Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Resume Implementasi Akuntansi Sosial Lingkungan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putriana

Kelas : 5AKB3

NIM : 220133755

Matkul : Akuntansi Lingkungan

RESUME IMPLEMENTASI AKUNTANSI SOSIAL


LINGKUNGAN
1. Pengertian Akuntansi Lingkungan

Akuntansi sosial dan lingkungan telah lama menjadi perhatian akuntan dan
perusahaan. Akuntansi ini menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan
informasi mengenai aktivitas sosial dan perlindungan terhadap lingkungan kepada
stakeholder perusahahaan. Perusahaan tidak hanya menyampaikan informasi
mengenai keuangan kepada investor dan kreditor yang telah ada serta calon investor
atau kreditor perusahaan, tetapi juga perlu memperhatikan kepentingan sosial di mana
perusahaan beroperasi sehingga perusahaan akan berupaya untuk menyampaikan
laporan yang menyajikan informasi mengenai upaya perusahaan untuk memenuhi
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Akuntansi sosial dan lingkungan yang dikenal
selama ini berbentuk corporate social responsibility (CSR) dan sustainability
reporting (SR). Selain itu, akuntansi sosial dan lingkungan juga dapat diterapkan
dalam bidang akuntansi manajemen dan auditing.

Akuntansi pertanggungjawaban sosial dan lingkungan berada dalam koridor


akuntansi keuangan. Bentuk akuntansi pertanggungjawaban sosial selama ini dikenal
dengan istilah corporate social responsibility (CSR) dan sustainability reporting
(SR). Laporan akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat dilaporkan pada annual
report atau sebagai laporan terpisah dari annual report. Akuntansi CSR dan SR
menjadi perhatian perusahaan sesuai dengan teori legitimasi dimana perusahaan
berusaha untuk memenuhi harapan berbagai pihak yang terkait dalam upaya mendapat
dukungan dan kepercayaan dari masyarakat. Akuntansi CSR didefinisikan sebagai
proses seleksi variable-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran, dan
prosedur pengukuran, yang secara sistematis mengembangkan informasi yang
bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di
luar perusahaan (Angraini, 2006: 5). SR merupakan isu baru yang kemudian
berkembang terkait dengan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan
berkesinambungan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan dunia sekarang
tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Hal ini terkait dengan kebutuhan untuk memproteksi lingkungan (Gaffikin, 2008 :
206). SR tidak sekadar melaporkan bagaimana menjaga kelestarian lingkungan,
pembuangan limbah, dampak sosial atas operasi perusahaan, tetapi mencakup pula
bagaimana program dan kinerja perusahaan atas pengembangan masyarakat
(community development) terutama di daerah operasi perusahaan (Laily, 2005).

Akuntansi lingkungan tidak terbatas akuntansi keuangan, tetapi juga


diterapkan pada akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen lingkungan digunakan
untuk memonitor dan mengevaluasi efisiensi penggunaan sumber daya, mengurangi
dampak lingkungan dari operasi perusahaan. Sesuai dengan pembahasan teori
sebelumnya, stakeholder theory, Arfan (2008: 112) mengidentifikasi manfaat
manajemen lingkungan bagi perusahaan, pemerintah, dan masyarakat.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah revolusi industri


perkembangan perusahaan semakin cepat. Hal ini ditunjukan dengan adanya pabrik-
pabrik yang menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan produktivitasnya.
Penggunaan sumber daya masusia dan alam juga semakin besar. Dalam usaha untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi, perusahaan mengambil berbagai tindakan,
antara lain menggunakan teknologi modern dalam berproduksi, melakukan akuisisi,
penggunaan sumber daya yang lebih murah, pengurangan biaya, dan usaha lainnya
untuk meningkatkan produktivitas. Semuanya dilakukan untuk memberikan hasil
yang lebih banyak kepada pemegang saham.

Tindakan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, di satu


sisi akan meningkatkan produktivitas perusahaan, tetapi di sisi lain mungkin akan
merugikan pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain karyawan, konsumen, dan
masyarakat. Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sering kali
mengakibatkan perusakan lingkungan, berupa pencemaran air, penggundulan hutan,
pencemaran udara, dan lainnya. Perusahaan menganggap semua yang dilakukannya
sebagai eksternalitas dari usaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.

Berdasarkan pembahasan teori sebelumnya, keberadaan perusahaan tidak


terlepas dari kepentingan berbagai pihak. Investor berkepentingan terhadap sumber
daya yang diinvestasikan di perusahaan. Kreditor berkepentingan terhadap
pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Pemerintah berkepentingan terhadap
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku agar kepentingan masyarakat
secara umum tidak terganggu (Satyo, 2005). Namun, yang tak kalah pentingnya
adalah pihak-pihak yang selama ini kurang mendapat perhatian, yaitu karyawan,
pemasok, pelanggan, dan masyarakat di sekitar perusahaan. Karyawan perlu
mendapatkan penghasilan dan jaminan sosial yang layak. Bila memungkinkan,
karyawan memerlukan pendidikan dan pelatihan teknis untuk meningkatkan keahlian
sehingga dapat meningkatkan karier di perusahaan. Pemasok berkepentingan terhadap
pelunasan utang dagang. Pelanggan berkepentingan terhadap kualitas produk
perusahaan. Terakhir, masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan berkepentingan
terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal dari aktivitas perusahaan.

Perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai pihak yang berkepentingan.


Selama ini perusahaan cenderung untuk mementingkan kepentingan investor,
sedangkan kepentingan pihak lain, seperti karyawan dan masyarakat diabaikan,
dianggap sebagai eksternalitas untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
perusahaan. Misalnya untuk meningkatkan persaingan nilai upah ditekan untuk
meningkatkan daya saing perusahaan dan tidak ada jaminan kelanggengan bekerja
bagi buruh harian lepas (Kompas, 2 Juli 2010). Pengurangan upah buruh dan
ketiadaaan jaminan kerja akan menguntungkan pihak pemilik perusahaan. Masalah
kualitas produk, masalah lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasi
perusahaan berupa perusakan lingkungan dari perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan. Eksploitasi batu bara yang kurang memperhatikan daya dukung
kawasan terus mengancam kelestarian lingkungan (Kompas, 25 Juni 2010).

Berdasarkan contoh dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan operasi


perusahaan, maka tanggung jawab perusahaan tidak terbatas pada investor, yaitu
memberikan pengembalian yang maksimal kepada investor. Kepentingan publik dan
lingkungan juga perlu mendapat perhatian perusahaan sebagai dukungan atas operasi
perusahaan. Pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar
juga bermanfaat bagi perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan
lingkungan dan mendapatkan keuntungan dari lingkunganya. Misalnya, perusahaan di
bidang perhotelan. Hotel perlu memelihara lingkungan untuk memberikan perasaaan
nyaman kepada wisatawan yang menginap.

3. Aplikasi akuntansi pertanggungjawaban sosial dan lingkungan

Aplikasi akuntansi pertanggungjawaban sosial dan lingkungan yang selama ini


dipubikasikan antara lain Anggraini (2006) dan Ja’far dan Arifah (2006). Penelitian
Anggraini (2006) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menunjukkan
tanggung jawabnya terhadap kepentingan masyarakat. Evaluasi dilakukan terhadap
laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan yang terdaftar di BEI sebagian besar telah mengungkapkan kinerja
ekonomi berupa tanggung jawab perusahaan terhadap karyawannya, yaitu dalam
bentuk pemberian uang pesangon, pensiun, dan bonus. Pengungkapan ini dilakukan
karena adanya tekanan dari pemerintah dan profesi akuntan, berupa surat keputusan
No. Kep-150/Men/2000 tentang penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan
penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan ganti kerugian di
perusahaan, serta PSAK No. 57 yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Sebagian besar perusahaan perbankan dan asuransi (lebih dari 50%) mengungkapkan
informasi mengenai praktik kerja, yaitu informasi yang berkaitan dengan tanggung
jawab perusahaan dalam pengembangan sumber daya manusia. Selain itu, perusahaan
juga sudah mengungkapkan kegiatan-kegiatan sosial, berupa pemberian sumbangan,
serta tanggung jawab perusahaan terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini
dilakukan untuk memenangi persaingan yang semakin ketat. Namun, masih sedikit
perusahaan yang melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan.

4. Usaha Meningkatkan Pelaporan Akuntansi Sosial dan Lingkungan

Dampak aktivitas perusahaan perlu dilaporkan sebagai perwujudan tanggung jawab


perusahaan kepada pemangku kepentingan. Rendahnya kesadaran pelaporan dampak
lingkungan disebabkan oleh beberapa kendala pelaporannya. Karena pentingnya
akuntansi sosial dan lingkungan yang dikenal dengan SR, perlu dilakukan upaya
untuk meningkatkan penerapannya. Berikut ini dibahas beberapa upaya yang dapat
diterapkan.

a) Penyusunan Standar Akuntansi Lingkungan


Dalam upaya untuk memiliki pedoman SR, IAI diharapkan menyusun
pedoman SR. Adanya standar yang baku dan bersifat mandatory mengatur SR
akan meningkatkan pelaporan SR untuk perusahaan yang aktivitasnya
mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Aras dan Crowther (2008)
menyatakan bahwa kebutuhan standar dalam menganalisis dan mengukur
sustainability dan memberikan petunjuk model yang lengkap mengenai
impikasi distribusi dan dikembangkan menjadi model yang dapat
dioperasionalkan.

b) Mewajibkan untuk Menerapkan Pedoman Pelaporan yang Sudah Ada


Pelaporan akuntansi triple bottom GRI telah diwajibkan di negara Eropa.
Indonesia mungkin dapat mewajibkan pelaporan GRI untuk perusahaan yang
berkaitan dengan penggunaan sumber daya alam dan aktivitasnya berdampak
terhadap sosial dan lingkungan di sekitar perusahaan.

c) Memberikan Penghargaan atas Perusahaan yang Telah


Menyelenggarakan SR
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen telah
menyelenggarakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA), yaitu
penghargaan yang diberikan kepada perusahaan yang telah menerapkan SR
dengan baik. Dampak dari penghargaan ini diharapkan akan meningkatkan
reputasi perusahaan dan kemudian kesadarannya dalam melaporkan apa saja
yang telah mereka lakukan untuk memberikan nilai tambah untuk sosial dan
lingkungan.

d) Audit Sosial dan Lingkungan


Adanya pelaporan lingkungan harus disertai dengan audit sosial dan
lingkungan. Tujuan audit adalah untuk meningkatkan kredibilitas SR.
Pelaksana audit dapat diserahkan kepada akuntan independen.
e) Mengembangkan Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) untuk
Memastikan Penerapan Kewajiban Sosial dan Lingkungan
Untuk memastikan penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan
diperlukan mekanisme GCG. Mekanisme GCG yang selama ini hanya
melindungi investor khususnya, di pasar modal. Mekanisme GCG dapat
diperluas, yaitu untuk melindungi seluruh pemangku kepentingan misalnya
pemerintah, pelanggan, pemasok, dan masyarakat. Dalam aplikasinya peran
komisaris independen dapat diperluas yang sebelumnya hanya melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas diperluas untuk melindungi
kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Perusahaan juga harus
mempublikasi laporan akuntansi sosial dan lingkungan kepada seluruh
pemangku pepentingan melalui media massa, sebagai bentuk
pertanggungjawaban perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan.
Untuk menjamin kredibilitas laporan akuntansi social dan lingkungan, laporan
perlu diaudit oleh akuntan.

5. Simpulan

Akuntansi sosial dan lingkungan telah menjadi topik yang perlu mendapat
perhatian akuntan. Isu ini menjadi penting karena perusahaan perl
mempertanggungjawabkan dampak aktivitas operasinya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Akuntansitradisional hanya memberikan informasi ekonomi terutama
yang bersifat keuangan kepada investor dan kreditor untuk pengambilan keputusan.
Sehubungan dengan itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja lebih luas untuk
memperbaiki ukuran yang kinerja yang telah ada. Ukuran kinerja tradisional
dipandang kurang memadai untuk tujuan sustainability development.

Akuntansi pertanggungjawaban sosial dan lingkungan telah diterapkan oleh


perusahaan di Indonesia. Namun khususnya penerapan akuntansi lingkungan masih
kurang karena adanya kendala dalam penerapannya. Akuntan perlu mencari jalan
keluar untuk meningkatkan penerapnnya. Pertama, dengan pembuatan standar
pelaporan sustainability reporting (SR). Standar yang baku dan mewajibkan
penerapannya khusus bagi perusahaan yang aktivitasnya berdampak pada lingkungan.
Kedua, mewajibkan perusahaan untuk menyusun SR dengan pedoman yang telah ada,
misalnya pedoman SR yang dikeluarkan oleh GRI. Ketiga, memberikan penghargaan
bagi perusahaan yang telah menerapkan SR dengan baik. Keempat, audit lingkungan
untuk meningkatkan kredibilitas SR. Terakhir, mekanisme GCG perlu dikembangkan
untuk melindungi seluruh kepentingan pemangku kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai