Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

2889 5641 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKNA LABA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(Studi pada Usaha Ekonomi Produktif “Q-Mas M”,


Yayasan Islam Panti Asuhan K.H. Mas Mansyur Kota Malang)

Heristiawati Sekar Widoretno1


Anita Wijayanti, S.E., MSA., Ak.2
heriswiwid@yahoo.com1
anita.wijayanti17@yahoo.com2
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna laba jika ditinjau dari perspektif
Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif
dengan pendekatan studi kasus pada Usaha Ekonomi Produktif “Q-Mas M” yang
terdapat diYayasan Islam Panti Asuhan K.H. Mas Mansyur Kota Malang.Data
yang digunakan bersumber dari wawancara yang dilakukan terhadap empat
pengurus“Q-Mas M”, Yayasan Islam Panti Asuhan K.H. Mas Mansyur. Hasil
penelitian ini diketahui bahwa pemaknaan laba dari perspektif Islam oleh empat
pengurus“Q-Mas M”, Yayasan Islam Panti Asuhan K.H. Mas Mansyur, dimaknai
dalam tiga bentuk pemaknaan, yaitu: (1) laba materi dengan keperuntukkannya di
jalan Allah SWT; (2) laba kebermanfaatan; dan (3) laba dakwah.
Kata kunci : Islam, laba akuntansi, laba Islam, laba materi, laba
kebermanfaatan, laba dakwah

ABSTRACK
This study aims to find the meanings of profit viewed from the Islamic
perspective. The method used in this research is a qualitative descriptive method
using a case study of the "Q-Mas M" enterprise owned by the Islamic Orphanage
Foundation of K.H. Mas Mansyur Malang. Data are obtained using interviews
with four board members of "Q-Mas M". The results show that the four board
members of "Q-Mas M" interprets profits in three forms of meaning, namely: (1)
material profit used in the way of Allah; (2) usefulness profit; and (3) dakwah
profit
Keywords: Islam, accounting profit, Islamic profit, material gain, usefulness
profit, dakwah profit

1
PENDAHULUAN

Pencapaian laba sebesar-besarnya menjadi landasan dari setiap pelaku


ekonomi dalam melakukan kegiatan perekonomian (Hutagalung, 2015). Hal ini
kerap disandingkan dengan adanya praktik paham kapitalisme. Secara spesifik,
Marzuki (2003) menjelaskan bahwa kapitalisme memiliki prinsip kerja yang
secara optimal mendorong pencapaian maksimum dalam akumulasi modal,
produksi, konsumsi, serta berbagai dimensi mekanisme pasar lainnya. Individu
maupun kelompok seakan-akan dicetak untuk menjadi homo economicus yang
semata-mata digerakkan oleh rasionalitas instrumen pencapaian laba dan
penghimpunan materi sebanyak-banyaknya, serta penghamburan materi untuk
memenuhi hasrat konsumerisme individu maupun kelompok yang tak ada
batasnya. Hal tersebut searah dengan semboyan kapitalis, “berproduksi untuk
dapat berproduksi lebih besar” (Abbas, 2009).
Tujuan perusahaan dalam maksimalisasi laba secara ekstrim negatif dapat
berdampak cukup besar. Estes (1996) menyampaikan bahwa, secara ektsrem,
maksimalisasi laba sebagai tujuan dari perusahaan dapat mengakibatkan cedera
dan kematian pegawai, kerusakan lingkungan dan limbah yang mematikan,
desolasi bagi golongan tertentu, dan penghamburan yang tidak tepat sasaran
dalam suatu negara. Secara mendalam, Fischer (2002) juga menerangkan, demi
mencapai maksimalisasi laba, karyawan bawah, seperti karyawan magang, digaji
secara minimal namun dituntut untuk bekerja secara maksimal. Sejalan dengan
yang dikemukakan Estes (1996), maksimalisasi laba dapat menimbulkan tirani
pada pegawai bawah. Hal ini membuat aspek kesehatan dan kesejahteraan
karyawan bawah menjadi nomor dua. Selain itu, hal yang tidak dapat dianggap
sepele adalah adanya kerusakan lingkungan dan produksi limbah yang
mematikan. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, perusahaan secara sadar
maupun tidak, telah mengganggu keseimbangan alam. Eksploitasi alam terjadi
dimana-mana.
Akuntansi pada hakikatnya memiliki sifat yang mencerminkan filsafat
kapitalisme. Kapitalisme dalam akuntansi sendiri secara ekstrem dapat
menyebabkan kesenjangan sosial dan keserakahan individu maupun kelompok.
Dalam praktiknya, setiap perusahaan menggunakan akuntansi untuk membantu
tercapainya tujuan perusahaan, yaitu pencapaian laba secara maksimal. Hal ini
sejalan dengan konsep kapitalis (Ikhsan dan Suwarno, 2003). Lebih lanjut lagi,
salah satu hal yang menjadi bukti bahwa akuntansi merupakan suatu praktik
kapitalisme adalah informasi akuntansi didesain hanya untuk memberikan
informasi yang relevan terhadap kepentingan investor saja, semakin tinggi laba
semakin bagus suatu perusahaan (Safitri, 2005).

2
Disampaikan lebih lanjut oleh Al Attas (1998) bahwa praktik akuntansi
kini dilandasi dengan kerangka sistem kapitalisme yang berdasarkan pada asas
sekularisme yang berarti pemisahan antara agama dan kehidupan. Tidak
dilibatkannya “yang gaib” kedalam urusan keduniawian benar-benar merupakan
contoh praktikal dari kebenaran fenomena sekularisme. Berdasarkan beberapa
pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa adanya pemisahan dalam praktik-
praktik ekonomi-akuntansi dengan ajaran-ajaran agama. Pendapatan laba secara
maksimal menjadi tujuan utama dari informasi akuntansi telah terpisah dari tujuan
hakiki keberadaan manusia didunia.
Dalam ajaran Agama Islam, diatur semua perkara manusia baik kehidupan
di dunia maupun di akhirat. Kehidupan di dunia tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan di akhirat, begitu pula sebaliknya. Apapun yang dikerjakan oleh setiap
manusia di dunia pasti akan mendapatkan balasan di dunia akhirat nanti oleh
Allah SWT. Hal ini ditegaskan dengan adanya firman Allah SWT dalam kitab
suci Al-Qur’an yang berbunyi :
“Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,
tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.” (QS. Al-Hijr: 92-
93).
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu
ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan,
melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu
melakukannya.”(QS. Yunus: 61)
Dari kedua ayat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa apapun yang manusia
kerjakan di dunia, pasti akan disaksikan oleh Allah SWT dan akan
dipertanggungjawabkan di kehidupan akhirat kelak. Perlu juga diyakini bahwa
setiap manusia di dunia pasti akan mati. Pernyataan tersebut ditegaskan dalam Al-
Qur’an, yaitu :
“Sesungguhnya engkau akan mati, dan mereka pun sungguh akan
mati pula” (QS. Az-Zumar: 30)
Dijelaskan oleh Amrullah (1987:6273), ayat tersebut diturunkan untuk
menjelaskan kepada manusia bahwa kehidupan bukan hanya kehidupan di dunia
saja, namun juga ada kehidupan di akhirat. Konsep maksimalisasi laba akuntansi
yang eksploitatif akibat pemaknaan laba yang hanya sebatas materi kurang
sejalan dengan ayat Al-Qur’an1 dan hadits nabi yang pernah diriwayatkan oleh

1
Pada Surah Al-Baqarah ayat 282, menjelaskan bahwa sebaik-baiknya bisnis adalah yang
dilakukan dengan cara yang terbuka, bukan yang tertutup ataupun terselubung. Hal ini karena
bisnis seperti itu hanya akan membawa akibat yang merugikan (mendapat azab). Sebaliknya suatu
bisnis harus dilakukan dengan teliti, seksama dan adanya keterbukaan. (Muhammad & Fauroni,
2002)

3
Tirmidzi2. Semakin besar laba, semakin bagus pula pencapaian suatu perusahaan.
Lalu jika sudah begitu, berangkat dari hakikat keberadaan manusia di muka bumi
dan apabila disandingkan antara konsep laba dan ajaran agama, apa sebenarnya
makna laba jika dilihat dari perspektif Islam? Secara garis besar, penelitian ini
mengungkap makna laba jika direfleksikan dari perspektif Islam, sehingga pada
akhirnya nanti diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu nasihat
untuk berbagai pihak untuk tidak menghilangkan keberadaan Tuhan dalam setiap
aktifitas, terutama aktifitas perekonomian, khususnya praktisi ataupun akademisi
akuntansi.

Profil Q-Mas M
Q-Mas M adalah usaha ekonomi produktif yang dikelola oleh Panti Asuhan K.H.
Mas Mansyur. Panti Asuhan K.H. Mas Mansyur adalah sebuah amal usaha sosial
di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan dengan tujuan
utama untuk menyantuni dan mendidik anak yatim piatu. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, yayasan ini memiliki program usaha ekonomi produktif,
yaitu Q-Mas M. Q-Mas M didirikan dengan tujuan untuk menambah pemasukkan
yayasan yang nantinya akan dijadikan sebagai tambahan modal untuk
memberikan santunan pada anak yatim piatu yang diasuh. Peneliti tertarik untuk
menjadikan Q-Mas M pada Panti Asuhan K.H. Mas Mansyur Kota Malang
sebagai objek penelitian dikarenakan visi mulia dari didirikannya usaha ekonomi
produktif ini yaitu untuk menjadi mandiri dan tidak bergantung lagi pada donatur.
Unsur ajaran Islam (yayasan berbasis Agama Islam) dan pengetahuan seputar laba
(usaha ekonomi produkti Q-Mas M) sangat kental terasa, sehingga sangat tepat
dan relevan

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian
penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Berkaca pada keinginan peneliti untuk menemukan makna laba dalam
perspektif Islam, dengan metode ini, peneliti dapat menggali lebih dalam
mengenai bagaimana usaha ekonomi produktif Q-Mas M memaknai laba jika

2
Pada suatu kesempatan di mana harga di pasar melambung tinggi, orang-orang berkata pada
Rasulullah SAW “Tetapkanlah harga untuk kami”. Namun, Rasullullah yang maha bijak,
mengetahui bahwa segala komoditas yang diperjual-belikan adalah milik Allah sehingga beliau
merasa tidak pantas untuk memberikan harga atas segala sesuatu milik Allah. Lalu beliau bersabda
“Allah yang menetapkan harga, menyempitkan, melapangkan dan memberikan rizqi. Dan
sesungguhnya aku berharap menghadap Allah dalam kondisi tiada seorangpun dari kalian
menuntutku atas kedzaliman jiwa ataupun harta”. (HR.Tirmidzi:1235).

4
dilihat dari perspektif Islam. Selain itu, dengan metode ini diharapkan dapat
dihasilkan hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi ketuhanan
dan nasihat.

Koleksi Data
Penelitian dilakukan pada Bulan Februari 2016. Karena penelitian ini
menggunakan metode wawancara obyek Q-Mas M, Panti Asuhan KH Mas
Mansyur, maka penelitian juga akan diadakan di tempat tersebut dengan alamat
Jln. Sulfat No. 43 Malang. Wawancara dilakukan terhadap empat pengurus, yaitu:
1. Bapak Purnomo Hadi. merupakan ustadz dan pengurus bagian pengasuh
dan pembinaan.
2. Ibu Uty Wijayanti. Menjabat sebagai karyawan administrasi Q-Mas M.
3. Bapak Dimiyati. Menjabat sebagai direktur Q-Mas M. Beliau juga
merupakan wirausahawan di bidang kelistrikan.
4. Bapak Budi Raharjo. Menjabat sebagai Kepala Muhammadiyah Ranting
Blimbing dan juga ketua panti.
Pada saat koleksi data, peneliti menggunakan instrumen berupa alat perekam
untuk merekam seluruh proses wawancara.

Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini, data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari
wawancara. Berkaca pada keinginan peneliti untuk menemukan makna laba dalam
perspektif Islam, maka instrumen pengendali yang digunakan oleh peneliti untuk
menganalis data adalah ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Dalam
penelitian ini, tahap-tahap analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data dari objek penelitian menggunakan wawancara semi
terstruktur secara mendalam. Dalam melakukan wawancara peneliti
menggunakan alat bantu berupa tulisan, kamera serta alat perekam guna
mempermudah peneliti dalam menyusun kembali hasil wawancara
sehingga mudah untuk dijadikan bahan dalam menganalisis data.
2. Mengklasifikasikan dan menganalisis data-data dari hasil wawancara
kemudian disandingkan dengan beberapa ayat dalam Al-Quran beserta
hadist rasulullah SAW.
3. Berdasarkan hasil analisis dari data wawancara dapat ditemukan hasil
pemaknaan dari perspektif Islam.

PEMBAHASAN

5
Panti Asuhan K.H Mas Mansyur merupakan yayasan nirlaba yang tidak
mencari keuntungan dalam usahanya. Namun dengan adanya usaha ekonomi
produktif Q-Mas M sebagai usaha mencari laba, yang diharapkan dapat
berkontribusi secara positif baik dalam materi maupun non-materi kepada panti
maupun Persyarikatan Muhammadiyah, membuatnya dapat dijadikan sebagai
acuan penelitian pemaknaan laba dari kacamata Islam.
Melalui serangkaian prosedur penelitian, akhirnya ditemukan beberapa
konsep makna laba dari kacamata Islam, diantaranya laba materi; laba
kebermanfaatan; dan laba dakwah. Ketiganya merupakan buah interpretasi makna
laba dari beberapa pengurus Panti Asuhan K.H. Mas Mansyur maupun usaha
ekonomi produktif Q-Mas M.
Pertama, laba materi. Pemaknaan laba sebagai harta, uang, sesuatu yang
bisa dilihat, masih akan selalu dijumpai. Hidup didunia memang perlu materi.
Allah SWT pun memerintahkan manusia untuk bekerja, lewat hadist nabi yang
disampaikan oleh sahabatnya, Sayyidina Ali:

"Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya,


dan bekerjalah kamu untuk akhiratmu seakan kamu mati esok
hari" (Riwayat Ibnu Abdi Rabbih, Al ‘Aqdul Farid, 2/469. Mawqi’
Al Warraq)

Bahkan jika berkaca ada masa hidup Nabi Muhammad SAW, banyak sahabat
yang merupakan saudagar kaya raya dengan harta melimpah, seperti contoh,
Ustman Bin Affan3.
Lalu, apa bedanya dengan laba materi secara konvensional?
Keperuntukannya lah yang membedakan laba materi Islam dari laba materi
konvesional. Menjadi kaya secara materi untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT, itulah yang dimaknai sebagai laba materi Islam. Laba materi dapat
menguatkan eksistensi manusia sebagai hamba Allah tergantung pada
keperuntukkannya. Kalau tidak kaya, manusia tidak dapat naik haji. Kalau tidak
kaya, manusia tidak dapat banyak menyantuni anak yatim. Kalau tidak kaya,
manusia tidak dapat mewakafkan4 tanah untuk panti jompo ataupun pondok
pesantren. Kalau tidak kaya, manusia tidak bisa membangun masjid untuk tempat
“bertemunya” umat dengan Allah SWT. Ini adalah makna yang lebih luas dari
laba materi. Kesadaran bahwa laba materi, apapun yang dimiliki manusia adalah

3
Ustman bin Affan adalah sahabat nabi yang memiliki harta berlimbah. Semasa hidupnya, ia
tak pernah kekurangan materi. Namun, meskipun ia sangat kaya, ia tak pernah lupa akan jati
dirinya sebagai hamba Allah SWT. Ia amalkan kekayaannya untuk beribadah dijalan Allah
SWT. Ia dikenal sebagai“Si Super Dermawan”. (Fadilah, 2013:7-13)
4
Menghibahkan kepemilikan aset untuk digunakan sebagai sarana-prasarana beribadah dan
sosial. Biasanya dalam bentuk tanah atau bangunan.

6
milik Allah, tidak akan dibawa saat mati, membuat keperuntukkan laba materi di
jalan Allah makin menguatkan eksistensi manusia sebagai hamba Allah SWT.
Laba materi menjadi dasar bagi berdirinya Q-Mas M. Seluruh
permodalan Q-Mas M berasal dari uang anak yatim asuhan panti, sehingga hal
inilah yang memacu seluruh pengurus Q-Mas M untuk bekerja lebih keras.
pertanggungjawaban yang tertuju langsung kepada Allah SWT membuat laba
secara materi sangat penting, sehingga dengan laba materi tersebut, Q-Mas M
dapat mengembangkan usaha dan dapat berkontribusi lebih untuk panti.
Keinginan Q-Mas M untuk dapat memberikan kontribusi kepada panti,
menyiratkan bahwa laba materi didapat dari adanya usaha dan kerja keras didunia
untuk menjadi kaya secara materi dengan tujuan untuk beribadah di jalan Allah.
Kedua, laba kebermanfaatan. Manusia pada hakikatnya adalah
khalifah. Allah SWT menciptakan manusia dengan tugas sebagai pemimpin di
dunia, pemimpin makhluk hidup yang lain. Seperti yang tertuang dalam ayat Al-
Qur’an berikut:

‫اﻟْﺄَرْضِ ﺧَﻠِﯿْﻔَﺔً ﻗَﺎﻟُﻮْا وَ إِذْ ﻗَﺎلَ رَﺑﱡﻚَ ﻟِﻠْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ إِﻧﱢﻲْ ﺟَﺎﻋِﻞٌ ﻓِﻲ‬
‫ﺢ‬
ُ ‫ﻦ ﻧُﺴَﺒﱢ‬
ُ ْ‫أَﺗَﺠْﻌَﻞُ ﻓِﯿْﮭَﺎ ﻣَﻦ ﯾُﻔْﺴِﺪُ ﻓِﯿْﮭَﺎ وَﯾَﺴْﻔِﻚُ اﻟﺪﱢﻣَﺎءَ وَ ﻧَﺤ‬
َ‫ﺑِﺤَﻤْﺪِكَ وَ ﻧُﻘَﺪﱢسُ ﻟَﻚَ ﻗَﺎلَ إِﻧﱢﻲْ أَﻋْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﻻَ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮْن‬
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada
Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi
seorang khalifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak
menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan
menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji
Engkau dan memuliakan Engkau? Dia berkata:
Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 30)

ٍ ْ‫وَھُﻮَ اﻟﱠﺬِي ﺟَﻌَﻠَﻜُﻢْ ﺧَﻼﺋِﻒَ اﻷرْضِ وَرَﻓَﻊَ ﺑَﻌْﻀَﻜُﻢْ ﻓَﻮْقَ ﺑَﻌ‬


‫ﺾ‬
ٌ‫دَرَﺟَﺎتٍ ﻟِﯿَﺒْﻠُﻮَﻛُﻢْ ﻓِﻲ ﻣَﺎ آﺗَﺎﻛُﻢْ إِنﱠ رَﺑﱠﻚَ ﺳَﺮِﯾﻊُ اﻟْﻌِﻘَﺎبِ وَإِﻧﱠﮫُ ﻟَﻐَﻔُﻮر‬
َ‫ﺣِﯿﻢٌر‬
“dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat
cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” (QS. Al-An’Am : 165)

Berdasar pada kedua ayat tersebut, Allah SWT sangat percaya pada
manusia untuk menjadi khalifah. Hal ini disebabkan karena manusia adalah

7
makhluk yang paling sempurna, makhluk yang memiliki akal dan pikiran
melebihi makhluk hidup lain. Dunia ini diciptakan Allah lengkap dengan segala
isinya. Manusia sebagai khalifah diutus untuk memanfaat segala sesuatu yang ada
di bumi ini, dengan akal dan pikirannya diharapkan dapat mendayagunakan segala
sumber daya sehingga dapat bermanfaat bagi kemaslahatan manusia sendiri.
Manusia pun diutus untuk bisa saling memberikan manfaat, baik itu kesesama
manusia maupun kepada alam dan isinya. Kebermanfaatan inilah yang dipandang
sebagai laba oleh keempat pengurus panti maupun Q-Mas M. Bermanfaat kepada
masyarakat sekitar karena telah menghadirkan minuman kesehatan, juga
bermanfaat untuk anak yatim asuhan panti karena dapat menjadi sarana pelatihan
ketrampilan untuk pengalaman kerja.
Ketiga, laba dakwah. Islam pada awalnya adalah agama yang asing.
Namun dengan perintah Allah, Nabi Muhammad SAW memulai untuk menyebar
luaskan Islam melalui dakwah, entah itu dakwah bil-lisan maupun dakwah bil-
haal. Urjensi dakwah tertuang pada ayat Al-Qur’an berikut:

ْ ِ‫ﻧَﺒِﻲٍّ ﺑَﻌَﺜَﮫُ اﷲُ ﻓِﻲ أُﻣَّﺔٍ ﻗَﺒْﻠﻲِ إِﻻَّ ﻛَﺎنَ ﻟَﮫُ ﻣِﻦْ أُﻣَّﺘِﮫِ ﺣَﻮَارِ ُّﯾﻮْنَ ﻣَﺎ ﻣ‬
‫ﻦ‬
ْ‫وَأَﺻْﺤَﺎبٌ ﯾَﺄْﺧُﺬُوْنَ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﮫِ وَﯾَﻘْﺘَﺪُوْنَ ﺑِﺄَﻣْﺮِهِ ﺛُﻢَّ إِﻧَّﮭَﺎ ﺗَﺨْﻠُﻒُ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِھِﻢ‬
َ‫ﻻَ ﯾُﺆْﻣَﺮُوْنَ ﻓَﻤَﻦْ ﺟَﺎھَﺪَھُﻢْ ﺧُﻠُﻮْفٌ ﯾَﻘُﻮْﻟُﻮْنَ ﻣﺎَ ﻻَ ﯾَﻔْﻌَُﻠﻮْنَ وَﯾَﻔْﻌَﻠُﻮْنَ ﻣﺎ‬
َ‫ﻣِﻦَ )رواه ﻣﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﺑﺎب اﻹﯾﻤﺎن(ﺑِﯿَﺪِهِ ﻓَﮭُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ وَﻟَﯿْﺲَ وَرَاءَ ذﻟِﻚ‬
َ‫اﻹِﯾْﻤَﺎنِ ﺣَﺒَّﺔُ ﺧَﺮْدَل‬
“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku,
kecuali dari umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para
pembela dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya serta
melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi
setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka
kerjakan dan mereka mengerjakan sesuatu yang tidak
diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang berjihad terhadap
mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa
yang berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah
orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan
hatinya, maka ia adalah orang mukmin. Sedangkan di bawah itu
semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H.
R. Muslim)”

Kaitannya dengan laba dari perspektif Islam adalah dakwah dapat dimaknai
sebagai laba pula. Mengapa demikian? Karena urgensi dakwah yang dianjurkan
oleh Allah SWT kepada seluruh umat Muslim. Setiap umat muslim memiliki
kewajiban yang sama untuk berdakwah. Berdakwah di jalan Allah sudah
merupakan suatu keuntungan, suatu laba yang benar-benar bebas dari nilai.
Dakwah pun juga merupakan bentuk dari jihad. Memerangi kemunkaran. Laba

8
dakwah merupakan bentuk laba yang akan selalu bisa menguatkan eksistensi
manusia sebagai hamba Allah, karena setiap melakukan dakwah, kesadaran akan
Allah SWT secara otomatis akan selalu terpatri dalam benak setiap manusia.

Pemaknaan dakwah sebagai suatu bentuk laba tercermin dari usaha Q-


Mas M untuk menghadirkan produk minuman kemasan sebagai solusi umat. Hal
ini diawali dengan adanya sebuah isu, dikatakan bahwa merk air minum raksasa
“X” berkontribusi secara positif untuk mendukung Israel dalam memerangi
Palestina dengan cara mendonasikan 1000 rupiah di setiap galon yang terjual
untuk logistik tentara Israel. Hal ini dirasa sangat miris. Oleh karena itu Q-Mas M
datang dengan memberikan solusi, sebagai dakwah bil-haaq untuk memerangi
Israel dengan cara memerangi merk air minum raksasa “X”. Pada akhirnya,
“fidunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah”, berbahagia di dunia dan berbahagia
di akhirat adalah tujuan utama keberadaan manusia. Kehidupan di akhirat benar-
benar tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di dunia. Karena “wakinna
adzaban naar”, setiap manusia pasti ingin dirinya bahagia di akhirat pula,
terhindar dari siksaan api neraka yang pedih. Manusia, hingga pada akhir waktu
nanti pun tetap tak bisa menghilangkan hakikatnya sebagai makhluk yang tidak
kekal. Manusia hanyalah hamba Allah SWT.

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

Laba dari perspektif Islam menurut Q-Mas M pada Yayasan Islam Panti
Asuhan K.H. Mas Mansyur dimaknai dalam tiga bentuk pemaknaan, yaitu
pertama, laba materi dengan keperuntukkannya di jalan Allah SWT. Pemaknaan
laba sebagai materi tidak akan menimbulkan pemisahan antara kehidupan di dunia
dengan di akhirat jika laba materi tersebut digunakan dan diperuntukkan untuk
beribadah di jalan Allah. Laba materi secara konvensional bentuknya memang
sama dengan laba materi Islam. Namun, keperuntukannya lah yang membedakan.
Laba materi yang sebagiannya digunakan untuk beribadah di jalan Allah
merupakan salah satu bentuk makna laba dari perspektif Islam. Kedua, laba dalam
bentuk kebermanfaatan. Laba kebermanfaatan dapat diartikan sebagai besarnya
manfaat yang bisa diberikan kepada masyarakat luas yang membutuhkan. Menjadi
bermanfaat untuk orang lain, itu lah yang dimaknai sebagai laba. Ketiga, laba
dakwah. Laba dimaknai sebagai seberapa besarnya peran manusia untuk
menyebarkan ajaran Islam kepada sesama, untuk mengajak pada kebaikan dan
memerangi kemunkaran di jalan Allah SWT.
Setelah melakukan serangkaian prosedur penelitian, peneliti menemukan
sebuah kendala. Ternyata, pada kenyataannya, tidak ada ayat Al-Qur’an dan
hadist Rasulullah SAW yang menjelaskan secara gamblang tentang makna laba
selain “harta”, tetap saja dalam bentuk materi. Hanya saja, memang hikmah yang
ditimbulkan dari harta tersebut yang dijelaskan secara gamblang hampir disetiap
surat di dalam Al-Qur’an. Hikmah tersebut dapat diartikan sebagai “apa yang

9
seharusnya dilakukan dan apa yang didapat dari keberadaan laba materi tersebut
(harta)” sehinga manusia tetap pada hakikatnya sebagai hamba Allah. Sehingga,
saran yang dapat peneliti berikan, khususnya untuk peneliti selanjutnya jika ingin
meneliti lebih lanjut mengenai bahasan ini, adalah lebih bijak jika mengubah kata
“makna” menjadi “hikmah”, sehingga yang berusaha ditemukan adalah hikmah
dari laba atau harta, bukan makna, karena makna laba jika ditelusuri dalam ayat
Al-Qur’an maupun hadist Rasulullah SAW adalah tetap berbentuk materi.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Prihat. 2009. Dawan Raharjo (Ekonomi Islam. Antara Kapitalisme dan
Sosialisme). Media Akademika: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Islam. Vol.
24(2). April.

Amrullah, Haji Abdul Malik Karim. 1987. Tafsir Al-Azhar Juzu’-22. Singapura:
Pustaka Nasional PTE LTD.

Estes, Ralph. W. 1996. Tyranny Of The Bottom Line: Why Corporation Make
Good People Do Bad Things. San Francisco: Berret-Koehler Publisher.
Inc
Fadilah, Nor. 2013. Utsman bin Affan Si Super Dermawan; Kisah Inspiratif
Kedermawanannya. Jogjakarta: Diva Press

Fischer, Judith D. 2002. “Public Policy And The Tyranny Of The Bottom Line in
The Termination Of Older Workers”. South Carolina Law Review. Vol.53:
211.

Hutagalung, Bossga. 2015. Kapitalisme yang Merasuk ke Dalam Indonesia.


http://www.kompasiana.com/bossgahutagalung/kapitalisme-yang-
merasuk-ke-dalam-indonesia_552fc0b26ea834ba2f8b461e. Diakses pada
14 Desember 2015.

Ikhsan, Arfan & A. Endro Suwarno. 2003. Membangun Standar Akuntansi Islam
Dari Perspektif Zakat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.2(2):188-
199. September.

Marzuki, Suparman. 2003. Kapitalisme, Keserakahan dan Kejahatan. Makalah


Disajikan dalam “Seminar Keamanan dan Perdamaian di Indonesia”.
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Januari.

Muhammad & R. Lukman Fauroni. 2002. Visi Al-Qur’an tentang Etika dan
Bisnis. Jakarta: Salemba Diniyah.

10
Safitri, Fanny Eli. 2005. Tesis: Konsep Laba Menurut Tujuan Dasar Laporan
Keuangan Akuntansi Syariah. Malang. Program Magister Akuntansi
Universitas Brawijaya

11

Anda mungkin juga menyukai