1712 4851 2 PB
1712 4851 2 PB
1712 4851 2 PB
Print- ISSN-1978-6107
Received :14-03-2020
Accepted :18-04-2020
Available online :31-05-2020
ABSTRAK
Dalam proses penilaian pengetahuan siswa pada Sekolah Dasar Negeri 1 Kota Ternate masih
menggunakan software MS excel dan membutuhkan waktu kurang lebih 2 sampai 4 hari,
sehingga dianggap kurang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Jaringan Syaraf
Tiruan Perceptron agar memudahkan pekerjaan penilaian Guru di SD Negeri 1 Kota Ternate.
Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu sistem pemrosesan informasi yang didesain dengan
meniru cara kerja otak manusia dalam menyelesaikan suatu masalah secara cepat dan tepat.
Dalam pengolahan penilaian dengan algoritma perceptron, dibutuhkan data pelatihan (training)
dan pengujian (testing) untuk mengklasifikasikan data hasil belajar siswa. Metode
pengembangan sistem yang digunakan yaitu prototype. Pengujian sistem dilakukan dengan
metode white box. Data yang digunakan adalah data klasifikasi hasil belajar siswa pada ranah
pengetahuan yakni Hasil Penilaian Harian (HPH), Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS), dan
Hasil penilaian Akhir Semester (HAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keakuratan
tertinggi terjadi di perlakuan awal dengan akurasi yang diperoleh sebesar 96%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sistem Jaringan Syaraf Tiruan dengan algoritma Perceptron dapat
diimplementasikan untuk penilaian siswa pada kurikulum 2013.
.
Kata Kunci: Jaringan syaraf tiruan, algoritma perceptron, klasifikasi, akurasi, kurikulum
ABSTRACT
In the process of student assessment in SD Negeri 1 Kota Ternate, they still use MS Excel software
and it takes approximately 2 to 4 days, so it is assumed to be less effective. This study aims to
apply the Perceptron Artificial Neural Network to facilitate the work of teacher assessment in SD
Negeri 1 Kota Ternate. Artificial neural network is an information processing system that is
designed to mimic the workings of the human brain in solving problems quickly and accurately.
In processing the assessment using the perceptron algorithm, training data and testing are
needed to classify student learning outcomes data. The system development method used is
prototype. System testing is done by the white box method’s. The data used are data classification
of student learning outcomes in the realm of knowledge, namely Daily Assessment Results
(HPH), Mid Semester Assessment Results (HPTS), and Final Semester Assessment Results (HAS).
The results showed that the highest level of accuracy occurred in the initial treatment with an
accuracy of 96%, so it can be concluded that the Artificial Neural Network system with the
Perceptron algorithm can be implemented for student assessment in the 2013 curriculum.
372
TECHNO: Vol. 09 (01) Mei 2020
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh ketersediaan
berbagai komponen pendukungnya. Salah satu diantaranya adalah kurikulum yang
dikembangkan dan digunakan pada tataran satuan pendidikan (Purnomo, 2017). Tidak bisa
dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan.
Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang
diinginkan, sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum (Sari et al., 2015).
Dalam menentukan penilaian siswa pada kurikulum 2013, melibatkan beberapa kriteria yang
harus diambil karena ada tiga ranah kompetensi yang dinilai, yaitu kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Di dalam kompetensi sikap memiliki
4 jenis penilaian yaitu penilaian diri, penilaian antar teman, observasi, dan jurnal. Sementara
dalam kompetensi keterampilan terdapat 3 jenis penilaian yaitu penilaian praktek, portofolio,
dan proyek. Pada kompetensi pengetahuan memiliki beberapa kompetensi inti yang harus
dinilai (Kemendikbud, 2016). Dalam menentukan penilaian akhir siswa dengan kategori
sangat baik, baik, dan cukup maka umumnya para Guru melakukan perhitungan aspek
pengetahuan siswa dengan cara menjumlahkan setiap hasil belajar meliputi; Hasil Penilaian
Harian (HPH), Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS), dan Hasil penilaian Akhir Semester
(HAS) lalu dibagi dengan ketiga variabel tersebut (Ardian & Abidin, 2014).
Pada proses penilaian yang dilaksanakan di sekolah, umumnya penilaian pada ranah
pengetahuan dilakukan dengan menggunakan software M.S excel. Setelah mendapatkan nilai
akhir pengetahuan, lalu Guru menginputnya ke dalam aplikasi rapor yang masih dalam
bentuk excel untuk mengetahui predikat siswa dengan kategori sangat baik, baik, dan cukup.
Dalam proses penilaian ini, dibutuhkan waktu selama kurang lebih 2 sampai 4 hari. Oleh
karena itu, perlu adanya sistem untuk memproses informasi secara cepat dan tepat.
Jaringan Syaraf Tiruan merupakan salah satu sistem pemrosesan informasi yang didesain
dengan meniru cara kerja otak manusia dalam menyelesaikan suatu masalah dengan
melakukan proses belajar melalui perubahan bobot sinapsisnya berbasis pada data time-series
(history) (Matondang, 2013). Menurut Kokyay et al., (2020), jaringan syaraf tiruan juga mampu
menemukan hubungan yang tidak diketahui dan tidak dapat diprediksi antara data dengan
suatu aplikasi yang memprediksi output. Selain itu, jaringan syaraf tiruan juga dapat dengan
jelas mengungkapkan hubungan yang tidak dapat dikenali karena modelnya bukan linier.
Jaringan syaraf tiruan adalah mekanisme komputasi yang mampu memperoleh, mewakili,
menghitung pemetaan dari suatu multivariat ke informasi yang lain, dan memberikan suatu
himpunan data yang mewakili pemetaan tersebut (Kapita, 2020). Jaringan syaraf tiruan dapat
digambarkan sebagai sebuah simulasi dari koleksi model saraf biologi. Model saraf
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan emulasi, analisa, prediksi, dan
asosiasi data (Kosasi, 2014). Jaringan syaraf tiruan Perceptron merupakan salah satu metode
pembelajaran yang terbimbing (Supervise Learning Method). Metode terbimbing merupakan
metode pelatihan yang memasukkan target keluaran dalam data untuk proses pelatihan. Hasil
dari pelatihan tersebut akan menghasilkan bobot baru yang digunakan untuk proses
pengenalan (Paramita, 2016).
Algoritma Perceptron adalah suatu bentuk jaringan syaraf sederhana dan merupakan salah
satu cabang ilmu bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelegence). Metode ini digunakan
sebagai pengklasifikasian suatu tipe pola tertentu yang lebih dikenal dengan pemisahan
secara linier. Perceptron pada jaringan syaraf tiruan dengan satu lapisan memiliki bobot yang
bisa diatur. Algoritma-algoritma yang digunakan dalam aturan Perceptron ini akan mengatur
parameter-parameter bebasnya melalui proses pembelajaran. Pada metode Perceptron, proses
373
Kapita, S.N., Mahdi, S., Tempola, F. 2020. Jaringan Syaraf Tiruan, algoritma perceptron,
klasifikasi, akurasi, kurikulum
pembelajaran untuk mendapatkan bobot akhir dilakukan secara berulang kali sampai sudah
tidak terjadi lagi kesalahan (error). Kesalahan yang terjadi berupa output jaringan memiliki
nilai yang sama dengan target yang diharapkan (Arliyanto, 2016).
Algoritma Perceptron pernah digunakan oleh (Arliyanto, 2016) untuk pengembangan tes minat
dan bakat potensi siswa di bidang olahraga sepak bola. Selain itu, penentuan penilaian siswa
juga pernah digunakan oleh Wijaya, (2019) dengan menggunakan algoritma Simple Additive
weighting. Selain itu, Lesnussa et al., (2015) juga menggunakan jaringan syaraf tiruan
Backpropagation untuk memprediksi prestasi siswa SMA. Di tingkat perguruan tinggi,
penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron pernah dilakukan oleh Heryati et al., (2018) untuk
memprediksi prestasi mahasiwa. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan algoritma
Perceptron pada jenjang yang berbeda, yakni dilakukan di SD Negeri 1 Kota Ternate dalam
melakukan proses penilaian pengetahuan siswa yang telah menerapkan kurikulum 2013.
METODE PENELITIAN
Tahap Pertama, melakukan pengembangan sistem dengan prototype dengan langkah-langkah
sebagai berikut (Barakbah et al., 2013):
1. Mendengarkan Pelanggan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan dari sistem dengan cara
mendengar keluhan dari pelanggan (pengguna), yaitu tentang proses penilaian
siswa pada ranah pengetahuan yang mengalami keterlambatan (dari segi waktu)
dalam penilaian. Sehingga dibutuhkan sebuah sistem dengan metode perhitungan
yang memiliki tingkat akurasi tinggi untuk mengolah data hasil belajar siswa dan
membantu pihak sekolah agar menentukan keputusan secara cepat dan tepat.
2. Merancang dan Membuat Prototype
Dalam tahap ini dilakukan perancangan dan pengkodean untuk sistem yang
diusulkan yang mana tahapannya meliputi perancangan proses-proses yang akan
terjadi didalam sistem, perancangan use case, perancangan struktur tabel,
perancangan Entity Relationship Diagram (ERD), dan perancangan antar muka
(interfaces) keluaran, serta dilakukan tahap pengkodean terhadap rancangan-
rancangan yang telah didefinisikan (Prabowo, 2014). Kelengkapan software dan
hardware yang dibuat, disesuaikan dengan kebutuhan sistem dari keluhan
pelanggan (pengguna) yaitu aplikasi klasifikasi penilaian siswa.
3. Uji Coba
Pada tahap ini, aplikasi klasifikasi penilaian siswa dilakukan pengujian dengan
mengunakan white box dan bagian yang akan di uji adalah semua keputusan logis
dari sisi true dan false dari algoritma Perceptron oleh pelanggan atau pengguna.
Kemudian dilakukan evaluasi kekurangan-kekurangan dari kebutuhan pelanggan.
Jika pengguna merasa aplikasi klasifikasi penilaian siswa yang dibuat masih belum
sesuai dengan yang diinginkan, aplikasi akan diperbaiki dengan kembali pada
tahap pertama.
Tahap Kedua, pengumpulan data yang diawali dengan melakukan wawancara. Kemudian
dilakukan pengambilan data sebanyak 73 siswa, dengan data hasil belajar siswa yang telah
terekam dalam satu semester berupa Hasil Penilaian Harian (HPH), Hasil Penilaian Tengah
Semester (HPTS), dan Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS).
374
TECHNO: Vol. 09 (01) Mei 2020
Tahap Ketiga, pemecahan masalah. Untuk melaksanakan pemecahan masalah, maka peneliti
membuat suatu diagram alir berupa tahapan-tahapan yang dilakukan pada metode
Perceptron, sebagaimana terlihat pada Gambar 1 berikut.
Start
Input data
Data cheking
Perhitungan
Perhitungan
selesai?
pengujian
Pengujian
selesai?
kesimpulan
selesai
Selanjutnya, untuk alur perhitungan atau penerapan algoritma Perceptron dapat dilihat pada
flowchart berikut.
375
Kapita, S.N., Mahdi, S., Tempola, F. 2020. Jaringan Syaraf Tiruan, algoritma perceptron,
klasifikasi, akurasi, kurikulum
Start
Y_in = b+∑xiwi
Y=t Y Selesai
Wi(baru) = Wi(lama)+α.t.xi
B(baru) = b(lama)+α.t
Epoh = Epoh + 1
Dataset Pengetahuan
Dataset pengetahuan merupakan data hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan yang
terekam dalam satu semester, yakni Hasil Penilaian Harian (HPH), Hasil Penilaian Tengah
Semester (HPTS), dan Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS) dengan jumlah data yang
diperoleh sebanyak 73 data.
376
TECHNO: Vol. 09 (01) Mei 2020
Tabel 1. Hasil normalisasi yang awalnya berupa nilai siswa dengan rentang nilai 0 –
100 dari kriteria atau parameter X1, X2 dan X3 kemudian menggunakan rumus
normalisasi min-max normalization
Data ke X1 X2 X3 NR
1 1 0.929 0.963 1
2 1 0.929 1 1
3 0.5 0.429 0.444 0
4 0.536 0.536 0.407 0
5 0.464 0.429 0.37 -1
6 0.5 0.429 0.37 0
7 0.464 0.429 0.444 -1
8 0.964 0.893 0.926 1
9 0.929 0.536 0.741 0
10 0.786 0.536 0.741 0
11 0.5 0.5 0.444 0
12 0.536 0.536 0.481 0
13 0.464 0.464 0.407 -1
14 0.464 0.536 0.407 0
15 0.464 0.536 0.37 0
.. .. .. .. ..
.. .. .. .. ..
73 0.179 0 0.185 -1
Keterangan:
1. X1 Parameter Inputan hasil penilaian harian
:
2. X2 Parameter inputan hasil penilaian tengah semester
:
3. X3 : Parameter inputan hasil penilaian akhir semester
4. NR : data nilai predikat (A, B, dan C) yang diperoleh siswa dan ditransformasikan ke angka
(1, 0, dan -1)
5. Min-Max Normalization: rumus normalisasi
Analisis Metode
Pada bagian ini akan dilakukan analisis metode Perceptron untuk mencari tingkat akurasi
dalam mengklasifikasikan kategori data uji. Data uji yang akan digunakan pada analisis
metode sebanyak 24 data yang telah dinormalisasi sebelumnya. Untuk lebih jelasnya data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Setelah itu setiap data uji dihitung dengan bobot akhir yang sudah dilatih. Proses perhitungan
dilakukan hanya pada tahapan fungsi aktivasi. Selanjutnya dilakukan pengecekan keluaran
dengan kriteria:
y = 1 jika y_in > 0.5,
y = 0 jika -0.5 ≤ y_in ≤ 0.5,
y = -1 jika y_in < -0.5.
Hasil perhitungan pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 di atas, selanjutnya dilakukan analisis tingkat akurasi. Untuk mencari keakuratan
data dilakukan dengan menggunakan persamaan recognition rate. Tahap awal adalah
menentukan jumlah data benar dan jumlah data sampel atau data uji seperti berikut:
∑
∑
Keterangan:
Akurasi merupakan ketepatan sistem dalam mengklasifikasikan data. Data testing atau uji berjumlah 24
data, dengan pembagian data yaitu 1:23 atau data berkategori positive sebanyak 23, sedangkan data
berkategori negative sebanyak 1. Sistem berhasil mengklasifikasikan 23 data, dengan rincian 13 data
positive (1); 9 data Positive (0); dan 2 data negative (-1), sehingga diperoleh persentase keakuratan sebesar
96%.
Dari hasil pengujian sistem aplikasi dengan algoritma Perceptron sebanyak 13 kali pengujian,
dimana 4 kali dengan bobot yang sama (id bobot 1) dengan nilai (W1 =0.1, W2=0.2, W3=0.3,
dan b=0.5) namun dengan laju pembelajaran yang berbeda dan akurasi tertinggi adalah 96%; 4
percobaan dengan bobot yang berbeda (id bobot 3) dengan nilai (W1=0.3, W2=0.4, W3=0.5, dan
b=0.3) namun dengan laju pembelajaran yang sama dan akurasi tertinggi adalah 88%; 2
percobaan dengan bobot yang berbeda (id bobot 2) dengan nilai (W1=0.1, W2=0.01, W3=0.02,
dan b=0.003) namun dengan pembelajaran yang sama dan memiliki akurasi tertinggi adalah
92%; dan 3 percobaan dengan bobot dan laju pembelajaran yang sama namun dengan jumlah
epoch yang berbeda dan memiliki hasil akurasi tertinggi yaitu 79%.
Dari 13 kali pengujian diatas didapatkan akurasi yang baik adalah pada pengujian
pertama dengan bobot awal yang id-nya 1, dengan nilai dan pembelajaran 0,1, dan maksimal
iterasi 10.000 sehingga berhasil diperoleh presentase akurasi tertinggi yaitu 96%.
379
Kapita, S.N., Mahdi, S., Tempola, F. 2020. Jaringan Syaraf Tiruan, algoritma perceptron,
klasifikasi, akurasi, kurikulum
Implementasi Interface
KESIMPULAN
380
TECHNO: Vol. 09 (01) Mei 2020
DAFTAR PUSTAKA
Ardian, Y., & Abidin, Z. (2014). Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Siswa Berprestasi Kurikulum
2013 Berbasis Web pada SMK Negeri 1 Gedangan Menggunakan Metode Saw. BIMASAKTI: Jurnal
Riset Mahasiswa FTI UNIKAMA, 1(1), 1–7.
Arliyanto, G. S. (2016). Pengembangan Tes Minat dan Bakat dengan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Perceptron
untuk Memprediksi Potensi Siswa Bidang Olahraga Sepak Bola.
http://eprints.dinus.ac.id/id/eprint/21863
Barakbah, A. R., Karlita, T., & Ahsan, A. S. (2013). Logika dan Algoritma. In Surabaya: Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya.
Heryati, A., Erduandi, E., & Terttiaavini, T. (2018). Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Untuk
Memprediksi Pencapaian Prestasi Mahasiswa. Konferensi Nasional Sistem Informasi (KNSI) 2018,
1158–1163.
Kapita, S. N. (2020). Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Kohonen Self Organizing Map (K-SOM) pada Data
Mutu Sekolah. JIKO (Jurnal Informatika Dan Komputer), 3(1), 56–61.
Kemendikbud. (2016). Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Untuk Sekolah
Menengah Pertama. In Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kemendikbud RI.
Kokyay, S., Kilinc, E., Uysal, F., Kurt, H., Celik, E., & Dugenci, M. (2020). A Prediction Model of
Artificial Neural Networks in Development of Thermoelectric Materials with Innovative
Approaches. In Engineering Science and Technology, an International Journal. Elsevier.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jestch.2020.04.007
Kosasi, S. (2014). Penerapan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk Memprediksi Nilai
Ujian Sekolah. Jurnal Teknologi, 7(1), 20–28.
Lesnussa, Y. A., Latuconsina, S., & Persulessy, E. R. (2015). Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan
Backpropagation untuk Memprediksi Prestasi Siswa SMA (Studi kasus: Prediksi Prestasi Siswa
SMAN 4 Ambon). Jurnal Matematika Integratif, ISSN, 1412–6184.
Marcos, H., & Hidayah, I. (2014). Implementasi Data Mining Untuk Klasifikasi Nasabah Kredit Bank ‘X’
Menggunakan Classification Rule. Semin. Nas. Teknol. Inf. Dan Multimed, 1–7.
Matondang, Z. A. (2013). Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma Backpropagation untuk Penentuan
Kelulusan Sidang Skripsi. Pelita Informatika: Informasi Dan Informatika, 4(1).
Paramita, N. K. D. P. (2016). Peramalan Siwa-Siswi SMA yang diterima Pada Perguruan Tinggi
Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1
Genteng-Banyuwangi) [Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya].
http://repository.its.ac.id/id/eprint/72891
Prabowo, A. B. (2014). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) Berbasis Web. J. Sarj. Tek. Inform, 2(1), 1–5.
Purnomo, D. (2017). Model Prototyping Pada Pengembangan Sistem Informasi. JIMP-Jurnal Informatika
Merdeka Pasuruan, 2(2).
Sari, Y., Syah, I., & Basri, M. (2015). Faktor Terhambatnya Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Guru
Tingkat SMA di Bandar Lampung. PESAGI (Jurnal Pendidikan Dan Penelitian Sejarah), 3(2).
Wijaya, K. (2019). Implementasi Metode Prototype Dalam Rancang Bangun Sistem Informasi
Perpustakaan Menggunakan Java (Netbeans 7.3)(Studi Kasus SMK N 01 Prabumulih). Jurnal
Sisfokom (Sistem Informasi Dan Komputer), 8(1), 53–60.
381