6709 18802 1 PB
6709 18802 1 PB
6709 18802 1 PB
Abstract
Avocados (Persea americana Mill.) have many benefits for traditional medicine especially in East Nusa
Tenggara. The purpose of this study was to analyze the secondary metabolite compounds contained in
avocado seeds and to identify groups compounds in avocado seeds extract. The research method used was
maceration of samples for 3 days and continued with phytochemical dan FT-IR test. The result showed that
methanol extract of avocado seeds contains phytochemicals based on test result of secondary metabolites,
the alkaloids, flavonoids, steroids, terpenoids, saponins and tannins. While the results of FT-IR analysis
showed the presences of OH, CH, C=C, and C-O groups.
Keywords: avocado seed (Persea Americana Mill.), methanol extract, phytochemical screening, FT-IR.
Abstrak
Alpukat merupakan salah jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat Indonesia khususnya Nusa
Tenggara Timur sebagai obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolit sekunder
yang terdapat pada biji alpukat dan juga mengetahui gugus dan jenis ikatan. Metode penelitian yang
dilakukan adalah maserasi sampel selama 3 hari dan dilajutkan dengan uji fitokimia dan FT-IR. Hasil
skrining fitokimia, menunjukan bahwa ekstrak metanol biji alpukat mengandung senyawa metabolit
sekunder diantaranya alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid dan steroid. Sedangkan hasil analisis
FT-IR yang menunjukan adanya gugus OH, CH, C=C, dan C-O.
Kata kunci: biji alpukat, ektrak metanol, skrining fitokimia, skrining fitokimia, FT-IR
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 43
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan glikosida kardiak serta alkaloid [2]. Selain itu
sehari-hari salah satunya adalah sebagai pada penelitian lainnya Abe, dkk [3]
tanaman obat. melaporkan bahwa dalam ekstrak metanol
Penggunaan alpukat sebagai tanaman biji alpukat mengandung 2 senyawa turunan
obat telah digunakan secara luas. Masyarakat 1,24-trihidroksi nanodekana dan 6 senyawa
Nusa Tenggara Timur (NTT) biasanya turunan 1,2,4-trihidroksi dekana yang
menggunakan biji buah alpukat sebagai obat memiliki potensi sebagai antiinsektisida.
tradisional diantaranya untuk mengatasi Akan tetapi letak geografis, suhu, iklim dan
sembelit, menyembuhkan radang, menjaga kesuburan tanah suatu wilayah dapat
daya tahan tubuh dan juga untuk mengobati menentukan kandungan kimia dalam suatu
penyakit gula darah/diabetes melitus. Cara tanaman. Pada tanaman yang sama jenisnya,
menggunakan biji alpukat untuk pengobatan kandungan senyawa kimia dapat berbeda
secara tradisonal adalah dengan merebus antara satu daerah dengan daerah lainnya.
potongan biji alpukat dengan air dan Oleh karena itu studi dan riset awal terhadap
kemudian langsung dikonsumsi. Berdasarkan ekstrak biji alpukat yang berasal dari pulau
penelitian sebelumnya biji buah alpukat yang Timor perlu dilakukan.
memiliki berat kurang lebih 16% dari total II. Metodologi
berat buah ini memiliki banyak manfaat Alat dan Bahan
dalam bidang kesehatan, yaitu diantaranya
Alat dan instrument yang digunakan
sebagai antikanker, antiinflamasi, dalam penelitian ini adalah Erlenmeyer,
antidiabetes, penurun tekanan darah, serta corong, evaporator, batang pengaduk, tabung
antimikroba [1]. rekasi, pipet tetes, gelas kimia, neraca
Tanaman obat tradisional yang sering analitik, plat tetes, dan FT-IR.
digunakan oleh masyrakat diketahui memiliki Bahan-bahan yang digunakan dalam
potensi untuk dikembangkan lebih lanjut penelitian ini adalah biji alpukat, Metanol PA
pada bidang farmakologi. Hal ini tentunya 96%, aquades, HCL, reagen Mayer, reagen
harus dibuktikan dengan berbagai pengujian Wagner, pita magnesium, FeCl3, asam asetat
serta identifikasi senyawa kimia yang
anhidrat 98%, asam sulfat 98%, dan
terdapat pada tumbuhan tersebut. Kloroform 98%
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
Ekstrak Biji Alpukat
dilaporkan bahwa biji alpukat mengandung
Sebanyak 50 g biji alpukat yang telah
senyawa metabolit sekunder diantaranya
dihaluskan dimaserasi dengan menggunakan
flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, tanin,
methanol selama 3x24 jam. Ekstrak disaring
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 44
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
dan disimpan selama 14 hari kemudian Pengujian adanya Tanin pada esktrak
dievaporasi dan diperoleh ekstrak kental dilakukan dengan menambahkan beberapa
tetes larutan besi (III)klorida 10% ke dalam 1
Uji Komponen Fitokimia Ekstrak Biji
ml ekstrak. Apabila terbentuk endapan
Alpukat
berwarna biru tua atau hitam kehijauan maka
Uji alkaloid dilakukan dengan
ekstrak positif mengandung tannin [5].
menggunakan reagen Mayer dan Wagner.
Pengujian adanya Triterpenoid dan
Sebanyak 0,01 mg ekstrak dimasukan ke
Steroid pada sampel ekstrak biji alpukat
tabung A dan B, dan ditambahkan 0,5 mL
didahului dengan mencampur 0.01 mg
HCl 2% pada tabung A dan dikocok hingga
ekstrak dengan 2 mL kloroform 98% di
homogen. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes
dalam tabung reaksi kemudian dikocok.
reagen Mayer ke dalam tabung A dan 2-3 tete
Setelah itu lapisan kloroform yang terbentuk
reagen Wagner ke dalam tabung B. jika
diambil dan diteteskan ke plat tetes dan
terbentuk endapan putih pada tabung A dan
biarkan sampai kering, kemudian
endapan coklat pada tabung B maka sampel
ditambahkan 5 tetes asam asetat anhidrat
tersebut mengandung alkaloid [4].
98% dan 3 tetes H2SO4 98%. Jika terbentuk
Uji kandungan Flavonoid dilakukan
warna merah, orange, kuning maka sampel
dengan cara memasukan 0.01 mg ekstrak ke
mengandung triterpenoid dan jika terbentuk
dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan
warna hijau sampel mengandung steroid [4].
air panas secukupnya. Filtrat yang ada
diambil sebanyak 5 mL dan ditambahkan 2
cm pita Mg dan 1 mL HCl pekat kemudian III. Hasil dan Pembahasan
Ekstraksi merupakan proses pemisahan
dikocok. Jika terbentuk warna merah, kuning
suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan
atau jingga, menunjukkan adanya flavonoid
terhadap dua atau lebih zat yang tidak
[5].
tercampur. Ekstraksi biji alpukat dilakukan
Uji saponin pada ekstrak yang ada
dengan metode maserasi menggunakan
dilakukan metode Forth. 0.01 mg ekstrak
pelarut metanol dan menghasilkan rendemen
dimasukan ke dalam tabung reaksi setelah itu
sebesar 10,03% dengan perbandingan 1:4
ditambahkan 2 mL air panas. Sampel akan
(200 g sampel:800 mL pelarut metanol).
terbentuk busa kemudian ditambahkan 1 mL
Hasil rendemen suatu sampel sangat
HCl 2N. Jika busa tersebut tidak hilang
bergantung pada sifat kelarutan komponen
selama 30 detik maka ekstrak positif
bioaktif [7]. Pemecahan dinding dan
mengandung saponin [4], [6].
membran sel oleh metanol menyebabkan
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 45
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
komponen senyawa polar dalam ekstrak biji direaksikan dengan reagen Mayer dan
alpukat larut dalam metanol endapan cokelat saat direaksikan dengan
reagen Wagner. Terbentuknya endapan ini
disebabkan karena adanya pergantian ligan.
Senyawa alkaloid bersifat semi polar yang
Uji Fitokimia
mengandung atom nitrogen pada bagian
Hasil pengujian fitokimia terhadap
sikliknya serta mengandung beberapa
ekstrak metanol biji alpukat dilakukan untuk
subtituen yang bervariasi seperti gugus
mengetahui senyawa metabolit sekunder
amnina, amida metoksi, serta fenol [9].
yang terdandung. Hasil uji fitikomia dapat
Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji
dilihat pada Tabel 1. Hasil pengujian
alkaloid dengan menggunakan pereaksi
menunjukan bahwa ekstrak metanol biji
Mayer dapat dilihat pada Gambar 1. Pada
alpukat mengandung golongan senyawa
saat pembuatan pereaksi akan terbentuk
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
endapan merah HgI2 sebagai hasil reaksi
triterpenoid dan steroid. Hasil ini sesuai
antara larutan HgCl2 dan KI. Dan apabila KI
dengan penelitian yang dilakukan
yang ditambahkan berlebih maka akan
sebelumnya ([2], [8]) yang melakukan
menghasilkan K2[HgI4]. Sehingga ketika
identifikasi metabolit sekunder pada ekstrak
direaksikan pada sampel, senyawa alkaloid
metanol dan etil asetat biji alpukat.
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia pada ekstrak yang memiliki atom nitrogen akan beraksi
methanol biji alpukat dengan ion logam K+ dari K2[HgI4] dan
Golongan Hasil Keterangan membentuk endapan kompleks kalium-
Senyawa Uji
alkaloid.
Alkaloid
Reagen Mayer + Terbentuk endapan
Reagen Wagner + putih
Terbentuk endapan
cokelat
Flavonoid + Larutan berwarna
coklat kemerahan
Saponin + Busa stabil
Tanin + Larutan berwarna
biru tua Gambar 1. Perkiraan Reaksi Uji Alkaloid
Triterpenoid/ + Larutan berwarna Pereaksi Mayer [15]
Steroid kemerahan dan
hijau
Sedangkan untuk reaksi uji alkaloid dengan
menggunakan pereaksi Wagner dapat dilihat
Pada pengujian alkaloid hasil positif
pada Gambar 2. Pereaksi Wagner terdiri dari
ditunjukan dengan adanya endapan putih saat
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 46
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
KI dan I2 yang dapat bereaksi membentuk I3- Pada uji flavonoid digunakan Mg dan
yang berwarna cokelat. Pada saat direaksikan HCl. Hasil menunjukan positif ditandai
ion logam K+ membentuk kompleks kalium- dengan terbentuknya warna coklat
alkaloid yang menghasilkan endapan. kemerahan yang menandakan terjadinya
reduksi. Perkiraan reaksi yang terjadi pada
uji flavonoid dapat dilihat pada Gambar 3.
Adanya gugus hidroksi pada golongan
senyawa flavonoid menunjukan bahwa
Gambar 2. Perkiraan Reaksi Uji Alkaloid golongan senyawa ini cenderung bersifat
Pereaksi Wagner [15]
polar.
Hal yang sama juga terjadi pada mengalami hidrolisis. Reaksinya dapat
golongan senyawa tanin. Senyawa ini dinyatakan sebagai berikut:
cenderung bersifat polar karena memiliki FeCl3 (aq) + 6ArOH(s) → 6H+ + 3Cl- + [Fe
gugus hidroksi. Identifikasi terhadap (OAr)6]3- (aq) [10]
penambahan FeCl3 dan Sampel menunjukan permukaan yang mudah terdeksi melalui
yang menunjukan bahwa senyawa tanin golongan senyawa saponin pada ekstrak biji
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 47
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
alpukat ditandai dengan adanya busa yang mengandung steroid dengan terbentuknya
stabil. Golongan senyawa saponin warna hijau.
mengandung gugus glikosil yang bersifat Idris, dkk [2] juga pernah melakukan
polar dan gugus steroid dan triterpenoid yang uji fitokimia terhadap biji alpukat dengan
bersifat non polar. Senyawa yang memiliiki menggunakan beberapa pelarut yaitu
gugus non polar dan polar akan bersifat aktif metanol, etil asetat, kloroform dan petroleum
dipermukaan. Reaksi pembentukan busa pada eter. Ekstrak metanol dan etil asetat
uji saponin ditunjukkan pada Gambar 4. menunjukan hasil positif terhadap flavonoid,
Timbulnya buih menunjukkan adanya steroid, terpenoid, saponin, tanin, alkaloid
glikosida yang memiliki kemampuan dan karbohidrat; dan negatif terhadap
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis antrakuinon dan glikosida sianogen. Ekstrak
menjadi glukosa dan senyawa lain. kloroform menunjukan hasil positif terhadap
Uji triterpenoid/steroid berdasar pada steroid, terpenoid, saponin dan alkaloid; dan
kemampuan senyawa tersebut membentuk negatif terhadap flavonoid, tanin,
warna H2SO4 pekat dalam pelarut asam antrakuinon, glikosida sianogen dan
asetat anhidrida [4], [9]. Prinsip dari rekasi karbohidrat. Sedangkan ekstrak petroleum
ini adalah pelepasan H2O dan penggabungan eter menunjukan hasil positif terhadap
dengan karbokation. Hasil penelitian steroid, terpenoid dan saponin; dan negatif
menunjukan bahwa ekstrak biji alpukat terhadap flavonoid, tanin, antrakuinon,
mengandung triterpenoid dengan alkaloid dan glikosida sianogen.
terbentuknya warna merah dan positif
Analisis Spektriskopi Infra Merah (FTIR) mengetahui gugus atau jenis ikatan dari suatu
Sampel ekstrak metanol biji alpukat bilangan gelombang tertentu. Data hasil uji
infromasi adanya puncak serapan gugus isolat ekstrak etanol biji alpukat mengandung
hidroksil pada bilangan gelombang 3419,24 gugus OH, CH, C=O, C=C, C-C dan C-O.
cm-1. Gugus hidroksil ini merupakan regang - Feliana, dkk [13] yang menganalisis isolat
OH terikat, yang membentuk pita lebar biji alpukat dari yang di ekstrak
dengan intensitas yang kuat. Puncak lebar menggunakan pelarut etil asetat dimana isolat
yang terbentuk pada bilangan gelombang yang dianalisis dengan FT-IR menghasilkan
-1
3419,24 cm ini terbentuk sebagai akibat gugus OH, C=O, C-H aromatik dan alifatik,
adanya vibrasi antarmolekul hidrogen. C=C dan C-O.
Serapan pada bilangan gelombang Secara umum Pada penelitian ini tidak
2926,35 cm-1 dan 2854,37 cm-1 dengan terlihatnya ada gugus C=O dan C-C hal ini
intensitas medium menunjukan adanya CH diduga karena jenis sampe yang digunakan
alifatik. Dugaan ini diperkuat dengan adanya untuk analisis masih berupa ekstrak kasar,
serapan pada bilangan gelombang 1441,43 tanpa melalui fraksinasi dan purifikasi.
cm-1 dan 1384,42 cm-1 yang merupakan Dalam ekstrak kasar masih terkandung
gugus CH alifatik. Pada bilangan gelombang beberapa senyawa yang mengakibatkan kadar
1654,41 cm-1 dengan bentuk peak lancip senyawa target relatif rendah sehingga
menunjukan adanya gugus -C=C. Ikatan -C- membuat absorbsi gugus atom terhadap
O aromatik muncul pada bilangan gelombang inframera sangat rendah. Akibatnya puncak
1059,40 cm-1 senyawa target tidak muncul dan terjadi
Pola lokasi bilangan gelombang, peaks overlapping dalam spektra tersebut.
bentuk dan intensitas spektra pada penelitian Gugus fungsional hidroksil (-OH), eter
ini hampir mirip dengan beberapa penelitian (R-OR’) dan keton (R-CO-R’) merupakan
yang telah dilakukan sebelumnya. Tabel 2 gugus fungsional yang banyak terdapat pada
juga menunjukkan perbandingan hasil senyawa golongan alkaloid, fenol/polifenol,
analisis spektra IR biji alpukat dengan flavonoid, saponin, dan terpenoid; dan alkana
beberapa penelitian terdahulu. Retnosari, dkk sebagai karbon alifatisnya. Hal ini dikuatkan
[11] melakukan analisis spektrum IR dengan uji fitokimia yang telah dilakukan
terhadap isolat ekstrak metanol biji alpukat bahwa ekstrak biji alpukat positif
pada komponen K-1 yang menunujkan mengandung golongan senyawa alkaloid,
bahwa isolat tersebut mengandung gugus flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan
OH, C=O, ikatan C-H dan ikatan C=C. steroid.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dalam bidang kesehatan kelompok
Abubakar dkk [12] menunjukan bahwa pada senyawa alkaloid berperan sebagai
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 49
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
Tabel 2. Perbandingan Hasil Analisis Spektroskopi IR Biji Alpukat dengan Beberapa Penelitian
Sebelumnya
Sampel Isolat Ekstrak Metanol Isolat Ekstrak Etanol Isolat Ekstrak n-hexan Isolat Ekstrak Etil
Ekstrak Metanol [11] [12] & Etanol [13] Asetat [8]
Bilangan Interpre Bilangan Interpret Bilangan Interpre Bilangan Interpre Bilangan Interpre
Gelombang tasi Gelombang asi Gelombang tasi Gelombang tasi Gelombang tasi
(cm-1) (cm-1) (cm-1) (cm-1) (cm-1)
3419,24 -OH 3313,17 -OH 3444,87 -OH 3314,54 -OH 3309,85 -OH
2926,35 C-H 2920,23 C-H 2926,01 C-H 2926,24 C-H 3080,32 C-H
Alifatik Alifatik Alifatik Alifatik Aromati
k
2854,37 C-H 1722,43 C=O 2852,72 C-H 2856,53 C-H 2922,16 C-H
Alifatik Alifatik Alifatik Alifatik
1654 C=C 1650 C=C 1737,86 C=O 1721,26 C=O 2850,79 C-H
(Ester) (karbok Alifatik
silat
atau
keton)
1441,43 C-H 1645,28 C=C 1609,27 C=C 1739,79 C=O
pada (Karbon
CH2 il)
1384,42 C-H 1462,04 C-H 1236,26 C-O 1645,28 C=C
pada pada
CH3 CH2
1059,40 C-O 1384,89 C-H 1066 C-O 1109,07 C-O
pada
CH3
1165,00 C-C 846,75 C-H
subtitusi
1107 C-O
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 50
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 51
Aloisius M. Kopon, dkk. Akta Kimia Indonesia 5(1), 2020, 43-52
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v5i1.6709 52