Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

FTS Padat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 46

PANDUAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN

PADAT

TIM PENYUSUN

LABORATORIUM PENDIDIKAN DAN


KOMPUTASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU
OLEO 2019
KATA PENGANTAR

Buku Panduan Praktikum Teknologi Formulasi Sediaan Padat ini disusun


dengan tujuan untuk membantu mahasiswa yang menempuh Praktikum
Teknologi Formulasi Sediaan Padat agar dapat lebih memahami proses
pembuatan sediaan Padat, mulai dari formulasi sampai tata cara pembuatan
sediaan yang baik dan sesuai.

Penyusun menyadari bahwa buku panduan ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saran dan kritik dari sejawat maupun mahasiswa peserta praktikum
teknologi sediaan padat akan sangat bermanfaat untuk perbaikan pada edisi
berikutnya. Sehingga kita dapat mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan dan untuk hal ini penyusun mengucapkan terima kasih.

Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat dalam membantu


memperdalam pemahaman tentang formulasi sediaan steril.

Salam hormat,

Tim Penyusun
TATA TERTIB
1. Praktikan harus hadir paling lambat 10 menit sebelum melaksanakan praktikum.
2. Praktikan yang terlambat hanya boleh mengikuti praktikum atas izin
pengawas praktikum.
3. Praktikan DILARANG KERAS mengenakan kaos oblong dan memakai sandal.
4. Praktikan HARUS menggunakan seragam laboratorium (jas
laboratorium) rapih, bersih, dengan nama identitas diri selama praktikum
berlangsung.
5. Praktikan harus siap dengan peralatan dasar untuk praktikum.
6. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum bila tidak tau atau
belum siap mengikuti responsi.
7. Untuk mengikuti praktikum, minimal nilai responsi praktikan adalah minimal 70
8. Wajib memelihara ketenangan selama praktikum berlangsung.
9. Keluar masuk ruangan harus seizin pengawas praktikum.
10. Dilarang makan atau minum atau membawa makanan atau minuman ke
dalam laboratorium.
11. Hanya boleh menggunakan meja praktiikum sesuai dengan tempat yang
telah ditentukan untuk setiap praktikan.
12. Dilarang memindahkan peralatan praktikum dari tempat semula.
13. Praktikan wajib untuk membaca, memahami, dan mengikuti prosedur
operasional untuk setiap peralatan dan kegiatan selama praktikum dan
di ruang praktikum
14. Setelah selesai digunakan, semua bahan praktikum harus dikembalikan
pada tempatnya semula dalam keadaan rapi dan bersih.
15. Semua bahan dan peralatan praktikum harus digunakan dan
diperlakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab.
16. Praktikan hanya boleh meninggalkan laboratorium dengan seizin
pengawas setelah semua bahan dan peralatan praktikum dibersihkan /
dibereskan sebagaimana mestinya.
17. Setiap kelompok praktikan harus menyusun jadwal piket untuk
memelihara kebersihan laboratorium.
18. Pelanggaran tata tertib akan mengakibatkan sangsi tidak boleh
mengikuti praktikum.
19. Kehadiran siswa minimal 75 %
Standard Operating Procedure (SOP) Praktikum
1. Sebelum kegiatan praktikum dimulai, koordinator praktikum
menyerahkan berkas peminjaman alat & bahan yang telah
ditandatangani oleh pembimbing praktikum kepada staf administrasi
laboratorium.
2. Staf administrasi laboratorium menyerahkan berkas peminjaman alat dan
bahan kepada kepala laboratorium.
3. Kepala laboratorium memberikan memo kepada staf administrasi untuk
dilanjutkan kepada laboran.
4. Laboran menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum sesuai
dengan berkas peminjaman alat dan bahan.
5. Koordinator asisten praktikum melakukan pengecekan alat dan bahan
yang telah disediakan.
6. Bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian antara daftar, jenis maupun
jumlah alat serta bahan sebagaimana berkas peminjaman, segera
melapor kepada laboran.
7. Setelah memastikan peralatan serta bahan dalam kondisi baik dan
berfungsi sebagaimana mestinya, serta spesifikasinya sesuai dengan
berkas peminjaman, asisten praktikum mengisi buku peminjaman alat
dan bahan.
8. Saat kegiatan praktikum berlangsung, peralatan tidak boleh dipinjamkan
atau dipindah ke tempat lain; selain judul acara praktikum yang
tercantum dalam petunjuk praktikum dan berkas peminjaman alat dan
bahan.
9. Setelah kegiatan praktikum selesai, asisten praktikum segera melapor
pada laboran.
10. Peserta praktikum harus membersihkan peralatan, meja dan ruang
praktikum, serta merapikannya.
11. Asisten praktikum bersama laboran melakukan cek atas peralatan yang
dipinjam dan digunakan dalam kegiatan praktikum, untuk memastikan
kondisinya sama dengan saat peralatan akan dipinjam dan digunakan.
12. Peserta praktikum diperbolehkan meninggalkan ruangan laboratorium
jika cek peralatan selesai, kondisi laboratorium bersih dan rapi serta
diijinkan oleh asisten praktikum
PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN
Susunan laporan lengkap praktikum formulasi dan tekhnologi sediaan
padat terdiri dari:
1. Sampul laporan lengkap praktikum, merupakan sampul paling depan
(luar) dari laporan lengkap praktikum dimana formatnya dapat dilihat
pada Lampiran 1.
2. Lembar Pengesahan, merupakan lembaran yang berisi tanda tangan
seluruh asisten yang terlibat dalam praktikum formulasi dan tekhnologi
sediaan padat serta tanda tangan dosen penanggung jawab praktikum.
Format lembar pengesahan dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Kata pengantar
4. Daftar isi
5. Sampul praktikum percobaan 1, formatnya dapat dilihat pada lampiran
3. Format sampul praktikum percobaan 1 sama dengan format sampul
praktikum percobaan berikutnya.
6. Tugas pendahuluan dapat dilihat pada masing-masing percobaan
7. Rancangan formula dari setiap percobaan ditulis tangan pada kertas
Double Foli. Susunan dari rancangan Formula dapat dilihat pada
lampiran 4.
8. Tugas pendahuluan, Hasil Diskusi Tugas Pendahuluan, rancangan
formula serta hasil percobaan rancangan Formula untuk praktikum
percobaan 1 disusun setelah sampul praktikum percobaan 1. Susunan
tersebut sama dengan percobaan-percobaan selanjutnya.
9. Kartu kontrol praktikum, dimana formatnya dapat dilihat pada lampiran 5.
10. Point 1-6, disusun berurutan kemudian dijilid dengan rapi.

EVALUASI PRAKTIKUM
Evaluasi praktikum dilakukan dengan mengambil nilai harian selama
praktikum. Nilai harian diperoleh dari :
a. Kehadiran
b. Pre-test
c. Diskusi
d. Tugas Pendahuluan
e. Laporan Hasil Diskusi
f. Formula

PANDUAN PENILAIAN
Nilai akhir praktikum diperoleh berdasarkan pada:
a. Nilai harian yaitu 40%. Nilai harian diperoleh dari nilai diskusi (D), nilai
respon (R), nilai tugas pendahuluan (TP), nilai keaktifan (K), serta nilai
laporan (L)
b. Nilai ujian aktif yaitu 30%. Nilai ujian aktif berdasarkan pada
kemampuan praktikan ketika membuat atau mempreparasi sediaan
pada saat ujian.
c. Nilai ujian pasif yaitu 30%. Nilai ujian pasif berdasarkan pada kemampuan praktikan
dalam menjawab atau menyelesaikan soal-soal ujian yang diberikan secara tertulis.
PERCOBAAN I. SEDIAAN SERBUK

1. Tujuan Percobaan Formulasi Sediaan Serbuk


Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi sediaan serbuk
serta menguji kualitas dari sediaan yang dibuat tersebut, sehingga dapat
diketahui suatu sediaan serbuk yang memenuhi persyaratan.

2. Landasan Teori Formulasi Sediaan Serbuk

Dalam ilmu farmasi, sediaan serbuk dapat diartikan sebagai


campuran homogeny dua atau lebih bahan obat yang telah di
haluskan, dan ditujukan untuk pemakaian luar. Pemggunaan obat dalam
bentuk serbuk sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi anak-anak
maupun orang dewasa yang susah atau sulit meminum obat baik dalam
bentuk tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk merupakan campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang berkhasiat untuk mencegah infeksi
pada luka di permukaan kulit.Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan
yang disebarkan secara merata pada ampuran bahan padat atau
mungkin juga keseluruhan serbuk yang terdiri dari bahan padat yang
kering. Serbuk dapat pula dibuat sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang
dikeringkan secara alamiah atau merupakan dua atau lebih campuran
unsure kimia murni. Serbuk yang terbuat dari bahan kimia yang ada baik
kasar, cukup kasar , halus , dan sangat halus.
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang kurang lebih sama dibungkus dengan kertas perkamen atau
pengemas lain yang cocok. Sedangkan serbuk tak terbagi atau serbuk
tabor (pulvis) adalah serbuk ringan yang digunakan untuk pemakain topical
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Serbuk mempunyai luas permukaan
yang luas, sehingga serbuk mudah terdispersi dan lebih larut daripada
bentuk sediaan yang dipadatkan. Kekurangan serbuk sebagai bentuk sediaan adalah
keengganan pasian meminum obat yang pahit atau rasa yang tidak enak, kesulitan
untuk menjaaga agar serbuk tidak terurai. Karena kandungan zat aktif
pada serbuk dapat dengan mudah mencair atau susah menyeragamkan dosis.
Pembuatan sediaan serbuk sangat penting untuk diketahui untuk dapat di
terapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas, dan rumah
sakit.
3. Alat dan Bahan Formulasi Sediaan Serbuk
Alat
Mesh no. 85, lumpang dan alu, sendok tanduk, dan sudip.
Bahan
Zat Aktif, Zat pengisi (diluent), Zat pelicin (lubricant), Pemberi rasa
(sweeterners), Pengaroma, Pewarna makanan, dan Pemanis. (Bahan-bahan
yang akan digunakan disesuaikan dengan bahan dari Formula Hasil
Diskusi), wadah sediaan, etiket, brosure.

4. Prosedur Kerja Formulasi Sediaan Serbuk


a. Preparasi Sediaan Serbuk
Zat aktif dicampur dengan pengisi, pengaroma, dan semua komponen-
komponen hingga membentuk campuran yang homogen.
Campuran selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 50 0C selama
satu jam hingga diperoleh kadar air dari campuran tersebut sebesar
5%. Kemudian ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan dan dimasukkan
ke dalam wadah.
b. Evaluasi Sediaan Serbuk
1) Laju alir
Massa serbuk 25 gram ditimbang lalu dimasukkan ke dalam
corong dan diratakan. Flowmeter dinyalakan dan waktu yang diperlukan
seluruh massa untuk mengalir mallui corong dicatat. Laju alir dinyatakan
sebagai banyaknyan gram sebuk yang melewati celah mesin perdetik.
2) Sudut istirahat
Sejumlah massa serbuk dimasukkan ke dalam corong hingga
penuh kemudian diratakan. Massa yang jatuh akan membentuk kerucut
lalu diukur tinggi (h) dan jari-jari kerucut (r). Kemudian dihitung sudut istirahatnya
α)

3) Bulk density dan tapped density


Massa serbuk ditimbang 50 gram (m) dimasukkan ke dalam
gelas ukur kemudian diukur volumenya (V 1). Berat jenis (BJ) awal =
m/V1. Gelas ukur yang berisi massa serbuk tersebut diletakkan pada alat Bulk
density tester. Alat dipasang pada ketukan sebanyak 300 kali.
Percobaan diulangi dengan 300 ketukan kedua untuk memastikan bahwa
volume sampel tidak mengalami penurunan. Volumenya diukur (V 2). Berat
jenis (BJ) mampat =m/V2
20. Lembar Kerja Formulasi Sediaan Serbuk

a. Laju alir
Formula Rata-rata laju alir
(grma/detik)

n (rep) = 3 kali

b. Sudut istirahat
Formula α (0)

n (rep) = 3 kali

c. Indeks Kompresibilitas
Formula Indeks Kompresibilitas
(%)

n (rep) = 3 kali

tugas yang diberikan kepada praktikan berupa hal-hal yang berkaitan dengan
masalah serbuk atau hal penting yang harus diketahui oleh praktikan tentang
serbuk. Tugas pendahuluan berupa soal-soal yang wajib dikerjakan dengan mengacu
pada pustaka-pustaka yang menyajikan tentang sediaan serbuk. Adapun
soal-soal untuk Tugas Pendahuluan Formulasi Sediaan Serbuk adalah sebagai
berikut:
1) Apa yang dimaksud sediaan serbuk? (10 literatur)
2) Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan serbuk! (5 literatur)
3) Jelaskan syarat-syarat sediaan serbuk yang baik! (5 literatur)
4) Jelaskan komponen-komponen sediaan serbuk! (5 literatur)
5) Jelaskan pembagian serbuk berdasarkan
penggunaannya! (5 literatur)
6) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sediaan
serbuk! (5 literatur)
7) Jelaskan metode pembuatan sediaan serbuk! (5 literatur)
8) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan sediaan serbuk! (5
literatur)
9) Jelaskan evaluasi sediaan serbuk! (5 literatur)
10) Jelaskan masalah-masalah dalam sediaan serbuk! (5 literatur)
11) Jelaskan metode-metode evaluasi sediaan serbuk! (5 literatur)
PERCOBAAN II. SEDIAAN GRANUL
1. Tujuan Percobaan Formulasi Sediaan Granul
Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi sediaan Granul
serta menguji kualitas dari sediaan yang dibuat tersebut, sehingga
dapat diketahui suatu sediaan Granul yang memenuhi persyaratan.
2. Landasan Teori Formulasi Sediaan Granul
Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk aglomerat dari
partikel kecil serbuk. Granul merupakan hasil dari granulasi yang bertujuan
untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi
bulatan-bulatan atau agregat-agregat dalam bentuk yang beraturan.
Proses granulasi dapat dilakukan dengan metode granulasi kering atau granulasi
basah.
Prinsip dari granulasi basah adalah membasahi sebuk atau campuran
serbuk yang diinginkan dengan pasta pengikat, dan diayak dengan
ayakn dengan ukuran tertentu untuk mendapatkan grnul yang diinginkan.
Tahapan yang berbeda dari metode yang lainnya adalah bahan yang
dibasahi, penggilingan basah serta pengeringan. Pada metode tersebut granul
dibentuk dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan. Metode itu membutuhkan suspensi yang
mengandung pengikat yang ditambahakan pada campuran serbuk.
Pelarut yang ditambahkan tidak boleh berlebihan karena massa yang
terbentuk hanya boleh lembab bukan basah seperti pasta. Selanjutanya
proses pengeringan dilakukan untuk mengurangi kelembaban sampai
pada tingkat optimum karena proses pengeringan memegang peranan
penting dalam granulasi basah. Selama pengeringan granul sesekali
diaduk untuk mencagah terjadinya adhesi dengan wadah pengeringan.
Sifat alir merupakan karekateristik yang penting dari granul.
Salah satu karakteristik granul yang lebih menguntungkan adalah kestabilan
granul terhadap kelembaban udara karena luas permukaan granul yang lebih
kecil dibandingkan serbuk.
Sediaan granul (multiunit) memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian dibandingkan sediaan tunggal. Keuntungannya antara lain,
lebih mudah diperkirakan waktu pengosongannya di lambung,
pengosongannya dilambung tidak bergantung dengan adanya makanan
dilambung, variasi absorbsinya rendah, dana
memiliki resiko yang lebih rendah untuk terjadinya dose dumping.
Beberapa kerugian sedian multiunit dibandingkan sediaan tunggal,
antara lain proses pembuatannya lebih sulit dan lebih mahal, dan proses
pengisian ke kapsul gelatin sulit terutama jika partikel berukuran beda.
Sediaan multiunit seperti granul lebih cocok digunakan sebagai sediaan
lepas terkendali dibandingkan sediaan tunggal karena dapat mengurangi
variasi absorbsi dan resiko terjadinya dose dumping.
3. Alat dan Bahan Formulasi Sediaan Granul
Alat
Oven, Alat-alat gelas, Corong, lumpang, alu, stopwatch, mistar,
ayakan mesh 14 dan timbangan analitik (Alat-alat yang akan
digunakan disesuaikan dengan alat yang dibutuhkan dalam Formula Hasil
Diskusi)
Bahan
Zat Aktif, Zat pengisi (diluent), Zat pengikat (binder), Zat pelicin
(lubricant), Pemberi rasa (sweeterners), Pengaroma, Pewarna makanan, dan
Pemanis. (Bahan-bahan yang akan digunakan disesuaikan
dengan bahan dari Formula Hasil Diskusi)

4. Prosedur Kerja Formulasi Sediaan Granul


a. Pembuatan Granul

Zat aktif + pengisi (pemanis) masukan mortir, aduk hingga homogen



pengikat + aquades, Kemudian dipanaskan diatas water bath, biarkan ±
5menit

Larutan pengikat, masukan campuran ke dalam mortir, aduk sampai
terbentuk massa yang siap digranulasikan (tambahkan aquades jika
perlu)

Ayak adonan dengan ayakan no.16

Keringkan di dalam oven suhu 50 – 60o

Setelah kering, ayak dengan ayakan no.18

Timbang hasil granul yang diperoleh
b. Pemeriksaan Sifat dan karakteristik Granul
1) Penentuan Sudut Diam
Menurut Banker dan Anderson (1994) penentuan sudut diam
dilakukan dengan metode corong tegak dan kerucut yang berdiri bebas
pada ketinggian H di atas kertas pada bidang horizontal. Granul
dituang perlahan-lahan sampai ke ujung corong dan R adalah jari-jari
dari alas tumpukan yang berbentuk kerucut.
Sudut diam granul dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
H = ketinggian tumpukan granul
R = jari-jari dari alas tumpukan yang berbentuk kerucut.

2) Pengukuran Kecepatan Alir


Pengukuran kecepatan alir dilakukan dengan menuangkan granul
secara perlahan-lahan melalui tepi corong yang ujungnya tertutup. Dicatat
waktu yang diperlukan sampai semua granul habis keluar.

3) Pengetapan granul
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk
dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan
dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan(Vo) dan volume setelah
konstan (Vt). Uji pengetapan dihitung dengan rumus (Sulaiman,2007):

4) Distribusi ukuran partikel granul Distribusi


ukuran partikel ditunjukkan dengan grafik distribusi normal
Ditribusi ukuran partikel diteliti dengan menimbang granul yang diperoleh dan distribusi ukuran
partikel dilakukan dengan cara 5 gram granul diayak dengan ayakan bertingkat dan granul yang
tertinggal pada masing-masing ayakan ditimbang.

5. Lembar Kerja Formulasi Sediaan Granul


a. Hasil Pengujian Sudut Diam Granul
Pengujian Replikas Sudut Diam Granul
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

b. Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran Granul


Pengujian Replikas Kecepatan Alir Granul
i (gram/detik)
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

c. Hasil pengukuran pengetapan granul


Pengujian Replikas Pengetapan granul
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

d. Hasil pengukuran Distribusi ukuran partikel granul


Pengujian Replikas Distribusi ukuran partikel granul
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD
6. Tugas Sebelum Praktikum Formulasi Sediaan Granul
Tugas sebelum praktikum formulasi Sediaan Granul atau yang
umumnya disebut sebagai Tugas Pendahuluan, merupakan tugas yang
diberikan kepada praktikan berupa hal-hal yang berkaitan dengan masalah
Sediaan Granul atau hal penting yang harus diketahui oleh praktikan
tentang Sediaan Granul. Tugas pendahuluan berupa soal-soal yang wajib
dikerjakan dengan mengacu pada pustaka-pustaka yang menyajikan tentang
sediaan Granul. Adapun soal-soal untuk Tugas Pendahuluan Formulasi
Sediaan Granul adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud sediaan Sediaan Granul? (10 literatur)
2) Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan Granul! (5 literatur)
3) Jelaskan syarat-syarat karakteristik fisika dan kimia
sediaan Granul yang baik! (5 literatur)
4) Jelaskan komponen-komponen sediaan Granul! (5 literatur)
5) Jelaskan pembagian Sediaan Granul berdasarkan
ukuran dan jenisnya! (5 literatur)
6) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sediaan Granul!
(5 literatur)
7) Jelaskan metode pembuatan sediaan Granul! (5 literatur)
8) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan sediaan
Granul! (5 literatur)
9) Jelaskan masalah-masalah dalam proses pembuatan sediaan Granul!
(5 literatur)
10) Jelaskan evaluasi sediaan Granul! (5 literatur)
11) Jelaskan masalah-masalah dalam sediaan Granul! (5 literatur)
12) Jelaskan metode-metode evaluasi sediaan Granul! (5 literatur)
PERCOBAAN III. SEDIAAN PIL
1. Tujuan Percobaan Formulasi Sediaan Pil
Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi sediaan pil serta
menguji kualitas dari sediaan yang dibuat tersebut, sehingga dapat diketahui
suatu sediaan pil yang memenuhi persyaratan.
2. Landasan Teori Formulasi Sediaan Pil
3. Alat dan Bahan Formulasi Sediaan Pil
4. Prosedur Kerja Formulasi Sediaan Pil
5. Lembar Kerja Formulasi Sediaan Pil
6. Tugas Sebelum Praktikum Formulasi Sediaan Pil
Tugas sebelum praktikum formulasi Sediaan Pil atau yang umumnya
disebut sebagai Tugas Pendahuluan, merupakan tugas yang
diberikan kepada praktikan berupa hal-hal yang berkaitan dengan
masalah Sediaan Pil atau hal penting yang harus diketahui oleh
praktikan tentang Sediaan Pil. Tugas pendahuluan berupa soal-soal yang
wajib dikerjakan dengan mengacu pada pustaka-pustaka yang menyajikan
tentang sediaan Sediaan Pil. Adapun soal-soal untuk Tugas
Pendahuluan Formulasi Sediaan Sediaan Pil adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud sediaan Sediaan Pil? (10 literatur)
2) Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan Sediaan Pil! (5 literatur)
3) Jelaskan syarat-syarat karakteristik fisika dan kimia Sediaan Pil
yang baik! (5 literatur)
4) Jelaskan komponen-komponen Sediaan Pil! (5 literatur)
5) Jelaskan pembagian Sediaan Pil berdasarkan ukuran dan jenisnya!
(5 literatur)
6) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sediaan Pil! (5 literatur)
7) Jelaskan metode pembuatan Sediaan Pil! (5 literatur)
8) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan Sediaan Pil!
(5 literatur)
9) Jelaskan masalah-masalah dalam proses pembuatan Sediaan
Pil! (5 literatur)
10) Jelaskan evaluasi Sediaan Pil! (5 literatur)
11) Jelaskan masalah-masalah dalam Sediaan Pil! (5 literatur)
12) Jelaskan metode-metode evaluasi sediaan Pil! (5 literatur)
PERCOBAAN IV. SEDIAAN KAPSUL
1. Tujuan Percobaan Formulasi Sediaan Kapsul
Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi sediaan kapsul serta menguji
kualitas dari sediaan yang dibuat tersebut, sehingga dapat diketahui suatu sediaan
kapsul yang memenuhi persyaratan.
2. Landasan Teori Formulasi Sediaan Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras atau
cangkang lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bias juga
dari pati atau bahan lain yang sesuai (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995). Beberpa keuntungan sediaan kapsul antara lain (Lachman, 1994):
i. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat
ii. Mudah untuk ditelan
iii. Mudah dalam penyiapan karena hanya sedikit bahan tambahan
dan tekanan yang dibutuhkan
iv. Dapat digunakan untuk untuk menggabungkan beberapa jenis
obat pada kebutuhan yang mendadak
v. Bahan obat terlindung dari pengaruh luar (cahaya, kelembaban)

Adapun kerugian kapsul adalah (ansel,1989)


a. Garam kelarutan tinggi umumnya tidak dapat digunakan pada
kapsul gelatin keras
b. Kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang
c. Peralatan pengisi kapsul mempunyai kecepatan yang lebih
lambat disbanding mesin pencetak tablet.

Umumnya kapsul gelatin cangkang keras dapat menampung isi antara


65 mg-1 gr bahan serbuk, termasuk bahan obat dan bahan pengencer lainnya.
Variasi kapasitas ukuran ukuran kapsul antara lain:

Ukuran Volum Bobot isi pada


Kapsul e densitas 0,8
(ml) g/cm3
000 1,37 1,096
00 0,95 0,760
0 0,68 0,544
1 0,50 0,400
2 0,37 0,296
3 0,30 0,240
4 0,21 0,168
5 0,13 0,104
3. Alat dan Bahan Formulasi Sediaan Kapsul

Alat
Timbangan analitik, rotary evaporator, flowmeter, alat uji waktu
hancur, moisture balance, oven, lemari pendingin, kain flanel,
deksikator, perkamen, lumapang alu, alat-alat gelas. (Alat- alat yang
akan digunakan disesuaikan dengan alat yang dibutuhkan dalam
Formula Hasil Diskusi).
Bahan
Zat Aktif, Zat pengisi (diluent), Zat pelicin (lubricant),
Pemberi rasa (sweeterners), Pengaroma, Pewarna makanan, dan
Pemanis. (Bahan-bahan yang akan digunakan disesuaikan
dengan bahan dari Formula Hasil Diskusi), wadah sediaan, etiket,
brochure.
4. Prosedur Kerja Formulasi Sediaan Kapsul
a. Formulasi sediaan kapsul
Zat aktif dicampur dengan pengisi, pengaroma, dan semua komponen-
komponen hingga membentuk campuran yang homogen. Campuran selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu 500C selama satu jam hingga diperoleh kadar
air dari campuran tersebut sebesar 5%.Campuran tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam cangkang kapsul dengan nomor yang sesuai dengan berat yang diinginkan.
b. Evaluasi sediaan kapsul
1. Laju alir
Massa serbuk isi kapsul 25 gram ditimbang lalu dimasukkan ke dalam corong
dan diratakan. Flowmeter dinyalakan dan waktu yang diperlukan seluruh massa
untuk mengalir mallui corong dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai banyaknya gram
sebuk yang melewati celah mesin perdetik.

2. Sudut istirahat

Sejumlah massa serbuk isi kapsul dimasukkan ke dalam corong


hingga penuh kemudian diratakan. Massa yang jatuh akan membentuk kerucut
lalu diukur tinggi (h) dan jari-jari kerucut (r). Kemudian dihitung sudut istirahatnya
(α)

3. Bulk density dan tapped density


Massa serbuk isi kapsul ditimbang 50 gram(m) dimasukkan ke dalam gelas
ukur kemudian diukur volumenya (V 1). Berat jenis (BJ) awal = m/V1. Gelas ukur
yang berisi massa serbuk tersebut diletakkan pada alat Bulk density tester.
Alat dipasang pada ketukan sebanyak 300 kali. Percobaan diulangi dengan 300
ketukan kedua untuk memastikan bahwa volume sampel tidak mengalami penurunan.
Volumenya diukur (V2). Berat jenis (BJ) mampat =m/V2
4. Uji keseragaman bobot
Timbang 10 kapsul, satu persatu, beri identitas setiap kapsul,
keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama
tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto dari isi tiap kapsul
dengan cara mengurangi bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot
kapsul. Dari hasil penetapan kadar seperti tertera pada masing-
masing monografi, hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dengan
angggapan bahwa zat aktif terdistribusi secara homogen.
Untuk kriterianya kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10
satuan sediaan seperti ditetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam
rentang 85%hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada
satuan terletak di luar rentang 75% hingga 125% yang tertera pada
etiket dan simpangan baku relatif dari 10 satuan kurang dari atau sama
dengan 6%.

5. Uji waktu hancur

Sejumlah 6 kapsul dimasukkan pada masing-masing tabung


pada keranjang, yang dibawahnya terdapat kassa baja berukuran 10
0
mesh. Digunakan media air bersuhu 37±2 C. Dilakukan pengamatan
terhadap kapsul, semua kapsul harus hancur. Bila 1 atau 2 kapsul
tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12 kapsul yang lainnya,
tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji hancue sempurna. Dicatat
waktu yang diperlukan kapsul untuk hancur sempurna.

6. Uji Higroskopisitas
Merupakan cara menguji kemampuan bahan obat untuk menyerap
uap dari udara setelah dibiarkan dalam kondisi tertentu selama beberapa
waktu yang diamati. Sejumlah tiga kapsul ditempatkan pada botol cokelat
disimpan dalam deksikator. Masing-masing perlakuan diamati setiap hari
selama 7 hari dan seetiap minggu selama sebulan. Pengamatan dilakukan
terhadap perubahan bobot kapsul,bentuk kapsul, dan isi kapsul.
5. Lembar Kerja Formulasi Sediaan Kapsul
i. Laju alir serbuk isi kapsul
Formula Rata-rata laju alir
(grma/detik)

n (rep) = 3 kali
ii. Sudut istirahat serbuk isi kapsul
Formula α (0)

n (rep) = 3 kali
iii. Indeks Kompresibilitas serbuk isi kapsul
Formula Indeks Kompresibilitas
(%)

n (rep) = 3 kali
iv. Keseragaman bobot kapsul

Formula Bobot hari ke- (g)


1 2 3 4 5 6 7

n (rep) = 3 kali

v. Waktu hancur kapsul


Formula Waktu Hancur

n (rep) = 3 kali

vi. Higroskopisitas kapsul minggu pertama


Formula Bobot hari ke- (g)
1 2 3 4 5 6 7

n (rep) = 3 kali

vii. Higroskopisitas kapsul minggu kedua sampai ke tujuh


Formula Bobot minggu ke- (g)
2 3 4 5 6 7

n (rep) = 3 kali
6. Tugas Sebelum Praktikum Formulasi Sediaan Kapsul
Tugas sebelum praktikum formulasi Sediaan Kapsul atau yang umumnya
disebut sebagai Tugas Pendahuluan, merupakan tugas yang diberikan kepada
praktikan berupa hal-hal yang berkaitan dengan masalah Sediaan Kapsul atau
hal penting yang harus diketahui oleh praktikan tentang Sediaan Kapsul. Tugas
pendahuluan berupa soal-soal yang wajib dikerjakan dengan mengacu pada
pustaka-pustaka yang menyajikan tentang Sediaan Kapsul. Adapun soal-soal untuk
Tugas Pendahuluan Formulasi Sediaan Kapsul adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud Kapsul? (10 literatur)
2) Jelaskan pembagian kapsul! ( 5 literatur)
3) Apa yang dimaksud Sediaan Kapsul? (10 literatur)
4) Jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing pembagian Sediaan
Kapsul (no. 2)! (5 literatur)
5) Jelaskan tahap-tahap pembuatan gelatin yang merupakan bahan dasar cangkang
kapsul!
6) Jelaskan syarat sifat (karakteristik) yang harus dimilki kapsul berdasarkan
pembagiannya (no. 2)! (5 literatur)
7) Jelaskan metode dan tahap pembuatan kapsul berdasarkan pembagiannya
(no. 2)! (5 literatur)
8) Jelaskan syarat sifat (karakteristik) dari komponen-komponen bahan yang
dapat dimasukkan ke dalam kapsul berdasarkan pembagiannya (no. 2)! (5
literatur)
9) Jelaskan syarat-syarat karakteristik fisika dan kimia Sediaan
Kapsul yang baik! (5 literatur)
10) Jelaskan komponen-komponen Sediaan Kapsul! (5 literatur)
11) Jelaskan cara pengisian campuran bahan yang bersifat
liquid dan solid ke dalam kapsul! (5 liteatur)
12) Jelaskan pembagian Sediaan Kapsul berdasarkan
ukuran dan jenisnya! (5 literatur)
13) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sediaan
Kapsul! (5 literatur)
14) Jelaskan metode dan tahap pembuatan Sediaan Kapsul! (5 literatur)
15) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan Sediaan
Kapsul! (5 literatur)
16) Jelaskan masalah-masalah dalam proses pembuatan Sediaan Kapsul! (5
literatur)
17) Jelaskan evaluasi Sediaan Kapsul! (5 literatur)
18) Jelaskan masalah-masalah dalam Sediaan Kapsul! (5 literatur)
19) Jelaskan metode-metode evaluasi sediaan Kapsul! (5 literatur)
PERCOBAAN V.
SEDIAAN TABLET
1. Tujuan Percobaan Formulasi Sediaan Tablet
Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi sediaan tablet
serta menguji kualitas dari sediaan yang dibuat tersebut, sehingga dapat
diketahui suatu sediaan tablet yang memenuhi persyaratan.
2. Landasan Teori Formulasi Sediaan Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak berbentuk
rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat
pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok. (Farmakope ed.III,
1979).
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan,karena
memiliki beberapa keuntungan antara lain:ketepatan dosis, mudah cara
pemakaiannya, stabil dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan
dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk sediaan obat lainnya.
• Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. bekerja lokal : misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut,
ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.
b. bekerja sistemik : per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan
menjadi :
- short acting (jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan beberapa kali
menelan obat
- long acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan satu tablet.
• Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:
a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan
cara ditelan, pecah di lambung.
b. Tablet kunyah. Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu
dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.
c. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar
beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahanlahan dalam mulut.
d. Tablet larut (effervescent tablet). Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet
efervesen Supradin.
e. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi
hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit
sedikit, kemudian tablet dimasukkan, dan kulit dijahit kembali. Zat khasiat
akan dilepas perlahan-lahan.
f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30
mg, larut dalam air, digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk
injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).
g. Tablet bukal (buccal tablet), digunakan dengan cara meletakkan tablet di
antara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui
mukosa mulut.
h. Tablet sublingual, digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah
sehingga zat aktif secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara
oral.
i. Tablet vagina (ovula).

Ada 3 metode pembuatan tablet kompresi yang berlaku yaitu metode


granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak langsung (Ansel, 2005). 1).
Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu
dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna.
Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada
suhu 40°C-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan
ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet
dengan mesin tablet (Anief, 1994).
2). Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering
Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat
pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar
(slugging), setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak,
akhirnya dikempa cetak tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet (Anief,1994).
3). Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung
Semua bahan zat aktif dan zat tambahan dicampur kemudian dikempa cetak
dengan mesin tablet (Sulaiman, 2007).
3. Alat dan Bahan Formulasi Sediaan Tablet

a. Alat
mesin pencetak tablet, alat uji kekerasan tablet, alat uji waktu hancur, Oven,
alat uji kerapuhan, Alat-alat gelas, Corong, lumpang, alu, stopwatch, mistar,
ayakan mesh 14 dan timbangan analitik(Alat-alat yang akan digunakan
disesuaikan dengan alat yang dibutuhkan dalam Formula Hasil Diskusi)
b. Bahan
Zat Aktif, Zat pengisi (diluent), Zat pengikat (binder), Zat pelicin (lubricant),
Pemberi rasa (sweeterners), Pengaroma, Pewarna makanan, dan Pemanis.
(Bahan-bahan yang akan digunakan disesuaikan dengan bahan dari Formula
Hasil Diskusi)
4. Prosedur Kerja Formulasi Sediaan Tablet

a. Pembuatan Granul

Zat aktif + pengisi (pemanis) masukan mortir, aduk hingga homogen



pengikat + aquades, Kemudian dipanaskan diatas water bath, biarkan ±
5menit

Larutan pengikat, masukan campuran ke dalam mortir, aduk sampai
terbentuk massa yang siap digranulasikan (tambahkan aquades jika
perlu)

Ayak adonan dengan ayakan no.16

Keringkan di dalam oven suhu 50 – 60o

Setelah kering, ayak dengan ayakan no.18

Timbang hasil granul yang diperoleh

b. Pemeriksaan karakertistik Granul


7. Waktu alir granul
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa granul adalah pemeriksaan
laju alirnya. Massa granul dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu
alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan
berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa granul
yang melalui corong perdetik (Juheini dkk, 2004).
8. Sudut diam granul
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang
ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran
dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30°
menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama
dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994).
9. Pengetapan granul
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk
dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan
dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan
volume setelah konstan(Vt). Uji pengetapan dihitung dengan rumus (Sulaiman,2007):
10. Distribusi ukuran partikel granul
Distribusi ukuran partikel ditunjukkan dengan grafik distribusi normal

Ditribusi ukuran partikel diteliti dengan menimbang granul yang diperoleh dan
distribusi ukuran partikel dilakukan dengan cara 5 gram granul diayak dengan
ayakn bertingkat dan granul yang tertinggal pada masing-masing aykan
ditimbang.
c. Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan mengalirkan sejumlah massa granul kedalam
mesin pengempa tablet dan mengempanya dengan mesin
pengempa tablet. Pengempaan berlangsung dengan mengalirkan sejumlah
massa granul dari hopper ke dalam lubang die dengan ukuran
tertentu, kemudian massa yang telah masuk akan dikempa dengan
tekanan yang dihasilkan dari pertemuan antara punch atas dan punch
bawah. Pengaturan punch atas dan bawah harus sama untuk setiap
formula supaya tidak mempengaruhi kekerasan dan bobot tablet.
d. Uji Sifat Fisik Tablet meliputi:
1) Keseragaman Ukuran
Tablet diukur menggunakan jangka sorong untuk mengukur tebal dan
diameter tablet. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet, kecuali dinyatakan lain (Anonim, 1979).
2) Kekerasan (Hardness Test)
Uji kekerasan tablet didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tabletsecara keseluruhan yang diukur dengan memberikan
tekanan terhadap diameter tablet. Kekuatan tablet diberi skala dalam kilogram. Pada
umumnya dikatakan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-10 kg (Sulaiman,
2007).
3) Kerapuhan (friability)
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan
tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada
permukaan tablet. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebasdebukan dan
ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan
diputar sebanyak100 putaran (4 menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang
kembali, dan dihitung prosentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 % (Sulaiman, 2007).
4) Keseragaman bobot
Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman bobot
dan batas toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet tidak
bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan
sebagai berikut : timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya
dan penyimpangan bobot rataratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi
jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom
A, dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B. Apabila
tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang
ditetapkan pada kolom B (Tabel 1) (Sulaiman, 2007).

Dalam kepustakaan disebutkan bahwa untuk mengevaluasi keseragaman


bobot tablet juga dapat digunakan harga koefisien variasi (CV/coefisien
variation). Dikatakan mempunyai keseragaman bobot
yang baik jika harga CV kurang dari 5 % (Sulaiman, 2007). Harga CV
dihitung dari :

5) Waktu hancur
Suatu sediaan tablet yang diberikan peroral, agar dapat diabsorbsi
maka tablet tersebut harus terlarut (terdisolusi) atau terdispersi dalam
bentuk molekular.Tahap pertama untuk tablet agar dapat terdisolusi
segera adalah tablet harus hancur (Sulaiman, 2007). Tablet yang
akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan
penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut dalam medium air dengan
suhu 37oC. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur
dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Pernyaratan waktu
hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk
tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara
untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
5. Lembar Kerja Formulasi Sediaan Tablet
e. Hasil Pengujian Sudut Diam Granul
Pengujian Replikas Sudut Diam Granul
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD
f. Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran Granul
Pengujian Replikas Kecepatan Alir Granul
i (gram/detik)
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD
g. Keseragaman Ukuran Tablet

Pengujian Replikas Tebal Tablet (cm) Diameter Tablet (cm)


i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD
h. Keseragaman Bobot
Pengujian Replikas Bobot Tablet (gr) Persen Penyimpangan
i (%)
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD
i. Kekerasan Tablet
Pengujian Replikas Kekerasan tablet (kg)
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

j. Friabilitas atau Keregasan Tablet


Pengujian Replikas Friabilitas tablet
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD
k. Uji Waktu Melarut Tablet
Pengujian Replikas Waktu melarut tablet
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

6. Tugas Sebelum Praktikum Formulasi Sediaan Tablet


Tugas sebelum praktikum formulasi Sediaan Tablet atau yang umumnya
disebut sebagai Tugas Pendahuluan, merupakan tugas yang diberikan kepada
praktikan berupa hal-hal yang berkaitan dengan masalah Sediaan Tablet atau hal
penting yang harus diketahui oleh praktikan tentang Sediaan Tablet. Tugas
pendahuluan berupa soal-soal yang wajib dikerjakan dengan mengacu pada
pustaka-pustaka yang menyajikan tentang Sediaan Tablet. Adapun soal-soal untuk
Tugas Pendahuluan Formulasi Sediaan Tablet adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan sediaan tablet? (10 literatur)
2) Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan tablet! (5 literatur)
3) Jelaskan metode pembuatan sediaan tablet! (5 literatur)
4) Jelaskan komposisi sediaan tablet! (5 literatur)
5) Jelakan keuntungan dan kerugian metode granulasi basah,
kering dan kempa langsung! (5 literatur)
6) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pembuatan sediaan tablet! (5 literatur)
7) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan
sediaan tablet Kovensional (5 literatur)
8) Jelaskan metode-metode evaluasi sediaan tablet konvensional! (5 literatur)
PERCOBAAN VI. SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT
1. Tujuan Percobaan Formulasi Sediaan Tablet Effervescent
Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi sediaan tablet
efervesen serta menguji kualitas dari sediaan yang dibuat tersebut,
sehingga dapat diketahui suatu sediaan tablet efervesen yang memenuhi
persyaratan.
2. Landasan Teori Formulasi Sediaan Tablet Effervescent
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet
yang dibuat dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan
campuran asam-asam organik seperti asam sitrat atau asam tartrat
dan natrium bikarbonat. Bila tablet inidimasukkan ke dalam air, mulailah
terjadi reaksi kimia antara asam dan natriumsehingga terbentuk garam
natrium dari asam dan menghasilkan gaskarbondioksida serta air.
Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalamwaktu satu
menit atau kurang. Disamping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga
menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat
membantumemperbaiki rasa beberapa obat tertentu (Banker dan Anderson,
1994).
Bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan tablet
effervescent adalah sebagai berikut: sumber asam meliputi food acid yaitu
bahan yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana asam
pada campuran effervescent seperi asam sitrat, asam malat, asam
suksinat, dan asam fumarat. Asam-asam ini sangat penting pada
pembuatan tablet effervescent, jika direaksikan dengan air bahan tersebut
akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan asam yang dalam proses
selanjutnya akan bereaksi dengan bahan-bahan karbonat. Bahan-bahan
yang digunakan harus tahan panas, mudah dikempa dan larut dalam air
(Lachman et al., 1986).
Menurut Mohrle (1980), keasaman sangat penting dalam proses reaksi
effervescent, dan ini didapat dari tiga sumber yang mengandung asam tersebut,
yaitu:
i. Asam bebas
Asam bebas adalah asam yang mengandung asam atau bahan
yang bisa memberikan suasana asam pada campuran effervescent, seperti:
asam sitat (citric acid), asam tartrat (tartaric acid), asam malat (malic acid) dan
asam fumarat (fumaric acid).
ii. Asam anhidrat (acid anhidrides)
Pada asam anhidrat ini tidak terdapat air kristal, contohnya: asam suksinat dan asam
anhidrat.
c. Asam garam (acid salt).
Asam dalam bentuk garam, yang lebih mudah larut dalam air, contohnya natrium
dihidrogen fosfat. Sumber karbonat yang umum digunakan yaitu natrium
bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat merupakan bagian
terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik dalam air,
nonhigroskopis serta tersedia di pasaran mulai dari bentuk bubuk sampai bentuk
garam. Natrium bikarbonat menghasilkan 52% karbondioksida (Mohrle, 1980).
Asam–basa tablet effervescent terdiri dari asam sitrat, asam
fumarat an natrium karbonat. Reaksi antara asam sitrat dan natrium karbonat
(1) serta asam
fumarat dan natrium karbonat (2) dapat dilihat sebagai berikut:
2H3C6H5O7.H2O + 3Na2CO3 2Na3C6H5O7 + 5H2O + 3CO2
H2C4H4O4 + Na2CO3 Na2C4H4O4 + H2O + CO2
Reaksi diatas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan, oleh
karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan
tetap rendah untuk mencegah penguraian dan ketidakstabilan produk.
Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan
pembentukan larutan dalam waktu cepat dan mengandung dosis obat yang tepat.
Kerugian tablet effervescent adalah kesukaran menghasilkan produk yang stabil secara
kimia. Kelembaban udara selama pembuatan produk sudah dapat untuk memulai
reaksi effervescent. Selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan dari bikarbonat
menyebabkan autokatalis. Tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong
lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat didalam tabung silindris
dengan ruang udara yang minimum (Banker dan Anderson, 1994).

3. Alat dan Bahan Formulasi Sediaan Tablet Effervescent


a. Alat
Alat-alat gelas, water bath, neraca elektrik, corong, stopwatch, pengayak 14
mesh, mesin pengempa tablet single punch friabilator, jangka sorong, hardness tester,
hygrothermometer, dan oven. (Alat-alat yang akan digunakan disesuaikan dengan
alat yang dibutuhkan dalam Formula Hasil Diskusi)
b. Bahan
Zat Aktif, Zat pengisi (diluent), Zat pengikat (binder), Zat pelicin
(lubricant), Pemberi rasa (sweeterners), Asam–basa tablet
effervescent, Pengaroma, Pewarna, dan Pemanis. (Bahan-bahan
yang akan digunakan disesuaikan dengan bahan dari Formula
Hasil Diskusi)
4. Prosedur Kerja Formulasi Sediaan Tablet Effervescent
a. Pembuatan Granul Efervesen
Granul efervesen dibuat secara terpisah antara granul asam dan granul basa
untuk menghindari reaksi efervesen dini. Zat aktif digranulasi terlebih dahulu dengan
pengikat. Granul yang dihasilkan disebut sebagai granul zat aktif. Granul asam dibuat
dengan mencampurkan granul zat aktif, Asam tablet effervescent, dan sebagian
pengikat, pewarna,dan pemanis. Sedangkan granul basa dibuat dengan
mencampurkan basa tablet effervescent dengan sisa pengikat, pewarna, dan
pemanis. Pembuatan granul efervesen dilakukan di tempat dengan suhu ruangan dan
kelembaban udara terjaga. Pengikat ditambahkan dalam bentuk kering, lalu dibasahi
dengan etanol 70% tetes demi tetes. Massa yang akan digranulasi kemudian diayak
dengan ayakan 14 mesh supaya mendapatkan granul dengan ukuran yang
homogen. Granul kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 40-60°C.
Setelah kering, granul kemudian ditambahkan dengan pelincir, magnesium
stearat, dan flavouring agent, selanjutnya diuji sifat fisiknya.
b. Pemeriksaan Sifat dan Kecepatan Alir Granul Efervesen
1) Penentuan Sudut Diam
Menurut Banker dan Anderson (1994) penentuan sudut diam
dilakukan dengan metode corong tegak dan kerucut yang berdiri bebas
pada ketinggian H di atas kertas pada bidang horizontal. Granul dituang
perlahan-lahan sampai ke ujung corong dan R adalah jari-jari dari alas
tumpukan yang berbentuk kerucut.
Sudut diam granul dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
H = ketinggian tumpukan granul
R = jari-jari dari alas tumpukan yang berbentuk kerucut.
2) Pengukuran Kecepatan Alir
Pengukuran kecepatan alir dilakukan dengan menuangkan granul
secara perlahan-lahan melalui tepi corong yang ujungnya tertutup. Dicatat
waktu yang diperlukan sampai semua granul habis keluar.
c. Pembuatan Tablet Efervesen
Ruangan pengempaan tablet dikondisikan selama 30
menit dengan mengatur suhu ruangan di bawah suhu 25°C dan kelembaban
ruangan terjaga. Tablet dibuat dengan mengalirkan sejumlah massa granul
kedalam mesin pengempa tablet dan mengempanya dengan mesin
pengempa tablet. Pengempaan berlangsung dengan mengalirkan sejumlah
massa granul dari hopper ke dalam lubang die dengan ukuran
tertentu, kemudian massa yang telah masuk akan dikempa dengan
tekanan yang dihasilkan dari pertemuan antara punch atas dan punch bawah.
Pengaturan punch atas dan bawah harus sama untuk setiap formula
supaya tidak mempengaruhi kekerasan dan bobot tablet.
d. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Efervesen
1) Penampilan Tablet
Pengontrolan penampilan umum tablet melibatkan pengukuran sejumlah
kelengkapan seperti ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa, bentuk
permukaan, konsistensi dan cacat fisik, serta kemudian untuk membaca tanda-
tanda pengenal (Banker dan Anderson, 1994).
2) Keseragaman Ukuran

Tablet diukur menggunakan jangka sorong untuk mengukur tebal dan


diameter tablet. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet, kecuali dinyatakan lain (Anonim, 1979).
3) Keseragaman Bobot
Tablet sebanyak 20 ditimbang satu per satu dan dihitung bobot rata-rata
setiap tablet. Menurut Farmakope Indonesia III(1979), tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari kolom A, dan tidak satu pun tablet
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom B. Persentase penyimpangan bobot tablet dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)


25 mg atau kurang 15 30
26 – 150 mg 10 10
151 – 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10

4) Kekerasan
Satu tablet diletakkan di tengah dan tegak lurus pada hardness tester, mula-
mula skala pada posisi nol, kemudian alat diputar pelan-pelan sampai tablet pecah.
Dibaca skala yang dicapai pada saat tablet pecah atau hancur (Banker dan
Anderson, 1994).
5) Friabilitas atau Keregasan
Sebanyak 20 tablet yang telah dibebasdebukan
ditimbang,kemudian dimasukkan dalam friabilator. Alat dijalankan
100 kali putaran selama 4 menit atau dengan kecepatan 25 putaran
permenit. Tablet diambil dan dibersihkan dari partikel yang menempel
pada tablet, ditimbang kembali, dihitung persentase selisih atau susut bobotnya.
6) Uji Waktu Melarut
Satu persatu tablet, sebanyak 10 tablet, dimasukkan ke dalam
gelas berisi air dan dihitung waktu yang diperlukan tablet untuk melarut
sempurna.
5. Lembar Kerja Formulasi Sediaan Tablet Effervescent
a. Hasil Pengujian Sudut Diam Granul Efervesen
Pengujian Replikas Sudut Diam Granul
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

b. Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran Granul Efervesen


Pengujian Replikas Kecepatan Alir Granul
i (gram/detik)
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

c. Keseragaman Ukuran Tablet Effervescent

Pengujian Replikas Tebal Tablet (cm) Diameter Tablet (cm)


i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

d. Keseragaman Bobot Effervescent


Pengujian Replikas Bobot Tablet (gr) Persen Penyimpangan
i (%)
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

e. Kekerasan Tablet Effervescent


Pengujian Replikas Kekerasan tablet (kg)
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD
f. Friabilitas atau Keregasan Tablet Effervescent
Pengujian Replikas Friabilitas tablet
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

g. Uji Waktu Melarut Tablet Effervescent


Pengujian Replikas Waktu melarut tablet
i
1 I
II
III
RATA-RATA ± SD

6. Tugas Sebelum Praktikum Formulasi Sediaan Tablet


Effervescent
Tugas sebelum praktikum formulasi SediaanTablet atau yang umumnya disebut
sebagai Tugas Pendahuluan, merupakan tugas yang diberikan kepada praktikan
berupa hal-hal yang berkaitan dengan masalah Sediaan Tablet atau hal penting yang
harus diketahui oleh praktikan tentang Sediaan Tablet. Tugas pendahuluan berupa
soal-soal yang wajib dikerjakan dengan mengacu pada pustaka-pustaka yang
menyajikan tentang Sediaan Tablet. Adapun soal-soal untuk Tugas Pendahuluan
Formulasi Sediaan Tablet adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan sediaan tablet effervescent? (10 literatur)
2) Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan tablet
effervescent! (5 literatur)
3) Jelaskan komposisi utama dalam sediaan tablet
effervescent! (5 literatur)
4) Jelaskan metode pembuatan sediaan tablet effervescent! (5 literatur)
5) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pembuatan sediaan tablet Effervescent (5 literatur)
6) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan
sediaan tablet Effervescent (5 literatur)
7) Jelaskan metode-metode evaluasi sediaan tablet
Effervescent! (5 literatur)
PERCOBAAN VII. SEDIAAN TABLET SALUT
1. Tujuan Percobaan Formulasi Sediaan Tablet Salut
Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi sediaan tablet
salut serta menguji kualitas dari sediaan yang dibuat tersebut, sehingga
dapat diketahui suatu sediaan tablet salut yang memenuhi persyaratan.
2. Landasan Teori Formulasi Sediaan Tablet Salut
Tablet mengalami penyalutan untuk berbagai alasan, antara
lain melindungi zat aktif dari udara, lembap atau cahaya, menutupi rasa
dan bau yang tidak enak serta membuat penampilan tablet yang lebih
baik dan menarik. Pembuatan tablet salut membutuhkan waktu yang
panjang dan energi lebih besar serta biaya yang lebih mahal, banyak
alasan yang menyebabkan penyalutan menjadi sangat penting dan tidak
dapat dihindari (Siregar, 2010).
Keuntungan :
a) Menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan aktif
b) Melindungi obat dari pengaruh luar seperti, oksigen dan kelembaban udara
c) Menguatkan daya tahan terhadap pengaruh beban mekanis
d) Memberi kemudahan menelan, karena permukaannya yang datar
dan sisinya yang tidak tajam
e) Efek psikologis dari warna, kilap dan bentuk obat yang disalut
f) Membedakan atau mengidentifikasikan preparat melalui warna-
warna tablet salut yang berlainan
g) Menutupi permukaan yang tidak seragam akibat proses
pembuatan inti tablet.
Kerugian :
a) Waktu pengerjaan yang panjang
b) Energi yang lebih besar daripada pembuatan sediaan peroral lainnya
c) Biaya yang cukup mahal.

Tablet yang akan disalut harus mempunyai sifat fisik yang


baik. Pada proses penyalutan, tablet-tablet bergulir didalam panci, agar
mampu menahan benturan sesamanya atau benturan dengan dinding
panci, tablet harus tahan terhadap abrasi dan gumpil. Permukaan tablet
yang rapuh dan lunak oleh pemanasan atau rusak oleh penyalutan
cenderung menjadi kasar ditahap awal penyalutan. Selain permukaan yang
halus, bentuk fisik juga penting. Bentuk ideal tablet salut adalah bundar telur
atau bundar bikonveks atau oral bikonveks dengan tinggi sisi yang rendah
(Lieberman, Lachman, Schwartz, 1990 ; Voight, 1994).
Penyalutan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a) Penyalutan gula
Penyalutan gula merupakan proses penyalutan yang pertama, yang masih
digunakan dan telah mengalami modernisasi proses dan peralatan yang canggih
serta otomatis. Penyalutan dengan gula didefinisikan sebagai penyelimutan inti
dengan banyak lapisan gula. Sejumlah besar lapisan gula disemprotkan selapis
demi selapis pada permukaan inti sampai terjadi penambahan bobot > 30 % dari
berat tablet awal.
Keuntungan :
1) Bahan baku tidak mahal dan cukup tersedia
2) Bahan baku dapat diterima secara luas
3) Produk salut gula menyenangkan dan diterima baik oleh konsumen.
4) Prosesnya tidak mahal, alat sederhana dapat digunakan
5) Pada umumnya proses tidak sekritis proses
salut selaput Kerugian :
1) Ukuran dan berat produk akhir yang besar, meningkatkan biaya packing
dan pengiriman
2) Pencapaian kualitas estetika yang tinggi memerlukan operator
penyalut dengan skill yang tinggi.

b) Penyalutan lapis tipis


Proses mencakup pelekatan lapisan polimer yang membentuk selaput
seragam pada permukaan inti. Sediaan obat yang
dinyatakan sebagai tablet film atau tablet lapis tipis didefinisikan sebagai inti
yang diselimuti dengan lapisan yang relatif tipis dari material yang sesuai.
Lapisan penyalut tidak mengubah bentuk dari inti. Lapisan yang
terbentuk, tidak hanya mampu menutupi rasa atau bau yang tidak enak
dari bahan obat, meningkatkan stabilitas obat terhadap pengaruh luar,
serta menjamin kekompakan yang tinggi terhadap beban mekanis (Siregar,
2010 ; Agoes, 1983 ; Voight, 1994).
Keuntungan :
1) Bentuk yang dapat disalut beraneka ragam
2) Penyalutan lebih cepat dibandingkan penyalutan gula
3) Lokasi produksi lebih kecil
4) Penambahan berat penyalutan kecil (2-5 %) dibandingkan
dengan penyalutan gula (> 40 %)
5) Lebih efisien dan ekonomis dalam pengerjaannya
6) Membutuhkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan penyalutan gula

Kerugian :
1) Cara kerja dan formulasi ada yang dilindungi oleh hak paten
2) Polimer padat yang diperoleh sangat terbatas dan sering ada
kesukaran d alam proses melarutkan polimer tersebut
3) Dari segi Undang-Undang, dibeberapa negara ada pelanggaran
penggunaan pelarut organik untuk penyalutan lapis tipis
c) Penyalutan kempa
Dalam cara yang sama dengan pembuatan tablet kompresi ganda dari
suatu bahan obat dengan inti pada bagian dalam dan kulit
pada bagian luarnya, inti tablet bisa diberi salut gula dengan cara kompresi. Bahan
penyalut berbentuk granula atau serbuk diletakkan diatas lapisan inti tablet dengan
menggunakan alat kompresi khusus. Metode ini mengurangi pemborosan waktu.
Penyalutan dengan tekanan merupakan pekerjaan dalam keadaan bebas air, oleh
karena itu cukup aman bagi penyalutan obat-obat yang peka terhadap lembab air.
Hasil penyalutan dengan metode ini lebih seragam dan tipis dibandingkan dengan
salut gula yang dalam melakukannya menggunakan bejana, sehingga tabletnya pun
lebih ringan dan lebih kecil, maka lebih mudah pula ditelan oleh pasien dan lebih
murah biaya pengemasan dan pengapalannya.

Keuntungan :
a Tidak menggunakan air atau pelarut
b Dilakukan dalam satu tahap dan tidak membutuhkan banyak lapisan
c Jika ada bahan yang tidak tercampurkan, dapat dipisah dengan
memasukkan salah satu obat kedalam tablet inti dan yang lain pada
lapisan penyalut
d Zat yang peka terhadap cahaya dapat dimasukkan kedalam tablet
inti. (Siregar, 2010 ; Agoes, 1983; Voight, 1994).
3. Alat dan Bahan Formulasi Sediaan
Tablet Salut Alat
Mesin pengempa tablet single punch (Erweka AR 900, Jerman),
ayakan (Retsch, Jerman), moisturizer balance (Adam AMB 50, Inggris),
viscometer brookfiled (Brookfield Synchro lectric, Jerman), flowmeter
(Erweka GDT, Jerman), panci dan mesin penyalut, panci pengkilap
(Erweka AR 400, Jerman), spray gun, oven (Memmert, Jerman), jangka
sorong (Butterfly), friability tester (Electrolab TDT-08L, India), hardness
tester (Erweka TBH 28, Jerman), disintregrator (Erweka ZT3, Jerman),
tanur, alat-alat gelas (Pyrex, Jepang).

Bahan
Zat Aktif, Zat pengisi (diluent), Zat pengikat (binder), Zat
pelicin (lubricant), Pemberi rasa (sweeterners), Pengaroma,
Pewarna, Dan bahan penyalut. (Bahan-bahan Yang akan
digunakan disesuaikan dengan bahan dari Formula Hasil Diskusi)

4. Prosedur Kerja Formulasi Sediaan Tablet Salut


a. Pembuatan Tablet Inti
Tablet inti dibuat menggunakan metode cetak langsung. Semua
bahan ditimbang, zat aktif ditambahkan Zat pengisi (diluent), Zat
pengikat (binder) lalu diaduk hingga homogen. Kemudian masukkan Zat
pelicin (lubricant), aduk homogen. Setelah semua bahan tercampur
secara merata, uji massa tablet sebelum pencetakan meliputi, kompresibilitas,
laju alir dan sudut istirahatnya. Selanjutnya massa tablet dicetak
menggunakan mesin pencetak tablet dengan bobot tablet sekian gram.
b. Evaluasi Sifat Fisik Tablet Inti (Depkes RI, 1994; Lieberman,
Lachman, Schwartz, 1990)
• Penampilan umum
Tablet dilihat bentuknya secara visual meliputi, ukuran tablet, bentuk,warna,
ada tidaknya bau dan bentuk permukaan.
• Uji keragaman bobot
Dua puluh tablet ditimbang satu persatu secara seksama dan dihitung
bobot rata-rata tablet tersebut. Syarat uji keseragaman bobot pada Tabel
berikut:

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata


A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg - 150 mg 10% 20%
151 – 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 4% 10%

c. Uji keseragaman ukuran (Depkes RI, 2000)


Sepuluh tablet diukur tebal dan diameternya menggunakan alat jangka sorong.
Menurut FI edisi III, kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari tiga kali
atau tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet.
d. Uji kekerasan (Lieberman, Lachman, Schwartz, 1990)
Pengukuran kekerasan tablet menggunakan satuan Kp atau kilopound atau
kilogram force. Sejumlah tablet satu persatu dimasukkan diantara dua penjepit, alat
dijalankan sampai tablet pecah lalu dilihat angka yang tertera pada alat.
e. Uji keregasan (Lieberman, Lachman, Schwartz, 1990)
Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu (W1) kemudian dimasukkan
kedalam alat penguji friability, diatur kecepatan 25 rpm selama empat menit. Tablet
dikeluarkan dan ditimbang kembali (W2).

Kehilangan berat lebih kecil dari 1 % masih dapat dibenarkan


f. Uji waktu hancur (Depkes RI, 1994)
Enam tablet dipilih secara acak, dimasukkan kedalam tabung alat uji dan tiap
tabung berisi satu tablet. Ditempatkan dalam beaker glass yang berisi satu liter air
yang dihangatkan pada suhu 370C +20C. Alat dinyalakan, keranjang kemudian
bergerak dengan gerakan turun naik selama 30 x permenit. Tablet dinyatakan
hancur sempurna bila sisa yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa
lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, lalu waktu yang diperlukan tablet untuk
hancur dicatat.
g. Pembuatan Tablet Salut Gula (Siregar, 2010; Effionora, 2007)
Proses penyalutan tablet dilakukan dalam 4 tahap yaitu :
• Penutupan atau Sealing
Pada tahap penutupan formula yang digunakan adalah :
Bahan Penyalut 10
Etanol 95% 72
Air suling 18
Tujuan penutupan atau Sealing adalah untuk memperkuat inti tablet dan mencegah
masuknya air kedalam inti. Bahan penyalut dilarutkan dalam pelarut etanol dan air
kemudian ditentukan viskositasnya. Cara penyalutannya yaitu :
• Tablet yang telah bersih dari debu dimasukkan kedalam panci penyalut,
kemudian panci dipanaskan hingga suhu ± 40°C, panci digerakkan dengan
kecepatan 25 rpm, temperatur udara yang digunakan diatur tetap
± 40°C.
• Segera setelah panci digerakkan permukaan tablet disemprotkan sedikit demi
sedikit agar hasil penyemprotannya merata dengan baik. Larutan sealling
disemprotkan sedemikian rupa sehingga seluruh tablet basah.
• Dalam waktu 2-3 menit, jika larutan sudah mulai menguap, dan massa tablet
melengket, bubuk tabur ditambahkan seperlunya. Tablet didiamkan sampai
kering.
• Pemakaian lapisan sealling selanjutnya dilakukan 15-20 menit sesudah
pemakaian sebelumnya, agar tablet benar-benar kering.
• Setelah selesai dilakukan penyalutan sealling yang menutupi seluruh pori-pori
tablet, tablet dikeluarkan dari panci dan dikeringkan dilemari pengering pada
suhu 30-400C selama 24 jam agar pelarut yang tertinggal dapat menguap.

h. Penyalutan Dasar atau Subcoating (Arsyadi, 2000)


Secara umum proses penyalutan sub coating adalah sebagai berikut :
• Tablet hasil penyalutan sealling yang telah kering dan bersih dari debu ke
dimasukkan kedalam panci penyalut.
• Panci penyalut diputar dengan kecepatan 10-20 rpm, pemanas
dinyalakan.
• Larutan sub coating ditambahkan pada tablet, kemudian tablet dibiarkan
memutar selama 15-20 menit, selanjutnya tablet dibiarkan mengering
• Lapisan selanjutnya ditambahkan setelah dipastikan tablet telah kering, bila
tablet melekat, bubuk penabur ditambahkan secukupnya
• Setelah pelapisan terakhir, tablet dibiarkan dalam panci selama 24 jam agar
tablet benar-benar kering, panci diputar secara periodik bila diperlukan.

i. Penghalusan (smoothing) dan Pewarnaan (colouring)


Tablet hasil penyalutan dasar biasanya cenderung mempunyai permukaan
yang kasar. Tahap ini bertujuan untuk memperhalus permukaan tablet sekaligus
proses pewarnaan. Digunakan sirup sukrosa 70 % b/b dan TiO2 1% b/b sebagai
zat pemutih. Penyalutan dilakukan dengan cara menyemprotkan tablet dengan
larutan smoothing sedikit demi sedikit sampai dicapai kehalusan tablet yang kita
inginkan. Selanjutnya pewarnaan atau colouring dilakukan sekaligus pada tahap
ini, jika permukaan tabletnya telah cukup halus. Sebagai pewarna digunakan
larutan pewarna dengan label FD &
C. Setelah selesai tablet dikeluarkan, panci dan spray gun dibersihkan, lalu tablet
dimasukan kedalam oven pengering.

j. Pengkilapan atau Polishing


Pengkilapan dilakukan dengan memasukkan tablet yang telah disalut ke dalam
panci berlapis kain kanvas. Larutan pengkilap disemprotkan yang terdiri dari
larutan lilin dalam pelarut organik sedikit demi sedikit, sampai dihasilkan kilapan
yang diinginkan. Tablet diletakkan dalam panci penyalut, putar panci, jangan
nyalakan pemanas. Karena proses penyalutan tablet salut gula memerlukan
tahapan yang panjang. Oleh karena itu perlu keterampilan operator sehingga dapat
dihasilkan tablet salut dengan penampilan yang baik.

k. Evaluasi tablet salut gula (Lieberman, Lachman, Schwartz, 1990) Pemeriksaan


terhadap sifat fisik tablet salut sama seperti pengujian tablet inti yang meliputi uji
penampilan umum, bobot rata-rata, diameter dan tebal tablet, kekerasan tablet,
keregasan tablet dan uji waktu hancur. Formula terbaik dilanjutkan dengan uji
disolusi.

l. Analisis DS6 di dalam tablet


Analisa kualitatif dilakukan terhadap tablet inti dan tablet salut dengan cara
menimbang masing-masing 20 tablet dan digerus sampai halus, selanjutnya
serbuk tablet diekstraksi dengan etil asetat sampai larutan jernih. Kemudian etil
asetatnya diuapkan/dibiarkan sampai kering. Lalu ditimbang 10 mg serbuk dan
dilarutkan dengan metanol HPLC grade hingga 1 ml. Kemudian
dilakukan pengenceran hingga 100 ppm. Analisis dilakukan dengan HPLC dengan
menggunakan kolom C18. Sebagai fasa gerak digunakan metanol : air dengan
perbandingan 70 : 30. Flow rate dari fasa gerak ditentukan sebesar
1.0 ml/menit dan panjang gelombang UV yang digunakan untuk pendeteksian
adalah 277 nm. Profil kromatogram tablet inti dan tablet salut dibandingkan dengan
profil kromatogram DS6. Penentuan kadar DS6 dilakukan dengan membandingkan
luas puncak DS6standar dengan luas puncak serbuk hasil ekstraksi tablet inti dan
tablet salut. Konsentrasi dihitung dengan menggunakan persamaan regresi yang
didapat pada pembuatan kurva kalibrasi dengan memasukkan nilai luas area
sebagai fungsi y.

m. Uji disolusi in vitro


Uji ini dilakukan untuk mengetahui disolusi zat aktif secara in vitro. Kondisi disolusi
yang digunakan adalah medium disolusi 450 ml larutan HCL 0,1 N PH 1,2 pada
suhu 37±0,5º C dan kecepatan pengadukan 100 rpm dengan menggunakan stirer.
Natrium lauril sulfat 0,5 % ditambahkan sebagai surfaktan. Uji disolusi dilakukan
terhadap formula 3 (F3) yang merupakan formula terbaik. Pengambilan aliquot 10
ml pada menit ke 55. Aliquot ditarik dengan menggunakan etil asetat, kemudian
fase etil asetatnya diuapkan dengan rotari evaporator. Serbuk ekstrak kemudian
ditimbang sebanyak 1 mg kemudian dilarutkan dengan metanol HPLC grade dan
dibuat pengenceran hingga 100 ppm. Penetapan kadar hasil uji disolusi diukur
dengan menggunakan HPLC, kemudian dihitung persen obat yang terdisolusi
(Dressmen, 2005; Banakar, 1992 ; Agne, 2007)

n. Uji Stabilitas Tablet (WHO, 1987)


Uji dilakukan dengan menyimpan tablet pada suhu 40°C/75%RH pada climatic
chamber selama 45 hari serta uji pada suhu 50,60 dan 700 C, kemudian dilakukan
pengamatan terhadap kandungan kimia, bentuk fisik, warna dan pertambahan
bobot tablet. Penentuan kadar hasil uji stabilitas dilakukan dengan menggunakan
HPLC dengan metode yang sama seperti analisis tablet. Penambahan bobot tablet
diukur untuk melihat perbandingan relatif daya serap terhadap lembab pada
masing-masing formula dengan melakukan penimbangan awal sejumlah tablet
kemudian dilakukan penimbangan dalam periode 10, 20, 30 dan 45 hari.

5. Lembar Kerja Formulasi Sediaan Tablet Effervescent


a. Hasil evaluasi massa tablet
No Parameter Keterangan
1 Sifat alir (gram/detik)
2 Sudut Diam (0)
3 Kompresibilitas (%)
Ket: n = 3 x rep
b. Hasil Evaluasi Tablet Inti

No Parameter Keterangan
1 Bobot rata-rata (mg)
2 Diameter rata-rata (mm)
3 Tebal rata-rata (mm)
4 Kekerasan rata-rata (kg/cm2)
5 Keregasan (%)
6 Waktu hancur (menit)
Ket: n = 3 x rep

c. Hasil evaluasi tablet salut

No Parameter Keterangan
1 Bobot rata-rata (mg)
2 Diameter rata-rata (mm)
3 Tebal rata-rata (mm)
4 Kekerasan rata-rata (kg/cm2)
5 Keregasan (%)
6 Waktu hancur (menit)
Ket: n = 3 x rep

6. Tugas Sebelum Praktikum Formulasi Sediaan Tablet Salut


Tugas sebelum praktikum formulasi Sediaan Tablet Salut atau yang
umumnya disebut sebagai Tugas Pendahuluan, merupakan tugas yang diberikan
kepada praktikan berupa hal-hal yang berkaitan dengan masalah Sediaan Tablet
Salut atau hal penting yang harus diketahui oleh praktikan tentang Sediaan Tablet
Salut Tugas pendahuluan berupa soal-soal yang wajib dikerjakan dengan mengacu
pada pustaka-pustaka yang menyajikan tentang Sediaan Tablet Salut Adapun soal-
soal untuk Tugas Pendahuluan Formulasi Sediaan Tablet Salut adalah sebagai
berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan sediaan Tablet Salut ? (10 literatur)
2) Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan tablet Salut! (5 literatur)
3) Jelaskan komposisi dalam sediaan tablet Salut! (5 literatur)
4) Jelaskan metode pembuatan sediaan tablet Salut! (5 literatur)
5) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pembuatan sediaan tablet Salut (5 literatur)
6) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sediaan
tablet Salut (5 literatur)
7) Jelaskan syarat komposisi peyalut pada tablet Salut ! (5 literatur)
8) Jelaskan metode-metode evaluasi sediaan tablet Effervescent! (5 literatur)
1. Ujian aktif
RESPONSI/UJIAN
- Formula ujian aktif akan dikeluarkan oleh asisten laboratorium 3
hari sebelum pelaksanaan ujian aktif dilakukan.
- Mahasiswa wajib menyiapkan jurnal ujian, alat-alat dan bahan-
bahan yang akan digunakan
- Mahasiswa harus berada di lokasi ujian paling lambat 30 menit
sebelum ujian dimulai
2. Ujian pasif
- Ujian pasif dilakukan setelah ujian aktif, jadwal akan disesuaikan.
- Materi yang diujikan berasal dari jurnal praktikum dan tugas-tugas
sebelum praktikum

PUSTAKA ACUAN
1. Gennaro,A.R, et all, (1990), “Rhemingtons Pharmaceutical Science”,
18th Edition, Marck Publishing Company, Pensylvania.
2. Howard, Ansel, (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta.
3. Jenkins, Glen, dkk, (1957), “Scoville’s The Art of Compounding”, MC
Growhill, Book Company, New York.
4. Joseph B. Sprowls, Jr.,PhD., (1970), “Prescription Pharmacy”, J.B
Lippincott Company, Philadelphia, Toronto.
5. Kibbe, Arthur, (1980), “Handbook of Pharmaceutical Excipient”, American
Pharmaceutical Ass, Washington DC.
6. Lachman, L.et.all, (1986), “The Theory and Practice of Pharmacy
Industry”, 3rd Edition, Lea & Pinger, Philadelphia.
7. Martin, W, Inc, (1971), “Dispending of Medication”, 7th Edition, Marck
Publishing Company, USA.
8. Parrot, Eugene C, (1980), “Pharmaceutical Technology”, Collage of
Pharmacy University of Iowa, Iowa City.
9. Loyd V. Allen, The Art, Science, and Technology of
Pharmaceutical Compounding, 2nd ed, APhA, 2002
10. Farmakope Indonesia III
11. Farmakope Indonesia IV
12. Van Duin, Ilmu Resep
13. USP
Lampiran 1. Susunan rancangan Formula
I. Formula Asli
(Nama Sediaan dan Efek Farmakologinya. Contoh: Tablet Antasida)
II. Rancangan Formula
Tiap (berat satu tablet, bungkus, botol, dll dari sediaan) mengandung:
a. Zat aktif …mg
b. Pelincir …mg
c. Pengawet …mg
d. Pengaroma qs
e. Dan seterusnya …mg
(disesuaikan dengan bahan yang digunakan)
f. Pembawa/pencukup volume ad …mg
Cat: satuan dari masing-masing bahan harus seragam, jika dinyatakan
dalam mg maka semuanya dalam mg, jika dinyatakan dalam % maka
satuan semuanya adalah %, dan seterusnya
III. Master Formula
a. Nama produk : (Nama Paten)®
b. Jumlah produk perbatch : ….(tablet, bungkus,
dst)@ berat tiap (tablet, bungkus, dst)
c. Tanggal formulasi :
d. Tanggal pembuatan Produk :
e. Nomor Registrasi :
f. Nomor Batch :
Dibuat Oleh : Nama Kelompok Disetujui Oleh: Nama Asisten
No Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Perdosis Perbatch
IV. Dasar Formulasi :
a. Alasan pembuatan sediaan
b. Alasan penambahan bahan :
c. Alas an penggunaan zat aktif: indikasi, mekanisme kerja, efek
samping, kontraindikasi, interaksi, dosis, stabilitas, contoh sediaan
di pasaran, dst.
d. Alasan penggunaan bahan tambahan
V. Uraian Bahan
VI. Perhitungan :
a. Perhitungan bahan
b. Perhitungan pengenceran
c. Perhitungan dapar
d. Perhitungan isotonisitas
VII. Cara kerja
VIII. Daftar pustaka
IX. Lampiran :
a. Etiket
b. Brosur
c. Kemasan

Anda mungkin juga menyukai