Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

ALIP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

UJI FITOKIMIA KUALITATIF, UJI ANTIOKSIDANT SERTA UJI KANDUNGAN

METABOLIT SEKUNDER PADA TANAMAN BAYAM MERAH (Amaranthus


gangeticus L.) DAN KUBIS UNGU (Brassica oleracea var. capitata L.)

Aliffian Nisa’ Cholida


Universitas Muhammadiyah Malang / Malang
Alamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur. Fax: 0341464318
E-mail: aliffiannisa2@gmail.com

Abstrak

Tanaman bayam merah dan kubis ungu merupakan tanaman herbal asli Indonesia yang
mempunyai banyak manfaat. Salah satu potensi tanaman mimba sebagai antioksidan yang dapat
digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan fitokimia, kandungan antioksidant, dan kandungan metabolit sekunder
pada bayam merah dan kubis ungu. Hasil penelitian diperoleh simplisia dengan sampel kubis ungu
memiliki kadar air sebesar 77,3%. Ekstraksi bayam merah menggunakan metode dekok
menghasilkan jumlah ekstrak 120 ml. Pada uji kualitatif sampel kubis ungu positif pada uji
alkaloid. Uji aktifitas antioksidant bayam merah menunjukkan hasil 90,09%. Serta uji total fenol
bayam merah menunjukkan hasil 1.385 mg GAE/g dan pada uji total flavonoid sebesar 167, 45 mg
QE/g.

Kata kunci : Antioksidant, bayam merah, fitokimia, kubis ungu, metabolit sekunder

1. PENDAHULUAN
Tanaman bayam merah (Amaranthus gangeticus L.) berasal dari Amerika,mudah tumbuh
dan tersebar di daerah tropis dan sub tropis di seluruh dunia. Di Indonesiasendiri bayam merah
dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5 –2.000 m dpl, tumbuh di daerah
panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya
agak panas. Sedangkan tanaman kubis (Brassica oleracea) bentuk capitata merupakan tumbuhan
yang berasal dari famili Brassicaceae atau Cruciferae (Rumimper, 2014). Bentuk capitata
menghasilkan kubis ungu maupun kubis putih. Nama latin kubis ungu yaitu Brassica oleracea var.
capitata L.). Kubis ungu dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah dengan rata-rata
curah hujan 850-900 mm dan umur panen berbeda-beda berkisar dari 90 hari sampai 150 hari.
Kubis dapat diperbanyak melalui biji atau setek tunas (Erwin, 2015). Kubis ungu memiliki nama
lain dari berbagai negara, diantaranya yaitu Rode Kool di Belanda, Suitkoll di Afrika, di Perancis
dikenal sebagai Chou Cobus, di Jerman sebagai Kopfkohl dan Purple atau Red Cabbage di Inggris
(Heyne, 1987).
Tanaman bayam merah dan kubis ungu mengandung senyawa bioaktif baik pada bagian
batang, daun maupun akarnya. Menurut (Asif 2012). Hampir semua bagian dari bayam merah dan
kubis ungu mempunyai khasiat obat . Daun bayam merah mengandung senyawa- senyawa bioaktif
diantaranya kandungan flavonoid, betalain, vitamin C, dan juga vitamin A yang merupakan
antioksidan yang poten (Wiyasihati, 2016). Sedangkan kandungan senyawa-senyawa bioaktif kubis
ungu diantaranya isotiosianat, vitamin A,B,C dan antosianin. Antosianin merupakan pigmen alami
pada kubis ungu yang larut dalam air dan bersifat antioksidan (Suhartati, 2021).
Ekstrak daun bayam merah dan kubis ungu mempunyai aktifitas sebagai antioksidan (Balaji
and Cheralathan 2015). Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau memperlambat
kecepatan oksidasi bahan-bahan yang terokidasi. Antioksidan dapat menghambat oksidasi lipid
melalaui pengikatan oksigen secara kompetitif, menghambat tahap inisiasi, memblokir tahap
propagasi dengan cara merusak atau mengikat radikal bebas, menghambat catalis atau
menstabilkan hidrogenperoxide (Saeed et al., 1999). Selain bersifat antioksidan daun bayam merah
dan kubis ungu juga bersifat anti bakteri. Menurut (Susmitha et al. 2013) bayam merah dan kubis

Praktikum Biologi Terapan - Fitofarmaka | Lab. Biokimia 2022 1


ungu mengandung senyawa bioaktif alkaloid, steroid, flavonoid saponin dan tannin. Senyawa-
senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella dan E. coli.
Senyawa bioaktif tersebut terdapat dalam jaringan sehingga perlu dilakukan ekstrasi untuk
mendapatkan senyawa bioaktifnya. Sebelum dilakukan ekstraksi, bahan dibuat simplisia terlebih
dahulu. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode dekok. Metode dekok dapat digunakan
untuk mengekstrak senyawa bioaktif yang ada pada daun bayam merah. Menurut Ardanurdin
(2014) metode dekok merupakan proses penyaringan bahan aktif suatu bahan alami menggunakan
aquades steril dengan pemanasan di atas penangas air. Selain itu, terdapat uji kandungan metabolit
sekunder pada daun bayam merah yakni uji total fenol dan flavonoid.

2. METODE
2.1. Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi antara lain : Wadah plastic, pisau,
oven, timbangan analitik, blender, hot plate, spektofotometer, beaker glass, erlenmeyer, spatula,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit kayu, botol kaca.
2.2. Bahan
Sampel tanaman obat meliputi daun bayam merah dan kubis ungu, aquades, alkohol,
etanol, larutan DPPH, klorofoam, asam galat, CH3COOH, H2SO4 AlCl3, Na2CO3.

2.3. Jalannya Penelitian


2.3.1 Pembuatan Simplisia
Kubis ungu dicuci, dicacah, diangin-anginkan di bawah sinar matahari, lalu dioven pada
suhu 100°C selama 30 menit. Diperoleh simplisia dengan berat kering/kadar air sebesar 77,3%.
2.3.2 Pembuatan Ekstrak
Daun bayam merah dilakukan ekstraksi dengan menggunakan metode dekok. Pelarut yang
digunakan berupa aquades. Perbandingan pelarut dan sampel yakni 1: 10. Metode dekok dilakukan
dengan penyaringan bahan aktif sampel menggunakan aquades dengan pemanasan di atas penangas
air, selama 10 menit.
2.3.3 Analisis Fitokimia
Alkoloid
Menimbang sampel kubis ungu 10 mg, lalu ditambahkan sebanyak 1 ml asam klorida 2N
dan 9 ml air, lalu dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring.
Selanjutnya, mengambil 3 tets filtrate perlakuan sebelumnya dan ditambahkan 2 tetes pereaksi
mayer.
Flavonoid
3ml AlCl3 1% ditambahkan ke 5 ml ekstrak. Terbentuknya warna kuning menunjkkan
adanya flavonoid. 5ml larutan ammonia ditambahkan dan dicampur dengan penambahan H2SO4
pekat. Warna kuning yang hilang menunjukkan uji positif untuk flavonoid.
Trepenoid
Menimbang sampel sebanyak 2 gr ke dalam gelas kimia, kemudian ditambah dengan 10 ml
etanol. Gelas kimia ditutup dengan alumunium foil kemudian didihkan dalam panic yang berisi air.
Larutan disaring hingga diperoleh filtrate. Sebanyak 2,5 ml filtrate ditambahkan dengan 1 ml
klorofoam dan 3 tets H2SO4 pekat. Adanya senyawa golongan terpenoid akan ditandai dengan
timbulnya warna coklat.
Steroid
Menimbang sampel 2 gram ke dalam gelas kimia, kemudian ditambah dengan 20 ml
methanol dan 2 ml H2SO4. Gelas kimia ditutup dengan alumunium foil kemudian didihkan di atas
panic berisi air. Larutan disaring hingga diperoleh filtrate. Filtrate ditambahkan 2 ml asam asetat
anhidrat. Adanya senyawa golongan steroid akan ditandai dengan timbulnya warna hijau atau biru.
Saponin

Praktikum Biologi Terapan - Fitofarmaka | Lab. Biokimia 2022 2


Menimbang 2 gr sampel, menambahkan 20 g sampel, menambahkan 20 ml aquades dan
didihkan. Mengambil filtrate 10 ml, menambahkan aquades 5 ml. Mengocok hingga terbentuk
busa.
2.3.4 Analisis Antioksidant
Membuat larutan DPPH, 3 ml DPPH dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
100πL sampel dikocok hingga homogen lalu didiamkan 15 menit pada suhu 25°C. Mengukur nilai
absorbansi pada panjang gelombang 517 nm.

2.3.5 Kandungan Metabolit Sekunder


Total Fenol
Membuat standar 0,02 asam galat 300, 200, 100 dan 50 ppm. 1 ml sampel ditambah 1 ml
folin C kemudian diinkubasi selama 5 menit, ditambahkan 10 ml Na2CO3 7% dan 13 ml aquades.
Menginkubasi dalam gelap selama 90 menit. Menukur nilai absorbansi pada 750 nm.
Total Flavonoid
Sebanyak 1 ml sampel dipipet ke dalam tabung reaksi, ditambah AlCl3 10% dan
CH3COOH 8 ml. Lalu diinkubasi selama 30 menit, absorbansi dibaca pada panjang gelombang
438 nm.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Simplisia

Gambar 1. Simplisia Kubis Ungu


Simplisia kubis ungu memiliki kadar air sebanyak 77,3%. Kadar air merupakan salah satu
parameter untuk menentukan kualitas simplisia (Kawiji, 2013). Sedangkan menurut Ningsih
(2016) batas kadar air simplisia daun adalah 5%. Sehingga dapat diketahui bahwa hasil yang
didapat kurang maksimal karena hasil simplisia kadar airnya melebihi 5%. Kadar air tinggi dapat
memicu kerusakan simplisia.
3.2 Ekstraksi
Ekstraksi bayam merah menggunakan metode dekok. Menurut Ardanurdin (2014) metode
dekok merupakan proses penyaringan bahan aktif suatu bahan alami menggunakan aquades steril
dengan pemanasan di atas penangas air. Menurut Makoil (2021) suhu yang digunakan yakni 30°C
selama 30 menit. Sedangkan pada saat praktikum pemanasan hanya 10 menit saja. Ekstraksi
menghasilkan 120 ml. Pelarut yang digunakan adalah aquades. Perbandingan pelarut dengan
sampel yakni 1:10.
3.3 Uji Fitokimia
Uji fitokimia menggunakan sampel bayam merah dan kubis ungu, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia
Warna
Nama Sampel Nama Uji Hasil
Sebelum Sesudah
Kubis Ungu Alkoloid +

Praktikum Biologi Terapan - Fitofarmaka | Lab. Biokimia 2022 3


Bayam Merah Flavonoid -

Bayam Merah Tanin -

Kubis Ungu Terpenoid -

Kubis Ungu Steroid -

Kubis Ungu Saponin -

Berdasarkan data di atas, hasil fitokimia bayam merah menunjukkan positif pada uji
flavonoid dan negative pada uji tannin. Menurut Rahmawati (2021) kandungan kimia bayam merah
yakni alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin. Sedangkan hasil uji fitokimia kubis ungu
menunjukkan negative pada uji alkaloid, terpenoid, steroid dan saponin. Sedangkan menurut
Susanti (2019) kubis ungu mengandung flavonoid.
3.4 Uji Antioksidant
Uji antioksidant menggunakan sampel bayam merah, didapatkan hasil warna sampel
sebelum adalah ungu dan warna sesudah menjadi ungu pekat. Serta aktifitas antioksidant sebesar
90,09%. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :
%AA = Abs control (DPPH)-Abs sampel × 100%
Abs control DPPH
= 0,0999 – 0,999 × 100%
0,999
= 90,09%
Dimana :
AA : Aktifitas Antioksidant
Abs : Absorbansi
3.5 Kandungan Metabolit Sekunder
Total Fenol
Uji total fenol menggunakan sampel bayam merah didapat hasil kadar total fenol sebesar 1385 mg
GAE/g. Hasil tersebut didapat dari perhitungan sebagai berikut :
Jumlah|1|−3
Rata−rata|¿|
Jumlah|¿|¿

Praktikum Biologi Terapan - Fitofarmaka | Lab. Biokimia 2022 4


2,886+2,851+2,565
¿
3
¿ 2,767
y = 0,002 x – 0,003
2,767 = 0,002 x – 0,003
2,767 + 0,003 = 0,002 x
1.385 = x
Total Flavonoid
Uji total fenol menggunakan sampel bayam merah didapat hasil kadar total fenol sebesar 167,45
mg QE/g. Hasil tersebut didapat dari perhitungan sebagai berikut :
Jumlah|1|−3
Rata−rata|¿|
Jumlah|¿|¿
1,253+ 2,534+1,366
¿
3
¿ 1,717
y = 0,01024 x + 0,0026
1,717 - 0,00226 = 0,01024 x
1,71474 = 0,01024 x
167,45 = x

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa simplisia dengan sampel kubis ungu
memiliki kadar air sebesar 77,3%. Ekstraksi bayam merah menggunakan metode dekok
menghasilkan jumlah ekstrak 120 ml. Pada uji kualitatif sampel kubis ungu positif pada uji
alkaloid. Uji aktifitas antioksidant bayam merah menunjukkan hasil 90,09%. Serta uji total fenol
bayam merah menunjukkan hasil 1.385 mg GAE/g dan pada uji total flavonoid sebesar 167, 45 mg
QE/g.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ardanurdin, A. (2014). Uji aktivitas dekok bunga belimbing wuluh sebagai antimikroba
bakteri secara invitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 20(1): 30-36.
[2] Asif, M. (2012). Antimicrobial Potential of Azadirachta indica Against Pathogenic Bacteria
and Fungi. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 1(4), pp.78–83.
[3] Balaji, G. & Cheralathan, M., (2015). Experimental investigation of antioxidant effect on
oxidation stability and emissions in a methyl ester of neem oil fueled DI diesel engine.
Renewable Energy, 74(x), pp.910–916. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.renene.2014.09.019.
[4] Erwin. (2015). Potensi Pemanfaatan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L.) sebagai
Indikator Asam Basa Alami. Jurnal Kimia Mulawarman. 13(1): 17-22.

Praktikum Biologi Terapan - Fitofarmaka | Lab. Biokimia 2022 5


[5] Kawiji, A.W. (2013). Kajian kadar kurkuminoid, total fenol dan aktifitas antioksidan ekstrak
temulawak pada berbagai teknik pengeringan dan proporsi pelarutan. Jurnal teknologi hasil
pertanian. 4(1): 32-40.
[6] Makoil, S.D. (2021). Inventarisasi tanaman berkhasiat obat di NTT. Sleman: Deepublish.
[7] Ningsih, I.Y. (2016). Saintifikasi jamu: Penanganan pasca panen, bagian biologi farmasi:
Universitas Jember.
[8] Rahmawati, W. (2021). Kandungan fitokimia dan aktivitas farmakologis bayam merah. Jurnal
Agroteknologi. 3(1): 15-25.
[9] Rumimper, E.A., Posangi, J., Wuisan, J. (2014). Uji efek perasan daun bayam merah
(Amaranthus tricolor) terhadap Kadar hemoglobin pada tikus wistar (Rattus norvegicus).
Jurnal e-Biomedik (eBM). 2(2): 5-10.
[10] Saeed et al., (1999). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung. Hal 71-
285.
[11] Suhartati, R. (2021). Pemanfaatan kubis ungu (Brassica oleracea L) Sebagai indikator
fermentasi karbohidrat pada Media uji biokimia. Jurnal of Indonesian Medical Laboratory
and Science. 2(1):1-13.
[12] Susanti. (2019). Pemanfaatan ekstrak kubis ungu sebagai indikator warna pada analisis
hidrokuinon. Jurnal akta kimia. 4(2): 43-50.
[13] Wiyasihati, S.I., Wigati, K.W. (2016). Potensi Bayam Merah (Amaranthus tricolor L) sebagai
Antioksidan pada Toksisitas Timbal yang Diinduksi pada Mencit. Jurnal MKB. 48(2): 11-18.

Praktikum Biologi Terapan - Fitofarmaka | Lab. Biokimia 2022 6

Anda mungkin juga menyukai