Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Proposal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DOLOMIT DAN

PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN


PULAI RAWA (Alstonia Pneumatophora Back)
DI LAHAN GAMBUT

WINDI PUTRI RAHAYU


L1A120014

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS DOLOMIT DAN
PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN
PULAI RAWA (Alstonia Pneumatophora Back)
DI LAHAN GAMBUT

WINDI PUTRI RAHAYU


L1A120014

Proposal Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTNIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat, berkah dan rahmat Allah SWT


berkat limpah Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat
menyusun proposal yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN
DOSIS DOLOMIT DAN PUPUK NPK TERHADAP
PERTUMBUHAN PULAI RAWA (Alstonia Pneumatophora
Back) DI LAHAN GAMBUT”. Proposal penelitian ini
merupakan langkah awal sebelum menyelesaikan skripsi serta
untuk memenuhi mata kuliah wajib di Fakultas Pertanian dan
sebagai salah satu prasyarat pemenuhan Strata 1 (S1) di
Universitas Jambi.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan,
kritik dan saran serta memberikan dorongan semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat
kekurangan dam penyusunan. Oleh karena itu, penulis berharap
para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun agar
penulis dapat memperbaiki. Penulis juga berharap tulisan ini dapat
bermanfaat bgai pihak yang membutuhkan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan maupun sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.

Penulis, 21 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. i
I. PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................... 2
1.4 Hipotesis Penelitian ................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 4
2.1 Pulai Rawa (Alstonia Pneumatophora Back) ........... 4
2.2 Lahan Gambut .......................................................... 5
2.3 Pengapuran Dolomit Pada Lahan Gambut ............... 6
2.4 Pupuk NPK .............................................................. 7
III. METODE PENELITIAN ............................................ 9
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................. 9
3.2 Alat dan Bahan ......................................................... 9
3.3 Rancangan Percobaan .............................................. 9
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................... 10
3.4.1 Persiapan Areal .................................................... 10
3.4.2 Persiapan Bibit..................................................... 10
3.4.3 Pembuatan Lubang Tanam .................................. 10
3.4.4 Penanaman ........................................................... 10
3.4.5 Pemberian Dolomit dan Pupuk ............................ 11
3.4.6 Pemeliharaan Tanaman........................................ 11
3.5 Variabel yang Diamati ........................................... 11
3.5.1 Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) .................... 11
3.5.2 Pertambahan Diameter Tanaman (cm) ................ 11
3.5.3 Pertambahan Jumlah Daun .................................. 12
3.5.4 Persentase Hidup Tanaman ................................. 12
ii
3.6 Analisis Data .......................................................... 12
3.7 Data Penunjang ...................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 13

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulai rawa (Alstonia Pneumatophore Back) mampu tumbuh
pada lahan basah maupun lahan gambut. Secara geografi dan
ekologi jenis tanaman pulai rawa ini meliputi hutan rawa gambut,
hutan rawa musiman dan daerah berbukit-bukit (Heyne, 1987).
Pulai rawa mampu hidup pada tanah yang terdiri dari tanah organik
dengan ketebalan gambut sekitar 50-100 cm dan pH >4 (Daryono,
2009).
Pulai rawa ini termasuk ke dalam genus Alstonia dari family
Apocynanceae. Secara fisiologis, pulai rawa mampu tumbuh
dengan tinggi mencapai 45 meter dan tinggi cabang mencapai 10-
30 meter dengan diameter pohon mencapai 100 cm. Pulai rawa
termasuk dalam kelas kuat IV. Penggunaannya untuk tujuan non
struktural kayu akar napas yang lunak biasanya digunakan sebagai
kayu gabus untuk penutup botol dan gagang parang. Kayu pulai
rawa cocok digunakan untuk pembuatan boneka, industri korek
api, peti mati, pulp, dan pengganti sumbat gabus. Pulai rawa juga
menghasilkan getah yang mengandung flafonoida, sapoin, dan
polifenol yang biasa digunakan sebagai bahan obat-obatan
(Syamsuhidayat, 1991).
Tanaman pulai rawa mampu tumbuh sebagai tanaman
rehabilitasi karena pulai rawa merupakan tanaman endemik di
lahan gambut dengan daya survival hingga 17,7% dengan
persentase sebesar 61,57% dari beberapa tanaman yang tumbuh di
lahan gambut (Daryono , 2009; Irawan et al., 2017).
Lahan gambut memiliki tingkat keasaman dengan pH sekitar 2-
2,4 dengan kandungan bahan organik tinggi sehingga berisiko
terjadi kebakaran saat kering dan kapasitas tergenang sangat tinggi
(Krisnohadi,2011). Secara umum, tanah gambut yang terbakar
memiliki tingkat kesuburan yang rendah, ketersediaan sejumlah
unsur hara makro (K, Ca, Mg, P) dan mikro (Cu, Zn, Mn, Bo) yang
rendah, mengandung asam-asam organik yang beracun, serta
memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang tinggi tetapi
Kejenuhan Basa (KB) rendah.
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan menambahkan ameliorant dengan tujuan
untuk meninngkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kodisi
fisik dan kimia serta meningkatkan pH secara nyata. Bahan

1
ameliorant yang dapat diaplikasikan yaitu kapur dolomit (Alfarizi,
2014).
Tujuan penambahan kapur pada lahan gambut yaitu untuk
memperbaiki kondisi tanah dengan cara menaikkan pH tanah,
mengusir senyawa organic beracun menambah unsur Cad an Mg,
menambah ketersediaan hara, serta memperbaiki mikroorganisme
tanah termasuk yang berada di dalam bintil akar (Djuhariningrum
dan Rusmadi, 2004).
Dolomit merupakan jenis kapur yang digunakan untuk
kesuburan tanah dan mengurangi kemasaman pada lahan gambut.
Dolomit [ CaMg(CO3)2] mengandung : Ca = 21,73%; Mg =
13,18%; C = 13,03%; O = 52,06%; CaO = 30,4%; MgO = 21,7%;
dan CO2 = 47,9% (Rusmadi, 2004). Selain untuk mengurangi
kemasaman tanah gambut, dolomit juga dapat meningkatkan
kandungan kation-kation basa yaitu Cad an Mg serta meningkatkan
kejenuhan basa tanah gambut (Hardjowigeno, 1986 dalam Alfarizi,
2014).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pemberian Dosis Dolomit dan Pupuk
NPK Terhadap Pertumbuhan Pulai Rawa (Alstonia
Pneumatophora Back) Di Lahan Gambut”.

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis interaksi perlakuan dolomit dan pupuk NPK
terhadap tanaman pulai rawa (Alstonia Pneumatophore Back) di
lahan gambut
2. Menganalisis pengaruh perlakuan pupuk NPK terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman pulai rawa (Alstonia Pneumatophore
Back) di lahan gambut

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada peminatan
silvikultur Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi. hasil penelitina ini dapat memberikan data dan
informasi kepada Desa Dendang mengenai penggunaan dosis
pemberian pupuk kapur dolomit yang memberikan pengaruh
terbaik bagi pertumbuhan tanaman pulai rawa, serta menambah
pengetahuan dalam peningkatan kualitas tanah gambut.

2
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat respons anatara pemberian Dolomit dan NPK pada
dosis tertentu terhadap pertumbuhan tanaman pulai rawa
(Alstonia Pneumatophore Back) di lahan gambut
2. Pemberian Dolomit 200 g/lubang tanam akan memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman pulai rawa
(Alstonia Pneumatophore Back) di lahan gambut
3. Pemberian pupuk NPK 200 g/lubang tanam akan memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman pulai rawa
(Alstonia Pneumatophore Back) di lahan gambut

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pulai Rawa (Alstonia Pneumatophora Back)


Pulai rawa (Alstonia Pneumatophora Back) merupakan
tanaman endemic yang tumbuh pada lahan basah terutama di lahan
gambut. Adapun klasifikasi pulai rawa (Alstonia Pneumatophora
Back) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotyledonae
Ordo : Apocynales
Family : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia Pneumatophora Back
Pulai rawa (Alstonia Pneumatophora Back) memiliki nama
daerah Basung (Toba) di daerah kubu di kenal dengan nama pulai
kapur atau pulai tenah, Gabus, Goti, Pelaik, Pule, Tuturan
(Sumatera), Ampalai, Bintihung, Jelentik, Kubita, Pelai, Pelantan
(Kalimantan) Gabusan, Lame, Polay, Pule (Jawa), Kasidula,
Lingaru, Loi, Mantoti, Talanggilala, Tongkoya, Rita (Sulawesi)
Angar, Bintang, Hange, Leleko, Pule, Puli, Susu (Maluku), Lete,
Pela, Pera (Nusa Tenggara), Bangui, Jagera, Setaka, Susuh (Irian
Jaya). Pohon ini memiliki tinggi total mencapai 45 meter dan
tinggi bebas cabang (TBC) mencapai 10-30 meter dengan diameter
pohon mencapai 100 cm.
Pohon muda batangnya ramping dan lurus, pada bagian
bawahnya menjadi bersudut sedangkan dari atas bulat melingkar.
Bentuk khas pulai rawa ini yaitu akar napas yang besar,
panjangnya hingga berpuluh-puluh meter dalam liku-liku yang
melingkar di atas tanah. Warna kulit pulai yaitu kelabu hingga
kuning muda dan tidak mengelupas, jika ditoreh akan
mengeluarkan getah berwarna putih. Rata-rata berat jenis kayu
pulai rawa ini berkisar 400 kg/m³ (Rombe et al., 1982).
Tajuk pulai rawa berbentuk seperti pagoda, daunnya berbentuk
oval yang berada dalam satu rangkaian berjumlah tiga sampai
delapan buah dengan pangkal agak lancip dan ujung daun bundar.
Permukaan daun licin, tidak berbulu berukuran 8-12 cm × 3-5 cm.
pulai rawa ini memiliki bentuk buah yang lonjong kecil berukuran
2 mm × 5 mm berwarna coklat kehitaman diselimuti bulu halus
pada permukaan buah yang sedikit kasar sampai dengan licin.
4
Habitat hidup pulai raawa yaitu pada hutan rawa gambut, hutan
musiman dan daerah berbukit-bukit. Hal ini karena pulai rawa
memiliki tekstur pohon yang kuat dan perakaran yang kuat
sehingga dapat menahan kondisi tanah pada lahan gambut (Heyne,
1987). Pohon ini tersebar di hutan hujan tropis pada ketinggian 0-
1000 m dpl dan wilayah sebarannya banyak dijumpai di Sumatera,
Sulawesi, dan Kalimantan. Tanaman pulai ini mampu tumbuh
dengan baik pada jenis tanah alluvial.

2.2 Lahan Gambut


Secara teknis tanah gambut termasuk ke dalam ordo Histosol
yang terbagi menjadi 5(lima) sub-ordo yaitu wasis, folis, fibris,
hemis dan sapris (Soil Survey Staff, 2014). Tanah gambut
didominasi oleh kandungan bahan organik (C-Organik >18%)
dengan ketebalan ±50 cm. Bahan organik penyusun tanah gambut
terbentuk dari sisa tumbuhan hasil dekomposisi anaerobic
terhambat karena kondisi lingkungan yang jenuh air. Oleh sebab
itu, lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang atau
daerah cekungan yang berdrainase buruk (Subiska, 2008). Menurut
Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 tahun 2016, lahan gambut
adalah lahan yang terbentuk darimaterial organik yang
pembentukannya secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang
terdekomposisi tidak sempurna dan terakumulasi pada rawa.
Secara umum tanah gambut memiliki kapasitas tukar kation
(KTK) yang tinggi dengan kejenuhan basa (KB) rendah. Kapasitas
tukar kation tanah gambut lebih tinggi daripada tanah mineral.
KTK pada tanah gambut berkisar dari 50-100 cmol(+)kg-1 bila
dinyatakan atas dasar berat, tetapi jika lebih rendah bila dinyatakan
atas dasar volume. KTK gambut ditentukan oleh fraksi lignin dan
substansi humat yang relatif stabil termasuk asam hulmat dan
fulvat yang bersifat hidrofilik dan agresif membentuk komplek
stabil dengan ion logam (Noor, 2001).
Kandungan N-total pada lahan gambut tergolong tinggi,
namun unsur hara N relatif kurang tersedia bagi tanaman karena N-
organik pada tingkat C/N rasio yang tinggi terjadi proses
imobilisasi tanah. Gambut yang telah melapuk Sebagian besar
bersifat koloid dan mempunyai kemampuan serap yang tinggi,
sedangkan kohesi dan plastiditasnya agak rendah. Tanah gambut
bersifat sarang dan mudah dilalui oleh air. Sifat penyangga
gambuttergolong tinggi, sehingga bila dibandingkan tanah mineral

5
diperlukan lebih banyak belerang atau kapur untuk mengubah pH
tanah gambut (Barchina, 2006).

2.3 Pengapuran Dolomit Pada Lahan Gambut


Pertumbuhan tanaman yang baik dipengaruh oleh Ph tanah,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca,
Mg dan P kurang tersedia, tetapi unsur Al yang memacu sangat
tinggi. Tanah yang ber-pH rendah(pH<6) diklasifikasikan sebagai
tanah masam. Kemasaman tanah menunjukan tinggi rendahnya
konsentrasi ion H+ didalam tanah dan biasa disebut pH tanah.
Masalah kemasaman tanah antara lain adalah unsur Al, Fe dan Mn
sehingga dapat meracuni tanah. Pengasaman yang tinggi dapat
diperbaiki dengan pemberian kapur/pengapuran (Hardjowigeno,
2003).
Pengapuran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
menurunkan kosentrasi ion hidrogen dalam tanah sehingga dapat
mengurangi kemasaman tanah. Dolomit adalah kapur yang mampu
memperbaiki tanah gambut dengan cara menaikan pH tanah,
mengurangi ketersediaan senyawa-senyawa organik beracun,
meningkatkan kejenuhan basa, menambah unsur Ca dan Mg,
menambah ketersediaan hara dan memperbaiki kehidupan
mikroorganisme tanah termasuk yang ada dalam bintil-bintil akar.
Dolomit merupakan salah satu jenis kapur yang digunakan
untuk kesuburan tanah dan mengurangi kemasa,an pada lahan
gambut. Dolomit [ CaMg(CO3)2] mengandung : Ca = 21,73%; Mg
= 13,18%; C = 13,03%; O = 52,06%; CaO = 30,4%; MgO =
21,7%; dan CO2 = 47,9% (Rusmadi, 2004). Pemberian dolomit
selain mengurangi kemasaman tanah gambut, juga dapat
meningkatkan kandungan kation-kation basa yaitu Ca dan Mg dan
meningkatkan kejenuhan basa tanah gambut (Rusmadi, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Alfarizi (2014) menyatakan bahwa
pemberian dolomit pada tanah gambut mampu meningkatkan pH,
Ca dan Mg-ketersediaan tanah. Hal ini didukung dari hasil
penelitian Harjanti (2009) bahwa pemberian dolomit pada dosis 0,5
sampai 1 dapat meningkatkan Ca dan Mg sampai mendekati 100%,
sedangkan pemberian dolomit pada dosis 1,5 mampu
meningkatkan Ca dan Mg sampai 100%.
Penelitian yang dilaksanakan Nugroho (2000) menunjukkan
bahwa pemberian dosis kapur 1,5 g/polybag dapat meningkatkan
pH rata-rata 5,51 di bandingkan tanpa pemberian kapur memiliki
pH rata-rata 4,49. Pemberian kapur memberikan pengaruh yang
6
sangat nyata pada pertumbuhan tinggi, pertambahan diameter dan
tidak berpengaruh yang sangat nyata pada pertumbuhan berat
kering total, nisbah pucuk akar dan Panjang daun semai sengon
(Paraseriantes falcataria). Hasil penelitian Kurniawan (2001),
pemberian kapur dengan dosis 4,5 g memberikan pengaruh yang
sangat nyata pada pertumbuhan tinggi, diameter dan berat kering
total pada semai akasia (Acacia mangium willd).
Hasil penelitian Suwandi (2008) menunjukkan bahwa
pemberian dolomit 600 g/plot dan urea 20 g/plot pada tanaman
murbei (morus khumpai) berpengaruh nyata terhadap parameter
Panjang tunas, jumlah cabang utama, jumlah daun dan dapat
meningkatkan pH tanah sebesar 6,8.

2.4 Pupuk NPK


Kandungan unsur hara pada tanah gambut relatif rendah dan
sulit di serap oleh tanaman. Pemupukan adalah salah satu metode
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada
tanaman serta untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan
memberikan input nutrisi yang optimal. Pemupukan dilakukan
pada saat penanaman maupun secara periodik berdasarkan
kebutuhan tanaman. Pupuk yang sering digunakan dan efektif
untuk mendukung pertumbuhan tanaman Adela pupuk majemuk
NPK.
Pupuk NPK majemuk merupakan pupuk yang mengandung
unsur hara utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur
hara Nitrogen 16% dalam bentuk NH3, fosfor 16% dalam bentuk
P2O5, dan kalium 16% dalam bentuk K2O. Menurut Sutejo (2002)
pemberian kombinasi hara N,P, dan K dalam bentuk pupuk NPK
terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada kandungan hara tanah
dan dapat berpengaruh baik bagi tanaman karena unsur hara makro
N,P, dan K diperlukan bagi tanaman dan perkembangan tanaman.
Pupuk nitrogen (N) merupakan salah satu pupuk yang sangat
penting bagi semua tanaman termasuk tanaman kehutan. Nitrogen
(N) merupakan unsur hara esensial dan keberadaannya mutlak ada
untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara
makro. N juga bagian dari semua sel hidup didalam tanah, N
berfungsi sebagai komponen protein, hormon, krolofiol, dan
enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Metabolisme N
memiliki factor utama pertumbuhan vegetasi, batang, dan daun.

