Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah - CA Colon

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH CA COLON

Dosen Pembimbing :
Roni Setiawan, S.Kep., Ns. M.Kep

Disusun Oleh :
Cici Farochah (Nim : 2022035112)

MATA KULIAH SISTEM INFORMASI


PROGRAM STUDI KHUSUS S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul Makalah ini yang penulis
ambil adalah “CA COLON”.
Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Stikes Husada Jombang.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini,
diantaranya :
1. Pak Roni Setiawan, S.Kep., Ns. M.Kep
2. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun
makalah ini.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
pembuatan makalah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam
pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi
penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah
ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat
bagi semua pihak dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis
sehingga dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akan datang.

Jombang, Desember 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I KONSEP DASAR CA COLON................................................................
1.1 PENGERTIAN.............................................................................................
1.2 KLASIFIKASI.............................................................................................

1.3 ETIOLOGI...................................................................................................
......................................................................................................................
1.4 PATHWAYS/PATOFISIOLOGI................................................................
1.5 TANDA DAN GEJALA..............................................................................

1.6 PENATALAKSAAN...................................................................................
1.7 KOMPLIKASI.............................................................................................

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................


2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN :..........................................................
A. PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...........................................................
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................
2.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA HASIL,
INTERVENSI, RASIONAL ).........................................................................
BAB III STUDI KASUS.......................................................................................

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN : .........................................................


A. PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...........................................................
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................
3.1 PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA HASIL,
INTERVENSI, RASIONAL)..........................................................................
3.2 IMPLEMENTASI........................................................................................
3.3 EVALUASI..................................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................


DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB I
KONSEP DASAR CA COLON
1.1 PENGERTIAN
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu
pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas.
(FKUI, 2008)
Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk mneyerang jaringan biologis lainya,
baik dengan pertumbuhan langsung dijaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastatis). Pertumbuhan yang tidak
teratur ini meneyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi digen vital yang
mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainya. (Gale, 2000)
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal atau
neoplasma yang muncul dari jaringan epithalial dari colon. (Brooker, 2001)
Kanker kolon atau usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas
didalam permukaan usus besar atau rektum. (Boyle, 2000)
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh
pada kolon dan menginvasi jaingan sekitarnya. (Tambayong, 2000)
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahawa kanker
kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA
dan jaringan sehat disekitar colon (usus besar).
1.1 KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai
berikut. (FKUI, 2001)
a) Kelas A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis
b) Kelas B : penetrasi melalui dinding usus dibagi menjadi 2
1. B1 : kanker telah menilfiltrasi lapisan muskularis mukosa
2. B2 : kanker telah menembus lapisn muskularis sampai lapisan propia
c) Kelas C: infasi kedalam sistem limfe yang mengalur regional dibagi menjadi 2:
1. C1 : kaker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak
1 sampai 4 buah
2. C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih
dari 5 buah
d) Kelas D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penebaran yang luas dan tidak dapat dioperasi lagi.

1.2 ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon tidak di ketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi yaitu:
1. Riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga
2. Riwayat penyakit usus inflamasi
3. Diet tinggi lemak, protein, dan daging
4. Rendah serat berhubungan dengan karsinogen diet, dimana kekurangan serat
adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui
saluran usus menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen cukup lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah streroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.

1.3 PATHWAYS/PATOFISIOLOGI
Penyebab jelas kanker usu besar belum di ketahui secara pasti, namun pada
umumnya ada faktor predisposisi atau faktor yang ada di dalam individu tersebut
memicu sel kanker untuk berkembang
Faktor genetik : faktor genetik berpengaruh pada metilasi abnormal DNA,
metilasi sendiri berfungsi untuk menonaktifkan gen yang berbahaya dan metilasi
DNA ini berkorelasi dengan perkembangan tumor atau kanker pada manusia dan
menyebabkan perkembangan sel secara tidak beraturan (displasia) dan perubahan
satu jenis sel menjadi sel yang lainnya (metalapsia) dan terjadi peningkatan
jumlah sel pada organ tertentu yang bisa ditandai juga dengan pembesaran suatu
jaringan dan memicu resiko terjadinya kanker kolon. Pada tahap yang sudah
terminal bisa berinvasi ke jaringan lain seperti paru-paru dan terjadi penekanan
oleh tumor lalu sel kanker mengalami metastase melalui sistem sirkulasi masuk ke
paru-paru dan merusak jaringan paru-paru serta menurunkan ungsi dari paru-paru
sehingga memunculkan MK: Gangguan Pertukaran Gas yang juga
berhubungan dengan B1(BREATHING)
Usia lebih dari 40 th : Seiring bertambahnya usia pada individu fungsi
organ juga ikut menurun termasuk gerakan peristaltik di usus besar yang ikut
menurun dan berdampak pada metabolisme air,vit, serta ekskresi mucus dan fases
yang tertampung dalam kolon dan terpapar dengan sel karsinogen dan sel tersebut
akan meningkat atau berkembang (yang mengaktifkan sel kanker untuk
berkembang) lalu mengakibatkan kanker kolon. Pada tahap yang sudah terminal
bisa berinvasi ke jaringan lain dan efek dari penekanan oleh tumor seperti pada
pembuluh darah yang mengakibatkan pembengkakan atau distensi vena didaerah
anorektal karena terjadi penekanan dan terjadi pelebaran diamter pembuluh darah
karena otot-otot dinding pembuluh darah yang mengendur (vasodilatasi) karena
terus terjadi penekanan dan pembengkakan akhirnya pembuluh darah pecah dan
BAB becampur darah sehingga memunculkan MK: Resiko Hipovolemia yang
juga berhubungan dengan B2 (BLOOD)
KOLITIS ULSERATIF : Radang usus atau usus yang mengalami
inflamasi dan terjadi pada usus besar atau kolon. peradangan ini akan memicu sel
karsinogen untuk berkembang menjadi kanker kolon. Pada tahap yang sudah
terminal dapat berinvasi ke jaringan lainnya dan terjadi efek penekanan oleh
tumor yang menekan syaraf lokal pada bagian abdomen sehingga mengakibatkan
nyeri dangkal abdominal sehingga memunculkan MK: NAUSEA yang juga
berhubungan dengan B3(BRAIN)
CHORN : Peradangan kronis pada bagian gastrointestinal dan bisa terjadi
diseluruh sistem pencernaan mulai dari mulut hingga anus peradangan ini akan
memicu sel karsinogen untuk berkembang menjadi kanker kolon. Pada tahap
yang sudah terminal dapat berinvasi ke jaringan lainnya seperti infiltrasi langsung
ke dalam kandung kemih dan merusak jaringan kandung kemih yang
mengakibatkan menurunnya fungsi kandung kemih sehingga memunculkan MK:
GANGGUAN ELIMINASI URINE yang berhubungan dengan B4 (BLEDDER)
MEROKOK: Terdapat zat nikotin, tar dan sumber karsinogenik yang
masuk ke dalam saluran pernapasan bersamaan dengan O2 di dalam tubuh dan
menuju kolon yang menyebabkan peningkatan jumlah sel yang terjadi pada
dinding kolon (metalapsia) lalu terjadi penurunan gerakan peristaltik di usus
sehingga metabolisme usus melambat dan terjadi penumpukan pada kolon lalu
terpapar sel karsinogen dan meningkatkan pertumbuhan sel kanker sehingga
menjadi kanker kolon. Pada tahap yang sudah terminal dapat berinvasi ke
jaringan lainnya serta produk metabolit pada kanker dapat menyebabkan anorksia
yang menyebabkan perubahan rasa kecap serta efek samping dari kemoterapi juga
menurunkan asupan makanan yang mengakibatkan asupan nutrisi tidak adekuat
sehingga memunculkan MK: DEFISIT NUTRISI yang berhubungan dengan
B5(BOWEL)
KONSUMSI MAKANAN YANG RENDAH SERAT, BANYAK
LEMAK DAN PROTEIN : Mengakibatkan material pembentukan fases tidak
lembut akibatnya bahan makanan, mineral, cairan, elektrolit menumpuk di usus
terjadi penyumbatan pada usus dan peningkatan sel pada dinding usus sehingga
metabolisme usus melambat dan terjadi penumpukan pada kolon lalu terpapar sel
karsinogen dan meningkatkan pertumbuhan sel kanker sehingga menjadi kanker
kolon. Pada tahap yang sudah terminal dapat berinvasi ke jaringan lainnya dan
menyebabkan kerusakan jaringan vascular lokal dan mengakibatkan perdarahan
intestinal feses  bercampur darah dan terjadi anemia dan kelelahan sehingga
memunculkan MK: INTOLERANSI AKTIVITAS yang berhubungan dengan
B6 (BONE)
Kanker kolon sendiri dibagi dalam 4stadium. Jika sudah pada stadium akhir
kanker kolon dapat berinvasi pada jaringan lainnya dan cara penangannya adalah
dengan 2 cara yaitu : intervensi bedah kolostomi atau pembuatan lubang pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses setelah pasca pembedahan akan
meninggalkan luka pasca bedah jikat tidak dilakukan perawatan luka intensif akan
menimbulan MK: RESIKO INFEKSI cara yang lain adalah dengan melakukan
radiasi yang mengakibatkan supresi jaringan kulit (atau pertahanan yang
dilakukan terhadap benda asing yang ingin masuk) akibatnya terjadi MK:
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT CARA yang lain adalah dengan
kemotrapi yang mengakibatkan kepekaan sel-sel rambut sehingga rambut menjadi
rontok dan menimbulkan MK: GANGGUAN CITRA DIRI. Kanker kolon juga
mengakibatkan penumpukan feses pada kolon sigmoid akibatnya feses tertahan
dan terjadi MK: KONSTIPASI

Stadium pada pasien kanker kolon menurut (Hidayat, 2012) diantaranya :


1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan didinding
usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
3. Stadium III sel kanker sudah menyebar ke bagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau bahkan ke organ-organ lain.
Pathway
Faktor predisposisi

Faktor genetik Usia > 40 thn Kolisis ulseratif, Merokok Konsumsi makanan yang
penyakit crohn rendah serat, banyak
lemak dan protein
Metilasi Fungsi organ Zat nikotin,
abnormal dari tar, sumber
DNA karsinogenik Material pembentukan
Peristaltik usus
feses tidak lembut

Displasia Penurunan abs Masuk kedalam


saluran Bahan makanan,
air, vitamin,
pernafasan mineral, cairan,
Metaplasia ekskresi mucus
elektrolit menumpuk
dan feses
Berdifusi bersama di usus
Hyperplasi O2 &masuk
Tertampung
kedalam tubuh
dlm kolon Obstruksi usus
Preoplasia
Menuju kolon
Terpapar dengan Perubahan
sel karsinogen metaplasia pada
Penurunan
peristaltik usus dinding kolon
Meningkatkan
sel karsinogen Penurunan abs, vit, Sel-sel ganas
lemak, air, natrium, pada usus besar
& klorida terinfasif
Resiko infeksi
Ekskresi mukus
Perawatan Luka pasca bedah a. stadium 1 dan feses
luka tdk
intensif, post b. stadium 2 Tertumpuk
Pasca dalam colon
de entree c. stadium 3
pembedahan

d. stadium 4 Terpapar dengan


Gangguan Supresi
sel karsinogen
integritas kulit jaringan kulit
Intervensi bedah
kolostomi Meningkatkan
sel karsinogen
Gangguan atra diri

Kanker kolon Obstruksi pada


Rambut rontok kolon sigmoid
(kebotakan)

Konstipasi Feses tertahan


Meningkatnya Intervensi Invasi jaringan dan
kepekaan sel-sel radiasi dan efek kompresi oleh
rambut kemoterapi tumor

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Metastase Aliran balik ke Kompresi Infiltrasi Anoreksia Kerusakan


melalui system vena saraf lokasi langsung ke jaringan
sirkulasi hemoroidalis kandung kemih Asupan vaskular lokal
Nyeri dangkal nutrisi tdk
Masuk ke paru Vasodilatasi abdominal Merusak adekuat Perdarahan
& merusak jaringan di intestinal feses
jaringan paru Nyeri kandung kemih Defisit bercampur
hemoroid darah
nutrisi
Fungsi paru Tekanan Fungsi kandung anemia
menurun kemih menurun

Pembuluh Kelemahan
darah pecah
Ca paru
Aspek Intoleransi
BAB bercampur psikososial aktivitas
kematian darah
Diagnosa kanker
resiko
dan rencana
ketidakseimbangan
pembedahan
cairan

Gangguan respon
psikologik

Gelisah cemas

Ansietas
1.4 TANDA DAN GEJALA
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah
pada feses , konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia, dan
pendarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi. Kanker kolon kanan,
dimana isi kolon berupa cairan, censerung tetap tersamar hingga stadium lanjut.
Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan
feses masih encer. Anemia akibat pendarahan yang sering terjadi, dan darah
bersifat samar dan hanya dapat di deteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana
yang dapat dilakukan di kinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam
feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi
jarang pada pasien dengan stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
sebagai akibat iritasi dan respon reflex. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering
terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan
obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mocus maupun darah
segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah
kronik. Pertumbuhan pada sikmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh linfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih
dapat timbul sebagai akibat tekanan pada organ tubuh tersebut. Gejala yang
mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi, dan diare bergantian, serta feses berdarah.
1.5 PENATALAKSAAN
a. Farmakologi
Pengobatan medis untuk kanker kolonrectal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi adjufan, terapi ini biasanya diberikan selain pengobatan
bedah pilihan terapi adjufan mencakup kemoterapi, terpi radiasi, dan
immunoterapi.
Terapi adjufan standart diberikan pada kanker kolon kelas C adalah program
5-FU atau levamesole, pasien dengan kanker rectal kelas B dan C diberikan F-FU
dan metal CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.
Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode paraoperatif, intraoperatif
dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari
pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak
dioperasi atau ttidak dapat direseksi, radiasi digunakan untuk menghilangkan
gejala secara bermakna.
b. Pembedahan
Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira-kira 75% pasien dengan
kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik
dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangan untuk meminimalkan
luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunkaan sebgaia
pedoman dalam membuat keputusan dikolon dan massa tumor kemudian dieksisi.
Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelas B
serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D.
Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor menyebar
dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilaksanakan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut
a. Reseksi segmental dengan anastomisis
b. Reseksi abdomioperineal dengan kolostomi sigmoid permanent
c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomisis lanjut
dari kolostomi
d. Kolostomi permanent atau ileostomi
KOLOSTOMI
1. Pengertian Kolostomi
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam
kolon iliaka untuk mengeluarkan feses.
2. Jenis-jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu,
sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien
diantaranya :
a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tdak mungkin untuk defikasi secara normal Karen adanya keganasan,
perlengketan atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses keluar melalui anus lagi. Kolostomi permanen biasanya
berupa kolostomi single barel (dengan satu ujung lubang).
b. Kolostomi Temporere/Sementara
Pembuatan kolostomi ini biasanya bertujuan untuk dekompresi kolon atua
untuk mengalirakan feses sementara dan kemudian kolon akn dikembalikan
seperti semula dan b\abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini
mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut
dengan kolostomi double barrel
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa
kemerahan yang di sebut stoma. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya
masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemangsangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparotomi (pembukan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat berresiko
mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka.
Kantong/bag harus segera diganti dengan kantong yang baru jika telah terisi
feses atau jika kantong bocor dan feses cair mengotori abdomen. Juga harus
dipertahankan kulit disekitar stoma tetap kering, penting untuk menghindari
terjadinay iritasi pada kulit dan kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zalf/salep
atau segara dikonsultasikan pada dokter ahli. Pada pasien yang alergi mungkin
perlu dipikirkan untuk modifikasi kantong agar kulit tidak teriritasi.
c. Terapi Paliatif
Terapi paliatif bukan bertujuan menyembuhkan, tapi lebih pada mengatasi
gejala dan meningkatkan kualitas hidup.Pendekatannya adalah mengatasi gejala
simptomatik akibat penyakit kanker sendiri ataupun efek samping dari pengobatan
antikanker yang diterima pasien, misalnya kelelahan, nyeri, mual-muntah, diare
dan konstipasi, gangguan tidur, dsb. Beberapa intervensi pembedahan, radioterapi,
dan kemoterapi dapat diberikan baik untuk mengatasi gejala yang menganggu
maupun untuk memperpanjang usia harapan hidup pada kanker stadium lanjut
yang tidak dapat disembuhkan. Ketika sudah mendekati akhir, adalah penting
untuk membantu pasien menemui kematiannya dengan nyaman dan tenang, bila
perlu dengan menghentikan segala bentuk tindakan dan intervensi medis yang
tidak bermanfaat. (Alkaf, 2016)
1.6 KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada
lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :
1. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis, periotonitis sendiri adalah
peradangan pada lapisan dinding dalam perut yang disebabkan oleh infeksi
bakteri atau jamur.
2. Obstruksi pada usus besar atau penyumbatan yang terjadi pada usus besar jika
penyumbatan didalam usus tidak diobati maka makanan atau cairan yang telah
bercampur dengan asam lambung dan gas bisa menumpuk dilokasi
penyumbatan tersebut dan menimbulkan tekanan pada usus.hal ini dapat terjadi
karena Konsumsi makanan yang rendah serat, banyak lemak dan protein
sehingga Material pembentukan fases tidak lembut dan Bahan makanan,
mineral, cairan, elektrolit menumpuk di usus.
3. Pembentukan abses atau nanah ini dapat muncul di sekitar aderah kolostomi
bentuknya seperti jerawat yang apabila terpecah maka abses akan keluar. Disisi
lain abses adalah cairan yang kaya dengan protein dan sel darah putih yang
telah mati. Abses disebabkan oleh infeksi virus yang menginfeksi usus atau
setelah dilakukan pembedahan.
4. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina secara umum keberadaan
fistula menandakan adanya penyakit seperti gangguan saluran pencernaan pada
pemyakit radang usus.
5. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan efek dari penekanan oleh tumor seperti pada pembuluh darah yang
mengakibatkan pembengkakan atau distensi vena didaerah anorektal karena
terjadi penekanan dan terjadi pelebaran diamter pembuluh darah karena otot-
otot dinding pembuluh darah yang mengendur (vasodilatasi) karena terus
terjadi penekanan dan pembengkakan akhirnya pembuluh darah bisa pecah.
6. Peritonitis atau sepsis menyebabkan syok.sepsis sendiri adalah komplikasi
yang jarang terjadi namun sangat berbahaya dari suatu penyakit pada saat
tubuh terjadi infeksi .
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang rentan
terkena kanker kolonrektal di Indonesia umunya menyerang usia
lebih tua yaitu diatas usia 40 tahun lebih banyak dialami oleh laki-
laki daripada perempuan yang dipengaruhi salah satunya oleh gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol.
2. Keluhan Utama
Pada pengkajian ini pasien menceritakan tentang keluhan yang
dirasakan pasien, lama keluhan yang diderita, seberapa paham pasien
tentang penyakit yang diderita..
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang akan didapatkan perubahan
kebiasaan defekasi dan pasase darah dalam feses, gelaja dapat mencakup
anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat
badan dan keletihan. Pengkajian riwayat penyakit penting untuk
diketahui adanya riwayat infeksi pada kolon, kanker payudara, rahim
atau ovarium.
4. Riwayat penyakit tedahulu
Wawancara kepada pasien apakah dahulu pernah memiliki riwayat
penyakit berhubungan dengan system pencernaan.
5. Pengkajian riwayat keluarga terutama pada generasi terdahulu yang
memiliki riwayat kanker.
6. Pola nutrisi/metabolic
Mencakup pola kebiasaan, jenis, kesukan dan pantangan pasien terhadap
makanan dan cairan yang dia konsumsi.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Mengkaji sikap klien mengenali dirinya sendiri, persepsi klien tentang
kamampuan dan emosionalnya, bagaimana tanggapan klien tentang citra
diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri.
8. Kebutuhan Bersosial
Mengkaji bagaimana peran klien di lingkungan masyarkatnya dalam
memenuhi kebutuhan rasa memiiki dan kasih saying serta kebutuhan
akan rasa memiliki tempat di tengah kelompok atau masyarkat.
9. Kebutuhan Spiritual
Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan Tuhan dalam menemukan
arti diri dan tujuan hidupnya, selain itu perawat juga harus menghargai
apapun keyakinan yang dianut oleh klien supaya klien memberikan
keperyaannya sehingga perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan secara maksimal.
10. Aktivitas dan Pola Hidup
Pengkajian kebiasaan yang mendukung peningkatan resiko, seperti
merokok, komsumsi makanan rendah serat atau tinggi lemak
dan protein. Perawat juga mengkaji selama ada riwayat penyakit
tersebut apakah disertai adanya penurunan berat badan.
11. Pola Tidur dan Istirahat
Mencakup pola tidur pasien selama 24 jam, kualitas dan kuantitas tidur,
pola kognitif pasien preseptual dan keadekuatan alat sensori sperti
pengelihatan, perasa, pembau serta kemampuanya dalam berbahasa,
ingatan dan pembuatan keputusan.
A. PEMERIKSAAN FISIK.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada
pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker kolon, keluhan sangat
ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit sekarang dan fungsi segmen usus
tempat kanker kolon berlokasi. Pada survei umum terlihat lemah, TTV biasanya
normal tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi klinik, pada pemeriksaan fisik
fokus pada area abdomen dan rektum melalui :
a. B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan
produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering.
b. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien kanker. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg).
c. B3 (Brain)
Kanker menyebabkan kompresi syaraf lokal sehingga menimbulkan nyeri
pada dangkal abdominal, Nyeri sendiri timbul yang disebabkan oleh salah satu
faktorna dari pikiran seseoarng itu sendiri. Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya
d. B4 (Bladder)
Setelah terkenan kanker dan mengalami terapi klien mungkin mengalami
inkontinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk megandalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural serta Invasi dari
jaringan karsinogen dan efek kompresi oleh tumor. Kadang kontrol sfingter urine
eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan katerisasi
intermiten dengan teknik steri. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas
e. B5 (Bowel)
Didapatkan perubahan rasa kecap, mual, muntah serta efek samping dari
kemoterapi juga menurunkan asupan makanan yang mengakibatkan asupan nutrisi
tidak adekuat sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi
f. B6 (Bone)
Pada tahap yang sudah terminal dapat berinvasi ke jaringan lainnya dan
menyebabkan kerusakan jaringan vascular lokal dan mengakibatkan perdarahan
intestinal feses  bercampur darah dan terjadi anemia yang bisa menyebabkan
kelelahan pucat dan turgor kulit akan buruk. Adanya kesulitan beraktivitas karena
kelemahan serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.

2.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Prosedur diagnostik paling peting untuk kanker kolon adalah :
a. Pengujian darah samar untuk mengetahui atau tidaknaya darah dalam tinja
b. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu
dilakukan biopsi
c. Enema barium
Pemeriksaan ini bertujuan menunjang diagnosis kanker kolon dengan cara
memasukan cairan barium ke usus besar melalui dubur, kemudian siluet
bayanganya dipotrt dengan alat rontgen. Jika ditemukan tumor maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan kolonoskopi.
d. Ultrasonografi (USG)
Merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
metastatis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
e. Kolonoskopi
Merupakan pemeriksaan yang relatif aman, tetapi tidak menyenangkan
karena dilakukan dengan mengambil jaringan yang akan diperiksa
dilabolatorium patologi. Pada pemeriksaan ini digunakan alat endoskopi
fiberoptik yang dapat melihat kondisi di sepanjang usus besar, memotretnya
lalu melakukan biopsy bila tumor ditemukan.
f. Pemeriksaan Antigen Karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan,
meskipun mungkin bukan indicator yang dapat dipercaya dalam
mengdiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang umum muncul:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ekspansi paru
2. Resiko hipovolemia berhubungan dengan gangguan obserbsi cairan.
3. Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdominal
4. Gangguan eliminasi urine berhuungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak bugaran status fisik
7. Risiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terapi radiasi
9. Gangguan citra diri berhubungan dengan efek tindakan pengobatan
10. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.

2.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA


HASIL, INTERVENSI, RASIONAL )

Diagnosa 1 : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan


kemampuan ekspansi paru.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 1 x 24 jam pasien
menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan
Kriteria hasil :
1. Memperlihatkan peningkatan ventilasi dan oksigenisasi yang adekuat
(Pamela, 2001).
a. Ph : 7,35-7,45
b. paCO2 : 35-45 mmHg
c. paO2 : 80-95mmHg
d. Saturasi O2 : 95-99%
e. HCO3 : 22-26 mEq/L
2. Tidak adanya dyspnea
N Intervensi Rasional
o
1. Obserasi status pernafasan Dyspnea merupakan mekanisme
dengan sering. Catat kompensasi adanya tahanan jalan
peningkatan frekuensi atau nafas
upaya pernafasan atau
perubahan pola nafas
2. Catat atau tidak adanya bunyi Bunyi nafas dapat menurun tidak
tambahan misalnya, krekels sama atau tidak ada pada area
dan mengi yang sakit. Kerkels adalah buktu
adanya peningkatan cairan dalam
area jaringan sebagai akibat
peningkatan permeabilitas
membrane alveolar kapiler.
Mengi adalah bukti adanya
tahanan atau penyempitan jalan
nafas sehubungan dengan
mukus/edema serta tumor
3. Observasi adanya sianosis Penuurunan oksigen bermakna
terjadi sebelum sianosis. Sianosis
sentral dari “organ” hangat.
Contohmya lidah, bibir, daun
telinga adalah paling indikatif
4. Kolaborasi pemberian Memaksimalkan sediaan oksigen
oksigen lembab sesuai untuk pertukran
indikasi

Diagnosa 2 : risiko hipovolemia berhubungan dengan gangguan obserbsi cairan


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 1 x 24 jam pasien tidak
kekurangan dalam pemenuhan volume cairan tubuh.
Kriteria hasil :
1. Tekanan darah : Sistol 110-120 mmHg dan diastole 80-85 mmHg
2. Nadi 60-80 x/menit
3. Akar hangat, tidak keluar keringat dingin
4. Perdarahan post partum kurang dari 100 cc
No Intervensi Rasional
.
1. Monitor vital sign Mengetahui keadaan umum klien
2. Observasi adanya tanda- Mengidentifikasi perubahan-
tanda syok hipovolemik perubahan yang terjadi pada
keadaan umum pasien terutama
untuk mengetahui adakah tanda-
tanda syok hipovolemik
3. Monitor intake dan output Membantu dala menganalisa
keseimbangan cairan dan derajat
kekurangan cairan
4. Anjurkan klien untuk Mengganti kehilangan cairan
meningkatkan intake
cairam sedikitnya 5 gelas
sehari
5. Kolaborasi pemberian Membantu kebutuhan cairan dalam
cairan intravena tubuh

Diagnosa 3 : nasuea berhubungan dengan peningkatan penekanan


intraabdomen
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam pasien
secara subjektif melaporkan masalah cemas berkurang.
Kriteria hasil :
1. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
2. Pasien dapat mendemontrasikan keterampilan pemecahan masalahnya dan
perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
3. Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan dibawah
sadar.
4. Pasien dapat rileks dan tidur atau istirahat dengan baik.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor respons fisik, seperti Digunakan dalam mengevaluasi
kelemahan, perubahan tanda-tanda derajat atau tingkat kesadaran atau
vital, gerakan yang berulang-ulangkonsentrasi, khususnya melakukan
serta catat kesesuaian verbal dan komunikasi verbal. Pada kondisi
non verbal selama komunikasi klinik, pasien biasanya merasa sedih
akibat diagnosis penyakit dan
rencana pembedahan
2. Anjurkan pasien dan keluarga Memberikan kesempatan untuk
untuk mengungkapkan dan berkonsentrasi, kejelasan dari rasa
mengekspresikan rasa takutnya takut dan mengurangi cemas yang
berlebihan
3. Berikan dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antar
perawat dan pasien akan mempengaruhi
penerimaan pasien dengan pembedahan,
aktif mendengar semua kekhawatiran
dan keprihatinan pasien adalah bagian
penting dari evaluasi praoperatif.
Keterbukaan mengenai tindakan bedah
yang akan dilakukan, pilihan anastesi,
dan perubahan atau kejadian pasca
operatif yang diharapkan akan
menghilangkan banyak ketakutan tak
berdasar pada anastesi
4. Bantu pasien meningkatkan citra Perubahan yang terjadi pada citra
tubuh dan beri kesempatan pasien tubuh san gaya hidup sering
untuk mengungkapkan terganggu, oleh karena itu pasien
perasaannya memerlukan dukungan empatis
dalam mencoba menyesuaikannya,
oleh karena stoma ditempatkan pada
abdomen, pasien dapat berfikir
bahwa seiap orang akan melihat
ostomi. Perawat dapat membatu
mengurangi ketakutan ini dengan
memberikan informasi actual tentang
prosedur pembedahan dan
pembentukan, serta penatalaksanaan
ostomi
5. Hadirkan pasien yang pernah Berdiskusi dengan individu yang
dilakukan kolostomi berhasil menghadapi kolostomi
sering membantu menurunkan
kecemasan prabedah
6. Berikan privasi untuk pasien dan Memberi waktu untuk
orang terdekat mengekspresikan perasaan
menghilangkan cemas dan prilaku
adaptasi, adamya keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien
melayani aktivitas dan pengalihan
akan menurunkan perasaan terisolasi
7. Kolaborasi : Meningkatkan relaksasi dan
Berikan anticemas sesuai menurunkan kecemasan
kondisinya, contohnya diazepam

Diagnosa 4 : nyeri akut berhubungan dengan intestinal dan respon pembedahan


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam pasca
bedah nyeri yang dirasakanpasien berkurang .
Kriteria hasil :
1. Pasien tidak mengeluh nyeri dan tidak tampak meringis
2. Skala nyeri berkurang dan dalam batas normal 0-1
3. TTV dalam batas normal
TD : Sistol 120-140 mmHg
Diastol 60-90 mmHg
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36-37o C
RR : 16-20 x/menit
No INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan untuk mengurangi rasa prinsip nonfarmalogis dan
nyeri farmalogis dapat membantu
mengurangi nyeri.
2. Lakukan manjemen nyeri
keperawtan, meliputi :
a. Observasi nyeri dengan a. Pendekatan PQRST dapat
pendektan PQRST secara komperhensif menggali
kondisi nyeri pasien, apabila
pasien mengalami skala nyeri 3-
4 maka keadaan ini merupakan
yang perlu diwaspadai karena
memberikan manifestasi klinik
yang bervariasi dari komplikasi
b. Beri oksigen nasal apabila skala pascabedah reseksi kolon
nyeri >3 b. Pemberian oksigen dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada saat pasien
mengalami nyeri pascabedah
yng dapat menganggu kondisi
c. Atur posisi pasien pada saat hemodinamik.
terasa nyeri c. Pengaturan posisi semiflower
dapat membantu menurunkan
stimulus nyeri dari luka
d. Ajarkan pasien teknik relaksasi pascabedah.
(nafas dalam) dan distraksi d. Meningkatkan intake oksigen
(pengalihan fokus nyeri) pada sehingga akan menurunksn
saat nyeri muncul nyeri sekunder dengan
merelaksasikan otot-otot yang
tegang dan berguna untuk
e. Lakukan manajemen sentuhan penurunan penggunaan oksigen
lokal..
e. Manejemen sentuhan pada
saat nyeri berupa sentuhan
dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri
3. Observasi TTV pasien setiap 3 jam Bertujuan untuk mengetahui
pengukuran tanda-tanda vital
yang dapat berhubungan dengan
nyeri yang diderita pasien.
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter Kolaborasi dengan dokter dalam
untuk pemberian obat analgesik pemberian analgesic sangat
penting untuk kesembuhan pasien
dari rasa nyeri.

Diagnosa 5 : Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan


mengabsorbsi nutrien
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam pasien
pasca bedah intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat menunjukan metode menelan makanan yang tepat dan
benar
2. Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi : odinofagia
berkurang, pirosis berkurang,
3. RR dalam batas normal 16-20 x/menit
4. Berat badan pada hari ke 7 pascabedah meningkat

No. INTERVENSI RASIONAL


Intervensi dengan pembedahan
1. Pemasangan NGT Pasien pascabedah tidak mungkin
diperbolehkan untuk makan melalui
oral dikarenakan system pencernaanya
dalam kondisi pasca bedah maka harus
dipasang NGT untuk pemenuhan
nutrisi pasien.
2. Berikan diet pra bedah Diet tinggi kalori, rendah residu
biasanya diberikan beberapa hari
sebelum pembedahan bila waktu dan
kondisi pasien memungkinkan.
Apabila tidak terdapat
kegawatdaruratan tindakan praoperatif
dilakukan serupa dengan pembedahan
abdomen umumnya
3. Observasi kondisi dan toleransi Parameter penting adalah dengan
gastrointestinal pasca reseksi kolon melakukan auskultasi bsising usus,
apabila didapatkan bising usus artinya
fungsi gastrointestinal sudah pulih
pasca ansietas umum.
4. Lakukan perawatan mulut Intervensi ini bertujuan untuk
menurunkan resiko infeksi oral pada
pasie dengan gangguan menelan dan
terpasang NGT.
5. Lakukan kolaborasi dengan ahli Ahli gizi harus terlibat dalam
gizi untuk menentukan jenis nutrisi penentuan komposisi dan jenis
yang baik bagi pasien makanan yang akan diberikan sesuai
dengan kebutuhan pasien.

Diagnosa 6 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakbugaran


status fisik
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 2 x 24 jam klien
memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Kriteria hasil :
1. Perilaku menampakkan diri untuk memenuhi kebutuhan diri
2. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu
3. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik
No. Intervensi Rasional
1. Rencanakan periode istirahat yang Mengurangi aktivitas
cukup yang tidak
diperlukan dan
energi terkumpul
dapat digunakan
untuk aktivitas yang
seperlunya
2. Berikan latihan aktivitas secara Tahapan tahapan
bertahap yang diberikan
membantu proses
aktivitas secara
perlahan dengan
menghemat tenaga
namun tujuannya
tepat
3. Bantu pasien dalam memenuhi Mobilisasi dini
kebutuhan sesuai kebutuhan mengurangi
pemakaian energi
sampai pasien pulih
kembali

Diagnosa 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan


Tujuan : dalam waktu 5 x 24 jam tidak terjadi infeksi dan terjadi perbaikan
pada intergritas jaringan lunak pada luka akibat pembedahan.
Kriteria hasil:
1. Jahitan dilepas pada hari ke 5 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan
2. Leukosit dalam batas normal
3. TTV dalam batas normal
TD : Sistol 120-140 mmHg
Diastol 60-90 mmHg
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36-37o C
RR : 16-20 x/menit
No INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi jenis pembedahan dan apakah Mengidentifikasi adanya kemajuan
adanya perhatian khusus dari tim dokter atau penyimpangan dari tujuan yang
bedah dalam melakkan perawatan luka diharapkan
2. Buat kondisi balutan dalam keadaan Kondisi bersih dan kering akan
bersih dan kering mneghindari kontaminasi kuman dan
mempercepat penyembuhan
3. Lakukan perawatan luka :
1. Lakukan perawatan luka streril pada 4. Perawatan luka sebaiknya tidak
hari kedua pasca bedah dan diulang dilakukan setiap hari untuk
setiap 2 hari sekali menurunkan kontak tindakan
dengan luka yang kondisi steril
sehingga mencegah kontaminasi
kuman pada luka bedah.
5. Drain pasca bedah merupakan
material yang menjadi jalan
2. Lakukan perawatan pada sekitar masuknya kuman. Perawat
drain melakukan perawatan luka setiap
hari atau disesuaikan dengan
kondisi pembalut drain, apabila
kotor maka harus diganti
6. Pembersihan debris dan kuman
di sekitar luka dengan
mengoptimalakan kelebihan dari
iodine providum sebagai
antiseptic dan dengan arah dari
3. Bersihkan luka drainase dengan dalam keluar sehingga dapat
cairan antiseptic jenis iodine mencegah kontaminasi kuman
providum dengan cara swobbing dari kejaringan luka.
arah dalam keluar.

4. Bersihkan bekas sisa iodine providium Antiseptic iodne providum


dengan alcohol 70% atau normal salin mempunyai kelemahan dalam
dengancara swobbing dari arah dalam menurunkan proses epilesasi
keluar jaringan sehingga memperlambat
pertumbuhan luka, maka harus
dibersihkan dengan alcohol atau
normal salin
5. Tutup luka dengan kain kasa steril dan Penutupan secara menyeluruh dapat
tutup dengan plester adhesive yang menghindari kontaminasi dari benda
menyeluruh menutupi kasa atau uadara yang bersentuhan
dengan luka bedah
6. Angkat drainase pascabedah sesuai Pelepasan sesuai indikasi bertujan
anjuran medis untuk menurunkan resiko infeksi
7. Kolaborasi dalam penggunaan antibiotik Antibiotik injeksi diberikan selama 3
hari pascabedah yang kemudian
dilanjutkan antibiotic oral sampai
jahitan dilepas. Peran perawat
mengkaji adanya reaksi dan riawayat
alergi antibiotik, serta memberikan
antibiotik sesuai intruksi dokter.

Diagnosa 8 : Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan dengan Insisi Bedah


(Abdomen dan Perianal).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi
Kriteria hasil : Klien melaporkaan lukanya sudah sembuh atau mulai sembuh atau
mengering
No. Intervensi Rasional
1. Observasi luka, catat karakteristik Perdarahan pascaoperasi paling
drainase sering terjadi selama 48jam pertama
dimana infeksi dapat terjadi kapan
saja
2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, Sejumlah besar drainase serosa
gunakan teknik aseptic menuntut penggantian dengan sering
untuk menurunkan iritasi kulit
3. Dorong posisi miring dengan Meningkatkan drainase dari luka
kepala tinggi, hindari duduk lama parineal atau drain menurunkan
resiko pengumpulan. Duduk lama
meningkatkan tekanan parineal,
menurunkan sirkulasi keluka,
memperlambat penyembuhan
4. Kolaborasi irigasi luka sesuai Diperlukan untuk menginflamasi
indikasi, gunakan cairan garam atau infeksi praoperasi atau
faal, larutan hidrogen peroksida, kontaminasi intraoperasi
atau larutan antibiotic
5. Kolaborasi rendam duduk Meningkatkan kebersihan dan
memudahkan penuembuhan

Diagnosa 9 : Gangguan citra diri berhubungan dengan efek tindakan


pengobatan
Tujuan : pasien memikir presepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh
Kriteria hasil :
1. Pasien melaporkan kepuasaan terhadap penampilan dan fungsi tubuh
2. Memiliki keinginan untuk myentuh bagian tubuh yang mengalami
gangguan
3. Menggambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh

No. Intervensi Rasional


1. Kaji dan dokumentasikan Faktor yang mengidentifikasikan
respons verbal dan non verbal adanya gangguan presepsi pada citra
pasien tentang tubuhnya tubuh
2. Observasi harapan pasien Mungkin realita saat ini berbeda
tentang gambaran tubuh dengan yang idharapkan klien
sehingg klien tidak menykai
keadaan fisiknya
3. Dengarkan pasien dan keluarga Meningkatkan perasaan berarti,
secara aktif, dan akui realitas memudahkan saran koping dan
adanya perhatian terhadap mengurangi kecemasan
perawatan, kemajuan dan
prognosis
4. Berikan perawatan dengan cara Menciptakan suasana saling
yang tidak menghakimi, jaga percaya, meningkatkan harga diri
privasi dan martabat pasien. dan perasaan berarti dalam diri
pasien
Diagnosa 10 : konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan kepeerawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan
ketepatan jumlah dan konsistensi
Kriteria Hasil : klien melaporkan sudah dapat BAB dengan teratur
No. Intervensi Rasional
1. Pastikan membiasakan defekasi Membantu dalam jadwal irigasi
pasien dengan gaya hidup efektif untuk pasien dengan
sebelumnya kolostomi
2. Observasi gerakan usus, warna, Indikator kembalinya fungsi GI,
konsistensi, dan jumlah mengidentifikasi ketepatan
intervensi
3. Berikan pelunak fases, Mungkin perlu untuk merangsang
supositoria gliserin sesuai peristaltik dengan perlahan/evekasi
indikasi feses
BAB III
STUDI KASUS
Ny T masuk RS dr. Soetomo pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 09.00
WIB dengan keluhan nyeri pada perut bagian kuadran IV, tidak nafsu makan
dan juga nyeri sedang saat BAB. Pasien masuk rumah sakit dengan kondisi Ca
Colon. Pasien mengatakan nyeri kurang lebih 1 bulan yang lalu. Hasil
pemeriksaan fisik tingkat kesadaranya Composmentis, TD 130/80 mmHg, Nadi
80x/menit, Suhu 370C via aksila, dan RR 24 x/menit. Nyeri dirasakan pada
skala 5 dengan conjungtiva anemis, distensi abdomen, nyeri tekan diabdomen.
(Wendi, 2011)
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal pengkajian : 20 Maret 2017
Jam pengkajian : 10.00 WIB
Ruang : Bedah
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Ny.T
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Sudarjo 45 Surabaya
Tanggal MRS : 20 Maet 2018
Jam MRS : 09.00 WIB
Diagnosa Medis : CA Colon post operasi
No. Register : D314649
b. Identitas Penangung Jawab
Nama : Tn.G
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Hub. dgn pasien : Suami
Alamat : Jl. Sudarjo 45 Surabaya
c. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kuadran IV saat BAB.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan dalam waktu
belakangan ini dan perubahan fases terdapat darah dan juga nyeri
sedang saat BAB.
e. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan pernah terdiagnosa tumor jinak pada usus besar.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ibunya pernah memiliki riwayat kanker kolon.
g. Pola Nutrisi/metabolik
Pola hidup yang dijalani kurang sehat, seperti mengkonsumsi alkohol,
kurang berolahraga, makanan tidak bersih. Selain itu juga faktor berat
badan yang mengalami obesitas.
h. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien mengatakan kurang perduli dengan kesehatan dirinya sendiri,
bahkan beliau tidak menghiraukan bahwa terdapat factor genetic
terserang kanker kolon dari orang tuanya.
i. Kebutuhan Bersosial
Peran pasien dalam masyarakat sebagai seseorang yang aktif dalam
organisasi masyarakat. Dalam keluarga ia selalu merawat keluarganya
dengan penuh rasa sayang.
j. Kebutuhan Spiritual
Hubungan pasien dengan Tuhan berjalan dengan baik dan pasien
mengatakan akan berserah diri atas apa yang sudah terjadi pada diriya.
k. Aktivitas dan Pola Hidup
Pasien kurang memperhatikan kesehatan diri dan berpola hidup yang
tidak bersih dan sehat, seperti merokok, komsumsi makanan rendah
serat atau tinggi lemak, makanan yang tidak bersih pengolahanya,
dan disertai dengan adanya penurunan berat badan.
l.Pola Tidur dan Istirahat
Klien mengeluh sulit untuk tidur karena merasakan nyeri pada
bagian abdominal akibat adanya luka kolostomi pasca bedah serta
mengalami ansietas akibat kanker yang dideritanya.
PEMERIKSAAN FISIK
a) B1 (Breathing)
Klien mengalami batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
terdengar suara ronki, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernafasan.
b) B2 (Blood)
Tekanan darah pada klien dengan kanker kolon biasanya terjadi peningkatan
dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).
c) B3 (Brain)
Nyeri pada dangkal abdominal, nyeri sendiri timbul yang disebabkan oleh
salah satu faktor dalam pikiran, kesadaranya Composmentis.
d) B4 (Bladder)
Pasien mengalami inkontinensia urine akibat efek samping dari kemoterapi
dan ketidakmampuan untuk megandalikan kandung kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural serta Invasi dari jaringan karsinogen dan efek
kompresi oleh tumor.
e) B5 (Bowel)
Pasien mengalami perubahan rasa kecap, mual, muntah dari efek samping
dari kemoterapi, asupan nutrisi kurang sehingga dipasang NGT
pascaoperasi.
f) B6 (Bone)
Pasien mengalami perdarahan intestinal feses  bercampur darah pada luka
kolostomi, anemia, kelelahan pucat dan turgor kulit akan buruk, dan tidak
dapat beraktifitas secara normal.
ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Problem

Data Subjektif: Pembedahan Resiko Infeksi


1. Px mengeluh nyeri perut,
nyeri jika saat BAB
2. 2.Px mengatakan tidak
nafsu makan
3. 3.Px mengatakan nyeri
kurang lebih 1 bulan yag
lalu.
4. Px mengatakan nyeri skala
5

Data Objektif:

1. Perdarahan 400cc dengan


Hb pre-operasi 12,3%
2. tingkat kesadaaran
Composmentis.
3. TD: 120/80 mmHg, nadi:
80x/menit, Suhu: 37°C via
aksila, RR: 24x/menit.
4. Konjungtiva anemis,
distensi abdomen, dan
nyeri tekan di abdomen.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum: Lemah


b. Tingkat kesadaran: Composmentis.
c. Tanda- tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37°C via aksila
d. Anthropometri
TB : 150 cm.
BB : 44Kg.
e. Kepala : bentuk kepala mesoshepal, kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe, rambut hitam bergelombang.
f. Mata : konjungtiva anemis.
g. Hidung : bentuk simetris, fungsi penciuman baik,tidak ada epitaksis, tidak
ada pernapasan cuping hidung.
h. Mulut : Mulut bibir tidak sianosis, mukosa mulut lembab berwarna merah
muda, tidak ada stomatitis, susunan gigi rapi, lengkap dan bersih.
i. Leher : Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, trakea lurus,
fungsi menelan baik.
j. Abdomen : bentuk perut datar, terdapat stoima pada kuadran kiri bawah,
warna merah muda.
Auskultasi: bising usus 4x/menit.
Palpasi: tidak teraba pengerasan VU, tidak teraba pembesaran hepar dan
usus besar
Perkusi :tymphani
k. Ekstremitas Atas: tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm, capilary refill
ka=ki ≤ 2 detik, tangan kanan dan kiri tidak ditemukan edema dan
sianosis.
l. Genetalia: terpasang dower chateter ukuran 16, pada anus teraba benjolan.

3.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Tanggal pemeriksaan: 21 maret 2017
HEMATOLOGY
Parameter Hasil Satuan
Hemoglobin 12,20 %
Hematrokit 37,3 %
Eritrosit 4,26 Juta/mmk
MCH 28,6 Pg
MCV 87,5 Fl
MCHC 32,7 g/dl
Leukosit 12,9 Ribu/mmk
LAJU ENDAPAN DARAH
LED 1 jam 23 mm
LED 2 jam 49 mm
Trombosit 372 Ribu/mmk

Albumin 3,3 gr/dl

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan ditandai dengan luka
kolostomi berwarna kemerahan, sedikit membengkak dan melebar.

3.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA


HASIL, INTERVENSI, RASIONAL)
No. Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Resiko infeksi Setelah diberikan 1. Kaji jenis pembedahan Mengidentifikasi adanya
berhubungan asuhan dan apakah adanya kemajuan atau penyimpangan
dengan keperawatan perhatian khusus dari tim dari tujuan yang diharapkan
pembedahan, selama 5x 24 dokter bedah dalam 1. Kondisi bersih dan kering
ditandai jam, tidak terjadi melakkan perawatan luka akan mneghindari
dengan : infeksi dan terjadi 2. Buat kondisi balutan kontaminasi kuman dan
-luka kolostomi perbaikan pada dalam keadaan bersih dan mempercepat penyembuhan
berwarna intergritas kering
kemerahan, jaringan lunak
-Sedikit pada luka akibat 3. Lakukan perawatan 4. Agar luka cepat sembuh
membengkak
dan melebar. pembedahan. luka : maka perlu diperhatikan :
dengan kriteria 4. Lakukan perawatan 5. Perawatan luka sebaiknya
hasil : luka streril pada hari tidak dilakukan setiap
1. Jahitan dilepas kedua pasca bedah dan hari untuk menurunkan
pada hari ke 5 diulang setiap 2 hari kontak tindakan dengan
tanpa adanya sekali luka yang kondisi steril
tanda-tanda sehingga mencegah
infeksi dan kontaminasi kuman pada
peradangan 5. Lakukan perawatan luka bedah.
pada area luka pada sekitar drain 6. Drain pasca bedah
pembedahan merupakan material yang
2. Leukosit menjadi jalan masuknya
dalam batas kuman. Perawat
normal melakukan perawatan
3. TTV dalam luka setiap hari atau
batas normal : disesuaikan dengan
TD : 130/80 kondisi pembalut drain,
mmHg 6. Bersihkan luka drainase apabila kotor maka harus
N : 80x /menit dengan cairan antiseptic diganti.
R : 22x /menit jenis iodine providum 7. Pembersihan debris dan
T : 36 C 0
dengan cara swobbing kuman di sekitar luka
dari arah dalam keluar. dengan mengoptimalakan
kelebihan dari iodine
providum sebagai
7. Bersihkan bekas sisa antiseptic dan dengan
iodine providium dengan arah dari dalam keluar
alcohol 70% atau normal sehingga dapat mencegah
salin dengan cara kontaminasi kuman
swobbing dari arah dalam kejaringan luka.
keluar 8. Antiseptic iodne
providum mempunyai
kelemahan dalam
8. Tutup luka dengan menurunkan proses
kain kasa steril dan tutup epilesasi jaringan
dengan plester adhesive sehingga memperlambat
yang menyeluruh pertumbuhan luka, maka
menutupi kasa harus dibersihkan dengan
9. Angkat drainase alcohol atau normal salin
pascabedah sesuai 9. Penutupan secara
anjuran medis menyeluruh dapat
10.Kolaborasi dengan menghindari kontaminasi
dokter dalam penggunaan dari benda atau uadara
antibiotik. yang bersentuhan dengan
luka bedah
10. Pelepasan sesuai indikasi
bertujan untuk
menurunkan resiko
infeksi
11. Antibiotik injeksi
diberikan selama 3 hari
pascabedah yang
kemudian dilanjutkan
antibiotic oral sampai
jahitan dilepas. Peran
perawat mengkaji adanya
reaksi dan riawayat alergi
antibiotik, serta
memberikan antibiotik
sesuai intruksi dokter.

3.5 IMPLEMENTASI

No. Hari, Diagnosa Implementasi TTD


Tanggal, Keperawatan
Jam

1. Resiko infeksi 1. Mengkaji jenis pembedahan dan


berhubungan dengan apakah adanya perhatian khusus dari
pembedahan, tim dokter bedah dalam melakkan
ditandai dengan : perawatan luka
-luka kolostomi 2. Membuat kondisi balutan dalam
berwarna kemerahan, keadaan bersih dan kering
-Sedikit 3. Melakukan perawatan luka :
membengkak dan 11. Melakukan perawatan luka streril
melebar. pada hari kedua pasca bedah dan
diulang setiap 2 hari sekali
12. Melakukan perawatan pada sekitar
drain
13. Membersihkan luka drainase dengan
cairan antiseptic jenis iodine
providum dengan cara swobbing dari
arah dalam keluar.
4. Membersihkan bekas sisa iodine
providium dengan alcohol 70% atau
normal salin dengan cara swobbing
dari arah dalam keluar
5. Menutup luka dengan kain kasa
steril dan tutup dengan plester
adhesive yang menyeluruh menutupi
kasa
6. Mengangkat drainase pascabedah
sesuai anjuran medis
7. Memberikan antibiotic sesuai
dengan intruksi dokter.

3.6 EVALUASI

No. Hari, Diagnosa Evalusai TTD


Tanggal, Jam Keperawatan

1. Resiko infeksi S: Pasien mengatakan sudah tidak


berhubungan dengan merasakan nyeri pada erea luka
pembedahan, O: Tidak tampak adanya tanda
ditandai dengan : tanda infeksi. Saat pembersihan
luka wajah tampak tenang,tidak
-luka kolostomi
meringis. Luka sudah tampak
berwarna kering dan bagus
kemerahan,
A: Masalah teratasi
-Sedikit
P: Pertahankan Intervensi
membengkak dan
melebar. Catatan : Pasien pulang

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kanker colon adalaah suatu kanker yang berada di usus besar (colon).
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setalah kanker
paru-paru (ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena
penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Pembedahan
adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kanker colon yang sudah berstadium
lanjut.
Penyebab dari kanker colon belum diketahui secara pasti. Diet dan
pengurangan waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feses) yang meliputi
faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang dapat dianjurkan
B. SARAN
Kepada pembaca diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memahami
dan mempratekkan dalam kehidupan sehari-hari ketika menghadapi penderita
kanker colon selain itu diharapkan keritik dan saranya supaya makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Tindakan yang mampu dilakukan agar tidak terkena kanker colon
yaitu salah satunya mengurangi makanan yang tidak mengandung zat kimia yang
berlebihan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ghofa, A. (2015). Cara Mudah Menganal dan Mengobati Kanker . Jogjakarta:
Flamingo.

Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan .


Jogjakarta: Gosyen Publishing.

Manuaba, T. W. (2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010.


Jakarta: Sagung Seto.

Otto, S. E. (2007). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakrta: Buku Kedokteran


EGC.

Supriyanto, W. (2014). Kanker deteksi dini, pengobatan dan penyembuhannya.


Jogjakarta: Parama Ilmu.

Tilong, A. D. (2014). Waspada penyakit-penyakit mematikan tanpa gejala


menyolok. Jogjakarta: Buku Biru.

Doenges, M. E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: buku


kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai