Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Materi Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Pada Pasien

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

A.

Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Pada Pasien


Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien
karna perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu  diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum. Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan
pasien, maka pemberian obat menjadi tugas perawat yang paling penting. Tidak semua
pasien tahu tentang obat dan cara kerja obat, inidisebabkan adanya beberapa factor
diantaranya gangguan visual, pendengaran, intelektual, ataumotorik yang mungkin
membuat pasien sukar untuk minum obat. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan
dan respon pasien dalam terapi medis dan cara pemberian obat yang tepat.
Perawat bertanggungjawab terhadap keamanan pasien dalam pemberian terapi,
oleh karena itu dalam memberikan obat, seorang perawat harus melakukan tujuh hal yang
benar : klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang
benar, dan dokumentasi yang benar serta informasi yang benar.
Keselamatan pasien berdasarkan JCI berkaitan dengan pemberian obat
merupakan salah satu bentuk pelayanan yang bertujuan agar obat yang diperlukan
tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu terjamin dan harga yang
terjangkau untuk mendukung pelayanan. yang bermutu serta memenuhi kebutuhan
rumah sakit dalam meningkatkan kualitas keselamatan pasien. Obat merupakan sediaan
atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Dep
Kes RI, 2005).

B. Prinsip Pemberian Obat Pada Pasien


1) Benar Pasien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien dan meminta klien
menyebutkan namanya sendiri. Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa
(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi
diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasiyang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.Jadi terkait dengan klien yang benar, memiliki implikasi keperawatan
diantaranya mencakup memastikan klien dengan memeriksa gelang identifikasi dan
membedakan dua klien dengan nama yang sama.
2) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang harus
diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Untuk menghidari kesalahan, sebelum memberi obat
kepada pasien, label obat harus dibaca tiga kali yaitu
1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat,
2. Sebelum menuang/ mengisap obat dan
3. Setelah menuang/mengisap obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
4. Obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip,
misalnya digoksin dan digitoksin, quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst.
3) Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker, sebelum dilanjutkan ke
pasien. Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan
mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang
berbeda tiap ampul atau tabletnya. Implikasi dalam keperawatan adalah perawat harus
menghitung dosis dengan benar.
4) Benar Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan melalui oral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
 Rute Oral
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Beberapa jenis obat dapat
mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (misalnya garam besi
dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul
yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi
hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini,
bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien
diberitahu untuk tidak minum antasida atau susu sekurang-kurangnya satu jam
setelah minum obat.
 Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus atau tidak melalui saluran cerna. Obat dapat
diberikan melalui intracutan, subcutan, intramusculer dan intravena. Perawat
harus memberikan perhatian pendekatan khusus pada anak-anak yang akan
mendapat terapi injeksi dikarenakan adanya rasa takut.
 Topikal
Pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,
spray, tetes mata.
 Rektal
Pemberiam obat dapat melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulcolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar/kejang (stesolid supp). Pemberian obat melalui rektal memiliki efek
yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun
sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria
 Inhalasi
Pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen
5) Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
a) Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b) Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua
kali sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat
dalam plasma tubuh dapat diperkirakan
c) Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai
waktu paruh panjang diberikan sekali sehari dan untuk obat yang memiliki waktu
paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu
d) Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau
bersama makanan
e) Memberikan obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
lambung sehingga diberikan bersama-sama dengan makanan
f) Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan
untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi
pemeriksaan obat
6) Benar Dokumentasi
Sebagai suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media
komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien.
Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien
sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan. Dokumentasi merupakan suatu metode untuk
mengkomunikasikan suatu informasi yang berhubungan dengan manajemen
pemeliharaan kesehatan, termasuk pemberian obat-obatan. Dokumentasi merupakan
tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas tertentu secara sah/legal.
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan yang
dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998)
C. Cara Mencegah Kesalahan Dalam Pemberian Obat
Berdasarkan analisis kejadian beresiko dalam proses kefarmasian, kejadian
obat yang merugikan, kesalahan pengobatan dan reaksi obat yang merugikan
menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien. Hal ini memerlukan
pendekatan ke sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan
kejadian antara kesalahan merupakan hal yang manusiawi dan proses farmakoterapi
yang sangat kompleks. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya resiko obat
terebut adalah multifaktor dan multiprofesi yang kompleks, jenis pelayanan medik,
banyaknya jenis dan jumlah obat per pasien, faktor lingkungan, beban kerja,
kompetensi karyawan, kepemimpinan dan sebagainya (Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2008).
Penggunaan yang salah terhadap obat dapat menimbulkan kecacatan bahkan
kematian pada manusia. Kesalahan dalam pemberian obat sering ditemukan meliputi
kekeliruan dalam mengidentifikasi pasien, menetapkan jenis obat, order dosis yang salah,
rute yang tidak tepat, waktu pemberian yang tidak tepat, obat yang menimbulkan alergi
atau kombinasi yang bertentangan sehingga menimbulkan akibat berupa kematian
(Syamsuni, 2006; 36).

Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan
hal-hal yang benar. Yaitu:
a) Baca label obat dengan teliti
Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk yang sama.
b) Pertanyakan  pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal
Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis
tunggal. Interprestasi yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan
pemberian dosis tinggi yang berlebihan.
c) Waspada obat-obatan bernama sama
Banyak nama obat yang terdengar sama(misalnya digoxin dan digitoxin).
d) Cermati angka belakang koma
Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan perkalian satu sama lain
(contoh: tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 25mg).
e) Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan
Kebanyakan dosis di programkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau
efek teraupetik dan responnya.
f) Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan
kepada sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko
pemberian dosis yang tidak akurat menjadi lebih besar.
g) Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk
obat yang sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal
singkatan tersebut obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
h) Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di baca
Apabila ragu tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi kecuali,perawat
mempertanyakan program obat yang sulit di baca.
i) Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama
lengkapnya,cermati nama yang tertera pada tanda pengenalan.
j) Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label
khusus pada buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang
potensial.
k) Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di
baca milligram padahal mililiter. 

D. Hak pasien dalam pemberian Obat


Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada tenaga kesehatan yang berwenang. Pasien secara khusus dalam kefarmasian
adalah penerima pelayanan kefarmasian yaitu setiap orang yang melakukan konsultasi
kefarmasian yang berhubungan dengan kesehatannya untuk memperoleh pelayanan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada apoteker, kewajiban pasien
dalam pelayanan kefarmasian diantaranya :memberikan informasi yang jujur, lengkap dan
akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya, mematuhi
aturan/petunjuk yang disampaikan apoteker, memberi imbalan jasa atas pelayanan yang
diterimanya.
Dalam Undang-undang tenaga kesehatan No. 36 tahun 2014 Hak warga negara dalam
bidang kesehatan pada pasal 4-8 secara berurutan sebagai berikut :
1. Setiap orang berhak atas kesehatan.
2. Pasal 5 ada 3 (tiga) ayat (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
akses atas sumber daya di bidang kesehatan. (2) Setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. (3) Setiap orang
berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan
yang diperlukan bagi dirinya.
3. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan.
4. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.
5. Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya.

Selain itu masyarakat atau pasien akan mendapatkan Perlindungan Pasien UU No.36 tahun
2009 pasal 56 -58 sebagai berikut:
1. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai
tindakan tersebut secara lengkap.
2. Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
3. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
4. Tuntutan ganti rugi tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
Kewajiban dan tanggung jawab apoteker Sebagai tenaga Kesehatan dalam UU No.36
tahun 2014 pasal 58 - 60 secara berurutan:
 Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan
Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan
penerima pelayanan Kesehatan.
 Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya atas
tindakan yang akan diberikan.
 Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan Kesehatan.
 Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan, asuhan,
dan tindakan yang dilakukan.
 Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang mempunyai
kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
 Tenaga kesehatan yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib
memberikan pertolongan pertama kepada penerima pelayanan kesehatan dalam
keadaan gawat darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
 Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak penerima
pelayanan kesehatan dan/atau dilarang meminta uang muka terlebih dahulu.
 Mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki.
 Meningkatkan Kompetensi.
 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi.
 Mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau kelompok.
 Melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan .

Hak-hak Pasien menurut Undang-Undang Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992


dalam BAB Penjelasan dari Pasal 53 ayat 2. Hak-hak pasien meliputi:

1. Hak untuk memperoleh informasi


Informasi yang berhak diterima pasien antara lain informasi mengenai: penyakit yang
diderita, tindakan medik yang hendak dilakukan serta informasi obat.
2. Hak untuk memberikan persetujuan
Pasien berhak memberikan ijin ataupun menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter maupun tenaga kesehatan yang lain sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya.
3. Hak atas rahasia kedokteran
Berupa kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya, dan
privasinya.
4. Hak atas pendapat kedua (second opinion)
Kebebasan kepada pasien untuk berkonsultasi apabila pasien mendapatkan obat
untuk proses terapinya, maka mereka juga berkedudukan sebagai konsumen obat yang
mendapatkan hak-haknya.

Hak Pasien dalam Pemberian Obat


Hak merupakan kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum
untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Terkait dengan pemberian obat-
obatan, pasien memiliki hak sebagai berikut :
a. Hak pasien mengetahui alasan pemberian obat
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi
(informed concent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk
membuat suatu keputusan.
b. Hak pasien untuk menolak pengobatan
Pasien dapat menolak pemberian pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk
menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang
perlu untuk mengusahakan agar pasien mau menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan
ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasikan.
Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika
pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan pasien, seperti dalam pemberian
insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan
laboratorium, misalnya pada pemberian insulin atau warfarin (Taylor, Lillis and LeMone,
1993; Kee and Hayes, 1996).

SUMBER
Pratiwi, Z. 2019. Peran Perawat Dan Hak Pasien Dalam Pemberian Obat. Lampung :
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Lestari, S. 2016. Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta : PPSDM
R.H Simamora. (2019). The Influence of Training Handover Baged SBAR
Communication for Improving Patients Safety. Indian Journal of Public Health Research &
Developmen
Adisasmito, W. (2012). Sistem kesehatan (Cetakan ke-4). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai