Makalah Keperawatan Anak
Makalah Keperawatan Anak
Makalah Keperawatan Anak
Dosen pembimbing:
Disusun oleh:
KELOMPOK 5
Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Anemia”.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapat hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
Mahasiswa dan Khususnya bagi kami sendiri.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Klasifikasi Anemia
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Penatalaksanaan
2.7 Pengkajian Keperawatan
2.8 Diagnosa Keperawatan
2.9 Perencanaan, penatalaksanaan, evaluasi keperawatan
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab anemia yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah akibat
kekurangan vitamin B12 dan asam folat. Selain itu, anemia yang paling banyak
ditemukan pada anak-anak diberbagai negara didunia adalah anemia gizi besi.
Anemia gizi besi merupakan anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi
dimana zat besi dalam tubuh tidak cukup untuk mempertahankan fungsi
fisiologis normal jaringan darah, otak, dan otot. Selain itu anemia gizi besi
juga dapat disebabkan karena kekurangan zat gizi mikro lainnya seperti
vitamin C, yang berfungsi sebagai enhancer untuk mencegah pengendapan
zat besi di dalam usus. Oleh karena itu, asupan zat gizi mikro harus seimbang
untuk menghindari terjadinya anemia gizi besi (izzania et al., 2021)
Penyebab mendasar kejadian anemia adalah rendahnya asupan zat besi serta
kesalah dalam konsumsi zat besi (Nasrudin et al., 2021). Faktor lain terjadinya
anemia gizi besi pada remaja putri yaitu pengetahuan yang kurang tentang
anemia, dan sikap yang tidak mendukung (Listiana, 2016).
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami tentang definisi anemia pada anak.
b. Dapat memahami tentang penyebab anemia pada anak.
c. Dapat memahami tentang proses anemia pada anak.
d. Dapat memahami tentang tanda-tanda gejala pada anemia pada anak.
e. Dapat memahami asuhan keperawatan dengan anemia pada anak.
c. Bagi penulis
Menambah wawasan dalam melaksanakan praktik keperawatan anak yang
dapat dipakai sebagai acuan dalam bekerja.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa
disebut dengan eritrosit dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga
tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh
jaringan (Astuti & Ertiana, 2018).
2.2 Etiologi
Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya & Putri, 2013).
a. Anemia pasca pendarahan
Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan pendarahan.
b. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia
defisiensi besi menurut umur adalah:
1. Bayi dibawah umur 1 tahun
Persediaan zat besi kurang karena berat badan lahir rendah atau
lahir kembar.
2. Anak berumur 1-2 tahun
Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan
tambahan, kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang,
malabsorbsi, kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena
infeksi parasite dan diverticulum meckeli.
3. Anak berumur 2-5 tahun
Masukan besi kurang karena jenis makanan, kebutuhan meningkat
karena infeksi berulang, kehilangan darah berlebihan akibat
pendarahan karena infeksi parasite dan diverticulum meckeli.
4. Anak berumur 5 tahun – masa remaja
Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat
infestasi parasit dan poliposis.
5. Usia remaja – dewasa
Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan.
c. Anemia hematolik
Terjadi karena penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
1. Faktor intrasel
Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia,
hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle cell anemia) sterositas,
defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvatkinase, glutation reductase).
2. Faktor ekstrasel
Faktor yang berasal dari luar sel seperti, Intoksikas, infeksi (malaria),
Imunologis (inkompatibilitas golongan darah, reaksi hematolik pada
transfusi darah).
d. Anemia aplastic
Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang atau
kerusakan sumsung tulang.
2.3 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui pendarahan destruksi, dapat mengakibatkan defek sel merah yang
tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Pecah atau rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan
limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
kurang lebih 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sklera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
hemoglobinemia.
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang
telah rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar
menghitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti yang
terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hyperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak-anak, bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi
baik, memiliki cukup persediaa zat besi sampai berat badan lahirnya
menjadi dua kali lipat pada umumnya saat berusia 46 bulan. Sesudah itu
zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak.
Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi maka terjadi anemia
defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan
makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya
susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1
tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan pada
kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal
berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga
tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi
menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia
defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik.
Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh
protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang
umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari
menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia
defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Penurunan SDM
Hb berkurang
Anemia
Sumber : https://www.scribd.com/document/248448707/Pathway-Anemia
2.4 Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya, antara lain (Wijaya &
Putri, 2013).
a. Anemia Makroskopik atau Normositik Makrositik
Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCV>100) tetapi normokromik
konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam
deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan pada defisiensi B12, asam
folat, dan pada pasien yang mengalami kemoterapi kanker disebabkan
agen-agen menggangu sintesis DNA.
1. Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari
vitamin B12 dan asam folic tidak cukup atau penyerapan yang tidak
mencukupi, kekurangan folate secara normal tidak menghasilkan
gejala jika B12 cukup. Anemia megaloblastic merupakan penyebab
paling umum anemia macroytic.
2. Anemia pernisiosa merupakan suatu kondisi autoimmune yang
melawan sel parietal dari perut. Sel parietal menghasilkan factor
intrinsic, diperlukan dalam menyerap vitamin B12 dari makanan.
Penghancuran dari sel parietal menyebabkan kematian factor
intrinsic dan tidak dapat menyerap vitamin B12.
b. Anemia Mikrositik
Anemia Hipokromik mikroskotik, Mikroskotik adalah sel kecil, hipokronik
adalah pewarna yang berkurang. Sel-sel ini mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang kurang dari jumlah normal, keadaan ini
menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia pada defisiensi besi,
kehilangan darah kronis dan gangguan sintesis globin.
1. Anemia kekurangan besi merupakan jenis anemia yang paling
umum dari semua jenis anemia dan yang paling sering adalah
microytic hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan Ketika
penyerapan atau masukan dari zat besi tidak cukup. Zat besi adalah
suatu zat di dalam tubuh yang erat dengan ketersediaan jumlah
darah yang diperlukan dan kekurangan zat besi mengakibatkan
berkurangnya hemoglobin di dalam sel darah merah.
2. Hemoglobinopathies lebih jarang. Di masyarakat kondisi ini adalah
lazim seperti anemia sel sabit merupakan kondisi sel-sel darah
merah berbentuk bulan sabit, dan thalassemia merupakan penyakit
kelainan darah.
c. Anemia Normositik
SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah
hemoglobin normal. (MCV dan MHCH normal atau rendah) tetapi
mengalami anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah pendarahan
yang akut, anemia dari penyakit yang kronis, anemia yang aplastic
(kegagalan sumsum tulang).
Data obyektif:
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel
darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
4.2 Saran
a. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan.
b. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
BAB V
DAFTAR ISI
Oktaviani, I., Rahmawati, D., & Kana, Y. (2021). Prevalensi dan factor risiko anemia
pada anak di Negara Maju. Jurnal Kesehatan masyarakat Indonesia, 16(4), 218-
226. Diambil dari
https://www.researchgate.net/publication/357467913_Prevalensi_dan_Faktor_Risi
ko_Anemia_pada_Anak_di_Negara_Maju