Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

13383-Article Text-53985-1-10-20210830

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

MFF 2021; 25(2):76-79

Original Article Majalah Farmasi dan Farmakologi

ANALISIS MEDICATION ERROR FASE PRESCRIBING,


TRANSCRIBING DAN DISPENSING DI PUSKESMAS KOTA
SEMARANG
Meki pranata1, Abdur rosyid2, Ainul malikha3
1,2
Prodi farmasi, Fakultas kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung, Kota Semarang, 50164,
Indonesia
3
Mahasiswa prodi farmasi, Fakultas kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung, Kota Semarang,
50164, Indonesia

ABSTRAK
Medication error merupakan kegagalan yang terjadi pada proses terapi pengobatan yang dapat menyebabkan
dampak negatif sehingga menimbulkan risiko yang fatal bagi pasien terhadap penyakitnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kejadian medication error dalam pelayanan obat di Puskesmas
Tlogosari Kulon Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian observational yang menggunakan metode
cross sectional. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang pada bulan
September - Oktober 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi medication error dengan tingkat
keparahan risiko berdasarkan matriks grading risiko di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Pada tahap
prescribing terjadi kesalahan yaitu: tidak ada nomor SIP dokter 100% (moderat), tidak ada nomor telepon
dokter 100% (moderat), tidak ada alamat dokter 100% (moderat), tidak ada jenis kelamin pasien 100%
(moderat), salah/ tidak ada umur pasien 0,3% (rendah), tidak ada berat badan pasien 100% (moderat) dan
tidak ada tinggi badan pasien 100% (moderat). Pada tahap transcribing tidak ditemukan adanya kejadian
medication error yang berarti bahwa tidak terjadi kesalahan dalam proses penerjemahan resep di Puskesmas
Kata Kunci : Tlogosari Kulon Kota Semarang. Pada tahap dispensing terjadi kesalahan yaitu: obat ada yang kurang 1,1%
Medication Error; (moderat), pemberian etiket salah/ tidak lengkap 0,3% (rendah) dan informasi aturan penggunaan obat salah/
Prescribing; tidak lengkap 47,2% (moderat). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi medication
Transcribing; error pada fase prescribing (peresepan) dan dispensing (penyiapan obat) di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
Dispensing Semarang pada periode September-Oktober 2020.

PENDAHULUAN
Kebijakan Menteri Kesehatan Republik Indonesia mencantumkan jenis kelamin. Pada bagian
No. 74 Tahun 2016 mengemukakan bahwa resep farmasetik terdapat kesalahan sebanyak 54,2%
merupakan catatan permohonan dari dokter pada rumah sakit pemerintah dan 65,8% di rumah
ataupun dokter gigi untuk apoteker, bisa sakit swasta berupa penulisan bentuk sediaan obat.
berbentuk tertulis ataupun elektronik dalam Pada bagian persyaratan klinis terdapat 4,6 %
menyiapkan serta memberikan obat kepada pasien berupa kesalahan penyesuaian dosis pada rumah
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan. sakit pemerintah dan 0,6% di rumah sakit swasta
Pelayanan kefarmasian yang baik dan sesuai (2).
norma yaitu pelayanan yang berkaitan langsung
Pada hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa
dengan prosedur pemakaian obat, dengan tujuan
memastikan keamanan, keefektifan, serta kesalahan dalam peresepan sudah umum terjadi
yang akan berpengaruh pada pengobatan dan
kerasionalan pemakain obat serta
keselamatan pasien. Akan tetapi mengingat
Masuk 25-03-2021 mengaplikasikan ilmu pengetahuan serta
banyaknya resep yang dikeluarkan dalam
Revisi 26-06-2021 kegunaan dalam proses pengobatan pasien.
Diterima 06-08-2021 Pelayanan kefarmasian sekarang sudah berfokus perawatan primer, maka akan berpotensi terjadi
kesalahan yang lebih serius yang dapat
pada Pharmaceutical Care (1).
DOI: 10.20956/mff.v25i2.13383 membahayakan keselamatan pasien (3). Dari
Menurut World Health Organization (WHO) 2016 uraian diatas, perlu dilakukan analisis untuk
Korespondensi medication error terjadi dalam tingkat prevalensi mengetahui medication error berdasarkan fase
Meki Pranata yang berbeda di berbagai belahan dunia. Penelitian prescribing, transcribing, dan dispensing
mekipranata@unissula.ac.id sebelumnya mengenai medication error di kemudian melakukan analisis tingkat keparahan
beberapa rumah sakit swasta maupun pemerintah risiko berdasarkan matriks grading risiko
Copyright di Kota Semarang dengan jumlah sampel sebanyak
© 2021 Majalah Farmasi
Farmakologi Fakultas Farmasi ·
2000 resep dengan pembagian 1000 resep dari METODE PENELITIAN
rumah sakit pemerintah serta 1000 resep dari
Makassar Penelitian ini merupakan penelitian observasional
rumah sakit swasta didapatkan beberapa
kesalahan baik secara administratif, farmasetik dengan metode cross sectional. Penelitian ini telah
Diterbitkan tanggal
maupun klinis. Dilihat dari bagian administratif disetujui oleh Komisi Bioetika Penelitian
30 Agustus 2021
didapatkan hasil yaitu sebanyak 62,4 % pada Kedokteran/Kesehatan Fakultas Kedokteran
Dapat Diakses Daring Pada: rumah sakit pemerintah dan 30,8% pada rumah UNISSULA dengan nomor 377/XI/2020/Komisi
http://journal.unhas.ac.id/index.php/mff sakit swasta tidak mencantumkan asal poliklinik, Bioetika. Penelitian ini dilakukan pada bulan
kemudian 20,4 % pada rumah sakit pemerintah September – Oktober 2020 di Puskesmas Tlogosari
dan 21,2 % pada rumah sakit swasta tidak Kulon Kota Semarang. Variabel bebas penelitian ini

76
MFF 2021; 25(2):76-79
Original Article Majalah Farmasi dan Farmakologi

adalah resep rawat jalan selama periode penelitian ada beberapa pasien yang memilki nama yang hampir sama
September – Oktober 2020 serta kesalahan dalam tetapi dengan jenis kelamin berbeda, sehingga jika ada
pengobatan (medication error) pada fase prescribing, kesalahan dalam pemberian obat berarti akan berpengaruh
transcribing, dan dispensing sebagai variabel terikat. Sampel pada kesalahan pemberian obat, jadi terapi pada pasien tidak
yang digunakan adalah resep pasien rawat jalan yang telah terealisasi (7). Kesalahan lain yang sangat penting yaitu
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 379 salah/tidak adanya umur pasien, tidak ada berat serta tinggi
resep. Kriteria inklusi penelitian meliputi resep resmi dari badan pasien. Umur pasien, tinggi serta berat badan pasien
dokter Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang dan Resep disini sangat krusial karena untuk memperhitungkan dosis
pasien rawat jalan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota sediaan yang akan diberikan. Keadaan tubuh pasien ini
Semarang. Kriteria ekslusi penelitian meliputi Resep pasien mungkin sangat berdampak pada terapi yang akan diberikan
rawat jalan yang tidak diambil di Instalasi Farmasi karena kondisi tubuh setiap pasien berbeda-beda sehingga
Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang, resep yang tidak dapat menimbulkan kesalahan pengobatan dan terapi pada
terbaca, resep pasien rawat jalan Puskesmas Tlogosari Kulon pasien tidak dapat tercapai (6). Salah satu contoh pentingnya
Kota Semarang selain Bulan September – Oktober 2020. berat badan dicantumkan dalam resep yaitu untuk
Analisis data dilakukan secara analisis univariat (analisis penentuan dosis dari pasien TBC (tuberculosis). Dalam
deskriptif) dengan menggunakan software SPSS (statistical penentuan penggunaan OAT (obat anti tuberculosis) yaitu
product and service solutions) dan dihitung dalam besaran didasarkan pada berat badan dimana hal tersebut dapat
persentase. Setelah itu dilakukan analisis mengenai tingkat berpengaruh pada ketepatan pengobatan pasien TBC di
keparahan risikonya dengan berdasarkan matriks grading semua fase pengobatan (8). Selain itu, berat badan dan tinggi
risiko badan pasien juga berpengaruh pada IMT (indeks massa
tubuh) yaitu apabila pasien TBC memiliki IMT yang rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN maka akan memperburuk respon pengobatan dan
memperbesar risiko gagal pengobatan (9). Berdasarkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian penelitian sebelumnya menyatakan bahwa faktor yang
medication error di Puskesmas Kota Semarang periode mengakibatkan medication error fase prescribing terdiri dari
September – oktober 2020. Penelitian ini didapatkan sampel beban kerja seperti perbandingan antara beban kerja dengan
sebanyak 379 resep yang memenuhi kriteria inklusi. SDM (sumber daya manusia) tidak sejajar, edukasi ialah
Berdasarkan data (tabel 1) Penelitian ini diketahui bahwa penulisan resep tidak mencukupi standar kelengkapan resep,
kesalahan yang menyebabkan medication error itu timbul gangguan bekerja ialah diganggu oleh bunyi telepon, keadaan
yaitu: tidak ada nomor SIP dokter sebanyak 100%; tidak ada lingkungan yang tidak kondusif serta komunikasi yaitu
nomor telepon dokter sebanyak 100%; tidak ada alamat permohonan obat secara lisan (10).
dokter sebanyak 100%; tidak ada jenis kelamin pasien
sebanyak 100%; salah/ tidak ada umur pasien sebanyak Tabel 1. Identifikasi medication error fase prescribing
0,3%; tidak ada berat badan pasien sebanyak 100% dan tidak Jumlah
No Variabel Penelitian Persen (%)
ada tinggi badan pasien sebanyak 100%. Sistem di bagian Kejadian
farmasi Puskesmas Tlogosari Kulon hanya menerima resep
1 Tidak ada nama dokter penulis resep 0 0
yang dituliskan oleh dokter resmi yang ada di puskesmas 2 Tidak ada nomor SIP dokter 379 100
tersebut, sehingga resep yang masuk di sistem merupakan 3 Tidak ada nomor telepon dokter 379 100
resep resmi dari Puskesmas Tlogosari Kulon dan secara 4 Tidak ada alamat dokter 379 100
langsung dapat dilayani. Puskesmas Tlogosari Kulon sudah 5 Tidak ada status dokter 0 0
menerapkan sistem peresepan e-prescribing, dimana sistem 6 Tidak ada paraf dokter 0 0
peresepan e-prescribing dapat meningkatkan tingkat akurasi 7 Salah/tidak jelas nama pasien 0 0
peresepan, kewaspadaan terhadap potensi interaksi obat 8 Tidak ada alamat pasien 0 0
yang merugikan, riwayat alergi obat dan efisiensi waktu 9 Tidak ada jenis kelamin pasien 379 100
dalam pelayanan kefarmasian (4). Identitas dokter seperti 10 Salah/tidak ada umur pasien 1 0,3
nomor SIP dokter, nomor telepon dokter dan alamat dokter 11 Tidak ada tanggal penulisan resep 0 0
terjadi kesalahan 100% dikarenakan pada lembar resep tidak 12 Tidak ada nomor rekam medik 0 0
dicantumkan parameter tersebut sehingga terjadi kesalahan, 13 Tidak ada BB pasien 379 100
akan tetapi identitas tersebut di atas sudah tercantum di 14 Tidak ada TB pasien 379 100
dalam sistem yang ada di puskesmas yang dapat diakses oleh 15 Tidak ada ruang asal resep 0 0
apoteker dan tenaga farmasi di puskesmas tersebut. Identitas 16 Tidak ada nama obat 0 0
pasien seperti jenis kelamin, berat badan dan tinggi pasien 17 Tidak ada dosis obat 0 0
juga mengalami kesalahan 100% karena tidak tercantum di 18 Tidak ada dosis jumlah obat 0 0
dalam lembar resep, akan tetapi parameter tersebut dapat 19 Tidak ada durasi pemberian obat 0 0
dilihat di rekam medik pasien dimana Apoteker dan tenaga 20 Tidak ada rute pemberian obat 0 0
farmasi yang lain dapat melihat ataupun mengakses melalui 21 Tidak ada bentuk sediaan 0 0
sistem di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang.
Kesalahan tidak mencantumkannya nomor SIP dokter, nomor
Berdasarkan tabel 2, penelitian yang telah dilakukan tidak
telepon dokter dan alamat dokter pada resep merupakan
ditemukan kesalahan pada tahap transcribing. Hal tersebut
kesalahan yang penting dikarenakan apabila suatu resep
menunjukkan bahwa transcriber telah melakukan semua
terjadi sebuah kesalahan berarti petugas kefarmasian bisa
komponen yang dianalisis dan telah melakukan pembacaan
langsung melaporkan ke dokter yang berkaitan untuk
resep sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. Terdapat
melaksanakan konfirmasi mengenai resep yang ditulis (5).
beberapa tipe transcribing errors yaitu: kecerobohan,
Nomor SIP dokter digunakan untuk memastikan keselamatan
kesalahan interval, obat pengganti, kesalahan dosis,
pasien bahwa dokter itu memiliki hak serta dinaungi undang-
kesalahan rute, kesalahan data mengenai detail pasien (11).
undang pada penulisan resep dan melaksanakan terapi pada
pasien (6). Kesalahan tidak dicantumkannya jenis kelamin Tabel 2. Identifikasi medication error fase transcribing
pasien merupakan kesalahan yang penting. Jenis kelamin Jumlah
No Variabel Penelitian Persen (%)
pasien termasuk dalam identitas pasien dimana apabila Kejadian

terjadi kesalahan hal tersebut akan berdampak pada 1 Tidak jelas/tidak lengkap nama 0 0
obat
kesalahan pemberian obat. Hal tersebut dapat terjadi karena

77
Herlina Rante, Abd. Halim Umar, Dominggus Paniel Mau
Analisis Medication Error Fase Prescribing, Transcribing dan Dispensing di …
Original Article

2 Tidak jelas/tidak lengkap dosis


obat
0 0 dilakukan dengan beberapa hal yaitu, meningkatkan SDM
3 Tidak jelas/tidak lengkap jumlah 0 0
(sumber daya manusia) dalam pelaksanaan keselamatan
dosis obat pasien, menyusun pengadaan sarana prasarana yang
4 Tidak jelas/tidak lengkap durasi 0 0 berkaitan dengan keselamatan pasien dan menyusun
pemberian obat kebijakan dan SOP (standar operasional prosedur) dalam
5 Tidak jelas/tidak lengkap rute 0 0 pelaksanaan keselamatan pasien (16).
pemberian obat
6 Tidak jelas/tidak lengkap bentuk 0 0
sediaan
Tabel 4. Analisis tingkat keparahan risiko berdasarkan matriks
grading resiko
Matriks
Medication
No Variabel Pene litian Grading
Berdasarkan tabel 3, penelitian yang telah dilakukan terdapat Error
Risiko

beberapa kesalahan yang menimbulkan medication error 1 Fase


Prescribing
Tidak ada nomor SIP dokter Moderat

pada tahap dispensing yaitu obat ada yang kurang sebanyak Tidak ada nomor telepon dokter Moderat
Tidak ada alamat dokter Moderat
1,1%, pemberian etiket salah/ tidak lengkap sebanyak 0,3% Tidak ada jenis kelamin pasien Moderat
dan informasi aturan penggunaan obat salah/ tidak lengkap Salah/ tidak ada umur pasien Rendah
sebanyak 47,2%. Kesalahan pada obat yang kurang terjadi Tidak ada BB pasien Moderat
karena dalam unit farmasi tidak terdapat stok obat. Hal Tidak ada TB pasien Moderat

tersebut dapat memperlambat proses penyembuhan terapi 2 Fase - -


Transcribing
pada pasien karena kurangnya obat dan menyebabkan pasien 3 Fase Obat Moderat
tidak mendapatkan hasil terapi yang sesuai dengan hasil Dispensing ada
Rendah
yang
terapi yang diinginkan (7). Kesalahan lain pada tahap kurang Moderat
dispensing yaitu terdapat salah satu resep yang penulisan Pemberian etiket salah/ tidak lengkap

etiket salah atau tidak lengkap. Hal ini terjadi karena Informasi aturan penggunaan obat salah/ tidak lengkap

banyaknya resep yang masuk ke unit farmasi sehingga


menyebabkan tenaga farmasi kurang memperhatikan dengan
baik dalam penulisan etiket. Beban kerja sangat berpengaruh KESIMPULAN
pada pelayanan kefarmasian yang mengakibatkan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa masih terdapat
ketidakseimbangan dalam jumlah resep yang harus dilayani
beberapa kesalahan medication error pada peresepan pasien
dengan jumlah tenaga farmasi yang berada di unit farmasi
sehingga penelitian ini dapat memberikan dampak
(12). Tahap dispensing terdapat kesalahan lain yang sering
pengetahuan mengenai kesalahan dalam peresepan. Hal ini
terjadi yang menimbulkan medication error yaitu informasi
terlihat pada fase prescribing menunjukkan terjadi
aturan penggunaan obat salah/ tidak lengkap. Hal tersebut
medication error, yaitu: resep yang tidak ada nomor SIP
terjadi karena banyaknya pasien yang harus dilayani
dokter sebanyak 100%; tidak ada nomor telepon dokter
sehingga pasien hanya menerima obat yang diresepkan tetapi
sebanyak 100%; tidak ada alamat dokter sebanyak 100%;
tidak mengetahui informasi obat yang diterima. Hal tersebut
tidak ada jenis kelamin pasien sebanyak 100%; salah/ tidak
sangat berpotensi menimbulkan medication error karena
ada umur pasien sebanyak 0,3%; tidak ada berat badan
pada umumnya pasien tidak mengetahui obat yang diterima
pasien sebanyak 100% dan tidak ada tinggi badan pasien
(13). Faktor yang dapat menimbulkan dispensing errors
sebanyak 100%. Fase transcribing menunjukkan hasil tidak
yaitu beban pekerjaan tinggi, jumlah staf yang kurang, obat
terjadi medication error. Fase dispensing menunjukkan
LASA (look alike sound alike), kemasan yang mirip, sistem
terjadi medication error yang terdiri dari obat ada yang
penyimpanan obat LASA dan gangguan lingkungan (14).
kurang sebanyak 1,1%; pemberian etiket salah/ tidak
Faktor beban kerja yang tinggi merupakan rasio antara beban
lengkap sebanyak 0,3% dan informasi aturan penggunaan
kerja dan SDM yang tidak seimbang, gangguan bekerja yaitu
obat salah/ tidak lengkap sebanyak 47,2%. Analisis tingkat
terganggu dengan dering telepon, edukasi yaitu tidak tepat
keparahan risiko menunjukkan fase prescribing, tidak ada
waktu pemberian obat, kondisi lingkungan yaitu jarak unit
nomor SIP dokter (moderat); tidak ada nomor telepon dokter
farmasi tidak memudahkan tenaga kesehatan dalam
(moderat); tidak ada alamat dokter (moderat); tidak ada jenis
pemberian obat dan komunikasi yaitu kurangnya komunikasi
kelamin pasien (moderat); salah/ tidak ada umur pasien
tenaga kesehatan dan pasien dalam penggunaan obat (10).
(rendah); tidak ada BB pasien (moderat) dan tidak ada TB
Tabel 3. Identifikasi medication error fase dispensing pasien (moderat). Fase transcribing tidak dilakukan analisis
No Variabel Penelitian
Jumlah
Persen (%)
tingkat keparahan risiko dikarenakan pada fase transcribing
Kejadian tidak terjadi medication error. Fase dispensing, obat ada yang
1 Salah pengambilan obat 0 0 kurang (moderat); pemberian etiket salah/ tidak lengkap
2 Salah dosis obat 0 0
(rendah) dan informasi aturan penggunaan obat salah/ tidak
3 Salah pasien 0 0
lengkap (moderat). Setiap medication error memiliki tingkat
4 Salah menghitung jumlah obat 0 0
keparahan yang berpotensi merugikan pasien sehingga tiap
5 Obat ada yang kurang 4 1,1
fase perlu ada perbaikan pada tingkat keparahan untuk
6 Obat ada yang rusak/kadaluwarsa 0 0
mencegah dan mengurangi kejadian medication error.
7 Pemberian etiket salah/tidak 1 0,3
lengkap
8 Pemberian obat diluar instruksi 0 0 UCAPAN TERIMA KASIH
9 Informasi aturan penggunaan obat 179 47,2
salah/tidak lengkap Ucapan terima kasih kepada Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
Semarang dan LPPM Universitas Islam Sultan Agung di Kota
Semarang
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 4), insiden tingkat
keparahan risiko (severity assessment) dapat ditangani
secara internal yaitu meningkatkan komunikasi, menyususn DAFTAR PUSTAKA
rencana perlakuan risiko secara sistematis, memantau setiap
1. Bertawati. Profil Pelayanan Kefarmasian Dan Kepuasan konsumen
insiden atau kejadian, melakukan perbaikan di unit farmasi Apotek Dikecamatan Adiwerna Kota Tegal. J Ilm Mhs Univ Surabaya.
baik dari pelayanan maupun sistem sehingga insiden tingkat 2013;2(2):1–11.
keparahan resiko dapat menurun (15). Upaya mengurangi 2. Satibi, Y.W VM, Suwarni S, Kuswardhani. Kefarmasian Dengan Potensi
Medication Error Di Beberapa Rumah Sakit Kota Semarang Analysis
atau mencegah adanya insiden keselamatan pasien dapat

78
MFF 2021; 25(2):76-79
Original Article Majalah Farmasi dan Farmakologi

Differences of Implemantation Pharmaceutical Care Standard. J Manaj 10. Yosefien Ch. Donsu, Heedy Tjitrosantoso WB. Faktor Penyebab
dan Pelayanan Farm paraf. 2017;7(September):125–31. Medication Error Pada Pelayanan Kefarmasian Rawat Inap Bangsal
3. World Health Organization. Medication errors. Vol. 30, Nursing Anak Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Pharmacon. 2016;5(3).
standard (Royal College of Nursing (Great Britain) : 1987). 2016. 61–62 11. Kabra A, Kabra R. Study Of Medication Errors And Compliances For
p. Inclusion Of New Drugs In Hospital Formulary International Journal Of
4. Farida S, Krisnamurti DGB, Hakim RW, Dwijayanti A, Purwaningsih EH. Fundamental & Applied Sciences Study Of Medication Errors And
Implementasi Peresepan Elektronik. eJournal Kedokt Indones. Compliances For Inclusion Of New Drugs In Hospital Formulary.
2018;5(3). 2020;(May):13–6.
5. Khairurrijal MAW, Putriana NA. Review : Medication Erorr Pada Tahap 12. Pernama AM. Evaluasi Medication Error Pada Resep Pasien Diabetes
Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan Administration. Mellitus Tipe II Ditinjau Dari Fase Prescribing, Transcribing Dan
Farmasetika.com (Online). 2018;2(4):8. Dispensing Di Instalasi Rawat Jalan Salah Satu Rumah Sakit Jakarta
6. Mamarimbing M, Fatimawali, Bodhi W. Evaluasi Kelengkapan Resep Utara. 2017. 1–73 p.
dari Dokter Spesialis Anak padaTiga Apotek di Kota Manado. J 13. S S, Paryanti, M S. Pengaruh Partisipasi Tenaga Teknis Kefarmasian
Pharmachon [Internet]. 2012;Vol 1(2):1–6. Available from: dalam Menurunkan Angka Kejadian Medication Error di Bangsal
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/viewFile/ Penyakit Dalam RS RK Charitas Palembang. Maj Kesehat Pharmamedika
485/378%0Ahttps://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/arti [Internet]. 2011;(1):211–6. Available from:
cle/view/485 http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/majalah-
7. Maalangen TV, Citraningtyas G, Wiyono WI. Identifikasi Medication Pharamedika/article/view/437
Error Pada Resep Pasien Poli Interna Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit 14. Aldhwaihi K, Umaru N, Pezzolesi C, Schifano F. A Systematic Review Of
Bhayangkara Tk. III Manado. Pharmacon J Ilm Farm. 2019;8(3):20–7. The Nature Of Dispensing Errors In Hospital Pharmacies. Integr Pharm
8. Pradani SA, Kundarto W. Evaluasi Ketepatan Obat dan Dosis Obat Anti Res Pract. 2016;1.
Tuberkulosis pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan RSUDDr. 15. Khansa Maghfira Djatnika, Septo Pawelas Arso SPJ. Analisis Pelaksanaan
Moewardi Surakarta Periode 2016-2017. JPSCR J Pharm Sci Clin Res. Manajemen Risiko Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
2018;3(2):93. Tugurejo Semarang Tahun 2018. J Kesehat Masy. 2019;7(1):84–92.
9. Tama TD, Adisasmita AC, Burhan E. Indeks Massa Tubuh dan Waktu 16. Islami K, Arso SP, Lestantyo D. Analisis Pelaksanaan Program
Terjadinya Konversi Sputum pada Pasien Tuberkulosis Paru BTA Positif Keselamatan Pasien Puskesmas Mangkang, Kota Semarang. J Kesehat
di RSUP Persahabatan Tahun 2012. J Epidemiol Kesehat Indones. Masy. 2018;6(4):27–41.
2016;1(1):1–8.

Sitasi artikel ini: Meki pranata, Abdur rosyid, Ainul malikha. Analisis Medication Error Fase Prescribing, Transcribing
dan Dispensing di Puskesmas Kota Semarang MFF 2021;25(2):76-79

79

Anda mungkin juga menyukai