Petunjuk Praktikum Farmasetika: Apt. Endang Istriningsih, M.Clin., Pharm. Apt. Osie Listina, M.SC
Petunjuk Praktikum Farmasetika: Apt. Endang Istriningsih, M.Clin., Pharm. Apt. Osie Listina, M.SC
Petunjuk Praktikum Farmasetika: Apt. Endang Istriningsih, M.Clin., Pharm. Apt. Osie Listina, M.SC
FARMASETIKA
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmatNya maka buku Petunjuk Praktikum Farmasetika ini dapat terselesaikan
penyusunannya oleh dosen pengampu di Prodi Farmasi S-1 Universitas Bhamada Slawi.
Buku Petunjuk Praktikum ini dipersiapkan dalam rangka membantu
pengadaan sarana pendidikan terutama dalam Praktikum Farmasetika . Dalam Praktikum
Farmasetika ini, mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan resep-resep sederhana
serta memecahkan/menyelesaikan masalah yang menyangkut cara pembuatan sediaan.
Cara penyelesaian suatu resep tidak bersifat kaku, tetapi penyelesaian resep dianggap
sebagai suatu seni (lege artis). Jadi dapat saja terjadi perbedaan antara yang satu dengan
yang lainnya. Buku petunjuk ini hanya memuat hal-hal yang pokok dan praktis dalam
mengerjakan suatu resep, sehingga mahasiswa diharapkan agar membekali dengan
teori-teori yang mendasari dari berbagai literatur yang ada.
Selanjutnya penyusun membuka diri atas saran dan kritik demi perbaikan dan
penyempurnaan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk ini dapat bermanfaat
menuntun para praktikan sebelum melakukan praktikum Farmasetika.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
Identitas mahasiswa
1
Kata pengantar
2
Daftar isi
3
Peraturan, pedoman penilaian & tata tertib praktikum
3
Cara pembuatan jurnal praktikum
4
Cara kerja dalam praktikum farmasetika
4
Perlengkapan praktikan
3
Materi praktikum
4
3
I. PERATURAN UMUM
1. Satu paket materi praktikum mempunyai bobot 1 SKS. Praktikum mempunyai
alokasi waktu sebagai berikut:
− 15 menit persiapan.
− 135 menit melakukan peracikan 3 resep.
− 30 menit diskusi hasil dan pengembalian peralatan praktikum.
2. Praktikan adalah mahasiswa farmasi yang:
a. Telah/sedang mengikuti mata kuliah Farmasetika dan telah/sedang mengikuti
mata kuliah Pengantar Ilmu Farmasi.
b. Mengisi Kartu Rencana Studi (KRS).
c. Mendaftarkan diri di Laboratorium Farmasetika.
3. Praktikan yang berhalangan mengikuti praktikum diwajibkan memberi keterangan
tertulis atau Surat Keterangan Dokter jika sakit.
4. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum satu kali dengan alasan apapun,
tidak diperkenankan mengikuti ujian praktikum (kehadiran harus 100 %).
4
1. Praktikan harus sudah hadir di Laboratorium 10 menit sebelum praktikum dimulai,
untuk mempersiapkan perlengkapan praktikum yang diperlukan.
2. Praktikum yang terlambat 15 menit sesudah praktikum dimulai tidak diperkenankan
mengikuti praktikum, kecuali ada alasan yang dapat diterima. Jika dalam kondisi
tertentu, praktikan diperbolehkan mengikuti praktikum dengan konsekuensi
pengurangan nilai.
3. Sebelum praktikum dimulai, praktikan harus mempersiapkan perlengkapan praktikum
seperti jas laboratorium, penara, sudip, wadah sediaan, etiket, label, buku jurnal dan
2 buah lap (serbet).
4. Sebelum praktikum dimulai praktikan terlebih dahulu memiliki jurnal praktikum, jurnal
praktikum berupa jurnal berukuran folio.
5. Timbangan harus dalam keadaan seimbang, alat-alat harus bersih, sebelum kerja
dimulai.
6. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus bekerja dengan teliti, cermat, bersih
dan rapi serta sistematis. Praktikan tidak diperkenankan bercakap – cakap dengan
sesama praktikan.
7. Pada waktu menimbang bahan hanya diperkenankan mengambil satu botol bahan
obat dan dikembalikan ketempat semula
8. Bahan yang telah ditimbang di atas kertas timbangan atau wadah lain wajib segera
dikerjakan. Di atas meja tidak diperkenankan menyimpan lebih dari dua macam
bahan hasil penimbangan yang belum dikerjakan.
9. Setiap praktikan harus menyelesaikan resep-resep yang telah ditentukan waktunya
(135 menit untuk minimal dua resep).
10. Apabila ada tulisan seperti CITO, PIM, STATIM, URGENT pada resep atau
mengandung suatu antidotum, maka harus dikerjakan terlebih dahulu, dari resep
lainnya.
11. Apabila praktikum telah selesai, praktikan harus mengikuti sesi tanya jawab dengan
pengawas atau asisten praktik.
12. Praktikan tidak boleh saling meminjam alat apalagi alat dibawa keluar laboratorium.
13. Setiap praktikan harus bertanggung jawab terhadap semua peralatan, bila ada yang
hilang atau pecah, harus lapor kepada pengawas praktikum.
14. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus memeriksa kembali, baik
perlengkapan laboratorium (dalam keadaan bersih, rapi ) maupun dalam keadaan
aman (tangas air, listrik, kran air harus sudah dimatikan kembali).
V. PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur dan ditetapkan dalam peraturan ini akan diatur tersendiri
kemudian.
6
CARA MEMBUAT JURNAL PRAKTIKUM
B. PEMERIAN BAHAN,
Berisi tentang bahan-bahan yang menyusun resep, manfaat, sifat, dosis
lazim, dosis maksimum.
a. Takaran maksimum yang tercantum didalam Farmakope Indonesia III
berlaku untuk orang dewasa dan tidak boleh dilampaui (>100%) kecuali
jika dibelakang jumlah obat dibubuhi tanda seru dan atau tanda tangan dokter,
bila ada obat yang bekerja searah (sinergis) dalam resep tersebut, maka
dihitung menurut dosis maksimum berganda (dosis maksimum kombinasi). (Lihat
tabel zat-zat yang mempunyai efek sinergis/bekerja searah dan dihitung
berdasarkan dosis berganda pada buku receptir karangan Van Duin).
b. Takaran maksimum untuk anak-anak digunakan perhitungan berdasarkan
takaran maksimum dosis orang dewasa:
● Berdasarkan umur untuk anak usia 1 sd 8 tahun berlaku rumus Young, yaitu:
C. CARA KERJA
Di dalam tahap peracikan harus ditulis secara berurutan tahap peracikan
sediaan, meliputi:
a. Cara mencampur
b. Cara penimbangan bahan tertentu, misalnya menggunakan gelas arloji setangkup,
diambil dengan sendok porselen atau sendok stainles steell dan sebagainya.
c. Jumlah/bobot bahan obat yang ditimbang.
7
d. Penimbangan harus berurutan dan logis.
Misalnya: pulvis by intervention pada kamfer untuk serbuk tabur.
Tahap peracikannya adalah:
1. Timbang talk.
2. Timbang kamfer.
3. Kamfer dilarutkan dalam alkohol 95% ad tepat larut kemudian ditambah talk ad
kering.
4. Cara kerja dibuat secara sistematis menggunakan bagan sehingga mudah
dipahami sesuai dengan urutan yang benar.
D. RESEP STANDAR
Jika di dalam resep dokter atau salinan resep terdapat formula baku, tuliskan
komposisi formula baku tersebut dengan lengkap, disertai sumber pustaka berikut
halamannya.
E. NARKOTIKA
Apabila dalam resep ada obat golongan narkotika, tuliskan nama obat tersebut.
Misalnya: Codein, Doveri, Tinctura Opii. Diberi penanda garis bawah dengan tinta warna
merah.
G. PERMASALAHAN PERACIKAN
Tuliskan secara singkat dan jelas apabila dalam resep terdapat permasalahan
seperti obat-obat yang tak tersatukan secara fisika atau kimia.
Misalnya:
1. ZnO mudah bereaksi dengan C02 dengan media lembab udara membentuk
ZnCO3 yang menggumpal.
2. NaBr, KBr dan NH4Br bersifat higroskopis, apabila dicampur akan
menurunkan tekanan uap relatif sehingga campuran menjadi lembab.
3. Asetosal merupakan senyawa ester yang mudah terhidrolisis oleh pengaruh
lembab udara, apabila digerus kuat akan terurai membentuk asam salisilat dan
asam asetat (bau cuka).
H. PENYELESAIAN PERMASALAHAN
Tuliskan dengan singkat dan jelas cara penyelesaian permasalahan peracikan
tersebut, bila perlu lengkap dengan jumlah penimbangannya. Misainya:
1. ZnO sebelum ditimbang diayak dahulu dengan ayakan No.40
2. Masing-masing bahan sebelum dicampur disekat dahulu dengan bahan inert
(misal: Saccharum Lactis)
3. Asetosal digerus pelan sampai kilap hilang.
I. ETIKET
Ukuran disesuaikan dengan wadah
Untuk obat luar: wama biru untuk obat dalam: warna putih dalam etiket ditulis:
● Nama apoteker.
● Tempat dan tanggal pembuatan sediaan.
● Nama pasien.
● Cara pemakaian, ditulis dengan huruf dan tidak boleh disingkat.
9
● Untuk obat luar, di bagian bawah ditulis OBAT LUAR.
● Paraf pembuat/ peracik obat pada sudut kanan bawah etiket.
J. LABEL
Dalam hal-hal tertentu pada sediaan perlu disertakan label KOCOK DAHULU atau
label N.I. (Ne Iteratur = Pembelian obat ini tidak dapat diulang kecuali dengan resep
baru).
Penempelan label: jika ruangan cukup, label KOCOK DAHULU dan N.I. ditempelkan
di bagian depan botol di bawah etiket. Jika ruangan tidak cukup, label KOCOK
DAHULU di bawah etiket, label N.I. disebaliknya (bagian belakang botol). Label N.I.
perlu dicantumkan pada sediaan:
a. Mengandung bahan obat golongan narkotika.
b. Mengandung bahan obat golongan keras, termasuk obat-obat yang
mempunyai takaran maksimum (TM).
K. PEMBAHASAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan, pembahasan resep secara lengkap meliputi
seluruh aspek peresepan yang berlaku.
10
1. Susunlah peralatan praktikum dengan susunansebagai berikut (alat yang dikeluarkan
disesuaikan dengan keperluan pembuatan sediaan).
Keterangan :
a. Kotak anak tirnbangan diletakkan di sebelah kiri timbangan, tetap
terbuka selama praktikum.
b. Letakkan seperangkat sendok, pengaduk, spatel, tersusun rapi di atas
kertas perkamen bersih, di sebelah kanan dari letak timbangan.
c. Alat-alat gelas yang diperlukan diletakkan di depan susunan sendok.
2. Bacalah resep yang akan dikerjakan dengan cermat dan teliti.
● Apakah kelengkapan resep sudah memenuhi syarat, sesuai dengan peraturan
yang berlaku?
● Adakah tulisan cito, p.i.m, statim, urgent atau mengandung antidotum (penawar
racun) yang harus dikerjakan lebih dahulu?
● Adakah obat narkotika dan alamat pasien?
● Resep yang mengandung obat keras lainnya, bila pada signa tertulis: p.r.n atau
s.o.s harus ditanyakan maksimum sehari berapa kali.
B. SAAT PRAKTIKUM
1. Pengambilan bahan
● Bahan diambil dari rak (bukan dari praktikan lain), pastikan bahwa zat yang
diambil benar, dengan membaca etiket pada botolnya.
● Pada saat mengambil atau menuang bahan, etiket menghadap telapak tangan.
● Gunakan sendok bersih untuk mengambil bahan dari botolnya,
untuk menghindari kontaminasi.
● Segera setelah digunakan, sendok dibersihkan dan diletakkan kembali pada
tempatnya.
11
● Bahan diletakkan kembali pada rak, di tempat semula, sambil diperiksa kembali
etiketnya. Hanya diperbolehkan paling banyak dua bahan hasil penimbangan
yang belum diproses, yang terdapat pada meja.
2. Penimbangan
● Setiap akan menimbang harus diperiksa terlebih dahulu, apakah timbangan
dalam keadaan setimbang dan dalam posisi horizontal.
● Setiap mengambil/memegang batu timbangan harus dengan pinset untuk
menghindari menempelnya lemak/kotoran dari tangan yang dapat memengaruhi
beratnya.
● Untuk bahan yang beratnya >50mg dan <1000mg ditimbang pada
timbangan miligram. Untuk bahan/zat yang beratnya >1g dan <1kg pada
timbangan gram.
● Sebelum menimbang di atas piring neraca dialasi dengan kertas perkamen
yang bersih. Penimbangan bahan obat yang beratnya <50mg harus dibuat
pengenceran dengan zat tambahan/pembawa yang cocok (lactosum, air dan
lain-lain).
● Anak timbangan tidak boleh dicampur dengan penara. Penara wajib diberi
wadah tersendiri.
● Macam penara yang dapat digunakan antara lain: kelereng keeil, beras,
gotri, aluminium (bekas wadah pasta gigi) yang mudah digunting.
● Untuk mencegah bahan-bahan obat dikotori oleh udara atau tertiup angin,
maka timbang bahan obat sebagian/jangan terlalu banyak dan langsung
dicampur. Menimbang bahan obat harus langsung dari botol persediaannya.
● Bila telah selesai digunakan, penjepit maupun anak timbangan segera
dikembalikan ke kotaknya.
● Batu timbangan diletakkan di piring timbangan sebelah kiri, sedangkan di
sebelah kanan untuk bahan yang akan ditimbang.
12
2. Cara Menimbang
1) Atur posisi timbangan sehingga horisontal dengan cara memutar sekrup
A. Posisi horisontal ditunjukkan oleh ujung-ujung bandul B yang letaknya
dalam satu garis (bertemu pada satu titik).
2) Letakkan kertas timbang pada masing-rnasing pinggan timbangan C.
3) Timbangan disetarakan dengan cara:
a. Naikkan penahan gandar D pelan, sehingga posisi pinggan
timbangan dalam keadaan terangkat.
b. Perhatikan jarum penunjuk kesetimbangan E, bila belum
menunjukkan gerakan teredam (goyangan ke kiri dan ke
kanannya makin lama menunjukkan arab skala tengah) maka
penahan gandar diturunkan kembali.
c. Putar salah satu sekrup pengatur kesetimbangan F secukupnya.
d. Ulangi langkah a, b dan c sampai jarum E menunjukkan
kesetimbangan. Bila sudah setimbang turunkan penahan gandar.
Timbangan siap digunakan.
4) Menimbang bahan:
a. Letakkan beban (anak timbangan) yang diperlukan pada pinggan timbangan
sebelah kiri.
b. Bahan yang akan ditimbang diletakkan pada pinggan timbangan sebelah
kanan. Kernudian pelan-pelan gandar dinaikkan untuk melihat apakah
bahan yang ditimbang masih kurang atau lebih (dengan melihat
kesetimbangannya).
c. Turunkan dulu penahan gandar setiap kali akan menambah atau
mengurangi bahan yang ditimbang.
d. Proses penimbangan selesai apabila saat penahan gandar
dinaikkan, jarum sudah menunjukkan kesetimbangan.
13
e. Turunkan bahan dan beban dari pinggan timbangan (ambil anak
timbangan satu persatu, pastikan bahwa anak timbangan telah dipakai
sudah benar).
f. Ganti kertas timbangan dan setarakan lagi timbangan dengan cara seperti
no.3.
g. Untuk menimbang bobot akhir sediaan yang sudah jadi (pulvis dan sediaan
setengah padat), posisi sediaan
5) Menimbang zat-zat tertentu yang memerlukan wadah (gelas arloji, cawan
porselen, erlenmeyer, botol sediaan dan sebagainya):
a. Wadah ditara dahulu dengan penara sampai didapat kesetaraan. Caranya,
setelah timbangan setimbang, wadah yang akan, ditara diletakkan di sebelah
kanan. Letakkan butir-butir penara di sebelah kiri secukupnya. Naikkan
penahan gandar, bila belum setimbang tambahkan atau kurangilah butir
penara sampai dicapai kesetimbangan.
b. Selanjutnya lakukanlah penimbangan seperti no. 4.
c. Anak timbangan harus diletakkan di Iuar wadah penara.
6) Menimbang bahan obat:
a. Zat padat atau serbuk: kedua pinggan timbangan diberi alas kertas
timbang (perkamen) yang sarna ukurannya. Bahan diambil dari botolnya
dengan menggunakan sendok penyu/sendok stainless stell.
b. Ekstrak kental: jika jumlahnya sedikit, ditimbang pada kertas parafin
(kertas perkamen yang telah diolesi parafin cair) atau kertas beroles tipis
gliserin. Untuk jumlah besar, ditimbang di atas gelas arloji dan pengambilan
menggunakan batang pengaduk.
c. Zat cair/ekstrak cair: dalam jumlah sedikit ditimbang dengan cawan petri
atau gelas arloji yang telah ditara. Dalam jumlah besar ditimbang di dalam
cawan porselen. Pengambilannya dengan cara menuang langsung dari
botolnya dengan atau tanpa pertolongan batang pengaduk.
d. Bahan setengah padat: ditimbang di atas kertas timbang (perkamen) dan
diambil dengan spatel penyu/spatel stainless stell.
e. Bahan cair yang mudah menguap: ditimbang dalam wadah tertutup. Contoh:
alkohol, ammonia liq, eter, kloroform, aseton.
f. Bahan-bahan yang berbau: ditimbang di atas kertas perkamen dan
diambil dengan sendok porselen atau sendok stainless stell. Contoh:
Jodoform, kamfer, menthol.
g. Bahan-bahan yang bereaksi dengan zat organik: ditimbang di atas
gelas arloji dan diambil dengan sendok porselen. Contoh: AgNO3, KMnO4.
14
h. Bahan yang mudah menguap/menyublim dan bereaksi dengan zat
organik: ditimbang di atasbotol timbang yang tertutup atau gelas arloji
setangkup dan diambil dengan sendok porselen/stainless stell. Contoh:
Iodium.
3. CARA MENGKALIBRASI
Mengkalibrasi adalah mengukur dalam satuan volume. Misalnya untuk
membuat obat batuk dengan volume 100 mI, kita persiapkan botol yang volumenya
lebih besar dari 100 ml (jangan terlalu penuh, diberi ruangan udara untuk
mengocok obat). Kemudian dengan memasukkan air ke dalam botol sebanyak
100 mi dan batas volume tersebut ditandai (bisa dengan spidol atau menempelkan
selotif atau label) dan apabila obat telah dimasukkan ke dalam botol
tanda-tanda tersebut bisa dihapus kembali.
4. CARA PENGENCERAN
a. Zat padat.
Misalnya kita akan menimbang Diazepam 20 mg. Timbang Diazepam 50 mg,
bisa ditambahkan zat wama sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran
obat nanti), seperti karmin, ditambah saccharum lactis 2450 mg. Dalam mortir,
gerus saccharum lactis sebagian, tambahkan diazepam, zat warna (karmin),
gerus hingga homogen (warna merah merata), tambahkan sisa saccharum
lactis sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Dari campuran ini
ditimbang = 100 mg. Untuk diazepam 20 mg = 20/50 x 2500 mg = 1000 mg.
Dari campuran 100 mg ini akan mengandung 20 mg diazepam. Dari hasil
pengenceran diazepam dalam saccharum lactis ini yaitu 1000 mg (1:50).
Pengenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 30 kali, 50 kali.
Hasil pengenceran dari serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.
b. Zat cair:
Sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai. Misal menimbang vitamin
B110 mg.
Vitamin B1 ditimbang 50 mg, dilarutkan dalam air hingga 10 ml. Untuk
10 mg vit. B1, diambil dari campuran larutan itu sebanyak:
10 / 50 x 10 ml = 2 ml
PERLENGKAPAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN
PRAKTIKUM I
16
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan nama alat dan fungsinya di laboratorium
farmasetika.
II. DASAR TEORI
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obat
an; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu
hingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang meliputi ilmu
dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan
diberikan kepada pasien ( Syamsuni, 2006).
Laboratorium merupakan suatu ruangan yang dirancang khusus untuk
dilakukannya suatu praktikum atau percobaan. Alat laboratorium merupakan benda
yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium yang digunakan secara
berulang-ulang (Michael Purba dan Sunardi, 2012).
Keberadaan labolatorium di lembaga pendidikan sangatlah penting dalam
menunjang kegiatan belajar mengajar agar kegiatan laboratorium dapat terlaksana
dengan efektif dan efisien, setiap laboratorium seharusnya sudah memiliki
menejemen laboratorium yang baik , agar kegiatan praktikum dapat terlaksana
dengan lancar. Manajemen laboratorium adalah usaha untuk mengelola
laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh
beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah beberapa alat – alat labolatorium
yang canggih (Afreni, dkk. 2013).
Dalam kegiatan ilmiah suatu percobaan biasanya dilakukan di laboratorium.
Dalam melakukan percobaan laboratorium seorang praktikan harus mengenal
alat-alat yang digunakan dalam laboratorium, ini sangat penting untuk kelancaran
percobaan yang dilaksanakan dan untuk menghindari kecelakaan kerja dan
gagalnya percobaan. Tujuan percobaan pengenalan alat laboratorium untuk
mengetahui dan menguasai jenis – jenis alat, fungsi alat yang baik dan benar agar
pada saat praktikum tidak melakukan kesalahan (Jacob, 1999).