7
Tanaman yang mendapatkan pasokan N yang cukup,
pertumbuhannya dicirikan dengan warna hijau tua (Winarso 2005).
Pupuk posfor (P) juga berperan penting bagi tanaman yang
berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memacu
pertumbuhan dan memperkuat tanaman (Sutejo, 2002). Menurut
Hakim et al.,(1986) unsur hara ini berfungsi merangsang
pertumbuhan akar, membentuk titik tumbuh tanaman,
mempercepat masa panen, merangsang pertumbuhan bunga,
meningkatkan Bunga menjadi buah.
Sedangkan kalium menurut Damanik et, al., (2010) memegang
peranan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologi seperti
metabolism karbohidrat, pembentukan, pemecahan, dan translokasi
pati. Dan menurut Hakim et al., (1986) unsur kalium berperan
merangsang pertumbuhan fase awal, memperkuat tegakannya
batang, meningkatkan kwalitas gabah, buah, dan umbi, menambah
daya tahan terhadap hama dan penyakit.

8
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di areal Hutan Kemasyarakatan
(HKm), Desa Dendang, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Pengujian analisis pH tanah, analisis berat kering akar dan
berat kering tajuk akan dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
Penelitian dilaksanakan selama ± 4 bulan (16 minggu seelah
tanam) yaitu dari bulan Mei – September 2023.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain Meteran,
cangkul, Parang, Jangka sorong, Ajir, Kertas label, Benang, Ala
tulis, Spidol permanen, Kamera digital, Thermohigrometer, Plastik.

3.3 Rancangan Percobaan


Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak
berkelompok (RAK) yeng terdiri dari dua faktor yang didasarkan
pada jarak antara tanaman dan kanal. Adapun faktor pertama Adela
penggunakaan kapur dolomit dengan 3 taraf yaitu:
A1 = Pemberian dolomit 100 g/lubang tanam
A2 = Pemberian dolomit 150 g/lubang tanam
A3 = Pemberian dolomit 200 g/lubang tanam
Sedangkan faktor kedua adalah penggunaan pupuk majemuk
NPK dengan 4 taraf sebagai berikut :
P0 = Pemberian pupuk NPK 0 g/lubang tanam
P1 = Pemberian pupuk NPK 75 g/lubang tanam
P2 = Pemberian pupuk NPK 125 g/luban tanam
P3 = Pemberian pupuk NPK 200 g/lubang tanam
Sehingga banyak percobaan yang dilakukan adalah 4 x 3 =
12 perlakuan. Setiap perlakuan akan diulangi sebanyak 4 kali
ulangan maka dibutuhkan 12 x 4 = 48 unit percobaan. Dalam 1
unit percobaan terdapat 4 tanaman sampel, maka jumlah bibit yang
dibutuhkan adalah 48 x 4 bibit = 192 bibit.
Model persamaan Rancangan Acak Kelompok :

Yijk = µ + Kk + αi + βj + (αβ)ij + εijk

9
Keterangan :
Yijk = Pengamatan pada satuan percobaan ke-i yang memperoleh
kombinasi perlakuan taraf ke-j dari faktor kapur dolomit
dan taraf ke-k dari faktor pupuk NPK
µ = Mean populasi
Kk = Pengaruh taraf ke-k dari faktor kelompok
αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor kapur dolomit
βi = Pengaruh taraf ke-j dari faktor pupuk NPK
(αβ)ij = Pengaruh taraf ke-i dari faktor kapur dolomit dan taraf
ke-j dari factor pupuk NPK
εijk = Pengaruh galat pada faktor ke-i dan faktor ke-j ulangan ke-k

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Persiapan Areal
Kegiatan awal yang akan dilaksanakan pada areal adalah
pemilihan site, pengukuran luas lahan, pembuatan peta lahan
penelitian, pembersihan lahan, penentuan titik tanam, penentuan letak
kelompok perlakuan, dan pemasangan ajir untuk memudahkan
pembuatan lubang tanam.

3.4.2 Persiapan Bibit


Bibit Pulai rawa ( Alstonia pneumatophore Back) ini berasal
dari kebun pembibitan Pal X Jambi. Bibit yang digunakan yang
lolos seleksi yaitu berbatang tunggal lurus, batang sudah berkayu,
sehat dari serangan hama dan penyakit, tinggi 40-50 cm, diameter
1-3 mm, jumlah daun 4-6 helai, media kompak (utuh tidak retak
dan patah) dan siap untuk ditanam di lapangan.

3.4.3 Pembuatan Lubang Tanam


Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah persiapan areal dan
persiapan bibit selesai dilakukan. Pembuatan lubang tanam
menggunakan sistem tugal dengan ukuran sesuai ukuran polybag,
jarak tanam yaitu 3 m x 3 m.

3.4.4 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan bibit dari polybag dikeluarkan
dengan cara menyayat polybag dari sisi kiri dan kanan kemudian
dimasukkan ke dalam lubang tanam, lalu ditutup kembali dengan
tanah yang dikeluarkan sebelumnya dan dipadatkan dengan
menggunakan jari tangan.

10
3.4.5 Pemberian Dolomit dan Pupuk
Pemberian abu boiler dilakukan pada saat akan melakukan
penanaman hal ini dilakukan untuk menghindari hilangnya
kandungan dolomit akibat air hujan. Dolomit diberikan dengan
cara mencampurkan tanah gambut dari lobang tanam yang sudah
digali dengan cangkul, kemudian dimasukkan lagi ke dalam lobang
tanam tersebut. NPK diberikan seminggu setelah penanaman di sisi
kiri dan kanan tanaman pada kedalaman 10-15 cm dengan jarak
sekitar 10 cm dari batang tanaman.

3.4.6 Pemeliharaan Tanaman


Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di lapangan
meliputi dari penyiraman secara berkala, penyulaman, penyiangan
gulma, pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan 2
minggu setelah tanaman ditanam. Penyiangan gulma dilakukan
secara manual dengan mencabut gulma di sekitar tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu ketika
bibit tanaman menunjukan gejala terserang hama dan penyakit.

3.5 Variabel yang Diamati


3.5.1 Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi bibit pada tanaman sampel dilakukan mulai
dari leher akar sampai titik tumbuh tertinggi, dan pada leher akar
akan diberikan tanda dengan spidol permanen. Pengukuran
tanaman dilakukan seminggu setelah penanaman sebagai data
awal. Data tinggi awal akan digunakan sebagai data pembanding
pertambahan tinggi tanaman saat pengamatan pertama
dilaksanakan. Pengukuran berikutnya dengan interval waktu 2
minggu dan dihitung pertambahan tinggi dan dibandingkan dengan
pengukuran awal.

3.5.2 Pertambahan Diameter Tanaman (cm)


Pengukuran diameter dilakukan bersamaan dengan pengukuran
tinggi tanaman. Pengukuran pertambahan diameter bibit dilakukan
dari leher akar yang sudah diberikan tanda. Pengukuran diameter
awal tanaman dilakukan seminggu setelah penanaman, selanjutnya
pengukuran dilakukan dengan interval waktu 2 minggu.
Pengukuran diameter menggunakan jangka sorong dengan satuan
centimeter. Data yang diperoleh adalah selisih antara pengukuran
diameter terakhir dengan hasil pengukuran awal.
11
3.5.3 Pertambahan Jumlah Daun
Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan bersamaan
dengan pengukuran tinggi dan diameter batang. Pengamatan
dilakukan pada tanaman sampel setiap 2 minggu sekali selama
penelitian berlangsung. Daun yang dihitung adalah daun yang telah
membuka sempurna dan diberi tanda berupa benang pada daun
terakhir. Data yang diperoleh adalah selisih antara jumlah daun
pada pengamatan terakhir dengan jumlah daun awal.

3.5.4 Persentase Hidup Tanaman


Persentase hidup tanaman (%) diukur dengan cara menghitung
jumlah tanaman yang hidup dibagi dengan seluruh tanaman.
Pengamatan dilakukan pada minggu ke-8. Rumus persentase hidup
tanaman (%) adalah sebagai berikut:
Persentase hidup tanaman (%) = x 100 %

3.6 Analisis Data


Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variable yang
diujikan, data variable akan dianalisis secara statistik menggunakan
analisis of variance (ANOVA) dengan taraf 5%. Jika terdapat
interaksi antara pemberian Dolomit dan pupuk NPK maka akan
diuji lanjut dengan analisisorthogonal polinomial, selanjutnya diuji
lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

3.7 Data Penunjang


Data penunjang dalam penelitian ini meliputi pH tanah gambut,
kedalaman tanah gambut, suhu udara dan kelembapan udara.
Pengukuran pH tanah dilaksanakan sebulan sekali selama
penelitian menggunakan pH meter di sekitar tanaman sampel dan
pengukuran tanah di sekitar tanaman sampel sebagai pH akhir di
laboratorium. Pengukuran kedalaman tanah gambut dilakukan
sebelum dilaksanakannya penelitian. Sedangkan pengukuran suhu
dan kelembapan udara dilaksanakan 2 minggu sekali pada pagi,
siang dan sore hari dengan menggunakan thermohygrometer.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi. 2014. Pengaruh pemberian Blast Furnace Slage,Electric


Furnace Slage, Dolomit dan Silica Gel Terhadap Sifat Kimia
Tanah GambutDalam dari Desa Arang-arang jambi, Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor
Barchina M.F. 2006. Gambut Agroekosistem dan Transformasi
Karbon.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Daryono H. 2009. Potensi Permasalahan Dan Kebijakan Yang
Diperlukan Dalam Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa
Gambut Secara Lestari. Puslitbang Hutan dan Konservasi
Alam. Bogor.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademik Pressindo.
Jakarta
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademik Pressindo.
Jakarta
Harjanti RS. 2009. Pengujian Efektivitas Bahan Pembenahan
Tanah DolomitU Untuk Tanah Masam. Skripsi. Program Studi
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Pusat
dan Penelitian Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta
Irawan B, Napitupulu R.RP, Saad A dan Hardiyanti RA. 2017.
Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Gelam (Melaleuca cajuputi),
Jelutung Rawa (Dyera lowii), Pulai Rawa (Alstonia
pneumatophora), Bintangur (Calophyllum inophyllum), dan
Pinang (Areca catechu). Pada lahan Gambut di Tahura Orang
Kayo Hitam. Provinsi Jambi. Laporan Penelitian. Universitas
Jambi.
Kurniawan. 2001. Pengaruh Pemberian Kapur (CaC3) dan
Pemupukan dengan Unsur KCL Tanah Podsolik Merah Kuning
Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia (acacia mangium Willd)
Noor M . 2001. Pertanian Lahan Gambut. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta
Nugroho. 2000. Pengaruh Pemberian Kapur(CaC3) dan
Pemupukan dengan Unsur Kalium (KCL) pada Tanah Podsolik
Darmaga Semai Sengon(paraserianthes falcaria(L) Nielesen)
Serta Pembuatan Kurva Buffer
Rusmadi. 2004. Penentuan Kalsit dan Dolomit Secara Kimia dalam
Batu Gamping dari Madura. Pusat Pengembangunan Bahan
Galian dan Geologi Nuklir. Batan -8:332-334

13
Rusmadi. 2004. Penentuan Kalsit dan Dolomit Secara Kimia dalam
Batu Gamping dari Madura. Pusat Pengembangunan Bahan
Galian dan Geologi Nuklir. Batan -8:332-334
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. USDA. Natural
Resources Conservation Service, US Government Printing
Office, Washington, DC
Subiksa IGM, Nugroho K, Sholeh dan IPG. Widjaja Adhi. 1997.
The effect ofameliorants on the chemical properties and
productivity of peat soil. In: Rieley and Page (Eds). Pp:321-
326. Biodiversity and Sustainability of Tropical
Peatlands.Samara Publishing Limited, UK
Sutejo MM. 2002. Pupuk dan Cara Penggunaan. Rineka Cipta.
Jakarta
Suwandi. 2008. Aplikasi Dolomit dan Urea terhadap Pertumbuhan
Murbei (Morus khumpai).Pusat Litbang Hutan dan Konservasi
Alam. Jurnal Info Hutan (4):337-385
Syamsuhidayat SS. 1991. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia I.
Dapartemen Kesehatan RI, Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai