KONSEP AL QURan Dan Hadits
KONSEP AL QURan Dan Hadits
KONSEP AL QURan Dan Hadits
Tugas agama:
Nazwa Oktaviani khaerunnisa
VII D / 7D
PENGERTIAN
Pengertian Al-Quran
A. Alquran Menurut Bahasa
a. secara bahasa diambil dari kata: ا قر- يقرا- قراة- وقراناyang berarti sesuatu yang
dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari القراةyang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun
beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar.1
Oleh karena itu Alquran harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj
dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik
secara teks, lisan ataupun budaya. Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara
harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah
yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima
ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi
mulia.2 Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun
qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan katakata satu dengan yang lain
dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah,
yaitu mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.
Konsep AL-Qur’an?
Al Qur’an sebagai pedoman serta petunjuk manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat,
Al Qur’an merupakan wahyu Allah yang mengandung ajaran dan petunjuk kehidupan
manusia, baik berdimensi spiritual, maupun berdimensi social horizontal serta intelektual.
Bukti konkrit yang menunjukan bahwa Al Qur’an berdimensi intelektual adalah banyaknya
ayat-ayat Al Qur’an yang memberikan isyarat ilmiah atau petunjuk tentang ilmu
pengetahuan, Al-Qur’an menerangkan tentang asal usul penciptaan alam semesta dan
penciptaan manusia yang proses penciptaannya dijelaskan secara mendetail dan integral
dibeberapa ayat dan surat didalamnya. Dengan demikian, bukti-bukti tersebut nampak jelas
mengindikasikan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan. Al-
Qur’an mengajak kepada manusia untuk selalu memahami dan mengkajinya, sebagaimana
kata “iqra” pada wahyu pertama yang sesungguhnya bukan hanya menyuruh untuk membaca,
tetapi lebih jauh mengajarkan untuk senantiasa mengadakan pengkajian terhadap setiap
bentuk perputaran dan perubahan yang terjadi, baik pada gejala di alam semesta ataupun yang
terjadi di antara sesama manusia. Menurut pandangan Islam bahasa Ilmu pengetahuan
mempunyai signifikansi vertikal dan horisontal. Secara empiris dalam mengamati ayat-ayat
kauniyah dapat mengantarkan manusia untuk lebih dekat mengenal kepada Allah, dengan
kata lain bahwa ilmu pengetahuan, dapat dijadikan sebagai “wasilah” untuk mengenal
kemahakuasaan Allah SWT.
Beberapa ulama memiliki pendapat berbeda terkait dengan pengertian hadits tersebut.
Hadits menjadi salah satu sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an, dimana jika terjadi
suatu perkara yang belum jelas didalam Al-Qur’an maka hadits bisa menjadi sebuah sandaran
berikutnya setelah Al-Qur’an. Oleh sebab itu, ada beberapa fungsi hadits sebagai sumber
hukum Islam.
Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam juga dijelaskan dalam Al-Qur’an. Jika Al-
Quran adalah sumber hukum islam pertama, maka hadits merupakan sumber kedua setelah Al
quran. Kedua terkait secara erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Dalil al-Hadits, salah satu pesan Nabi S.A.W berkenaan dengan kewajiban
menjadikan Hadits sebagai pedoman hidup disamping al-Qur’an sebagai yang utama, seperti
sabda beliau.
Artinya : Aku tinggalkan dua perkara untuk mu sekalian, dan kamu tidak akan
tersesat selamanya, selama kalian selalu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah
dan Sunnah Rasul (H.R Malik)
Berdasarkan tingkat keaslian,hadits terbagi 4 menjadi yaitu:
1. HADITS SHAHIH
Kata shahih menurut bahasa berasal dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan wa
shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat, yang benar, yang sah dan
yang benar. Para ulama biasa menyebut kata shahih sebagai lawan kata dari kata saqim
(sakit). Maka hadist shahih menurut bahasa berarti hadist yang sah, hadist yang sehat atau
hadist yang selamat.
Hadits shahih merupakan tingkatan tertinggi penerimaan sebuah hadis. Hadits dikatakan
shahih apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
2. Hadits Hasan
Dikatakan hadits hasan apabila hadits yang disebut sanadnya bersambung, tetapi ada
sedikit kelemahan pada rawinya. Misalkan diriwayatkan oleh rawi yang adil, tetapi
ingatannya tidak sempurna. Namun, matanya tidak cacat atau tidak safd.
3. Hadits dhaif
Hadits dhaif yaitu hadits yang mana sanadnya tidak bersambung dan ini bisa berupa
hadits; mursal,mudallaf,mu’allaq,mauquf,maqthu’,mu’dlal dan munqathi’. Maupun
diriwayatkan orang-orang yang sam sekali tidak bersikap adil atau tidak memiliki
ingatan yang kuat atau juga mengandung kejanggalan (cacat).
4. Hadits maudhu’
Hadits maudhu’ ini yaitu hadits yang dicurigai palsu atau buatan. Maksud dari palsu
atau buatan ini adalah pernyataan yang disampaikan bukanlah dari Nabi S.A.W tetapi
ada kalangan yang menyebutnya sebagai hadits Nabi SAW