Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab Ii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

I.

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Botani Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan

antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,

Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di

Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai

yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-

pulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu

Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama

botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merrill.

Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Classis :

Dicotyledoneae,Ordo : Rosales, Familia : Papilionaceae, Genus : Glycine, Species

: Glycine max (L.) Merrill (Irwan, 2006).

Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya akan

humus atau bahan organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri

rhizobium adalah 6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami

klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Tanaman

kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal.Tanaman kedelai

sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan

iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama

pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam. Tanaman


kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal

dalam proses perkecambahan yaitu 30 ºC. Curah hujan berkisar antara

150 mm–200 mm perbulan, dengan lama penyinaran matahari

12 jam/hari, dan kelembaban rata-rata (RH) 65% (Tulus, 2012).

Akar tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar lateral dan akar

serabut. Pada tanah yang gembur, akar ini dapat menembus tanah sampai

kedalaman kurang lebih 1,5 m. Pada akar lateral terdapat bintil-bintil akar yang

merupakan kumpulan bakteri rhizobium pengikat nitrogen dari udara. Bintil akar

ini biasanya akan terbentuk 15-20 hari setelah tanam (Hanifiah et al., 2000).

Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari

varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang.

Jumlah cabang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000

tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah cabang tidak

mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi.

Artinya, walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga

banyak (Irwan, 2006).

Tanaman kedelai mulai berbunga antara umur 30-50 hari, tergantung dari

varietas dan iklim. Semakin pendek penyinaran dan semakin tinggi suhu

udaranya, akan semakin cepat berbunga. Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu,

berwarna ungu atau putih dan muncul diketiak daun (Fachrudin, 2000).

Polong dan biji kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah

munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong

yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah

dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih
dari 50, bahkan ratusan. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji.

Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9

g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Biji kedelai

terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio)

(Irwan, 2006).

Tanda-tanda kedelai matang antara lain daun-daunnya rontok, warna

polong telah berubah menjadi kecoklatan atau keabu-abuan, warna batang tidak

hijau lagi dan kulit polong mudah dikupas. Pada masak fisiologis, bobot kering

telah mencapai bobot maksimum, namun polong masih berwarna hijau dan daun

belum rontok. Dari stadia ini, benih masih berkadar air sekitar 50%, tetapi bila

dikeringkan dapat tumbuh normal sekalipun perawatannya lebih sulit. Tanaman

kedelai berdasarkan umur dapat dibedakan menjadi tiga varietas, yaitu varietas

genjah yang berumur 75-85 hari, varietas sedang berumur 86-95 hari dan varietas

dalam lebih dari 95 hari (Sumarno dan Harnoto, 1983). Varieatas Orba umur

panen 81 hari setelah tanam (HST) menghasilkan viabilitas benih yang lebih baik

dari pada 88 HST. Demikian juga benih yang dipanen pada umur panen 88 HST

viabilitasnya lebih baik dari pada yang dipanen pada 95 HST (Thelma, 1990).

Pengetahuan tentang pertumbuhan tanaman kedelai sangat penting,

terutama bagi para pengguna aspek produksi kedelai. Hal ini terkait dengan jenis

keputusan yang akan diambil untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal

dengan tingkat produksi yang maksimal dari tanaman kedelai, misalnya waktu

pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, serta penentuan waktu

panen. Pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul kepermukaan

tanah sampai saat mulai berbunga. Penandaan pertumbuhan vegetatif selanjutnya


dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Pada umumnya

pertumbuhan vegetatif dimulai pada buku ketiga. Sedangkan Pertumbuhan

generatif dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan

polong, perkembangan biji, dan pemasakan biji (Irwan, 2006).

2.2. Budidaya Kedelai


2.2.1. Syarat Tumbuh

Untuk dapat tumbuh dengan baik, kedelai menghendaki tanah yang subur,

dan kaya akan humus serta bahan organik dengan pH 6-7. Bahan organik yang

cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah tanah dan merupakan sumber

makanan jasad renik yang akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan

tanaman (Yenita, 2002).

Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar

antara 5,5-6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman,

tanah masam (pH tanah 4,6-5,5) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi

bakteri Rhizobium ke perakaran tanaman untuk membentuk bintil akar. Pada

tanah dengan nilai pH lebih dari 7, kedelai sering menampakkan gejala klorosis

karena kekurangan hara besi (Masruroh, 2008).

Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan dengan iklim

sangat lembab. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim

tropis dan subtropis. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 ºC,

akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai adalah 23-27 ºC.

Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu sekitar 30 ºC.

(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).


Curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman

kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai

tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode

tumbuh (Irwan, 2006).

2.2.2. Budidaya Kedelai

a. Pemilihan Benih

Benih yang baik memiliki vigor dan daya kecambah yang tinggi. Benih

yang digunakan adalah benih yang tidak cacat fisiologisnya (Wirawan dan

Wahyuni, 2004).

b. Persiapan Lahan

Sebelum dilakukan penanaman maka terlebih dahulu dipersiapkan lahan

yang akan digunakan untuk penanaman. Langkah awal dalam persiapan lahan

adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur

dan aerasi tanah agar pertumbuhan akar dan penyerapan hara dapat berlangsung

secara baik. Pengolahan lahan kering dapat dilakukan dengan cara dibajak atau

dicangkul agar gembur. Tanah dibersihkan dari gulma, kemudian dibuat bedeng

dan disekeliling bedeng dibuat parit dengan lebar 20-25 cm sedalam 25-30 cm

(Suprapto, 1999).

c. Penanaman

Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu benih disiapkan terlebih dahulu

sesuai perlakuan. Setelah itu benih kedelai ditanam di dalam lubang yang telah

disiapkan sedalam 3-4 cm dengan 3 butir benih per lubang tanam. Selesai

penanaman lubang ditutup kembali dengan tanah. Setelah benih tumbuh dengan
baik (7 hari setelah tanam), dilakukan penjarangan dengan menyisakan 2 tanaman

per lubang tanam (Wirawan dan Wahyuni, 2004).

d. Pemeliharaan

a). Pengairan

Untuk mencukupi kebutuhan yang optimal, tanaman kedelai memerlukan

air sekitar 300-450 mm selama masa pertumbuhannya. Apabila air tidak

tersedia pertumbuhan kedelai akan mengalami gangguan kritis terhadap

pertumbuhan, ada empat tahap kritis yaitu selama fase pertumbuhan awal,

saat berbunga, pembentukan polong, dan pengisian biji (Adisarwanto,

2008).

b). Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada umur 3-4 minggu. Manfaatnya agar tanah tetap

gembur. Penyiangan tidak boleh dilakukan waktu kedelai sedang berbunga

karena mengakibatkan bunga rontok (Siswadi, 2006). Penyiangan

berikutnya pada waktu tanaman kedelai telah selesai berbunga. Cara

penyiangan dengan membersihkan rumput-rumput liar di sekitar tanaman

kedelai sambil menggemburkan tanah (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

c). Pemupukan

Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk nitrogen (N),

fosfor (P), dan kalium (K). Pupuk tersebut diberikan saat tanam atau

1 minggu setelah tanam dengan cara disebar atau dimasukkan ke dalam

lubang berjarak 4-5 cm di samping lubang tanam. Adapun tujuan dari pupuk
dasar N, P, dan K adalah menyediakan unsur hara pokok yang dibutuhkan

tanaman untuk tumbuh (Najiyati dan Danarti, 1997).

d). Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila ada tanda-tanda

serangan hama dengan menggunakan bahan kimia insektisida, dan untuk

menghindari penyakit digunakan fungisida, dapat juga dilakukan dengan

kultur teknis (Wirawan dan Wahyuni, 2004).

e. Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,

tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah

warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan, atau polong sudah kelihatan tua,

batang berwarna kuning agak coklat dan gundul (Irwan, 2006).

2.3. Varietas

Varietas unggul merupakan varietas yang telah dilepas oleh pemerintah

dan memiliki sifat-sifat unggul dibandingkan varietas lain yang sudah ada.

Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai

karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi

daya hasil dari varietas unggul yang ditanam (Irwan, 2006).

Menurut Kasim dan Djunainah (1993), varietas unggul memegang peranan

penting dalam kontribusinya untuk peningkatan hasil per satuan luas maupun

sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit,

seperti penyakit karat pada kedelai, penyakit bulai pada jagung, dan hama wereng

coklat pada padi. Peranan varietas unggul sangat menentukan minimal dapat

menekan penggunaan pestisida. Kelebihan yang dimiliki varietas unggul


dibandingkan varietas lokal antara lain berproduksi tinggi, umur pendek serta

tahan terhadap hama dan penyakit. Untuk dapat menghasilkan suatu varietas

unggul dengan sifat-sifat yang diinginkan ditempuh prosedur yang sistematik.

Koleksi plasma nutfah dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting

(Widyawati, 2008).

2.4. Pertumbuhan Kedelai

Mengenal stadia pertumbuhan kedelai merupakan suatu keharusan bagi

petani yang bergerak dibidang usaha tani kedelai. Tanpa mengetahui stadia

pertumbuhan tersebut, akan sulit dalam memperlakukan teknologi terhadap

tanaman seperti : pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan sebagainya.

Hal ini disebabkan karena pertumbuhan itu merupakan tahap perkembangan

fisiologis tanaman. Pada setiap tahapnya tanaman mempunyai sifat dan tuntutan

kebutuhan yang berbeda. Secara garis besarnya pertumbuhan kedelai terdiri dari

vegetatif dan generatif yang masing – masingnya terdiri atas beberapa stadia

(Yenita, 2002).

Benih yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari polong yang telah

mencapai fase masak fisiologis. Benih yang dipanen pada saat mencapai masak

fisiologis mempunyai cadangan makanan yang maksimal, sehingga mempunyai

cukup energi untuk proses perkecambahan. Benih dari kebanyakan jenis tanaman

menjadi masak fisiologis sewaktu bobot keringnya menjadi maksimal, dan pada

saat inilah umumnya vigor benih tertinggi dicapai. Setelah melewati masak

fisiologis benih perlahan-lahan kehilangan viabilitasnya (Justice dan Bass, 1990;

Munandar dan Dewanti, 2002).

Hasil penelitian Saenong (1986) menunjukkan bahwa benih kedelai yang


dipanen terlambat atau terlalu cepat akan mengakibatkan kebocoran zat elektrolit

benih yang lebih banyak dibandingkan benih yang dipanen pada saat masak

fisiologis. Akibatnya benih yang dipanen muda atau terlambat panen akan

mengalami kerusakan mekanis yang lebih banyak, sehingga vigor awalnya lebih

rendah. Benih yang dipanen muda, pembentukan struktur kulit benih dari

komponen polisakarida belum mencapai sempurna (Kartika dan Ilyas, 1994;

Bewley dan Black 1978). Sedangkan benih yang dipanen lewat masak fisiologis

telah mencapai kerusakan di lapang akibat fluktuasi cuaca, sehingga kerusakan

membran lebih besar. Benih yang dipanen sebelum dan sesudah masak fisiologis

memiliki vigor bibit yang rendah. Sebelum masak fisiologis, pembentukan struktur

embrio dan membran belum sempurna serta akumulasi cadangan makanan dalam

benih belum maksimum, sehingga vigor bibit yang dihasilkan rendah Benih yang

dipanen setelah lewat masak fisiologis, telah mengalami deteriorasi selama dibiarkan

di lapang (Kartika dan Ilyas, 1994).

Mugnisjah et al. (1994) menyatakan bahwa tingkat kemasakan benih dapat

mempengaruhi viabilitas benih. Benih yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya

bervigor rendah. Pemanenan pada saat yang tepat merupakan salah satu kunci

untuk mendapatkan vigor awal benih yang tinggi. Pada saat masak fisiologis vigor

benih memiliki vigor maksimum. Benih kacang tanah varietas Gajah yang

dipanen saat masak fisiologis yaitu 100 hari setelah tanam (HST) mempunyai

bobot kering kecambah normal lebih tinggi dibanding benih yang dipanen

sebelum masak fisiologis (90 HST) dan setelah lewat masak fisiologis (105 HST)

(Husnayati, 2011).

Di Indonesia umur kedelai sampai polong masak dicapai 75-100 hari

setelah tanam. Kedelai dengan umur masak 75-85 hari tergolong genjah, dan 86-
95 tergolong sedang (Nursandi, 1990). Kedelai mengalami proses pertumbuhan

dimana pertumbuhan kedelai dibagi menjadi dua macam yaitu pertumbuhan

vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif dan generatif memiliki ciri yang

berbeda, dimana pertumbuhan vegetatif lebih ke arah tinggi dan jumlah organ

yang ada pada tanaman contohnya daun dan cabang sedangkan pertumbuhan

generatif ke arah pembentukan biji maupun buah (Gardner et al. 1991).

2.4.1. Pertumbuhan Fase Vegetatif Tanaman Kedelai

Pertumbuhan vegetatif merupakan pertumbuhan pada tanaman yang

dimulai sejak tanaman muncul di permukaan tanah sampai tanaman mulai

berbunga (Adisarwanto, 2008). Pertumbuhan vegetatif pada tanaman mengalami

pertambahan dan perkembangan sel, sehingga pertumbuhan tanaman setiap

harinya mengalami peningkatan. Pertumbuhan vegetatif setiap tanaman berbeda.

2.4.2. Pertumbuhan Fase Generatif Tanaman Kedelai


Pertumbuhan generatif merupakan pertumbuhan sejak tanaman mulai

berbunga sampai pembentukan polong, perkembangan biji, dan pemasakan biji

(Adisarwanto, 2008). Pertumbuhan generatif pada tanaman memiliki tujuan untuk

melestarikan keturunannya dan perkembangan generatif setiap tanaman berbeda.


Pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kedelai dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

Singkatan Tingkatan Stadia


No Uraian
Stadia
Emergence Kotiledon muncul dari tanah
1 VE
(kecambah)
Kotiledon Daun unifoliate berkembang tepi daun tidak
2 VC
terbuka bersentuhan
Daun unifoliate sudah tumbuh sempurna, daun
3 V1 Buku kesatu trifoliate telah ada dengan tepi anak. daun dan
daun tidak bersentuhan.
Daun trifoliate telah sempurna, daun trifoliate
4 V2 Buku kedua berikutnya masih kecil, dengan tepi anak daun
tidak bersentuhan.
Tiga buku pada batang utama daunnya telah
5 V3 Buku ketiga terbuka penuh, terhitung mulai dari buku
unifoliate.
N buah buku pada batang utama daunnya telah
6 VN Buku VN terbuka penuh terhitung mulai dari buku
unifoliate.
Satu bunga telah berkembang pada batang
7 R1 Mulai berbunga
uatma.
Bunga berkembang penuh pada salah satu dari
8 R2 Berbunga penuh dua buku paling atas pada batang utama dengan
daun terbuka penuh.
Permulaan Ukuran polong 5 mm pada saat buku dari empat
9 R3 pembentukan buku teratas pada batang utama dengan daun
polong telah berkembang sempurna.
Ukuran polong menjadi 2 cm pada salah satu
10 R4 Berpolong penuh dari empat buku teratas pada batang utama
dengan daun terbuka penuh.
Panjang biji didalam polong pada saat satu dari
11 R5 Mulai berbiji empat buku teratas 3 mm dengan daun terbuka
penuh.
Polong berisi satu biji hijau yang mengisi
rongga polong pada salah satu dari empat buku
12 R6 Berbiji peuh
teratas pada batang utama dengan daun terbuka
penuh.
Satu polong pada batang utama telah mencapai
13 R7 Mulai matang
warna polong matang.
95% polong telah mencapai warna polong
14 R8 Matang penuh
matang.
Sumber : Yenita 2002

Anda mungkin juga menyukai