot
superficialis pada Regio Extremitas Inferiores :
- Otot-otot superficialis di sisi anterior, lateral, posterior sub Regio Femoris, dan yang
menjadi otot-otot Hamstring di sisi posterior sub Regio Femoris.

4
- Otot-otot superficialis di sisi anterior, posterior sub Regio Cruris.

3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan secara umum anatomi vaskularisasi


untuk Regio Extremitas Inferiores :
- Pembuluh darah arteriae untuk Regio Extremitas Inferiores.
- Pembuluh darah venae untuk Regio Extremitas Inferiores.
4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan secara umum anatomi persarafan tepi
untuk Regio Extremitas Inferiores :
- Pembentuk persarafan tepi untuk Regio Extremitates Inferiores.
- 2 (dua) pasang saraf tepi yang utama dan sepasang saraf tepi yang terbesar untuk
Regio Extremitas Inferiores, dan yang membentuknya.
- Sepasang saraf tepi yang terbesar untuk Regio Extremitas Inferiores, dan
percabangannya
5. Mahasiswa wajib memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya swelling pada
pasien tersebut
6. Mahasiswa wajib memahami dan menjelaskan penanganan pada pasien tersebut.

5
1.3 TOPIC TREE

6
BAB II

DATA PELAKSANAAN TUTORIAL

2.1 JUDUL BLOK

Sistem-sistem Pergerakan dan Pengaturannya

2.2 NAMA TUTOR

dr. Andre Budi, M.Biomed

2.3 DATA PELAKSANAAN

TUTORIAL 1

Tanggal : Senin, 24 Oktober 2022

Waktu : 08.00 - 09.40 WIB

Tempat Kampus : UNPRI

TUTORIAL 2

Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2022

Waktu : 08.00 - 09.40 WIB

Tempat Kampus : UNPRI

PLENO

Tanggal : Jumat, 28 Oktober 2022

Waktu : 08.00 – 09.40 WIB

Tempat Kampus : ZOOM

7
BAB 3

SKENARIO DAN PEMBAHASAN

3.1 KLARIFIKASI ISTILAH


a. Swelling = pembengkakan / pembesaran yang abnormal
b. Exorotation = gerakan berputar keluar
c. Endorotation = gerakan berputar kedalam
d. Sub region pedis = dasar tubuh yang memiliki kurvatura
e. Fleksi = gerakan mengurangi sudut antara 2 tulang
f. Ekstensi = gerakan menambah sudut antara 2 tulang
g. Vas = alat pengukuran intensitas nyeri
h. Region extremitas inferior dexter = alat gerak tubuh yang terletak pada bagian bawah
sebelah kanan
i. Malleolus lateralis = tonjolan tulang yang berada dibagian bawah os fibula terletak di
bagian lateral
j. Range of movement = jumlah pergerakan maksimum yang dapat dilakukan pada sendi
k. Fraktur = patah tulang / retak
l. Subluksasio = lesi atau disfungsi dalam sebuah sendi atau segmen gerakan dimana
keterkaitan integritas gerakan dan fungsi fisiologis berubah meskipun kontak antara
permukaan sendi tetap utuh
m. Ossa tarsalia dexter = kumpulan tulang yang membentuk pergelangan kaki bagian kanan
n. Inspeksi = proses pemeriksaan dengan metode pengamatan atau observasi menggunakan
pancaindra untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien yang sedang sakit.
o. Dorsalis pedis = kelanjutan dari arteri tibialis anterior yang bercabang ke arkuata tarsal
lateral dan medial dan arteri plantar dalam (punggung kaki)
p. Palpasi = metode pemeriksaan di mana penguji merasakan ukuran, kekuatan, atau letak
sesuatu dengan cara menyentuh atau meraba
q. Radiologis = salah satu cabang ilmu kedokteran yang untuk mengetahui atau
mendiagnosis bagian dalam tubuh manusia dengan menggunakan teknologi pencitraan,
baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik

8
r. os cuneiforme mediale = tulang yang berbentuk baji yang bersendi dengan os naviculare
yang terletak agak kedalam

3.2 IDENTIFIKASI MASALAH


1. Arti VAS 6?
2. Mengapa dijumpai adanya fraktur?
3. Apa yang menyebabkan ROM menurun?
4. Apa kemungkinan yang dialami oleh pasien saat tungkai kaki terbentur dinding?
5. Apa yang menyebabkan timbulnya nyeri dan bengkak?

3.3 ANALISIS MASALAH

1. VAS 6 adalah media pengukuran intensitas nyeri yang dibagi berdasarkan skala nyeri yang
dialami pasien dari 1-10 (nyeri sedang).
2. Fraktur dapat disebabkan oleh karena terjadinya benturan yang sangat kuat yang
membuat perubahan pada tulang seperti pada kasus Z mengalami benturan ke dinding
yang menyebabkan fraktur pada os naviculare.
3. Penunurunan ROM disebabkan karena adanya peradangan dan kemungkinan
terjadinya fraktur.
4. Fraktur dan dislokasi
5. Penyebab timbulnya nyeri dan bengkak karena adanya benturan yang menimbulkan
cedera pada jaringan luna.

3.4 HIPOTESIS

Tejadinya pembengkakan pada sub Regio Pedis dari mulai Dorsalis Pedis sampai ke
Malleolus Lateralis et Medialis Dextro dan fraktur pada Os Naviculare disertai
subluksasio Os Cuneiforme mediale di Ossa Tarsalia Dexter.

9
3.5 LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa wajib memahami dan menjelaskan secara umum anatomi Osteon


(Tulang Keras) pada Ossa Extremitas Inferiores :
- Susunan Osteon (Tulang Keras) Ossa Extremitas Inferiores.
- Susunan dan jumlah Osteon (Tulang Keras) di Ossa Tarsalia.
- Jumlah Osteon (Tulang Keras) di Ossa Metarsalia dan Ossa Phalanges pedis

Anatomi Osteon (Tulang Keras) Pada Ossa Extremitas Inferiores


Tulang manusia tersusun dari : tulang rawan (kartilago) dan tulang sejati/tulang keras
(osteon)  Secara fisik kedua tulang ini berbeda Tulang rawan bersifat lentur dan
berwarna lebih terang.  Tulang sejati bersifat tidak lentur dan berwarna lebih gelap.
Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang 
ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya. Rata-rata 
manusia dewasa memiliki 206 tulang, jumlah ini dapat bervariasi antara individu. ada
206 tulang pada tubuh : tulang kepala/tengkorak ada 8 tulang, tulang wajah ada 14
tulang, tulang  telinga dalam ada 6 tulang, tulang lidah ada 1 tulang, tulang dada ada
25 tulang, tulang  belakang dan gelang panggul ada 26 tulang, tulang anggota gerak
atas ada 64 tulang, tulang  anggota gerak bawah ada 62 tulang.

Komposisi jaringan tulang 


Tulang terdiri dari sel & matriks ekstraseluler.  
 Sel-sel tulang : osteosit, osteoblas, osteoklas 
 Matriks tulang: serat kolagen organik, garam-garam anorganik tulang
(hidroksiapatit)  jenis tulang berdasarkan porositasnya :  
• tulang kompak,  
• tulang cancellus/tulang trabekular 

Matriks mempunyai 2 komponen utama :  


∙ Substansi dasar yang tak berbentuk  
∙ Substansi berbentuk serat – serat

10
Jenis-jenis matriks penyusun tulang yaitu : 
 Semen : tersusun oleh senyawa karbohidrat  
 Kolagen : berbentuk serabut mengikat sel tulang  
 Mineral : menentukan kelenturan tulang  

Klasifikasi Tulang berdasarkan matriksnya 

1. Tulang Kompak : Padat, halus dan homogen, pada bagian tengah, terdapat
medullary  cavity yang mengandung ’yellow bone marrow”. Tersusun atas
unit Osteon 🡪 Haversian   System, Pada pusat osteon mengandung saluran
(Haversian Kanal) tempat pembuluh  darah dan saraf yang dikelilingi oleh
lapisan konsentrik (lamellae). 
2. Tulang Spongiosa : Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut
trabekula ,  Rongga antara trabekula terisi”red bone marrow” yang
mengandung pembuluh darah yang  memberi nutrisi pada tulang. Struktur
tersebut menyebabkan tulang dapat menahan  tekanan.

- Susunan Osteon (Tulang Keras) Ossa Extremitas Inferiores.

o os femur
o os patella
o ossa cruris
o ossa pedis

- Susunan dan jumlah Osteon (Tulang Keras) di Ossa Tarsalia.

11
o Os Talus
o Os Calcaneus
o Os naviculare
o Os cuboideum
o Os cuneiforme laterale
o Os cuneiforme intermedium
o Os cuneiforme mediale

- Jumlah Osteon (Tulang Keras) di Ossa Metarsalia dan Ossa Phalanges pedis.

Ossa metarsalia :

12
o l. hallux diggitus
o ll. digitus secunducus
o lll. digitus tertius
o lV. digitus quartus
o V. digitus minimus
o Ossa phalanges
o ibu jari kaki : 2 phalanges, jari 2-5 terdiri atas 3 phalanges

2. Mahasiswa wajib memahami dan menjelaskan secara umum anatomi otot-otot


superficialis pada Regio Extremitas Inferiores :
- Otot-otot superficialis di sisi anterior, lateral, posterior sub Regio
Femoris, dan yang menjadi otot-otot Hamstring di sisi posterior sub
Regio Femoris.
- Otot-otot superficialis di sisi anterior, posterior sub Regio Cruris.

Otot-otot di bagian Anterior dan Medial


Regio femoris bagian Anterior dibagi oleh m.sartorius menjadi dua bagian, yaitu 
a. bagian cranial-medial yang berbentuk segitiga, disebut trigonum femorale,
berisikan otot-otot yang mempunyai peranan pada articulatio coxae 
b. bagian caudo-lateral yang mengandung m.quadriceps femoris dengan peranan
utama pada articulatio genu. Pada daerah sepertiga bagian medial terdapat canalis
adductorius Hunteri (canalis subsartorius) yang ditutupi oleh m.sartorius.

Otot-otot di bagian Posterior


Otot-otot di bagian posterior regio femoris disebut musculus hamstring dengan ciri-
ciri:
1. berorigo pada tuber ischiadicum, 
2. berinsersi pada tibia dan fibula dan 
3. dipersafari oleh nervus tibealis. 

Otot-otot hamstring hanya membungkus femur dan tidak melekat kepadanya.


Berperan pada extensi articulation coxae dan fleksi articulus genus, keduagerakan

13
tersebut tidak dapat dilakukan sepenuhnya secara bersamaan. Yang termasuk otot-otot
hamstring adalah : 

1) m.biceps femoris caput logum, 


2) m.semitendinosus,
3) m.semimembranosus dan 
4) m.adductor magnus. 

M.adductor magnus memenuhi kriteria tersebut diatas mengingat bahwa


insertionya berada pada tibia dengan perantara ligamentum collaterale tibiale.
M.biceps femoris caput breve berorigo pada labium laterale lineae asperae femoris
dan di persarafi oleh nervus peronaeus sehingga tidak termasuk dalam kelompok otot-
otot hamstring.

3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan secara umum anatomi


vaskularisasi untuk Regio Extremitas Inferiores :
- Pembuluh darah arteriae untuk Regio Extremitas Inferiores.
- Pembuluh darah venae untuk Regio Extremitas Inferiores.

Asal pembuluh darah ini adalah arterior (cabang pembuluh darah kecil arteri} menuju
ke vanula (cabang kecil yang mengumpulkan darah dari organ-organ kepembuluh
darah vena).
Tiga macam pembuluh darah:
1.arteri,
2.vena,
3.kapiler
Yang memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing untuk mengalirkan darah
dan kaya organ dan nutrisi keseluruh tubuh.

Sistem vena dalam (biru gelap) mendampingi arteri yg berkaitan. Pada tungkai,
biasanya dua vena mendampingi arteri yang berkaitan, sedangkan pada paha dan fossa
popliteal hanya satu vena yg berjalan seiring yg di temukan. Sistem vena dangkal
ekstremitas inferior (biru muda) terdiri dari dua trunkus faskular utama yg
mengumpulkan darah dari dorsum dan telapak kaki.
14
V. saphena magna berawal di sisi medial kaki, anterior terhadap Pergelangan kaki
medial dan naik sepanjang sisi medial tungkai bawah dan paha ke hiatus saphenus.
Pada area yg di sebut bintang vena,area ini mengumpulkan beberapa percabangan dari
regio inguinal dan bermuara jauh ke dalam V. Femoralis.

4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan secara umum anatomi


persarafan tepi untuk Regio Extremitas Inferiores:
1. Plexus Lumbalis 
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 1 – 4, seringkali juga turut
dibentuk  oleh ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII. Plexus ini berada
pada dinding dorsal  cavum abdominis, ditutupi oleh m.psoas major. 
Dari plexus ini dipercabangkan : 
- n.iliohypogastricus 
- n.ilioinguinalis 
- n.genitofemoralis 
- n.cutaneus femoris lateralis 
- n.obturatorius 
- n.femoralis 

Percabangan-percabangan tersebut tadi mempersarafi dinding cavum abdominis di


bagian  caudal, regio femoris bagian anterior dan regio cruralis di bagian medial.

Ad.1. N.iliohypogastricus 

Saraf ini berpusat pada medulla spinalis segmen thoracalis XII – L 1, Saraf ini 
memberi cabang motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan m.transversus 
abdominis. 

Ad.2. N.ilioinguinalis 

Nervus ini berpusat pada medulla spinalis L 1, berada di sebelah ventral dari 
m.quadratus lumborum, berjalan sejajar dengan n.iliohypogasticus (di sebelah 
caudalnya),Saraf ini mempercabangkan serabut motoris untuk m.obliquus

15
internus abdominis dan m.transversus abdominis.N.ilioinguinalis kadang-kadang
bersatu dengan  n.iliohypogastricus. 

Ad.3. N.genitofemoralis 

Berpusat pada medulla spinalis L 1 – 2, berjalan ke caudal, menembusi m.psoas 


major setinggi vertebra lumbalis 3 atau 4. saraf ini bercabang dua menjadi ramus
genitalis  (=n.spermaticus externus) dan ramus femoralis (= n.lumboinguinalis).
N.spermaticus externus berjalan ke distal, di sebelah medial dari nervus
lumboinguinalis,  masuk ke dalam anulus inguinalis internus, berjalan melalui
canalis inguinalis. Saraf ini  mempersarafi m.cremaster dan kulit
scrotum. N.lumboinguinalis berjalan ke distal dan berada di sebelah ventral
m.psoas major, berada  di sebelah lateral n.spermaticus externus, berjalan
bersama-sama dengan a.iliaca externa  melewati tepi caudal ligamentum
inguinale, mempersarafi kulit regio femoralis cranio anterior. 

Ad.4. Ramus cutaneus femoris lateralis

Berasal dari medulla spinalis L 2 – 3, mempersarafi regio femoris di bagian latero


posterior, yaitu mulai dari trochanter major. 

Ad.5. N.obturatorius 

Dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, bersifat motoris untuk mm.adductores. 

Ad.6. N.Femoralis 

Merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis, dibentuk oleh nervus
spinalis  L 2 - 4, menampakkan diri pada tepi lateral bagian distal m.psoas major,
berjalan di  antara m.psoas major dan m.iliacus, ditutupi oleh fascia iliaca, berada
di bagian caudal  dari ligamentum inguinale, di sebelah lateral arteria femoralis
yaitu melalui lacuna  musculorum, dan memberi cabang-cabang motoris untuk
m.iliacus, m.pectineus dan  m.sartorius. 

Cabang yang lain adalah rami cutanei femoris anteriores yang menembusi
fascia lata  di sebelah ventral m.sartorius dan mempersarafi kulit di bagian ventral
regio femoris  sampai setinggi patella.  Cabang yang ketiga disebut n.saphenus
yang merupakan cabang yang terbesar dan  terpanjang dari n.femoralis,

16
mempersarafi regio crunalis di bagian medial, berjalan ke  caudal bersama-sama
dengan vena saphena magna sampai di 1/3 bagian distal crus.

2. Plexus Sacralis 
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 – S 3 (S 4) dan berada di
sebelah  ventral m.piriformis. Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio
glutea dan  extremitas inferior. 
Dari plexus sacralis dipercabangkan:
- n.gluteus superior 
- n.gluteus inferior 
- n.cutaneus femoris posterior 
- nn.clunium inferiores mediales 
- N.ISCHIADICUS (= SCIATIC NERVE) 
- rr.musculares 

Ad.1. N.gluteus superior 

Dibentuk oleh n.spinalis Lumbalis 4 – Sacral 1, berjalan melalui foramen 


suprapiriformis. Bersifat motoris untuk m.gluteus medius, m.gluteus minimus dan 
m.tensor fascia latae. 

Ad.2. N.gluteus inferior 

Dibentuk oleh n.spinalis L 5 – S 2, meninggalkan pelvis melalui foramen 


infrapiriformis di sebelah caudalis m.piriformis, berjalan di sebelah profunda
m.gluteus  maximus, dan memberi innervasi untuk otot tersebut. 

Ad.3. N.cutaneus femoris posterior 

Dibentuk oleh n.spinalis Sacralis 1 – 3, berjalan melalui foramen infrapiriformis 


bersama-sama dengan vasa glutea inferior. Saraf ini bersifat sensibel untuk kulit 
perineum, bagian posterior regio femoris dan regio cruralis. 

Ad.5. N.ISCHIADICUS. 

Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi
kulit  regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal regio femoris,
seluruh otot pada  crus dan pedis, serta seluruh persendian pada extremitas

17
inferior. Berasal dari medulla  spinalis L 4 – S 3, berjalan melalui foramen infra
piriformis, berjalan descendens di  sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah
dorsal m.quadratus femoris, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris,
selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan  m.semimembranosus, masuk
ke dalam fossa poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua  menjadi N.TIBIALIS dan
N.PERONAEUS COMMUNIS. Rami musculares dipercabangkan untuk
mempersarafi m.biceps femoris caput longum,  m.semitendinosus,
m.semimembranosus dan m.adductor magnus. Rami musculares ini
dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di  sebelah medial
n.ischiadicus disebut danger side dan bagian di sebelah lateral disebut  safety
side. 

Ad.6. Rami musculares 

Cabang-cabang ini berjalan melalui foramen infra piriformis, mempersarafi 


m.piriformis, mm.gemelli superior et inferior, m.obturator internus, m.quadratus
femoris.  Sebenarnya plexus sacralis adalah bagian dari plexus lumbosacralis,
yang dibentuk oleh  rr.anteriores n.spinalis segmental lumbal, sacral dan
coccygeus.

5. Mahasiswa wajib memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya swelling


pada pasien diatas

Pembengkakan merupakan suatu kondisi dimana bagian tubuh seperti kulit


dan organ lainnya tampak membesar. Kondisi ini biasanya merupakan hasil dari suatu
peradangan atau penumpukan cairan. Pembengkakan dapat terjadi secara internal,
atau dapat mempengaruhi bagian lain seperti kulit dan otot.
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan pembengkakan. Ada dua jenis
pembengkakan yaitu pembengkakan eksternal dan internal. Pembengkakan eksternal
biasanya diakibatkan oleh suatu penyakit, cedera dan gigitan serangga.
Pembengkakan internal seringkali merupakan efek samping dari pengobatan atau
akibat dari cedera yang serius. Terkadang munculnya pembengkakan yang ringan
seringkali tidak diketahui. Kondisi ini biasanya tidak selalu menyebabkan munculnya
gejala-gejala lain.

18
Untuk pembengkakan eksternal, membesarnya kulit atau otot biasanya dapat
terlihat. Namun, tanda-tanda lain dari pembengkakan termasuk penumpukan cairan di
daerah yang bengkak. Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan dapat menunjukkan
adanya pembesaran pada organ, otot atau tulang. Pemeriksaan ini dapat membantu
diagnosis dari pembengkakan internal, yang lebih sulit untuk diidentifikasi.
Peradangan pada tulang, jaringan, atau otot dapat menyebabkan
pembengkakan eksternal. Meskipun retensi cairan merupakan suatu kondisi
pembengkakan internal, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan eksternal. Pembengkakan eksternal biasanya dapat terlokalisasi atau
meluas ke bagian tubuh yang lain. Pembengkakan lokal mengacu pada situasi di mana
pembengkakan tersebut hanya terjadi di satu area.
Pembengkakan yang luas dapat terjadi pada area tubuh yang luas. Kondisi ini
biasanya merupakan pertanda dari suatu penyakit yang serius. Biasanya
pembengkakan yang luas sering disebabkan oleh retensi cairan atau suatu reaksi
alergi.

6. Mahasiswa wajib memahami dan menjelaskan penanganan pada pasien diatas.

Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai hilangnya atau adanya


gangguan integritas dari tulang, termasuk cedera pada sumsum tulang, periosteum,
dan jaringan yang ada di sekitarnya. Yang dimaksud dengan fraktur ekstrimitas adalah
fraktur yang terjadi pada komponen ekstrimitas atas (radius, ulna, dll) dan ekstrimitas
bawah (femur, tibia, fibula, metatarsal, dll). Tujuan utama dalam penanganan awal
fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan pasien dan yang kedua adalah
mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstrimitas seperti semula.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat
adalah sebagai berikut.
1. Survey primer yang meliputi Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Limitation, Exposure
2. Meminimalisir rasa nyeri
3. Mencegah cedera iskemia-reperfusi
4. Menghilangkan dan mencegah sumber-sumber potensial kontaminasi.

19
Pemeriksaan tambahan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal seperti fraktur
adalah imobilisasi patah tulang dan pemeriksaan radiologi.
1. Imobilisasi Fraktur
Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam
posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah
fraktur. Halm ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan
ekstrimitas dan dipertahankan dengan alat imobilisasi. Pemakaian bidai yang
benar akan membantu menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut.
2. Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pemeriksaan radiologis pada trauma skeletal bagian dari survey
sekunder. Jenis dan saat pemeriksaan radiologis yang akan dilakukan ditentukan
oleh hasil pemeriksaan, tanda klinis, keadaan hemodinamik, serta mekanisme
trauma. Foto pelvis AP perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien multitrauma
tanpa kelainan hemodinamik dan pada pasien dengan sumber pendarahan yang
belum dapat ditentukan.

Dalam strategi meredakan nyeri akut yang sekiranya berat dalam patah tulang
digunakan srategi “Three Step Analgesic Ladder” dari WHO.
Pada nyeri akut, sebaiknya di awal diberikan analgesik kuat seperti Opioid
kuat. Dosis pemberian morfin adalah 0.05 – 0.1 mg/kg diberikan intravena setiap
10/15 menit secara titrasi sampai mendapat efek analgesia. Terdapat evidence terbaru
di mana pada tahun terakhir ini Ketamine juga dapat dipergunakan sebagai agen
analgesia pada dosis rendah (0.5 – 1 mg/kg).
Obat ini juga harus ditritasi untuk mencapai respon optimal agar tidak
menimbulkan efek anastesi. Efek menguntungkan dari ketamine adalah ketamine
tidak menimbulkan depresi pernafasan, hipotensi, dan menimbulkan efek
bronkodilator pada dosis rendah. Kerugian ketamine adalah dapat menimbulkan
delirium, tetapi dapat dicegah dengan memasukkan benzodiazepine sebelumnya (0.5
– 2 mg midazolam intravena).

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Ny.Z 28 tahun terjatuh sehingga menyebabkan munculnya rasa nyeri dan
bengkak pada tungkai kaki bagian kanan yang disebabkan karena cedera pada
jaringan lunak penanganan yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis.
Hasil dari pemeriksaan radiologis adalah adanya fraktur Os Naviculare disertai
subluksasio Os Cuneiforme mediale di Ossa Tarsalia Dexter.

DAFTAR PUSTAKA

 https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6300/4790
 https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Topografi-
Extremitas-Inferior.pdf
 https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Myologi-eks-
superior-dan-inferior.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai