Nama - sarmila-WPS Office
Nama - sarmila-WPS Office
Nama - sarmila-WPS Office
Kls:XII ips 2
Mapel:bhs Indonesia
Kenalin aku citra. Dan ini adalah kisahku dengan ketiga sahabatku di masa putih abu-abu. Dia adalah 2
sahabatku rey dan citra. Mereka adalah penyemangat duniaku. Katanya masa SMA ini adalah masa yang
menyenangkan begitu juga yang kami rasakan bertiga. Bahagia selalu membuka dan menutup sagala
aktifitas kami di sekolah, tapi kisah itu harus berubah 180 derajat disaat sang waktu mulai melangkah
dan lelah melihat kami bertiga. Dan inilah kisah kami.
Di saat terakhir MOS kelelahan yang kami rasakan akhirnya terbayar dengan adanya pengumuman kelas
masa depan kami nanti di sekolah ini. Tempat di mana aku dan prajurit pembutu mimpi ini akan
berperang menghancurkan batu yang menutup kebahagian di masa depan nanti. Kami akan berusaha
meraih cita-cita kami bersama di kelas baru ini. Dan tak sabar memakai title baru.
Aku dan kawan-kawan maju ke papan pengumuman itu. Hatiku tak perlu degdegan karena dimanapun
ku ditempatkan aku sudah siap. Aku bersyukur di saat aku melihat nama ku di X2. Waw.. bangga ku rasa.
Meski masih ada x1 tapi aku bersyukur. Kuperiksa nama teman masa depanku dan aku bahagia aku
mengenal 1 orang di sana dia adalah temanku semasa MOS dulu REY.
Hari pertama sekolah dimulai. Agak risih juga memakai baju ini, putih abu-abu. Wajah yang tak kukenal
kini berkumpul di kelas itu dengan bahagia, sepertinya mereka merasakan apa yang kurasakan hari ini.
Meraka begitu hangat dan ramah lihat saja di sana gadis kecil yang baru datang itu. Dia menyunggingkan
senyumnya yang manis sambil menyapa “hai.. selamat pagi.” Dia begitu ramah kelihatannya dia baik.
Gadis itu melangkah ke salah satu tempat duduk di depan sana. Dia sepertinya langsung mendapatkan
teman duduk, dan setelah itu dia meneruskan langkahnya ketempat dudukku. Apa dia mengenal ku?
Atau..? “hay rey..” sapa dia pada teman dudukku ini. Ow ternyata dia kenal dengan rey.
“citra.. kamu di sini juga” kata rey dengan ramah. Kelihatannya mereka adalah teman dekat.
“ia dong brow.. hum asik yah kita bisa satu kelas. Jadi kalo pulang bisa pulang bareng dong..”
Tak kuduga dari sinilah mulai terukir persahabatan antara kami bertiga, setiap pagi senyuman manis
mereka menbuatku semangat. Canda tawanya membuatku bahagia, ketika hati tengah gundah mereka
selalu siap menjadi tempat curhat ku, meski kadang perbedaan selalu terbentang jauh namun tak
pernah kami bertengkar selalu ada jalan keluar untuk masalah yang mendatangi kami.
“penguman disampikan kepada siswa kelas X yang berminat menjadi anggota musik smansa agar segera
mendaftarkan diri di panitia.”
Wah. Hal ini begitu membuatku girang, setelah sekian lama menunggu kesempatan untuk bergabung
dengan musik smansa yang selalu menjadi buah bibir di masyarakat kini akan aku wujudkan. Aku berjanji
di suatu saat nanti aku akan menjadi anggota musik smansa, meski tantangannya berat. Kali ini kami
bertiga mengikuti audisi itu, karena tampa ku sadari ternyata kami bertiga memiliki hobby yang sama
dalam musik.
“waw.. harus semangat nih secara kita bertigakan ikut..” kataku menyemangati
“ia nih aku kok gak PD yah..” kata rey merenda. Ya meski sebenarnya jika aku melihatnya dia memiliki
bakat.
“aduh aku gak mau daftar deh kayaknya, aku takut.” Kata Rey pesimis. Setelah melihat banyak anak-
anak yang berminat, khususnya yang menjadi anggota exkul paduan suara.
“aduh Rey, gak ada salahnya kali mencoba. Coba aja dulu siapa tau bisa, kalo gak bisa lolos kan anggap
aja ini sebagai pengalaman iya kan.” Kata Citra yang selalu menberi dukungan.
Akhirnya nama kami bertiga ditulis di kertas pendaftaran itu, Rey suara bass, aku di tenor dan citra
sebagai alto. Partitur segera dibagikan dan yang menbuat ku kaget besok langsung audisi menbaca not.
Saat inilah solidaritas kami teruji. Meski beda suara namun kami terus berlatih bersama saling
mendukung.
“do.. re.. mi…” suara melodi yang kami keluarkan, ternyata membaca not itu menyenangkan juga Meski
ada beberapa yang susah, dan kadang aku salah dalam membaca tanda not tapi kita bertiga tak
menyerah. Kita berusaha sebisa mungkin.
“gais.. lelah juga yah latihan. Terapi dulu yuks.” Kataku yang mulailelah berlatih seharian. Yang langsung
ditimpali rasa penasaran citra.
“ha! Apa kunteng? Terapi? Yang bener? Terapi apaan? Dimana?” aduh buset dah.. kelewatan bangat nih
orang nanya biasanya juga satu-satu.
“iya. Terapi ikan. Dekat leb komputer.” Aku menjelaskan sedetail mungkin. Lucu juga sih biasanya kan
yang makan ikan tuh manusia. Ini ikan yang makan manusia. Hehehe.. lain coy
“wah asik nih. Langsung cebur dah gue.” Kata citra cewek yang suka aneh itu. Dia langsung membuka
sepatunya dan menaruh kakinya di kolam ikan itu. “aw.! aw! geli.. geli..” kata citra seketika sambil
melompat-lompat. Aku dan rey tertawa geli meihat tingkah citra yang lucu.
“makanya.. kalo bertindak tuh jangan asal. Sotoy sih lo.” Kata Rey merayu. Wajah citra seketika berubah
cemberut lucu juga.
“udah ah dari pada bertengkar ke kelas lagi yuk. Latihan lagi kan kita mau audisi ntar.” Kata u.
Yeah.. sampai di kelas lain lagi yang dibuat. Rey malah utak-atik kamera. “woi. Foto bareng yuk.”
Akhirnya kita malah sibuk lagi bertiga mengekspresikan gaya-gaya yang super alay. “creg.. creg..”
fotonya unik juga. Orangnya kayak do re mi lagi.
Sekarang jam 3.
OMJ waktu sepertinya begitu cepat. Kita melangkah ke ruang musik untuk audisi. Di sana telah banyak
anak-anak. Waw banyak juga yang berminat. Di sana kami bertiga saling mendukung sambil hatiku
tercengang. “semangat..”
Akhirnya setelah melakukan audisi dengan waktu yang panjang. Audisi selesai juga. Tinggal nunggu
pengumuman. Dan besok kita dengar pengumannya. Takut juga.
“wi.. pasti gua gak lolos nih” kata rey dan citra. Aduh kenapa ni berdua jadi pesimis. Aku jadi terbawa
lagi. Tapi besok baru diterima jawaban yang pasti.
Kami bertiga melangkah ke papan di ruang musik, banyak sekali anak-anak di sana. Kami mencari nama
masing-masing. ‘Arga’ yes namaku ada. ‘rey putra’ yeah rey juga masuk. Dari tadi citra cemberut dan
sedih. “kenapa lo?” “liat aja sendiri” katanya cuek. Di sana tidak ada nama citra. Sedih sekali rasanya.
Seketika air mata citra jatuh, dengan kecewa citra berlari pulang. Aku sedih melihat sahabatku ini.
“citra tunguin kita dong” kami berlari mengejar citra dan akhirnya dapat juga. “woi jangan sedih gitu
dong. Ini kan baru tahap pertama lagian kamu juga yang bilag kalo gak lolos anggap aja ini pengalaman.”
“kalian gak tau apa yang aku rasakan karena kalian lolos”
Mulai saat itu citra gak peduli lagi sama kita, dia pendiam dan tidak seceria dulu, banyak perubahan
padanya, dia kini tidak sesemangat dulu dalam belajar musik, bahkan selalu menutup telinga ketika
mendengar kata musik, jujur kita sedih bangat.
“begini apa?”
“lo pasti sedihkan lo gak lolos, tapi lo gak boleh nyerah. Lo juga jangan jauhin kita dong kita kan kangan
sama lo, kasian l yang selalu murung gitu, apa lo gak kangan sama kita?”
Sesaat citra terdiam. Sambil meneteskan air mata. Aku dan rey menghapus air matanya.
“lo gak boleh nangis, karena air mata lo adalah luka untuk kita, dan sebagai sahabat kita gak mau liat lo
gini terus, kita sayang sama lo.”
“iya maafin gue yah, gue janji gak akan murung lagi”
Aku dan rey segera memeluk citra, bahagia rasnya melihat citra bahagia lagi