Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

02 Muzaki

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MUZAKKI

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perjanjian

Dosen Pengampu:

Samsul Rifa’i, M.Pd.I

KELOMPOK 2

1. Ahmad Miftahul Huda (1860101223222)


2. Ahmad Za’im Mubarok (1860101222099)
3. Aulia Ayu Nafisatuningtyas (1860101222132)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan semaksimal
mungkin dengan judul “Syarat, rukun, sebab menerima dan halangan dalam kewarisan” tanpa
ada suatu halangan yang berarti. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Maftukin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
2. Dr. H. Nur Efendi, M.Ag. selaku Dekan FASIH Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
3. Abd. Khoir Wattimena, M.H.I. selaku Koord. Prodi HES Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Samsul Rifa’i, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Zakat dan Wakaf
5. Teman HES serta pihak yang lain, yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqih Mawaris
dan kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami meminta maaf apabila terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah dan kami
mengharapkan adanya kritik dan saran.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 4 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Muzakki ..........................................................................................................2
B. Pandangan Ulama Mazhab Terkait Zakat Anak Kecil dan Orang Gila ..............................5
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat, salah satu pilar Islam, memegang peran penting dalam membangun ekonomi
dan kesejahteraan sosial dalam masyarakat Muslim. Ini adalah kontribusi ekonomi yang
diwajibkan oleh Allah untuk membantu yang membutuhkan dan meredam kesenjangan
sosial. Muzakki, individu yang membayar zakat, memiliki peran signifikan dalam
distribusi harta kepada yang membutuhkan, mengurangi kemiskinan, dan memperkuat
tanggung jawab sosial.
Mengkaji pandangan imam mazhab tentang muzakki menjadi penting untuk
pemahaman yang kaya dan kontekstual. Makalah ini menganalisis peran muzakki dalam
pelaksanaan zakat dalam perspektif Islam, dengan mempertimbangkan pandangan dari
berbagai mazhab. Diharapkan makalah ini memberikan pemahaman komprehensif tentang
sumbangan muzakki dalam mengamalkan prinsip zakat, sekaligus relevan dengan
dinamika sosial saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan syarat-syarat muzakki?


2. Bagaimana pandangan ulama mazhab terkait zakat anak kecil dan orang gila?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian dan syarat-syarat muzakki.


2. Memahami pandangan ulama mazhab terkait zakat anak kecil dan orang gila.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muzakki

Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim yang
bekewajiban menunaikan zakat.1 Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, pasal (1) yang dimaksud Muzakki adalah orang atau badan yang
dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.2 Dari pengertian di atas
jelaslah bahwa zakat tidak hanya diwajibkan kepada perorangan saja, melainkan juga
badan.
Seluruh ahli fiqih sepakat bahwa setiap muslim, merdeka, baligh dan berakal wajib
menunaikan Zakat diwajibkan atas orang yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Islam
Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Abu Bakar r.a:

َ‫سلَّ َم َعلَى ال ُم ْس ِل ِمين‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْيهُ َو‬ َ ‫صدَقَ ِة اَلَّتِي فَ َر‬
َّ ‫ضها َرسو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫ضةُ ال‬
َ ‫َه ِذ ِه فَري‬
Artinya: "Inilah kewajiban zakat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW atas
kaum muslimin." (Riwayat al-Bukhari: 1386)
Berdasarkan ayat di atas, dapat diketahui bahwa selain orang Islam tidak dituntut
mengeluarkan zakat.3 Sedangkan untuk orang murtad, status hartanya ditangguhkan
hingga ia kembali Islam. Jika sampai meninggal dunia tidak kembali Islam, maka status
hartanya adalah harta fa'i (harta yang diperoleh pemerintah muslim dari orang kafir
tanpa melalui peperangan) dan jelaslah bahwa sebenarnya kepemilikannya telah hilang
sejak ia murtad. Jka kembali Islam, maka ia dituntut untuk mengeluarkan (melunasi
utang) zakat selama masa murtadnya. 4

1
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat (Malang: UIN-
Maliki Press, 2010), hal. 37
2
Kementerian Agama, "UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat", http://kemenag.go.id, diakses
pada Sabtu, 01 September 2023, 12:23 WIB
3
Anshory Umar Sitanggal, Figh Syafi'i Sistimatis II, Semarang: CV. Asy Syifa', 1987, hal. 13
4
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal. 178

2
2. Merdeka
Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan kewajiban zakat terhadap hamba
sahaya. Hal ini sebagai konsekuensi dari ketiadaan hak milik yang diberikan
kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang ada padanya menjadi milik tuannya.
Demikian halnya untuk budak mukattah (budak yang mencicil kepada majikannya agar
bebas dari status budak), maka tidak wajb membayar zakat karena status kepemilikan
lemah.
Menurut Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri, zakat tidak wajib
bagi budak. Adapun budak Muba'ad (sebagian dirinya berstatus merdeka dan sebagian
yang lain berstatus budak), maka wajib mengeluarkan zakat dari harta yang ia miliki
dengan status merdeka yang terdapat pada dirinya. 5
3. Baligh dan berakal sehat
Ahli fiqh mazhab Hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib zakat.
Menurut mereka, harta anak kecil dan orang gila tidak dikenakan wajib zakat karena
keduanya tidak dituntut membayarkan zakat hartanya seperti halnya shalat dan puasa.
Mayoritas ahli fiqh selain Hanafiyah tidak menetapkan baligh dan berakal sebagai
syarat wajib zakat. Oleh karena itu, menurut mereka harta anak kecil dan orang gila
wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang mengeluarkannya adalah walinya, berdasarkan
hadits Nabi SAW berikut:

‫سلَّ َم قَا َل ِم ْن‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْيهُ َو‬ ِ َّ ‫ب َع ْن أَبِي ِه َع ْن َج ِد ِه َع ْن َرسو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ٍ ‫شعَ ْي‬ ُ ‫ع َم ِر ب ِْن‬ ُ ‫َع ْن‬
‫صدَقَة (رواه البيهقي‬ َّ ‫تر َكةُ َحتَّى تَأْ ُكلَهُ ال‬
ِ ‫َولي ٍ َي ِتي ًما لَهُ َما ٌل فَ ْل َي ْج ْز لَهُ َو ََل َي‬
Artinya: Dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya, dari neneknya, sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang menjadi wali anak yatim yang memiliki harta
hendaklah dia memperdagangkannya (mengembang- kannya) dan dia tidak boleh
meninggalkannya sampai harta itu termakan oleh zakat." (HR. Baihaqi)
4. Memiliki harta atau kekayaan yang cukup haul atau nisab
Orang tersebut memiliki sejumlah harta yang telah cukup jumlahnya untuk
dikeluarkan zakatnya. Harta atau kekayaan yang dimiliki telah cukup waktu untuk

5
Habib Hasan bin Ahmad al Kaaaf. Taqrirat as Sadidah, Yaman, Dar al Mirats an Nabawi, cetakan
pertama, 2003, hal. 397

3
mengeluarkan zakat yang biasanya kekayaan itu telah dimilikinya dalam waktu satu
tahun.
5. Memiliki harta secara sempurna
Maksudnya adalah bahwa orang tersebut memiliki harta yang tidak ada di dalamnya
hak orang lain yang wajib dibayarkan.6 Atas dasar syarat ini, seseorang yang memiliki
harta yang cukup satu nisab, tetapi karena ia masih mempunyai hutang pada orang lain
yang jika dibayarkan sisa hartanya tidak lagi mencapai satu nisab, maka dalam hal ini
tidak wajib zakat padanya karena hartanya bukanlah miliknya secara sempurna.
6. Muzakki adalah orang yang berkecukupan atau kaya
Sebagai penguat, zakat itu wajib atas si kaya yaitu orang yang mempunyai
kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan yang vital bagi seseorang, seperti untuk makan,
pakaian, dan tempat tinggal. Zakat tersebut dibagikan kepada fakir miskin atau orang
yang berhak menerima zakat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW.:
َ ‫صدَقَةً ِإ ََّل َع ْن‬
‫ط ُه ٍر غَني‬ َ ‫ََل‬
Artinya: "Tidak wajib zakat kecuali dari pihak si kaya."7 (HR. Ahmad dan Bukhari).
Sementara itu, untuk zakat badan atau perushaan, para peserta Muktamar
Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29 Rajab 1404 H), menganalogikan
zakat perusahaan dengan zakat perdagangan. Hal itu dikarenakan jika dipandang dari
aspek legal dan ekonomi, kegiatan perusahaan intinya berpijak pada kegiatan trading
atau perdagangan.
Pola perhitungan zakat perusahaan didasarkan pada laporan keuangan (neraca)
dengan mengurangkan kewajiban aset lancar, atau seluruh harta (di luar sarana dan
prasarana) dutambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiba lainnya,
lalu dikeluarkan 2,5% sebaga zakatnya. Sementara ada pendapat lain yang mengatakan
zakatnya hanyaah dari keuntungannya saja. 8

6
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Figh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal. 179
7
Slamet Abidin dan Suyono, Fiqih Ibadah (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 196
8
https://baznas.go.id.zakat-perusahaan. Diakses pada 01 September 2023

4
B. Pandangan Ulama Mazhab Terkait Zakat Anak Kecil dan Orang Gila

Pembicaraan tentang zakat anak kecil dan orang gila di antara ulama madzhab,
terdapat perbedaan pendapat mengenai wajib tidaknya bagi keduanya untuk mengeluarkan
zakat kekayaan yang dimilikinya.
1. Pendapat Mazhab Hanafi

ُ‫وال َم ْجنونُ ََل زَ كاةَ فَى ما ِل ِه اَل ْعش َِر زَ ْر َعهُ وا ْستِدَْللَه‬ ْ ِ ‫صبي‬ َّ ‫قَا َل اَبو َحنِيفَةَ فَى َما ِل ال‬
ْ ‫ي‬
َ ‫وال َم ْجنونُ لَ ْي‬
‫سا‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
َّ ‫ط ِه ُرهُ ْم َوتُزَ ِكيهم ِب َها ) وال‬
ُّ ‫صب‬ َ ‫ِبقَ ْو ِل ِه تَ َعالَى ( ُخ ْذ ِم ْن أَ ْموا ِل ِه ْم‬
ُ َ‫ل‬
‫هما‬ ٌ ‫هير ِإ ْذ ََل ذَ ْن‬
‫ب‬ ِ ‫ط‬ ْ َّ‫ِم ْن أَ ْه ِل الت‬
Artinya: “Abu Hanifah berkata tentang harta anak kecil dan orang gila bahwa
tiada zakat pada hartanya kecuali sepersepuluh dari hasil yang di tanam (tanaman dan
buah-buahan), dan dalilnya firman Allah SWT. (“Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”) anak kecil
dan orang gila tidak termasuk orang yang layak dibersihkan karena tiada dosa atas
keduanya”.9

ُّ ِ‫ب ْال َع ْش َرف‬


ُ ‫ي ُزرو‬
‫ع ُه َما‬ َّ ‫ب‬
ُ ‫الزكاة ُ فَى اموا ِل ِه َما َو َي ِج‬ ُ ‫َوقَا َل اَبو َحنِيفَةَ ََل ت َ ِج‬
َّ ‫الزكاةِ بِقَ ْو ِل ِه َعلَ ْيهُ ال‬
‫ ُر ِف ُع‬: ‫سال ُم‬ َّ ِ ‫احتَ َّج فَى نَ ْفي‬ ْ ‫صدَقَةُ ال ِف‬
ْ ‫ط ِر َعلَ ْي ُه َما َو‬ َ ‫ب‬ ُ ‫َوثَ َم َرت ُ ُه َما َوتَ ِج‬
‫نون َحتَّى‬
ِ ‫غير َحتَّى يَ ْكبُ َر َو َع ْن ال َم ْج‬ ِ ‫ص‬ َ ‫القَلَ ِم َع ْن ثَالثَ ٍة َع ْن النائِ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْي ِق‬
َّ ‫ظ َو َع ْن ال‬
‫ج‬ ْ ِ‫ص َالة‬
ِ ‫وال َح‬ َّ ‫ب َعلَ ْي ُه َما َكال‬ َ ‫ أَ ْو يُفيقَ َو ِبأَنَّ َها ِعبادَة ٌ َم ْح‬، ‫يَ ْعقَ َل‬
ُ ‫ضةٌ ؛ فَ َال ت َ ِج‬
Artinya: “Dan abu Hanifah berkata tidaklah wajib zakat atas anak kecil dan orang
gila, dan wajib (zakat) sepersepuluh dari tanaman dan buah-buahan dari keduanya,
serta wajib zakat fitrah atas keduanya. Ia beralasan dengan sabda Nabi: Qalam (beban
wajib dihapus) dari tiga orang: Dari orang yang tidur, sehingga bangun, dari anak kecil
hingga dewasa (besar) dan dari orang gila hingga berakal atau siuman.43 Dan
karenanya (zakat) merupakan ibadah mahdloh maka tidak wajib atas keduanya
sebagaimana sholat dan haji”.

9
Syamsul, “Pendapat Kedua Imam Mazhab Mengenai Zakat Kekayaan Anak-anak dan Orang Gila”, dalam
http://syamsuljogja.blogspot.com/2011/10/pendapat-kedua-imam-mazhab-mengenai.html diakses tanggal 01
September 2023, hal. 1

5
Zakat atas harta anak kecil dan orang gila adalah tidak wajib. Begitu juga dengan
wali keduanya, tidak diperintah untuk mengeluarkan zakat dari harta keduanya. Karena
zakat adalah ibadah mahdloh, sedangkan anak kecil dan orang gila tidak yang dikhitobi
(dibebani) ibadah. Sesungguhnya yang wajib dalam harta mereka adalah
gharimahgharimah (rampasan-rampasan) dan nafaqah karena keduanya termasuk
hakhak dan para hamba. Dan wajib dalam harta mereka 1/10 zakat tanaman dan buah-
buahan serta zakat fitrah. Karena keduanya termasuk arti muknah (ongkos biaya hidup)
yang disamakan dengan hak-hak hamba. Hukumnya orang idiot seperti anak kecil,
maka zakat tidak wajib baginya.10
2. Pendapat Mazhab Maliki
Imam Malik berpendapat bahwa jika harta anak-anak atau orang gila mencapai
nisab dan haul, maka zakat harus dikeluarkan. Namun, jika tidak mencapai, maka tidak
diwajibkan.
3. Pendapat Mazhab Syafi’I
Ayat-ayat dan hadis-hadis shahih yang menegaskan secara mutlak wajibnya
zakat atas kekayaan orang-orang kaya., tidak terkecuali apakah apakah mereka anak-
anak ataupun orang gila. Misalnya firman Allah SWT:

ٰ‫علَ ْي ِه ْم‬
َ َ ‫ط َه ُرهُ ْم َوتُزَ ِكي ِهم ِب َها َو‬
‫ص ِل‬ َ ‫ُخذْ ِم ْن أَ ْم َوا ِل ِه ْم‬
َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. At-Taubah: 103)
Dalam kitabnya al-Umm Imam Syafi’I mengemukakan bahwa:

َ‫ َو ِإ ْن َكان‬، ‫رار‬ ِ ‫صدَقَةُ َعلَى ُك ِل مالِكٍ تا ُّم ال َم ِلكُ ِم ْن األ َ ْح‬ ُ ‫َّللاُ ت ُ ْعلَى َوتَ ِج‬
َّ ‫ب ال‬ َّ ‫قَا َل ال‬
َّ ُ‫شافِ َعى َر ِح َمه‬
‫واح ٍد ِم ْن ُه ْم َم ْال ِز ُم‬
ِ ‫ب فَى َما ِل ُك ِل‬ ُ ‫ َك َما يَ ِج‬. ‫ ََل ا ْفتِراقَ فِي ذَلِكَ بَ ْينَ ُه ْم‬، ً‫ أَ ْو ِإ ْم َرأَة‬، ‫ص ِبيًّا أَ ْو َم ْعتوهًا‬
َ
‫ أَ ْو َولَ ِد زَ َم ِن ُم ْحتاجٍ ؛‬، ُ‫ أَ ْو نَفَقَةً َعلَى َوا ِلدَ ْيه‬، ُ‫ث ِم ْنه‬ َ ‫ ِجنايَةُ اَ ْو ِم‬، ‫الوجو ِه‬
ٍ ‫يرا‬ ُ ‫مالَهُ بِ َو ْج ٍه ِم ْن‬
‫ف‬ ْ ‫ َوزَ َكاة ُ ال ِف‬، ِ‫ارة‬
ُ ‫ط ِر ََل يَ ْختَ ِل‬ ِ َّ‫والزروعِ َوالن‬
َ ‫ َوالتِ َج‬، ‫اض‬ ُّ ، ‫س َوا ٌء َكانَ فِي الماشيَ ِة‬
َ ‫َو‬

Artinya: “Imam Syafi’i berkata: Zakat wajib dikeluarkan oleh siapa saja yang
memiliki harta dengan kepemilikan penuh, yaitu orang-orang merdeka (bukan budak)

10
Ibid

6
walaupun ia seorang anak kecil, orang yang kurang waras atau seorang perempuan.
Dalam hal ini tidak ada bedanya (semua wajib mengeluarkan zakat hartanya).
Sebagaimana wajibnya mereka mendapatkan harta yang sudah lazim. Begitu juga zakat
dari harta temuan (tambang) dan harta warisan serta harta yang merupakan nafkah 11
Berdasarkan ayat tersebut maka, Zakat wajib pada harta anak kecil dan orang
gila. Dan wajib atas wali mengeluarkan zakat dari harta-harta anak kecil atau orang
gila. Jika tidak dikeluarkan oleh wali, wajiblah atas anak kecil dan orang gila
mengeluarkan zakat, setelah ia berumur atau sampai sembuh.
Sebab ayat dan/atau hadits yang mewajibkan zakat terhadap kekayaan muslim
tidak membedakan apakah pemiliknya balig dan berakal atau tidak, karena pada setiap
harta yang dikeluarkan zakatnya, maka muzaki (orang yang berzakat) berhak menerima
pahala, sedangkan anak kecil dan orang gila termasuk orang yang telah berhak
menerima pahala. Seorang wali sebagai pengganti anak kecil dalam hal zakat, ia
menempati kedudukan anak kecil dalam menegakkan kewajiban zakat ini, berbeda
dengan ibadah badaniyah yang tidak berlaku penggantian.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:

‫ب قَا َل اتَّ ِجروا فِي أَ ْموا ِل اليَتَا َمى ََل تَأْ ُكلُها‬ ُ ‫ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَ َّن‬، ٍ‫َع ْن مالِك‬
ِ ‫ع َم َر بْنَ الخَطا‬
َّ
ُ ‫الزكاة‬
Artinya: Bersumber dari Malik, sesungguhnya telah sampai kepada beliau,
bahwa Umar bin Al Khaththab berkata: “Perdagangkanlah harta anak-anak yatim yang
tak termakan oleh zakat”.12
Anak-anak dan orang gila hanya terlepas dari kewajiban zakat apabila mereka
miskin, oleh karena itu harus berzakat apabila mereka kaya. 13

4. Pendapat Mazhab Hambali

11
Muhammad bin Idris ash-Syafi'i, al-Umm, Husain Abdul Hamid Abu Nashir Nail, Ringkasan Kitab Al
Umm (t.t.p: t.p, t.t.) Jil. I, 437
12
Al-Imam Malik, Muwaththa’ Al- Imam Malik, diterjemahkan oleh Adib Bisri Musthofa dkk, (Semarang:
CV. Asy-Syifa’, 1992), Jil. 1, 362
13
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan
Qur’an dan Hadis, diterjemahkan oleh Salman Harun, dkk, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2010), hal. 110

7
Imam Ahmad bin Hanbal dari Mazhab Hambali berpendapat bahwa anak-anak
yang belum baligh tidak diwajibkan membayar zakat dari harta mereka. Orang tua atau
wali dapat membayar zakat atas nama anak-anak, dianggap amal baik. Untuk orang
gila atau tidak berakal (majnun), mereka juga tidak wajib membayar zakat atas harta
mereka karena dianggap tidak bertanggung jawab secara hukum. Namun, keluarga atau
wali dapat membayar zakat atas nama mereka sebagai tindakan sah dan bermanfaat.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim yang bekewajiban
menunaikan zakat. Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
pasal (1) yang dimaksud Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim
yang berkewajiban menunaikan zakat.

Seluruh ahli fiqih sepakat bahwa setiap muslim, merdeka, baligh dan berakal sehat ,
Memiliki harta atau kekayaan yang cukup haul atau nisab , Memiliki harta secara
sempurna, Muzakki adalah orang yang berkecukupan atau kaya wajib menunaikan Zakat
diwajibkan atas orang yang telah memenuhi syarat-syarat

2. Pandangan Ulama Mazhab Terkait Zakat Anak Kecil dan Orang Gila

a. Pendapat Mazhab Hanafi

Zakat atas harta anak kecil dan orang gila adalah tidak wajib. Begitu juga dengan wali
keduanya, tidak diperintah untuk mengeluarkan zakat dari harta keduanya. Karena zakat adalah
ibadah mahdloh, sedangkan anak kecil dan orang gila tidak yang dikhitobi (dibebani) ibadah.

b. Pendapat Mazhab Maliki

Imam Malik berpendapat bahwa jika harta anak-anak atau orang gila mencapai
nisab dan haul, maka zakat harus dikeluarkan. Namun, jika tidak mencapai, maka
tidak diwajibkan.

c. Pendapat Mazhab Syafi’I

Zakat wajib dikeluarkan oleh siapa saja yang memiliki harta dengan
kepemilikan penuh, yaitu orang-orang merdeka (bukan budak) walaupun ia seorang
anak kecil, orang yang kurang waras atau seorang perempuan. Dalam hal ini tidak ada

9
bedanya (semua wajib mengeluarkan zakat hartanya). Sebagaimana wajibnya mereka
mendapatkan harta yang sudah lazim. Begitu juga zakat dari harta temuan (tambang)
dan harta warisan serta harta yang merupakan nafkah

d. Pendapat Mazhab Hambali

Imam Ahmad bin Hanbal dari Mazhab Hambali berpendapat bahwa anak-anak
yang belum baligh tidak diwajibkan membayar zakat dari harta mereka. Orang tua
atau wali dapat membayar zakat atas nama anak-anak, dianggap amal baik. Untuk
orang gila atau tidak berakal (majnun), mereka juga tidak wajib membayar zakat atas
harta mereka karena dianggap tidak bertanggung jawab secara hukum. Namun,
keluarga atau wali dapat membayar zakat atas nama mereka sebagai tindakan sah dan
bermanfaat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.

Al-Hasni, Fariz. “Studi Komparatif Antara Pendapat Mazhab Hanafi Dengan Syafi’i Mengenai
Konsep Zakat Kekayaan Anak-Anak Dan Orang Gila”. Jurnal Kajian Hukum Ekonomi
Syariah. Vol. 14, No.1(2022).

Umrotul Khasanah. 2010. Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat.
Malang: UIN-Maliki Press.

Ritonga, Rahman dan Zainuddin. 2002. Figh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Syamsul, “Pendapat Kedua Imam Mazhab Mengenai Zakat Kekayaan Anak-anak dan Orang
Gila”, dalam http://syamsuljogja.blogspot.com/2011/10/pendapat-kedua-imam-mazhab-
mengenai.html diakses tanggal 01 September 2023.

Anda mungkin juga menyukai