Hidup Untuk Kemaslahatan Dan Kepedulian Sesama
Hidup Untuk Kemaslahatan Dan Kepedulian Sesama
Hidup Untuk Kemaslahatan Dan Kepedulian Sesama
َل َلُهْم ال ُتْفِس ُد وا ِفي األْر ِض َق اُلوا ِإَّنَم ا َنْح ُن///َوِإَذ ا ِقي
َأال ِإَّنُهْم ُهُم اْلُم ْفِس ُد وَن َو َلِكْن ال َيْش ُعُر وَن. ُم ْص ِلُح وَن
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah
2
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar (QS Al Baqarah [2]:11-12).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah
Swt.
Pada kesempatan khutbah yang singkat ini, paling tidak,
ada tiga hal yang harus kita bahas karena hal ini harus
kita wujudkan dalam hidup ini sebagai upaya
menindaklanjuti keberhasilan ibadah Ramadhan.
Pertama adalah berorientasi manfaat. Menjalani
kehidupan dalam kerangka memberi kemaslahan atau
kebaikan yang sebesar-besarnya merupakan perkara
yang amat penting untuk kita laksanakan. Manusia yang
baik adalah manusia yang bisa memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi orang lain. Itu artinya jangan
sampai adanya kita dengan tidak adanya sama saja,
ibarat bilangan adanya tidak menggenapkan dan tidak
adanya tidak mengganjilkan. Oleh karena itu, segala
potensi yang kita miliki harus kita gunakan untuk
memberi manfaat kebaikan yang sebesar-besarnya, bila
ini yang dilakukan manusia, maka banyak persoalan
bisa kita pecahkan dan banyak kemajuan yang bisa kita
capai. Namun yang amat kita sayangkan adalah banyak
manusia yang belum bisa memberi manfaat kepada
orang lain, bahkan dirinya sendiri saja bermasalah.
Manakala kita bisa memberi manfaat dalam kebaikan,
maka kita menjadi manusia yang terbaik, Rasulullah
saw bersabda:
3
َخ ْيُر الَّناِس َأْنَف ُعُه ْم ِللَّناِس
Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain (HR. Qudha’i dari Jabir ra).
Oleh karena itu segala bentuk kesia-siaan akan
ditinggalkan oleh setiap mukmin yang ingin meraih
keberuntungan dalam kehidupannya di dunia dan
akhirat, Allah swt berfirman:
. اَّلِذ يَن ُهْم ِفي َص الِتِهْم َخ اِش ُعوَن. َقْد َأْفَلَح اْلُم ْؤ ِم ُنوَن
َو اَّلِذ يَن ُهْم َع ِن الَّلْغ ِو ُم ْع ِر ُض وَن
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (QS Al
Mukminun [23]:1-3)
Untuk itu, salah satu yang harus kita renungkan adalah
seandainya besok kita meninggal dunia, banyakkah
orang yang merasa kehilangan, banyakkah orang yang
sedih karena selama ini mereka merasakan manfaat
yang besar dari keberadaan kita ditengah-tengah
masyarakat. Rasulullah saw merasa kehilangan atas
wafatnya seorang wanita hitam asal Afrika karena
manfaat yang dirasakannya, Wanita yang bernama
Mahjanah atau disebut juga dengan Ummu Mahjan
meninggal dunia pada suatu malam.
Rasulullah saw tidak diberi tahu atas kematian Ummu
Mahjan ini sehingga sesudah satu atau dua hari beliau
4
tidak melihatnya di masjid, beliaupun bertanya-tanya
kepada para sahabat: “Kemana wanita yang biasa
membersihkan masjid itu?”.
“Dia sudah wafat dan telah dikuburkan ya Rasulullah,”
jawab seorang sahabat.
“Mengapa kalian tidak memberitahu aku bahwa ia
wafat?.” Tanya Rasul lagi.
“Kami pikir ia hanya orang biasa yang tidak perlu harus
memberitahu engkau atas kematiannya,” jelas sahabat.
Rasulullah menjadi amat kecewa atas sikap dan
pandangan para sahabat seperti itu, untuk menunjukkan
penghormatan kepada Ummu Mahjan, Rasulullah
meminta ditunjukkan dimana kuburannya dan setelah
ditunjukkan, beliaupun melaksanakan shalat jenazah di
atas kuburnya itu.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah
Swt.
Kedua diantara hal yang harus kita wujudkan sesudah
Ramadhan berakhir adalah membuktikan kepedulian
kepada sesama. Ibadah Ramadhan khususnya puasa
telah memberikan pelajaran kepada kita tentang
bagaimana kesulitan hidup dengan tidak makan dan
tidak minum yang bagi kita dengan berbuka puasa telah
hilang, sementara begitu banyak orang yang mengalami
kesulitan hidup yang menuntut bantuan kita. Para
sahabat telah mencontohkan betapa besar tingkat
5
kepeduliaan mereka antar yang satu dengan lainnya,
sebut saja misalnya Abu Bakar Ash Shiddik yang tidak
ragu untuk mengeluarkan uangnya yang banyak ketika
harus membebaskan Bilal dari siksaan majikannya
dengan sebab beriman, hanya satu cara untuk
menolongnya, yakni membebaskannya dari status
perbudakan. Ketika Nabi dan para sahabat berhijrah ke
Madinah, sahabat-sahabat di Madinah menunjukkan
kepedulian mereka yang luar biasa dengan menolong,
bahkan mengutamkan sahabat dari Makkah ketimbang
diri mereka dan keluarga.
Oleh karena itu, ibadah Ramadhan yang berhasil
semestinya membuat kita menjadi orang-orang yang
peduli terhadap kesulitan hidup yang dialami orang lain
dan kita akan berusaha menjadi bagian dari solusinya
apalagi di negeri kita seringkali terjadi bencana yang
menuntut semakin besarnya kepedulian kita, persoalan
di suatu daerah belum bisa diatasi, sudah muncul lagi
persoalan yang lebih besar di daerah lain, inilah
kebajikan yang harus kita tunjukkan dalam kehidupan
nyata sebagaimana firman Allah swt:
َلْيَس اْلِبَّر َأْن ُتَو ُّلوا ُو ُج وَهُك ْم ِقَبَل اْلَم ْش ِر ِق َو اْلَم ْغ ِر ِب
َو َلِكَّن اْلِبَّر َم ْن آَم َن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َو اْلَم الِئَك ِة َو اْلِكَت اِب
َو الَّنِبِّييَن َو آَتى اْلَم اَل َع َلى ُح ِّب ِه َذ ِو ي اْلُق ْر َبى َو اْلَيَت اَم ى
َو اْلَم َس اِكيَن َو اْبَن الَّس ِبيِل َو الَّس اِئِليَن َو ِفي الِّر َق اِب َو َأَق اَم
الَّص الَة َو آَتى الَّزَك اَة َو اْلُم وُف وَن ِبَعْه ِدِهْم ِإَذ ا َع اَه ُد وا
6
َو الَّص اِبِر يَن ِفي اْلَبْأَس اِء َو الَّض َّر اِء َو ِح يَن اْلَب ْأِس ُأوَلِئ َك
اَّلِذ يَن َص َد ُقوا َو ُأوَلِئَك ُهُم اْلُم َّتُقوَن
ِه اْلُق ْر آُن ُه ًد ى ِللَّن اِس/ َش ْهُر َر َم َض اَن اَّل ِذ ي ُأْن ِزَل ِفي
َو َبِّيَناٍت ِم َن اْلُهَد ى َو اْلُفْر َقاِن
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS Al
Baqarah [2]:185).
Paling tidak, ada tiga bentuk disiplin dalam
kebenaran yang amat penting untuk kita laksanakan.
Pertama adalah disiplin dalam menunaikan kewajiban
yang harus ditunaikan, hal ini karena sebagai apapun
kita pasti ada kewajiban yang harus kita tunaikan dan
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau
melaksanakan kewajiban karena kewajiban ini tidak
hanya ditujukan kepada kita tapi juga kepada generasi
sebelum kita sebagaimana firman Allah swt:
َي ا َأُّيَه ا اَّل ِذ يَن آَم ُن وا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى
اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَّتُقوَن
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah
[2]:183).
8
Dalam kaitan disiplin melaksanakan kewajiban, utang
juga sesuatu yang harus kita tunaikan, baik utang
kepada Allah swt maupun kepada manusia. Karenanya
bila kewajiban puasa belum kita tunaikan dengan
sebab-sebab tertentu yang memang ditentukan, maka
kewajiban itu tidak gugur begitu saja, tapi harus
ditunaikan dengan berpuasa pada kesempatan lain atau
menggantinya dengan fidyah sebagaimana
ketentuannya.
Ini semua menunjukkan bahwa kedisiplinan tidak
dimaksudkan untuk menyusahkan manusia, tapi tetap
ada kemudahan sebagaimana yang dikehendaki
manusia.
Disiplin Kedua yang harus kira tunjukkan adalah
disiplin dalam waktu, yakni menggunakan waktu sebaik
mungkin dalam konteks pengabdian kepada Allah swt
sehingga berpuasa dan ibadah lainnya di dalam Islam
ditentukan waktu-waktunya. Saat fajar atau subuh tiba,
maka kaum muslimin harus menghentikan makan dan
minum serta hubungan suami isteri untuk memulai
puasa, sedangkan bila maghrib tiba, kita harus segera
makan dan minum untuk mengakhiri puasa pada hari itu
meskipun harus menunda beberapa saat pelaksanaan
shalat maghrib. Bila saat bersenang-senang dengan
makan dan minum serta hubungan suami isteri ada
batas waktunya, maka kita bisa tarik lebih jauh bahwa
hidup kitapun ada batas waktunya karenanya kita amat
dituntut mengefektifkan penggunaan waktu dalam
kerangka pengabdian kepada Allah swt karena hidup
9
kita memang sebenarnya untuk itu sebagaimana firman-
Nya:
َو ال َتْأُك ُلوا َأْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل َو ُتْد ُلوا ِبَها ِإَلى اْلُح َّك اِم
ِلَتْأُك ُلوا َفِر يًقا ِم ْن َأْم َو اِل الَّناِس ِباإلْثِم َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
10
yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
Mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).
Oleh karena itu, keberhasilan ibadah Ramadhan akan
membuat kita menjadi muslim yang komitmen kepada
hukum-hukum yang datang dari Allah swt dan kitapun
tidak akan terpengaruh oleh orang-orang yang tidak
memahami hukum-hukum Allah swt, hal ini dinyatakan
dalam firman-Nya:
ُثَّم َج َعْلَناَك َع َلى َش ِر يَعٍة ِم َن األْمِر َفاَّتِبْع َها َو ال َتَّتِبْع َأْه َو اَء
اَّلِذ يَن ال َيْع َلُم وَن
Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu
syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka
ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui (QS Al
Jatsiyah [45]:18).
Dengan demikian, kembali kepada fitrah akan membuat
kehidupan kita jalani dalam kerangka kemaslahatan
dalam pandangan Allah swt dan Rasul-Nya. Marilah
kita tutup ibadah shalat id kita pada pagi ini dengan
sama-sama berdo’a:
11
Khutbah Kedua
12