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami
cara erja serta fungsi dan alat-alat di laboratorium. Selain untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya dengan memahami cara kerja dan fungsi dari
masing-masing alat praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna.
(Walton, 1998).
Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-macam
diantaranya alat pemanas yang terdiri dari pembakar gas, kaki tiga, segitiga
porselen, kasa gegep, pemanas air, alat-alat porselen (cawan porselen dan pinggan
17
porselen). Selain itu juga digunakan alat-alat gelas. Sebelum digunakan alat-alat
gelas harus diperiksa dan kemudian dibersihkan. Alat-alat gelas diantaranya gelas
wadah, sedangkan untuk mereaksikan zat digunakan gelas ukur (labu takar), pipet
ukur (pipet gondok dan pipet mohr) dan buret. Sedangakan alat-alat lain seperti
pengaduk gelas, erlenmeyer, corong, semprot, kertas saring, timbangan dan lain –
lain. Alat – alat gelas ini juga memiliki kegunaan dan fungsi masing-masing yang
berguna untuk memudahkan praktikum dalam melaksanakan praktikum (Subroto,
2000).
Dalam pengukuran harus diperhatikan dua hal yaitu kesalahan pengkuran
dengan alat ukur terutama jenis ukur, misalnya mengukur massa zat dalam satuan
gram sedangkan timbangan analitis sampai miligram. Jika sejumlah zat ditimbang
dengan kedua timbangan maka didalam jumlah angka yang berbeda. Jumlah digit
dari pengukuran yang menyangkut masalah kecermatan dan ketelitian (Syukri,
1994).
Kebenaran hipotesis dapat diketahui setelah diuji dengan percobaan di
laboratorium. Data yang diperoleh mungkin sesuai dengan hipotesis, tetapi mungkin
juga tidak. Jika tidak, berarti kesalahan mungkin saja terjadi pada percobaan atau
hipotesisnya yang keliru. Ada hipotesis, seperti yang dirumuskan Einstein, belum
dapat diuji kebenarannya sampai saat ini, karena keterbatasan alat dan kemampuan
manusia. Suatu penelitian memerlukan dana, tenaga dan waktu yang banyak, maka
kesalahan hipotesis akan mengakibatkan percobaan yang dilakukan sia-sia. Oleh
karena itu penanganannya harus sesuai dengan petunjuk. Demikian juga dengan
pemakaian alat laboratorium yang sebagian terbuat dari gelas yang mudah pecah
(Syukri, 1999).
Sebelum melakukan praktikum, hendaknya praktikan memeriksa alat-alat
yang akan digunakan. Untuk alat – alat gelas dalam penggunaaannya memerlukan
ketelitian dan kehati-hatian, misalnya praktikan memeriksa alat tersebut apa ada
yang cacat atau rusak. Untuk memindahkan zat-zat kimia yang berwujud cair kita
serng menghadapi suatu kesulitan yang mungkin disebabkan oleh tekanan biasa
yang memengaruhi dalam menentukan volume cairan itu dengan tepat. Maka dari itu
dapat digunakan pipet dan buret yang gunanya untuk memindahkan volume cairan
(Arifin, 1996).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca
yang tampaknya bersih dari sudut pandang seorang analis.Permukaan yang
tampaknya tidak ada kotoran sering masih tercemari lapisan tipis tak tampak yang
berminyak. Bila air dituangkan dari dalam suatu wadah yang tercemar air tidak
terbuang secara seragam dari permukaan kaca tetapi menyisahkan tetesan yang
18
kecil yang merepotkan atau kadang-kadang mustail dipulihkan. Alat kaca seperti
gelas beker dan erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau detergen
sintesis.
Ha-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan praktikum di
laboratorium, yaitu:
a. Persiapan
Meliputi: jas laboratorium, kacamata laboratorium, sarung tangan
laboratorium, kertas kerja.
b. Materi praktikum
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus sudah mengetahui apa
saja yang harus dikerjakan pada saat praktikum di laboratorium.
c. Keselamatan di laboratorium
Selama berada di laboraorium, praktikan harus menjaga ketertiban,
keselamatan diri sendiri dan juga orang lain. Jangan melakukan sesuatu
yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
d. Beberapa petunjuk dan larangan
Praktikan harus memperhatikan petunjuk umum atau khusus pada setiap
percobaan yang ada di kertas kerja.
Bekerja di laboratorium sains adalah suatu hal yang melibatkan benda nyata
dan juga mengamati perubahan yang terjadi. Ketika sains bergerak melampaui
dunia pengalaman menuju generalisasi yang lebi abstrak yang memungknkan
penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk
generalisasi ilmiah dan pembuatan teori, sehingga praktik laboratorium dan
eksperimen adalah bagian yang esensial dalam pengajaran sains (Wahyudi, 2011).
19
-
IX. PERHITUNGAN DOSIS
-
X. PERHITUNGAN PENGAMBILAN/PENIMBANGAN OBAT
-
XI. CARA KERJA
Praktikum ini dilakukan dengan cara:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengamati alat – alat yang telah tersedia
3. Menggambar dan beri keterangan apa nama alat beserta fungsinya
4. Amati.
XII. ETIKET
-
XIII. LABEL
-
XIV. HASIL
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Gelas Erlenmeyer Gelas erlenmeyer, sebagai tempat zat
sementara dan untuk wadah titrasi.
20
9 Pengaduk Pengaduk, untuk mengaduk dan membantu
penuangan larutan.
11 Oven Oven, untuk memanaskan zat kimia pada
suhu tertentu.
12 Botol gelap/ Botol gelap, untuk menyimpan zat yang tidak
berwarna tahan terhadap cahaya dan oksidasi.
15 Kompor Listrik Kompor listrik, untuk memanaskan zat-zat
kimia dan meningkatkan efektifitas kerja.
17 Corong Corong, untuk memindahkan bahan ke tempat
yang mediumnya lebih kecil
18 Mortir dan stamper Menghaluskan zat yang masing bersifat
padat/kristal
19 Sudip Sudip untuk mengambil bahan-bahan kimia
berupa padat atau serbuk.
28 Kawat Kasa Kawat kasa sebagai alas atau untuk
menahan labu atau beaker pada waktu
pemanasan menggunakan pemanas
spiritus atau pemanas bunsen
PRAKTIKUM II
PULVIS DAN PULVERES
I. TUJUAN
● Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep.
● Mahasiswa dapat menimbang bahan obat dengan benar.
● Mahasiswa dapat meracik sediaan serbuk tabur dan serbuk bagi.
21
● Mahasiswa dapat membuat sediaan obat dalam bentuk pulvis dan pulveres
(serbuk terbagi dan serbuk tidak terbagi) dengan baik, dengan permasalahan
serbuk bersifat higroskopis.
22
25 0,600 0,416 35 4,2
30 0,500 0,347 35 4,4
36 0,420 0,286 35 4,5
44 0,355 0,222 38 4,8
60 0,250 0,173 35 5,2
85 0,180 0,119 36 5,6
100 0,150 0,104 35 6,3
120 0,125 0,087 35 6,5
150 0,105 0,064 39 7,0
170 0,090 0,059 36 7,3
200 0,075 0,052 35 8,1
300 0,053 0,032 39 9,1
(Anief, 2005)
PULVIS
Pulvis adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditunjukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Karena mempunyai luas
permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul
atau lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral
dapat dicampurkan dengan air minum.
PULVERES
Serbuk pagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
di bungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
OTT (Obat Tak Tercampur), disebabkan oleh:
1. Terjadi reaksi kimia.
2. Terjadi perubahan fisika.
3. Terjadi kerja farmakologis.
Untuk OTT yang tidak dapat diatasi, bisa diusulkan untuk mengeluarkan salah satu
obat jika:
1). Terjadi reaksi kimia
a. Campurannya menjadi racun
Misal:
1. Kalomel + iodium=sublimat
2. Asetosal + antipirin=inatoksin (tidak berefek antimalaria bahkan berefek
racun)
b. Campurannya menimbulkan ledakan
Misal: Bahan pengoksi dengan bahan yang mudah dioksidasikan (K–lorat + sulfur)
c. Terjadi perubahan warna
Misal :
23
1. Antipirin + nitrit = hijau
2. Amilum + iodin = biru
2). Terjadi perubahan fisika
Misal: golongan alkaloida akan diserap oleh norit
3). Terjadi kerja farmakologis yang merugikan
Misal :
1. Fenasetin akan merusak ginjal sehingga tidak boleh digunakan untuk pasien
dengan kerusakan ginjal.
2. Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus.
3. Heksamin dengan gol. Sulfa = antagonis
OTT yang dapat diatasi, masing – masing obat dilapisi zat tambahan jika:
1. Terjadi reaksi kimia
Misal: Alkaloid dengan logam berat (extrak belladonna +AgNO3 teroksidasi)
2. Terjadi perubahan fisika
Misal: Campuran mentol, timol dan salo l= titik didihnya akan turun, mudah
mencair.
3. Terjadi kerja farmakologis
Misal: Campuran obat hipnotik + obat sedative + kafein dalam perbandingan
tertentu masih dapat diberikan.
24
Pemerian: hablur serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar,
tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan: larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian
etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P
e. Kaolin
(F.I hal. 335)
Pemerian: serbuk ringan, putih, bebas dari butiran kasar, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, licin.
Kelarutan: -
f. Talcum
(F.I hal. 591)
Pemerian: serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan: tidak larut dalam hampir semua pelarut
g. Zinc Oxyda
(F.I hal. 636)
Pemerian: serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida
V. KELENGKAPAN RESEP
PULVERES
No. 01
Slawi, …………………
R/ Aminophyllinum 200 mg
CTM 2 mg
Ekstrak belladon 10 mg
M.F Pulv dtd NO X
S.t.d.d. IP
_______________________
Pro : Oky
Umur : 12 thn
Alamat : Slawi
PULVIS
26
dr. .Andine Purwaningsih
Dokter Umum
SIK: 13.003.2013
Praktik : Perum Nila Graha 08 Slawi, Tegal
Telp. (0283)746833
No. 02
Slawi, ……………
R/ Acid boricum 2g
ZNO 1g
Zinc stearat 0,5g
Kaolin 1,5g
Talcum ad 10g
M.f Pulv. ads
Sue
______________________
Pro : Oky
Umur : 12 thn
Alamat : Slawi
27
VII. PENGGOLONGAN OBAT
A. PULVERES
a. Aminophyllinum : Obat Keras
b. CTM : Obat Keras
c. Ekstrak belladon : Obat Keras
No Nama asli Sinonim khasiat
1 Aminophyllinum aminofilia Bronkodilator
2 Chlorpheniramine CTM Antihistamin
maleas
3 Extrak belladona Extrak parasimpatolitikum
belladona
B. PULVIS
a. Acid Boricum : Obat Bebas
b. Kaolin : Obat Bebas
c. ZNO : Obat Bebas
d. Zinc stearat : Obat Bebas
e. Talcum : Obat Bebas
No Nama asli Sinonim Khasiat
1 Acidum boricum Asamborat Antiseptikum ekstern
2 Kaolinum Kaolin Zattambahan
3 Talcum Talk Zattambahan
4 Zinc Sengoksida Antiseptikumlokal
2. PO
a. Aminophylline = 1000mg = 1g (Anak Timbang/AT: 1 gram)
b. CTM = ??
c. Extrakballadona = ???
B. PULVIS
1. PPO (jika akan dibuat pulvis sebanyak 15 g)
a. Acidum boricum = 2000: 10000 x 15000 mg
= 3000 mg
= 3000 mg +10% = 3300 mg (AT: 3 gram + 300 mg)
b. ….????
29
2. PO
a. Acidum boricum = 3300 mg (AT: 3 gram + 300 mg)
b. Zinc oxydum =?
c. Zinc stearate =?
d. Kaolin =?
e. Talcum =?
X. ETIKET
PULVERES
APOTEK BHAMADA
Jl. Raya Cut Nyak Dhien Slawi
apt. Arifina F., M.Sc.
No. 1 …………..
Oky (20 thn)
3 x 1 sehari 1 bungkus
Sesudah makan
PULVIS
APOTEK BHAMADA
Jalan Raya Cut Nyak Dien Slawi
apt. Arofina Fahamsya, M.Sc.
No. 2 ……………….
Oky (20 thn)
Pemakaian Obat Luar
XI. LABEL
PULVERES:
31
PRAKTIKUM III
KAPSUL (CAPSULAE)
I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu membuat sediaan obat berbentuk kapsul.
b. Mahasiswa mampu mengetahui sediaan tentang kapsul beserta perhitungan dan
aturan pakainya.
32
telah mendorong pabrik farmasi untuk memproduksi sediaan kapsul dan dipasarkan,
walaupun produknya sudah ada dalam bentuk sediaan tablet (Gennaro, 2000).
Macam-macam Kapsul:
1. Hard capsule (cangkang kapsul keras)
Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat dari campuran
gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai
rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau
granul. Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1,
2, 3, 4, 5 (Ansel, 2005).
2. Soft capsule (cangkang kapsul lunak)
Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan
sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul
ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan
untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel,
2005).
V. KELENGKAPAN RESEP
dr. Andine Purwaningsih
Dokter Umum
SIK : 13.003.2013
Praktek : Perum Nila Graha 08 Slawi, Tegal
Telp. (0283) 746833
Slawi, ……………..
R/
Amoxicillin 6 tab
GG 1 gram
m.f pulv da. In caps I no X
/1 – 1 – 1
—-----------------------------------------
Pro : Fita
Umur : 10th/21 kg
Alamat : Tegal
34
1. Inscriptio
2. Invocatio
3. Ordinatio
4. Signatura
5. Subcriptio
35
PRAKTIKUM IV
SEDIAAN SOLUTIO
I. TUJUAN
● Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian larutan.
● Mahasiswa mampu memahami formulasi solutio.
● Mahasiswa mampu memahami uji-uji yang di lakukan pada sediaan solutio.
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau
lebih yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai pelarut.
Perbedaan potio dan larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk
konsumsi obat secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang
bisa digunakan secara oral, topikan, parenteral dan sebagainya (Margaret , 2009)
Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang
dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di
pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generic maupun yang
paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena disamping mudah
penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum
serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama
anak-anak dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya.
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair
kental yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali
dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan
sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones.Wadah harus
dapat dikosongkan dengan cepat.Kemasan boleh lebih dari 1 liter. Larutan adalah
sediaan cair yang mengandung bahan kimia yang terlarut, sebagai pelarut digunakan
air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat padat
bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular
dalam cairan tersebut (Anief, 2006).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20 0C,
36
kecuali dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume
tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar. Kelarutan suatu zat yang tidak
tiketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah berikut:
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang di perlukan untuk
melarutkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 10 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 - 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000
Slawi, ………….
1. Inscriptio :
2. Invectio :
3. Ordinatio :
4. Signature :
38
5. Subcriptio :
2 Champora
3 Gom arab
4 Aquadest
39
4. Membuat sol calcii.
5. Memasukkan sulfur ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen menggunakan
stamper.
6. Sulfur dikeluarkan dari mortir.
7. Memasukkan champora ditetesi etanol 1-2 tetes hingga larut.
8. Menambahkan sulfur lalu gerus ad homogen.
9. Keluarkan campuran 1.
10. Memasukkan gom arab di tambahkan air panas gerus hingga mengental
11. Memasukkan campuran 1, gerus ad homogen.
12. Memasukkan ke dalam botol
13. Menambahkan aquadest sampai batas kalibasi
14. Beri etiket biru dan label
XII. ETIKET
XIII. LABEL
PRAKTIKUM V
UNGUENTUM
40
I. TUJUAN
- Mahasiswa mampu membuat sediaan salep atau ungentum.
- Mahasiswa diharapkan mampu memahami peraturan-peraturan salep.
42
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan lain yang cocok, harus menunjukan susunan yang
homogen.
43
Kelarutan : larut dalam 55 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)P, mudah
larut dalam kloroform p dan dalam eter p, larut dalam amonium asetal p, dinatrium
hidrogen fosfat p, kalium sitrat p dan natrium sitrat p.
3. Lanoliun (F.I III hal: 61)
Pemerian : zat berupa lemak, liat, lekat, kuning muda atau kuning pucat, agak
tembus cahaya, bau lemah & khas.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air agak sukar larut dalam etanol (95%) p.
Mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter p.
4. Vaselinum flavoum (F.I III hal: 633)
Pemerian : massa lunak, lengket,bening,kuning muda sampai kuning.
Sifat ini tetap setelah zat ini dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Berflouensi lemah, juga jika dicairkan tidak berbau hampir tidak berasa.
Kelarutan : memenuhi syarat yang tertera pada vaselinum album
44
V. KELENGKAPAN RESEP
R/
Ungt. Acidi Benzoici Salicylici 10
s.u.e
did
Pro : Windi
Umur : 18 tahun
Alamat : Brebes, Desa pebatan
1. Inscriptio
2. Invectio
3. Ordinatio
4. Signatura
5. Subcriptio
SINONIM
X. PERHITUNGAN OBAT
XII. ETIKET
XIII. LABEL
-
46
RESEP - RESEP
NO RESEP PERMASALAHAN
1 PULVIS Berat jenis, Homogenitas
R/ Bismuth Subnitratis 5
Carbo Adsorbens 5
m.f. pulvis
s.u.c
2 PULVERES Pengeringan
R/ Amminophyllin 200 mg
CTM 2 mg
Extra Belladone 10 mg
m.f. pulv dtd No X
s.t.d.d 1 P did
3 PULVIS
R/ Acid Boricum 20
Zinci Oxyda 100
Zinc Stearas 50
Kaolin 150
Talcum ad 1000
Peawarna kuning
4 CAPSULE
R/ Caps. C Quinini Sulf 0,100 No V
S. b. d d 1 caps
Pro : Tini (15 th)
5 PILULAE Higroskopis
R/ Kalii Bromidi 0,100
f.pil. dtd No XXX
s. t.d.d pil I
s.u.c
6 UNGUENTUM Peraturan salep no 3
R/ Ungt. Acid Borici 30
s.u.e
Pro: Tony
7 CREAM
R/ Ungt Linimens Ph Ned V 20
s.u.e
8 PASTA
R/ Pasta zinci Ph Ned V 20
s.t. dd. u.e
did
9 UNGUENTUM
R/ Acid Boricium 3
Zinci Oxydi 37
Oleum Sesami 60
s.t. dd. u.e
Pro: Anik
47
NO RESEP PERMASALAHAN
10 PASTA
R/ Calcii Carbonas 10
Sulfur Praecipitatum 10
Zinci Oxydi 10
Vaselin ad 100
s. u.e
Pro: Budi
11 SOLUTIONES
R/ Sol. Calcii Hydroxydi 300
S. Aqua Calcis
Pro: didik
13 MIXTURA
R/ SASA 3
Amonium Chlorid 1
Succus Liquireta 5
Aqua 135
m.f. mixt
s.t.d.d C 1
14 SUSPENSI
R/ Acid Boricum 3
Zinci Oxyda 5
Talk 5
Gliserin 2,5
Aqua ad 100
m.f. mixt
s.t.d.d
Pro: sisca
15 INFUSA
R/ Inf. Orthosiphonis fol 100
Hexamine 5
S. t. d.d. c 1
48
NO RESEP PERMASALAHAN
16 SUPPOSITORIA
R/ Belladon Extra mg 10
PEG 6000 47%
PEG 400 33%
Aqua 20%
m.f. suppose dtd No III
s. b. d.d u. e
Pro: Lasmini (dewasa)
17 SUSPENSION
R/ Sulfur PP 10
Champor 1
Gumm Arabic 15
Sol. Calcii Hydroxidi
Aqua ad 50
S. b. d.d. u. e
Pro: Anjani
18 SATURATION
R/ Acid Citri 5
Aquae 30
Spirit Citri 5
Natrii Subcarbonas 6
Syrupus Simplex 20
Aqua ad 110
m.f. pot. effv
Pro: Tono
19 EMULSA
R/ Ol. Lecoris Aselli 50
Gummi Arabici 15
Glycerol 5
Aqua 37,5
Ol. Cinamomi gtt III
m.f. emuls
S.t.d.d cth I
49
DAFTAR PUSTAKA
A.L.Suryan,V. K. Bhusari, K. S. Rasal, and S. R. Dhaneshwar, 2011. “Simultaneous
quantitation and validation of paracetamol, phenylpropanolamine hydrochloride and
cetirizine hydrochloride by RP-HPLC in bulk drug and formulation,” International
Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research (3: 303–308).
American Society for Hospital-System Pharmacist. 2008. AHFS Drug Information Handbook.
ASHP Inc. USA : Bethesda D.
Anonim,1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim,1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta :Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 2016 Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : PT ISFI.
Anief, Moh, 2010. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Anief Moeh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press
Katzung, B. G. 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC
Margareth, R.C., Marques, Cole, E., Kruep, D., Gray, V., Murachanian,D., Brown,
W.E., dan Giancaspro. 2009. Liquid-filled Gelatin Capsules. Pharmacopeial Forum
.July– Aug. 2009 :1032-1033.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC Press
Syamsuni, 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC.
50
COVER
51