Khutbah Idul Fitri 1443 H
Khutbah Idul Fitri 1443 H
Khutbah Idul Fitri 1443 H
Takbir 9x
Lantunan takbir diwaktu pergantian siang dan malam mulai menggema kemarin petang,
pertanda kita telah dipisahkan dengan bulan Ramadhan. Perpisahan yang diwarnai
hingar bingar kebahagiaan yang berpadu dengan kesedihan yang mendalam.
Kebahagiaan sebagai wujud syukur atas keberhasilan perjuangan kita di bulan
Ramadhan, yang tak hanya menahan lapar dan dahaga, akan tetapi juga menahan dari
perihal yang membatalkan puasa baik membatalkan secara rukun, ataupun
membatalkan secara makna dan pahala.
Akan tetapi tak dapat dipungkiri, ada goresan kesedihan mendalam dalam jiwa kita,
karena ramadahan yang penuh dengan nilai istimewa meninggalkan kita. Lantunan
takbir yang mendayu dayu juga memunculkan Kembali memori kita dengan orang orang
tercinta.
Sebagian orang, tak lagi dapat bersimpuh penuh peluh di kaki ayahandanya, untuk
meminta maaf atas segala kesalahan yang melukai hatinya, kini ayahanda telah
menghadap kepada Sang Pencipta. Lalu apa yang dapat kita perbuat untuk meringankan
hisabnya selain doa dari kita.
Lalu Sebagian orang, tak lagi dapat mencium kaki ibundanya, untuk memohon maaf atas
sikap durhakanya, kini ibunda telah menghadap Allah SWT, lalu apa yang dapat kita
perbuat untuk meringankan hisabnya selain doa kita.
Maka bersyukurlah bagi kita yang masih bisa menyanding ayah dan ibundanya, di
momen yang fitri ini, peluklah tubuh mereka yang mulai renta, karena tubuh itulah yang
dulu menyangga kita Ketika kita belum mampu berjalan, karena tubuh itulah yang dulu
melindungi kita dari segala badai ujian kehidupan.
Jamaah shalat idul fitri yang dirahmati Allah SWT.
Momen idul fitri yang begitu berharga ini sudah seharusnya mampu meningkatkan
kesyukuran kita kepada Allah SWT. Shalawat serta salam juga tak henti kita junjungkan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan bagi kita
sehingga mampu membimbing kita melalui Ramadhan ini dengan khusyuk.
Jamaah yang di Rahmati Allah SWT. Pada khutbah yang singkat ini, izinkan khatib
menyampaikan 2 wasiat penting dalam kehidupan kita.
Pertama, jauhkanlah diri kita dari yang haram.
Akhir akhir ini kita sering dipertontonkan dengan tingkah manusia yang semakin berani
dan terang-terangan melanggar syariat Allah. Baik dari kasus mega korupsi yang
mengakibatkan penderitaan jutaan orang, hingga tipu daya dan pencurian yang
dilakukan dengan dalih sesuap nasi. Terkadang kita tak lagi peduli tentang apa yang
dimasukkan kedalam tubuh kita, tak peduli tentang halal dan haram dari makanan yang
disuapkan ke anak anak kita. Dan kita tak lagi peduli apa akibat dari semua itu. Namun
Di sisi lain, dengan santainya kita berdoa memohon agar diberikan anak yang sholih dan
sholihah, agar di berikan anak yang cerdas dan sukses, dengan santainya pula meminta
agar diberikan kehidupan yang baik, diberikan badan yang sehat dan sebagainya. Lalu
apakah doa kita akan dikabulkan oleh Allah SWT? Jika daging dalam tubuh kita
ditumbuhkan dari makanan yang haram.
Rasul bersabda
Dalam hadits tersebut juga terdapat kutipan ayat dalam alquran surat Al mu’minun ayat
51
Allah menyerukan kepada para rasulnya untuk memakan makanan dari yang baik baik
dan melakukan amal shalih. Maka seruan tersebut juga berlaku bagi kita pengikut rasul.
Maka sudah seharusnya kita memperhatikan Kembali tentang apa yang kita makan, dan
juga apa yang melekat di sekujur tubuh kita.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang
telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu.
Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai
Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang
haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka
bagaimanakah Allah akan mengabulkan doanya?” (HR Muslim).
Mengacu pada hadits tersebut, begitu fatal akibat yang harus kita tanggung jika kita
memakan makanan yang haram, hingga semua doa kita tak akan pernah dikabulkan
oleh Allah SWT. Lalu kemudian bagaimana nasib ibadah kita jika di dalam tubuh kita
masih terkandung zat yang haram?
Kemudian rasul bersabda dalam haditsnya
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu
dikembalikan.
Terdapat beberapa golongan manusia dalam menyikapi kematian. Golongan pertama
ialah orang orang yang selalu mengingat kematian dan kemudian disibukkan dengan
memperisapkan bekal untuk menghadapi kematian yang pasti dating tersebut.
Kehidupan mereka disibukkan dengan melaksanakan kewajiban ibadah yang telah Allah
perintahkan, disisi lain mereka juga sibuk menebar manfaat kepada umat manusia
sebagai wujud habluminannas yang baik. Betapa beruntungnya bagi mereka yang dalam
kehidupannya dipenuhi dengan amal shalih yang semata mata dilakukakn demi meraih
ridho Allah SWT. Hingga akhirnya kematian menyambut mereka dengan penuh
perisapan kebaikan.
Golongan kedua ialah orang orang yang tak pernah mengingat tentang kematian,
kemudian kehidupannya disibukkan dengan pemenuhan nafsu duniawi, jabatan, harta,
kekuasaan dan perhiasan dunia lainnya yang mampu melupakan tujuan mengapa
mereka diciptakan di muka bumi ini. Tak sedikit dari mereka yang sibuk menebar
kerusakan dimuka bumi, menebar kedzaliman terhadap sesama manusia, hingga
akhirnya kematian menjemputnya dalam keadaan penuh hina.
Golongan ketiga ialah orang orang yang mengingat kematian, tapi mereka mencoba lari
dari kematian itu. Mereka tak pernah mau mempersiapkan bekal yang baik untuk
menyambut kematian tersebut. Hidupnya dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, dan
kekhawatiran. Hingga semua urusannya didunia hanya bertujuan agar dijauhkan dari
kematian. Hingga akhirnya kematian pun tetap datang meskipun ia lari dari padanya.
Hal tersebut telah Allah gambarkan dengan jelas dalam surat Al Jumu’ah ayat 8
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti akan
menemuimu
Kemudian Allah juga memberikan peringatan dengan jelas dalam surat Yunus ayat 49
Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak
dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.
Tak kurang kurang Allah menggambarkan tentang kematian kepada umat manusia,
namun hingga saat ini banyak manusia yang tak pernah peduli dengan kematian, atau
bahkan Sebagian dari manusia dengan lantang mengatakan tak memiliki rasa takut
terhadap kematian. Hal itu didasari karena mereka menganggap bahwa hari pembalasan
setelah kematian hanyalah dongeng kosong belaka, dan bahkan Sebagian mereka tak
mempercayai adanya siksa kubur. Maka sungguh Allah telah menjelasan perihal hari
pembalasan dengan jelas dalam firmannya surat Al An’am ayat 93
Betapa menakutkannya sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim berada
dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
sambil berkata, “Keluarkanlah nyawamu.” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab
yang sangat menghinakan.
Khutbah kedua
Takbir 7x
Alhamdulillahilladzi hadza na li hadza,,,,
Syahadat dan Shalawat