Perilaku Pedagang Buah-Buahan Di Pasar Pekkabata Terhadap Konsumen
Perilaku Pedagang Buah-Buahan Di Pasar Pekkabata Terhadap Konsumen
Perilaku Pedagang Buah-Buahan Di Pasar Pekkabata Terhadap Konsumen
Oleh
SAKARIA
NIM 14.2200.039
2020
SKRIPSI
Oleh
SAKARIA
NIM 14.2200.039
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Islam Institut Agama Islam Negeri Parepare
2020
ii
PERILAKU PEDAGANG BUAH-BUAHAN DI PASAR
PEKKABATA TERHADAP KONSUMEN
(Perspektif Etika Bisnis Islam)
Skripsi
Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
SAKARIA
NIM 14.2200.039
Kepada
2020
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Penulis sadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak, baik yang berbentuk moral maupun material. Maka
menjadi kewajiban penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
suka rela membantu serta mendukung sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulis dengan penuh kerendahan hati mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
vii
1. Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si selaku Rektor IAIN Parepare yang telah
bekerja keras mengelola lembaga pendidikan ini demi kemajuan IAIN Parepare.
2. Dr. Hj, Muliati, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam
atas pengabdiannya telah menciptakan suasana pendidikan yang positif bagi
mahasiswa.
3. Bapak/Ibu Dosen pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam yang selama ini
telah mendidik penulis hingga dapat menyelesaikan studi yang masing-masing
mempunyai kehebatan tersendiri dalam menyampaikan materi perkuliahan.
Semoga mereka sehat selalu.
4. Kepala perpustakaan IAIN Parepare beserta jajaranya yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di IAIN Parepare, terutama
dalam penulisan skripsi ini.
5. Jajaran staf administrasi fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam serta staf
akademik yang telah begitu banyak membantu mulai dari proses menjadi
mahasiswa sampai pengurusan berkas ujian penyelesaian studi.
6. Kepala sekolah, guru, dan staf Sekolah Dasar Negeri (SDN), Madrasah
Tsanawiah (MTS), dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) tempat penulis
pernah mendapatkan pendidikan dan bimbingan di bangku sekolah.
7. Para Informan penulis di Pekkabata Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang
yakni penjual dan pembeli di pasar Pekkabata yang bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan banyak informasi yang sangat bermanfaat kepada
penulis.
8. Kepada Saudara kandung Penulis yang sangat dicintai dan disayangi yaitu
Mariati, Pata, Abd Asis, Sabaria, Sabri yang rindukan setiap saat.
9. Kepada sahabat-sahabatku, Jumiati, Tisna, Irwan, Suryadi Syarif, Annarika,
Taslim, Nandar, Darmawansyah, Aswar, Sakrialdi, Firman, Risman, Siska, Umi,
Sulpiani, Annarika, Angri Rusmila, Lisdayanti, Siti Zaenab, Sri Wahyuni, Andi
viii
Nur Mutmainna, Indrayanti, Yuliana, yang telah memberikan banyak bantuan dan
yang tak pernah mengeluh dikalah penulis meminta bantuan, yang selalu
menghibur, memberi semangat, dan selalu setia mendampingi di saat penulis
melakukan penelitian. Semoga persahabatan kita kekal sampai Tua nanti.
10. Teman-teman KPM khususnya teman serumah selama kurang lebih 2 bulan
menjalani pengabdian kepada masyarakat yaitu Muhammad Ammar, Fitriani,
Firda, Sakrialdi, Ana, Hardiyanti, Rahmatia dan Bapak Desa Rasdin dan Ibu
Sumiati, beserta seluruh masyarakat Dusun Mangkawani.
11. Semua teman-teman penulis senasib dan seperjuangan Prodi Hukum Ekonomi
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang memberi warna
tersendiri pada alur kehidupan penulis selama studi di IAIN Parepare.
Akhirnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun berbagai
hambatan dan ketegangan telah dilewati dengan baik karena selalu ada dukungan dan
motivasi yang tak terhingga dari berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga
skripsi ini dinilai ibadah di sisi-Nya dan bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkannya, khususnya pada lingkungan Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN Parepare. Semoga Allah swt.
Selalu melindungi dan meridhoi langkah kita sekarang dan selamanya. Aamiin.
Penyusun,
SAKARIA
NIM: 14.2200.039
ix
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Penyusun,
SAKARIA
NIM: 14.2200.039
x
ABSTRAK
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
xii
2.3 Tinjauan Konseptual. ......................................................................... 28
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
6 Dokumentasi Skripsi
7 Riwayat Hidup
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai subjek hukum tidak mungkin hidup di alam ini sendiri
saja tanpa berhubungan sama sekali dengan manusia lainnya. Eksistensi manusia
sebagai makhluk sosial merupakan fitrah yang sudah ditetapkan Allah SWT. Bagi
mereka, suatu hal yang paling mendasar dalam memenuhi kebutuhan seorang
manusia adalah adanya interaksi sosial dengan manusia lain. Dalam kaitan dengan
ini, Islam datang dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang mengatur secara baik
kehidupan sosial mereka. Oleh karenanya, orang muslim individu maupun kelompok
dalam lapangan ekonomi atau bisnis yang merupakan salah satu bentuk dari kegiatan
muamalat di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya. Namun di sisi lain, ia terikat dengan iman dan etika, sehingga ia tidak bebas
masyarakat muslim juga tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi segala
sumber daya alam, mendistribusikanya, atau mengkonsumsikannya. 1
tentunya dengan jalan yang baik. Manusia akan memperoleh kebahagian ketika
seluruh kebutuhan dan keinginanya terpenuhi, baik dalam aspek material maupun
spiritual, dalam jangka pendek maupun panjang. 2Dalam kehidupan sosial, peranan
1
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1997), h. 51.
2
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, Ekonomi Islam(Cet. III, Jakarta: Grafindo Persada, 2002), h. 1.
1
2
bisnis bisa menempatkan manusia pada jenjang status sosial yang tinggi, bahkan
Pasar selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat paling penting
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bagi masyarakat pasar bukan hanya tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah untuk berinteraksi
dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih memiliki
kota-kota kecil dan kota-kota besar dengan masa operasi rata-rata dari subuh sampai
tinggi. Dengan persaingan yang begitu tinggi para pelaku bisnis menggunakan segala
cara untuk mendapat keuntungan bahkan para pelaku bisnis sering mengabaikan etika
dalam menjalankan bisnis.
dengan tujuan menjadikan manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Tetapi di era
modern yang berkembang saat ini, telah membawah manusia pada kondisi di mana
3
nilai-nilai moral tidak diterapkan lagi. Hal ini terjadi terutama di kalangan perilaku
Sebagaimana yang terjadi saat ini kebanyakan para pelaku bisnis hanya
berkah dari usaha mereka, tanpa mempedulikan apakah cara yang telah mereka
lakukan telah sesuai dengan ajaran Islam. Disamping untuk mencari profit juga
masih ada dua orientasi lainnya, yaitu Qimah khulugiyah dan ruhiyah. Qimah
khulungiyah, yaitu nilai-nilai akhlak mulia yang menjadi suatu kemestian yang Islam,
baik antara majikan dengan buruh, maupun antara penjual dengan pembeli ( bukan
tradisional yang dilakukan dengan dasar kejujuran serta terhindar dari penipuan dan
kecurangan. Kejujuran dalam perdagangang tetap dapat diwujudkan dengan cara para
pedagang mengatakan secara jujur bahwa barang yang dijualnya berkualitas baik
barang daganganya dengan kualitas buruk. Ada pedangang yang sengaja menaruh
buah yang berkualitas buruk di bawah, sehingga ketika konsumen ingin membelinya
maka yang di coba itu kualitas baik. Namun ketika hendak di timbang yang kualitas
3
Faisal Badroen, MBA, et.al.eds, Etika Bisnis dalam Islam (Cet. 1: Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005), h.3.
4
yang merasa tidak puas dengan apa yang diharapkan, maka konsumen berhak
mengembalikan produknya begitu juga dengan produsen mengembalikan kembali
uang yang telah diberikan oleh konsumen. Namun, hal itu tidak mendapat respon dari
produsen, dengan alasan yang berbelit-belit, misalnya bahwa barang yang sudah
dan dengan harga yang wajar.Mereka juga harus diberitahu apabila terdapat
dan kelebihan suatu barang atau produk menjadi faktor yang sangat menentukan bagi
mencari keuntungan, juga harus menggunakan etika dalam bisnis Islam dengan tujuan
1.2.2 Bagaimana analisis etika bisnis Islam terhadap perilaku pedagang buah-
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana analisis etika bisnis Islam terhadap perilaku
berikut:
1.4.1 Manfaat ilmiah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
keilmuan terutama dalam memahami dan mengartikan tentang etika bisnis
Islamdalam tradisi jual beli, dan memberikan bahan bacaan yang bermanfaat
bagi mereka yang ingin mendapatkan informasi mengenai etika bisnis Isalam
selanjutnya.
6
Hasil penelitian ini sebagai persyaratan mendapat gelar Strata Satu (S1) dan
Ekonomi Syariah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pemikiran bagi
pengkajian dan pengembangan ilmu dalam masyarakat, diharapkan bagi
masyarakat dalam memahami etika bisnis Islam dalam tradisi jual beli, harus
kecurangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat.
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Ika Nur Yuliyanti pada tahun
2016 dengan judul” Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Buah Jeruk dengan
Sistem Borongan di Pasar Johar Semarang”Penelitian ini terkait dengan jual beli
buah jeruk dengan sistem borongan.Dalam realitasnya jual beli buah jeruk dengan
menggunakan sistem borongan secara fisik obyek tersebut tidak diketahui oleh
pembeli baik dalam hal jumlah, bentuk dan mutunya. Pelaksanaan jual beli buah
Pembeli hanya melihat bagian paling atas dari buah yang ada di peti.
Sedangkan bagian dalamnya pembeli tidak mengetahui secara pasti apakah buah yang
di bagian dalam kualitasnya sama seperti buah yang diperlihatkan di bagian atas.
Disini pembeli merasa dirugikan karena pada prakteknya kualitas buah pada bagian
atas dengan buah yang berada pada bagian bawah terdapat perbedaan.Pada bagian
bawah sering terdapat buah-buah yang tidak layak jual.Sistem jual beli buah
borongan di Pasar Johar dipandang tidak sah karena tidak sesuai dengan ketentuan
hukum Islam.Hal ini berdasarkan dengan hadits Sunan Ibnu Majah menyebutkan
suatu riwayat, yang artinya “Rasulullah SWT.telah melarang jual beli gharar”.
Karena dalam jual beli buah jeruk dengan sistem borongan yang terjadi di Pasar Johar
ini mengandung unsur gharar, ketidakpastian pada kualitas objek akadnya sehingga
7
8
bertransaksi.Namun berbeda yang akan diteliti oleh calon peneliti yang terkait dengan
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Siti Mina Kusnia pada tahun 2015
Perspektif Etika Bisnis Islam”. Penelitian ini terkait dengan perilaku menyimpang
sering kali ditemukan di pasar tradisional oleh karena itu, etika bisnis Islam sangat
berperan dalam mengatur perilaku para pedagang. Sehubungan dengan hal itu,
penelitian ini memilih pasar tradisional Ngaliyan sebagai objek alasannya karena
peneliti melihat adanya perilaku pedagang yang tidak sesuai dengan apa yang telah
diterapkan dalam etika bisnis Islam. Adapun perilaku yang tidak sesuai dengan etika
bisnis Islam berupa tidak menepati janji, tidak bersikap ramah kepada pembeli, dan
etika bisnis Islam disimpulkan bahwa para pedagang tidak mengetahui etika bisnis
Islam. Akan tetapi, dalam melaksanakan transaksi jual beli mereka menggunakan
aturan yang telah diatur oleh agama Islam. Aturan agama Islam dalam kegiatan bisnis
dipaparkan pada prinsip-prinsip etika bisnis Islam yang ada, yaitu: kesatuan (tauhid),
akan diteliti oleh calon peneliti yang terkait dengan perilaku pedangang khususnya
4
Ika Nur Yuliyanti,” Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Buah Jeruk dengan Sistem
Borongan di Pasar Johar Semarang”(Skripsi Sarjana: Fakultas Syariah Semarang, 2016), h.1.
5
Siti Mina Kusnia,“Perilaku Pedagang di Pasar Tradisional Ngaliyan Semarang dalam
Perspektif Etika Bisnis Islam”( Skripsi Sarjana:Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 2015),h.1.
9
dengan judul “Studi Etika Pemasaran Pedagang Pasar Sore Kaliwungu Kendal
pemasaran yang dilakukan oleh para pedagang di Pasar Sore Kaliwungu sudah
berdasarkan syariat Islam karena mereka masih menjunjung nilai-nilai etika dalam
memberikan pelayanan yang baik dan menerapkan S5 (senyum, salam, sapa, sopan,
dan santun. 4). Ketepatan janji, masih sedikit yang melakukan tindakan perjanjian
dikarenakan para pedagang khawatir tidak bisa menepati janji. 5). Kejujuran, banyak
pedagang melakukan kejujuran dengan menjelaskan baik buruknya barang yang
dijual.Berbeda dengan yang akan dilakukan oleh calon peneliti yang berfokus pada
jual beli buah-buahan suadah ada yang menelitihnya terlebih dahulu. Meskipun
demikian, terdapat perbedaan subtansi yang signifikan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang perilaku
10
bisnis Islam.
2.2. 1 Perilaku
perilaku adalah segala tindakan atau perbuatan manusia yang kelihatan atau tidak
kelihatan yang didasari maupun tidak didasari termasuk didalamnya cara berbicara,
cara melakukan sesuatu dan bereaksi terhadap segala sesuatu yang datangnya dari
luar maupun dari dalam dirinya. 6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak
saja badan atau ucapan. Dalam kehidupan sehari-hari istilah perilaku disamakan
dimaksud tingkah laku adalah perilaku manusia yang prosesnya tidak terencana
dalam gennya atau yang tidak timbul secara naluri saja, tetapi sebagai suatu hal yang
aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. oleh sebab itu, dari sudut
sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-
masing. sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan
6
Zakiyah dan Bintang Wirawan, Pemahaman Nilai-Nilai Syari’ah Terhadap Perilaku
Berdagang(Studi pada Pedagang di Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung), Jurnal Sociologie, Vol.
1, No. 4, h. 331.
7
Rokmad Prastowo, Karakteristik Sosial Ekonomi dan Perilaku Kerja Perempuan
Pedagang Asongan, (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret, 2008), h. 30.
11
atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja dan sebagainya.
dariuraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
serangkaian kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Menurut Moefad salah satu dosen UIN
Sunan Ampel Surabaya perilaku itu terjadi karena adanya dorongan-dorongan yang
sebagai berikut.9
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang
sebagainnya.
puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, polondes, pos obat desa, dokter atau
bidang praktek swasta dan sebagainya. Temasuk juga dukungan social, suami dan
keluarga.
8
M. Moefad, Perilaku Individu dalam Masyarakat Kajian Komunikasi Social (Jombang: el-
DeHA Press Fakultas Dakwah IKAHA, 2007), h. 17.
9
http://jurnalapapun.blogspot.com/2014/11/faktor-faktoryangmempengaruhi_27.html?m=1
(22 November 2018).
12
3. Faktor penguat, faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Terkait jugan disini
2.2. 2 Pedagang
barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung.Pedagang besar
dagangannya dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan diberi daerah
kekuasaan penjualan/ perdagangan tertentu yang lebih kecil dari daerah kekuasaan
distributor.
10
Eko Sujatmiko, Kamus IPS (Cet. I, Surakarta: Aksara Sinergi media, 2014), h. 231.
11
C.S.T. Kensil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) , h. 15.
13
ke tangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah satuan atau eceran.
termasuk perilaku ekonomi , harus merujuk kepada norma-norma moral yang terdapat
pada masyarakat.12Perilaku dipengaruhi oleh sikap, sikap sendiri dibentuk oleh sistem
nilai dan pengetahuan yang dimiliki manusia.Maka kegiatan apapun yang dilakukan
kepercayaannya.
Perilaku ekonomi yang bersifat subyektif tidak hanya dapat dilihat pada
yang bersifat rasional tetapi juga oleh sistem nilai yang diyakini.Wirausaha juga
tidak benar menurut ilmu ekonomi dan hukum atau berdasarkan pengalaman,tetapi
pihak sebagaimana yang dinyatakan oleh konsep falah yang terdapat dalam al–
12
Damsar, Sosoiologi Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers,2002), h. 41.
13
Wazin, Relevansi Antara Etika Bisnis Islam dengan Perilaku Wirausaha Muslim (Studi
tentang Perilaku Pedagang di Pasar Lama Kota Serang Provinsi Banten), Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, Vol. 1 No.1 Januari- Juni 2014, h. 13.
14
moral. Dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan ekonomi, nilai etika
sepatutnya dijadikan sebagai norma, dan selanjutnya yang berkaitan dengan ekonomi
Norma dan etika ekonomi Islam secara tegas telah memisahkan antara
nilai-nilai dan perilaku dalam perdagangan seperti yang dijelaskan dalam buku
(Yusuf Qardawi).15 Di antara norma-norma atau nilai-nilai syariah itu adalah sebagai
berikut:16
Perilaku yang muncul dari memahami nilai ini adalah larangan mengedarkan
barang- barang haram, baik dengan cara membeli, menjual, memindahkan, atau
2. Bersikap benar, amanah, dan jujur. Perilaku yang dimaksud benar adalah ruh
keimanan, ciri utama orang mukmin, bahkan ciri para nabi. Tanpa kebenaran,
agama tidak akan tegak dan tidak akan stabil. Sebaliknya, bohong dan dusta
adalah bagian dari pada sikap munafik. Bencana terbesar di dalam pasar saat ini
adalah meluasnya tindakan dusta dan batil, misalnya berbohong dalam
hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan
tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga atau upah. Jujur, selain
benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku jujur, dilandasi
14
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam,(Jakarta : Bumi Aksara,
1996), h. 5.
15
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam , (Jakarta :Gema Insani Press, 1997),
h. 173.
16
Siti Mina Kusnia,“Perilaku Pedagang di Pasar Tradisional Ngaliyan Semarang dalam
Perspektif Etika Bisnis Islam”( Skripsi Sarjana:Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 2015),h.24.
15
diantaranya adalah tidak melakukan bai’y gharar (jual beli yang mengandung
dijadikan Allah lambang dari risalah Muhammad saw. Islam ingin menegakkan
kecil, yang kuat membantu yang lemah, yang bodoh belajar dari yang pintar,
monopoli, satu unsur yang berlaku dalam paham kapitalis disamping riba. Yang
dimaksud monopoli ialah menahan barang dari perputaran di pasar sehingga
harganya naik. Diantara perilaku yang berhubungan dengan nilai ini adalah
5. Menegakkan toleransi dan persaudaraan. Salah satu moral terpuji ialah sikap
naungan kapitalis. Salah satu etika yang harus dijaga adalah menjaga hak-hak
16
Bekal Pedagang Menuju Akherat, salah satu moral yang juga tidak boleh
dolar lewat perdagangan dan transaksi, ia tidak lupa kepada Tuhannya. Ia tidak
abadi antara manusia dan Tuhannya. Perilaku yang berhubungan dengan nilai
ini diantaranya adalah tidak bertransaksi pada waktu shalat jumat, tidak
meninggalkan shalat/tidak melalaikan diri dari ibadah, niat yang lurus, selalu
ingat kepada Allah dalam berdagang, mengukur waktu berdagang dan puas
dengan keuntungan yang diperoleh, menghindari syubhat, dan membayarkan
zakat.
2.2.4 Pasar
permintaan (pembeli) atau penawaran ( penjual ) untuk setiap jenis barang, jasa, atau
sumber daya. Pembelian meliputi konsumen yang membutuhkan barang dan jasa,
sedangkan bagi industri membutuhkan tenaga kerja, modal dan barang baku produksi
17
baik untuk memproduksi barang maupun jasa. Penjual termasuk juga industry
menawarkan hasil produksi atau jasa yang diminta oleh pembeli; pekerja menjual
tenaga dan keahliannya, pemilik lahan menyewakan atau menjual asetnya, sedangkan
pihak yang saling berkepentingan untuk memperolah apa yang mereka inginkan.
Pasar terbentuk karena kesulitan yang dihadapi saat transaksi dilakukan dengan
menggunakan sistem barter ( pertukaran barang, di mana tidak setiap orang dan setiap
waktu mereka bersedia menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang orang
pihak dengan berbagai kepentingan dengan posisi sebagai pembeli di satu sisi, dan
merupakan wahana transaksi ekonomi yang ideal, karena secara teoritis maupun
praktis, Islam menciptakan suatu keadaan pasar yang dibingkai oleh nilai-nilai
Artinya, konsep pasar dalam Islam adalah pasar yang ditumbuhi nilai-nilai
syariat keadilan, keterbukaan, kejujuran, dan persaingan sehat yang merupakan nilai-
17
Havis Aravik, Ekonomi Islam( Malang : Empatdua, 2016), h. 144.
18
Havis Aravik, Ekonomi Islam, h. 144-145.
19
Havis Aravik, Ekonomi Islam, h. 145.
18
nilai universal, bukan hanya untuk muslim tetapi juga nonmuslim. Karena
penghargaan Islam terhadap mekanisme pasar berangkat dari ketentuan Allah bahwa
perniagaan harus dilakukan dengan cara yang baik berdasarkan prinsip saling ridha
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasan, cara berpikir.
Dalam bentuk jamak, berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang kebiasaan. Dalam Kamus Besar
al-Quran etika berasal dari kata khuluq yang berarti kebiasaan atau perangai.22
konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip
umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikan atas apa saja. Di sini etika
dimaknai sebagai dasar moralitas seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai
filsufnya dalam berperilaku.23Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena
ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh
seorang individu.24
20
Havis Aravik, Ekonomi Islam, h. 145
21
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2009),Cet .1, h.173.
22
Muhammad, Etika Bisnis Islami(Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2004) , h. 38.
23
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) , h. 4.
24
Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h.3.
19
Kata “bisnis” dalam Bahasa Indonesia diserap dari kata “business” dari
Bahasa Inggris yang berarti kesibukan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, bisnis
diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan dan bidang
usaha. 25 Kata bisnis dalam al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-
bai’.Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah yang bermakna berdagang atau
berniaga yang artinya pertukaran sesuatu dengan sesuatu.Ia merupakan sebuah nama
yang mencakup pengertian terhadap kebalikannya yakni al-syira’(membeli).
Menurut Heri Suhendi jual beli adalah perjanjian tukar menukar barang
yang mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu
menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian yang
Berbisnis merupakan salah satu jenis pekerjaan yang saat ini sedang marak
menjadi perbincangan.Bisnis tidak bisa lepas dari kegiatan manusia untuk memenuhi
2.2.6.1 Pengertian
Sebelum berbicara tentang etika bisnis Islami lebih jauh, perlu diketahui
tentang etika bisnis.Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang
25
Johan Arifin, Etika Bisnis Islam (Semarang: Walisongo Press, 2009), h.9.
26
Ghufron A. Mas’Adi, Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 119.
27
Heri Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.68.
20
benar dan salah.Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.Standar etika bisnis tersebut diterapkan
dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi
dan mendistribusikan barang dan jasa yang diterapkan orang-orang yang ada di dalam
tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma
dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan
penetapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Menurut Johan Arifin, etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk,
benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas.
Dalam arti lain etika bisnis juga bisa dikatakan sebagai seperangkat prinsip dan
sebuah transaksi, berperilaku, dan juga berelasi guna mencapai tujuan bisnisnya
dengan selamat. Dengan demikian maka sangat perlu sekali untuk memahami
terutama pelaku bisnis mempunyai bekal untuk berbuat the right thing yang dilandasi
dengan semangat keilmuan, kesadaran, serta kondisi yang berlandaskan pada nilai-
nilai moralitas.
juga mendorong umat manusia untuk mengembangkan bisnis. 29 Bisnis Islami juga
dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang
28
Veithzal Rival, et.al.eds, Islamic Business and Economic Ethics (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 4.
29
Bambang Subandi, Bisnis sebagai strategi Islam(Surabaya: Paramedia,2000),h .65
21
dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan
Terjemahnya:
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.30
Arifin, etika bisnis Islam merupakan nilai-nilai etika Islam dalam aktivitas bisnis
yang telah disajikan dalam perspektif al-Qur‟an dan Hadist, yang bertumpu pada 6
keadilan. 31 Dan perilaku bisnis Islami tercermin dalam perilaku Nabi Muhammad
saw., dalam menjalankan roda bisnisnya selalu memiliki motivasi dan perilaku
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah(Bandung: CV Diponegoro, 2005), h.21.
31
Johan Arifin, Etika Bisnis Islam, h.74.
22
mencari ridha Allah SWT.Oleh karenanya, bisnis tidak bertujuan jangka pendek,
tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab
pribadi dan sosial dihadapan masyarakat, Negara dan Allah SWT. Oleh karena itu,
pada prinsipnya pengetahuan akan etika bisnis dalam pandangan Islam mutlak harus
dalam menghadapi persaingan usaha yang sekarang telah memasuki era globalisasi
untuk menghindari diri dari berbagai macam tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.
Rasulullah saw. sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam
tataran ini beliau bersabda: “ Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan
meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas.
tetapi juga berorientasi kepada sikap taawun (menolong orang lain) sebagai implikasi
32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 21.
23
sosial kegiatan bisnis. Tegasbya berbisnis, bukan mencari untung materiil semata,
tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual
barang.
berkah” Praktek sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena
dapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya meningkatkan daya beli atau
pemasaran. Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang diperoleh
Kelima, tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi agar orang
Keenam, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang lain
membeli kepadanya.
SWT.
(mudharat) yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial.
Ketiga belas, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan
halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, dan sebagainya.
Rasulullah saw., memuji seorang muslim yang memiliki perhatian yang serius dalam
pelunasan utangnya.
Ketujuh belas, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba.33
menjual dan membeli barang secara ikhlas artinya tidak ada campur tangan serta
intervensi pihak lain dalam menentukan harga barang. 34Ada beberapa prinsip-prinsip
1. Kesatuan (Unity)
(dimensi vertical) berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batas-
33
Veithzal Rivai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, Islamic Business And Economic
Ethics, h. 44.
34
Jusmaliani, et.al.eds, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 54-55.
25
batas tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah untuk memberikan manfaat pada
dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini maka Islam menawarkan
keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar
pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun
horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam. 36
2. Keseimbangan (Equilibrium)
bersifat horizontal. Hal itu disebabkan karena lebih banyak berhubungan dengan
sesama. Prinsip perilaku adil sangat menentukan perilaku kebijakan seseorang. Dalam
dunia bisnis prinsip keadilan harus diwujudkan dalam bentuk penyajian produk-
produk yang bermutu dan berkualitas, selain itu ukuran, kuantitas, serta takaran atau
membangun keadilan. Kecelakaan terbesar bagi orang yang berbuat curang yaitu
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi,
sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi. Kecurangan
35
Faisal Badroen, et.al.eds, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2007), h. 89.
36
Agus Arijanto, Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis (Cet. 1; Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 17.
37
Veithzal Rivai, Islamic Marceting (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 96.
26
dalam berbisnis pertanda kegancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis
adalah kepercayaan.
Kehendak bebas merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam,
dibuka lebar, tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia
pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu
memenuhi konsep keadilan dan kesatuan seperti yang kita lihat dalam ciptaan Allah
(tanggungjawab kolektif yang bias diwakili oleh sebagian kecil orang). Sebagai
contoh, fard al kifayah menggariskan bahwa jika seseorang yang mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya secara cukup dan ingin belajar tentang ilmu agama namun
tersebut, maka ia dapat diberi zakat karena mencari ilmu dianggap sebagai kewajiban
kolektif.38
38
Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: UPP – UMP YKPN, 2004), h. 56.
27
(nawafil) atau seseorang yang ingin melakukan nawafil tanpa ada waktu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, ia mungkin justru tidak mendapat zakat. Hal
ini karena pahala ibadahnya hanya untuk dirinya sendiri, berbeda dengan orangb yang
Sementara itu, fard al ‘ayn berarti perintah atau peraturan yang bersifat
shalat.39
5. Kebajikan (Ihsan)
dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam
konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar yang
preventif (pencegahan) terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang
“tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan
tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun.” Kebaikan sangat didorong
di dalam Islam.40
39
Muhammad, Etika Bisnis Islam, h. 57.
40
Muhammad, Etika Bisnis Islam, h.57.
28
Sebagai alur pikir pada penelitian ini akan peneliti jelaskan pengertian dari
2.3.1 Perilaku
lingkungan.41Adapun yang peneliti maksud perilaku dalam penelitian ini adalah sikap
atau perbuatan pedagang dalam memproduksi dan mendistribusikan, atau
2.3.2 Pedangang
2.3.3 Pasar
Pasar adalah tempat orang berjual beli. 43 Jadi pasara merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi ekonomi yakni dengan
2.3.4 Konsumen
Konsumen adalah seluruh pembelian barang dan jasa akhir yang sudah
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral/akhlak.45 Bisnis adal sebuah aktivitas yang mengarah pada
41
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (ED. III, Cet. II;
Jakarta Balai Pustaka, 2002 ), h. 859.
42
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, h. 229.
43
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, h.833
44
William A Eachern MC, Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer (ED. I; Jakarta:
Salemba Empat, 2001), h. 490.
29
pengelolaan barang atau produksi.46 Adapun Islam adalah agama yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad saw., dengan berpedoman pada kitab suci al-Qur’an. 47 Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Etika Bisnis Islam adalah kemampuan
para pembisnis atau pengusaha untuk membedakan apa yang baik dan apa yang buruk
sekali tidak jujur dan tidak adil terhadap kedua belah pihak yang terlibat. Perlu
adanya keterbukaan baik antara pembeli dan penjual dalam setiap transaksi yang
penjual, serta pelayanan yang baik bagi pembeli sehingga tidak menimbulkan
memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan. Maka dari itu Etika bisnis
berpengaruh terhadap para pelaku bisnis, terutama dalam hal kepribadian, tindakan,
dan perilakunya.
Etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk,
harus, benar, salah, dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip umum yang membenarkan
kita untuk mengaplikasikannya atas apa saja. Bisnis dilakukan harus sesuai dengan
etika bisnis serata prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu tahuid, keseimbangan,
kehendak bebas, pertanggung jawaban, dan kebajikan. Karena etika bisnis Islam
45
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, h.309.
46
Muhammad, Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam
(2004/2005, Cet.I; Yogyakarta, : BPFE-YOGYAKARTA, 2004), h.56.
47
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, h. 444.
30
mengajarkan manusia berbisnis dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketetapan
hukum syara.
penelitian ini, penulis membuat suatu bagan kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1.1
Pedagagang buah-buahan
di Pasar Pekkabata
1. Promosi
2. Pelayanan
3. Komplain
METODE PENELITIAN
merujuk pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi ) yang
Metode penelitian pada buku tersebut meliputi beberapa hal yaitu jenis penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, fokus penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.48
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden sehingga
Ketiga metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi49. Penelitian
48
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Makalah dan Skripsi), Edisi Revisi
(Parepare: STAIN Parepare, 2013), h. 34.
49
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 5.
31
32
2 bulan.
Sumber data dalam skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti
(narasumber).50
3.4.1 Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui
kemudian di olah oleh peneliti. 51 Data yang dimaksud adalah data yang
3.4.2 Data skunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-
buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk
yang menjadi data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku etika ekonomi
teknik field research: teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk
50
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial,Ed.I( Cet. III; Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), h. 55.
51
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum(Cet.111; Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.105.
52
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 107.
33
memperoleh data yang memuat apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan
peneliti pada saat melakukan penelitian dilapangan. 53 Adapun teknik yang digunakan
untuk memperoleh data melalui penelitian lapangan ini yakni sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan nantinya akan mengamati dan mencatat fakta-fakta yang
terjadi terkait dengan perilaku pedangan buah terhadap konsumen.
3.5.3 Dokumentasi
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen
yang berfungsi sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang
53
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif(Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h. 164.
54
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian(Cet. X1; Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h.70.
55
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Prektek,(Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), h.39.
56
Basrowi Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Indah, 2008), h.158.
34
penyusunan transkip interview serta material lain yang telah terkumpul. Maksudnya
kemudian menyajikannya kepada orang lain lebih jelas tentang apa yang telah
kesimpulan yang bersifat khusus atau berangkat dari kebenaran yang bersifat umum
mengenai suatufenomena dan mengeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu
peristiwa atau data yang berindikasi sama dengan fenomena yang bersangkutan.58
3.6.1 Peneliti akan melakukan wawancara yang mendalam kepada informan untuk
data yang lebih banyak tentang permasalahan tersebut. Kemudian data yang
dianalisis.
3.6.2 Setelah itu, peneliti akan melakukan uji silang terhadap data-data yang
diperoleh dari hasil wawancara dan hasil observasi untuk memastikan bahwa
tidak ada data dan informasi yang bertentangan antara hasil wawancara
bahan dokumentasi yang telah diperoleh dari pihak terkait untuk mengoreksi
57
Sudarwan Danim, Menjadi Penelitian Kualitatif: Ancangan Metodelogi, Presentasi, dan
Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial,
Pendidikan, dan Humaniora (Cet I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h. 37.
58
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian( Cet:Ke-2; Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2000), h.40.
35
keabsahan data atau informasi yang telah diperoleh dari wawancara dan
observasi tersebut.
dengan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan baik itu berupa interview
Arung Paria (swapraja Paria), sekarang desa Paria. Pekkabata berasal dari kata
“Pakka Bata Paria” yakni jalan menuju Paria. Disebut Pakka Bata karena jalan itu
merupakan percabangan jalan utama ke desa Paria. Itulah alasan diejakan bersama
Pakka Bata Paria. Kata “Pakkabata”, dalam bahasa Indonesia yaitu “Jalan
sebelah jalan bagian timur trans Provinsi Sulawesi. Mungkin adanya pengaruh dialek
bahasa transmigran sehingga ejaan “Pakka Bata Paria” berubah menjadi Pekkabata
Paria. Hingga sekarang disebut Pekkabata.
Pekkabata. Itulah yang menjadi cikal bakal sehingga dibuat pasar Pekkabata sebagai
keluarga bangsawan yang digilir dari tiap-tiap kecamatan di Pinrang, ada dari pihak
36
37
keluarga Arung Paria dan bangsawan lain. Penetapannya dari penunjukan langsung
darah. Tapi sekarang sudah berubah mengikuti sistem pemerintahan dan perpolitikan
zaman sekarang.
berjarak beberapa meter dari kantor kecamatan Pekkabata, sehingga menjadi pusat
jual beli di daerah Pekkabata, meskipun keberadaannya belakangan ini disertai
Pekkabata masih menjadi sentra ekonomi bagi masyarakat. Letaknya yang strategis
menjadikan pasar Pekkabata menjadi salah satu pusat jual beli sebagian masyarakat di
Kabupaten Pinrang. Para penjual maupun pembeli datang dari berbagai desa bahkan
dari berbagai kecamatan seperti para penjual dan pembeli dari Kecamatan Lembang.
pangan, sebuah pasar tidak dapat lepas dari sarana dan prasarana. Sarana dan
prasarana yang ada di pasar Pekkabata diantaranya:
Kios
Dasaran Terbuka
Tempat Parkir
Mushollah
38
dengan curah hujan rata-rata 68,55 serta suhu 230C. luas kurang lebih 168.000 hektar.
Jumlah penduduk sebanyak 6.549 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 2.996 dan
perempuan sebanyak 3.553 jiwa, serta kepala keluarga sebanyak .233 KK. Jarak
Pekkabata dari ibu kota Kabupaten sekitar 22 km biasanya di tempuh dengan waktu
Pekkabata merupakan salah satu daerah potensi pertanian padi yang sangat
baik, sebagian besar sawah berada wilayah selatan kelurahan. Sedangkan di bagian
Bisnis Islam
Pemahaman pedagang di pasar Pekkabata mengenai etika bisnis Islam
yang meliputi pedagang buah rambutan, langsat, durian, salak, semangka, pisang,
dan lain-lain mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui etika bisnis Islam.
Akan tetapi, para pedagang menjalankan usaha dagang atau jual beri
prinsip etika bisnis Islam yang ada, yaitu: kesatuan (tauhid), keseimbangan,
kehendak bebas, tanggung jawab, kebijakan (ihsan). Etika bisnis Islam mengatur
39
dan mengajarkan pelaku bisnis atau pedagang untuk menjalin kerjasama, tolong
menolong, dan menjauhkan diri dari sikap dengki dan dendam serta hal-hal yang
dari memahami nilai ini adalah larangan mengedarkan barang- barang haram, baik
dengan cara membeli, menjual, memindahkan, atau cara apa saja untuk memudahkan
peredarannya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
sangat besar terhadap harta kekayaan. Karena saat itu berdagang (berbisnis)
merupakan satu-satunya pekerjaan yang mulia yang tersedia baginya pada saat
itu. Pada prinsipnya keuntungan besar bukan merupakan satu wujud keberhasilan
seorang pebisnis dalam usahanya tersebut, namun keberhasilan yang
sesungguhnya terletak pada rasa menerima apa yang telah diberikan oleh Allah SWT
kepada seseorang sebagai bekal hidup di dunia, namun tetap tak melupakan
59
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam , h. 173.
60
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009, h. 162.
40
menawarkan atau menjual suatu dagangannya. Agama dan praktek ekonomi tidak
dapat dipisahkan satu sama yang lain, karena saling berhubungan dan
membentuk dasar yang kuat dan kokoh dalam menjalankan usaha atau kegiatan
Agama Islam mengajarkan kita untuk bersikap sopan santun dan ramah
seorang pembeli harus bersikap ramah dan tidak memaksa calon pembeli untuk
membeli dagangannya, dengan begitu calon pembeli akan merasa senang dan tidak
buah rambutan memiliki pandangan bahwa ketika terjadi transaksi harus bersikap
terbuka, ibu Nurhawa mengatakan bahwa dengan memberitahukan harga standar dari
barang yang dibeli pada saat tawar menawar antara calon pembeli, akan terjadi
transaksi yang saling ridho diantara kedua bela pihak dan diyakini akan membawa
barokah serta manfaat untuk kedua belah pihak. Bagi ibu Nurhawa dengan bersikap
jujur sangat yakin memperoleh pendapatan yang halal dan baik, dengan pendapatan
tersebut untuk mencukupi kebutuhan keluarga
menjalankan usahanya, hal tersebut harus wajib diberikan kepada pembeli, karena
pembeli tersebut merupakan anugerah dan karunia yang diberikan oleh Allah
SWT. seperti norma atau nilai syariah yang menjelaskan tentang Bersikap benar,
61
Wawancara dengan ibu Nurmiati selaku penjual di pasar Pekkabata pada tanggal 18
Februari 2019.
41
amanah, dan jujur. Perilaku yang dimaksud benar adalah ruh keimanan, ciri utama
Tanpa kebenaran, agama tidak akan tegak dan tidak akan stabil.
Sebaliknya, bohong dan dusta adalah bagian dari pada sikap munafik. Bencana
terbesar di dalam pasar saat ini adalah meluasnya tindakan dusta dan batil, misalnya
mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi
haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga atau upah.
berlaku jujur, dilandasi keinginan agar orang lain mendapatkan kebaikan dan
dagangan yang dia ketahui dan yang tidak terlihat oleh pembeli.62 Akan tetapi, masih
ada pedagang di pasar Pekkabata yang tidak bersikap ramah kepada calon pembeli
atau pembeli.
Bukan hanya itu saja kejujuran merupakan tonggak utama untuk menjalankan
sebuah usaha supaya para konsumen tetap terus terjaga untuk bisa kembali lagi
yang diungkapkan oleh informan yaitu ibu Nurmiati penjual buah langsat mengatakan
bahwa:
“Menurut saya arti kejujuran sangat penting karena kejujuran akan
membawa rizki. Kalau kita jujur maka pembeli percaya kepada kita
62
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam , h. 173.
42
manusia, sebagaimana orang tersebut mencintai dirinya sendiri, hal ini sesuai dengan
yang diajarkan Rasulullah SAW tentang kesempurnaan seorang muslim, sifat jujur
dalam mengelola usaha dapat mengarah pada kejujuran pada kehidupan sehari-hari,
terutama dalam melakukan transaksi jual beli dan berinteraksi antar sesama
manusia.64
yang dilakukan oleh para pedagang ditunjukkan dengan memberikan pelayanan yang
baik. Seperti yang diungkapkan oleh informan yaitu ibu Murna mengatakan bahwa:
“Apabila ada yang membeli buah-buahan yang saya jual, saya menimbang
didepan pembeli agar pembeli melihat takaran timbangan buah-buahan yang
mereka beli, dan biasa juga saya tambahkan.”65
menakar atau menimbang buah yang dijual beliau menimbang barang dagangannya di
depan pembeli agar pembeli melihat langsung takaran timbangan buah yang dibeli
dan terkadang lebih memilih menambahkan timbangan buah yang dibeli oleh
konsumen dengan alasan untuk menjaga kepercayaan pelanggan.
yaitu menggunakan timba dalam menakar buah yang dijualnya dengan alasan ibu Sri
63
Wawancara dengan ibu Nurmiati selaku penjual di pasar Pekkabata pada tanggal 18
Februari 2019.
64
Agam Santa, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Kasus Pada Pedagang Muslim di Pasar Pagi Kaliwungu Kendal), Skripsi IAIN Walisongo
Semarang, h. 80.
65
Wawancara dengan ibu Murna penjual buah di pasar Pekkabata pada tanggal 18 Februari
2019.
43
tidak memiliki timbangan jadi ia menggunakan timba untuk menakar. Hal ini
pembeli yang datang terlebih dahulu atau sesuai dengan antrian. Serta bentuk
keadilan yang dilakukan oleh pedagang lain berupa membedakan harga yang
kualitasnya tinggi dengan kualitas barang yang rendah. Dengan sikap secara adil
satu dengan yang lainnya, semuanya harus merasakan keadilan. Keadilan juga
lain untuk berjualan di dekatnya, seperti yang dilakukan oleh pedagang buah di pasar
Pekkabata, mereka tidak melarang pedagang lain untuk menjual di dekatnya dan
mereka menjual barang sesuai dengan harga di pasaran, karena mereka percaya
bahwa rejeki seseorang tidak akan tertukar. Seperti yang dikatakan oleh ibu Nurhawa
bahwa:
“Kalau pedagang menjual rambutan atau langsatnya dengan harga Rp
5.000/Kg, maka saya juga akan menjual dengan harga yang sama. Saya
percaya kalau rejeki setiap orang beda-beda dan tidak mungkin tertukar
karena sudah diatur.”67
bahwa pedagang tidak memaksa pembeli untuk membeli barang dagangannya. Para
66
Wawancara dengan ibu Sri selaku penjual buah di pasar Pekkabata pada tanggal 18 Februari
2019.
67
Wawancara dengan ibu Nurhawa selaku penjual buah di pasar Pekkabata pada tanggal 18
Februari 2019. .
44
lainnya, pedagang tidak menjual buah-buahannya dengan harga yang lebih rendah
dari pedagang disekitarnya karena para pedagang tahu bahwa apabila ada salah satu
dari mereka yang menjual buah-buahannya lebih murah dari penjual lain maka para
pembeli akan membeli buah-buahan yang lebih murah dengan kualitas yang sama,
kepada pedagang maka harus dipenuhi karena pesanan tersebut merupakan amanah
dan tanggung jawab seorang pedagang untuk memenuhi pesanan tersebut. Akan
tetapi masih ada juga pedagang yang tidak memenuhi pesanan dari pembeli dengan
tepat waktu, dengan alasan barang dagangan tidak tersedia atau sudah habis. Selain
itu pedagang juga harus bertanggung jawab atas kualitas barang yang dijual, apabila
ada cacat pada barang tersebut maka pedagang harus siap untuk mengganti barang
tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan
tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun. Seperti yang dikatakan oleh
tersendiri terhadap pembeli sehingga para konsumen lebih memilih untuk berbelanja
di pasar Pekkabata tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa apabila hubungan kita
dengan sesama dijalin dengan baik maka orang lain juga akan melakukan hal yang
sama.
Hal ini juga disadari oleh para pedagang yang ada di Pasar Pekkabata
bahwa aktifitas bisnis bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata tatapi
merupakan bagian dari ibadah jika dilaksanakan dengan penuh keyakinan dan dengan
senantiasa mengharap ridha Allah swt., dalam hal ini Ibu Ita Nurmalasari seperti
Berikut hal senada juga diungkapkan oleh Hj. Yanti terkait dengan bisnis
bahwa:
Saya memahami didalam berdagang bukan hanya sekedar keuntungan harta
semata yang saya cari tetapi juga kentungan akherat. Jadi kita berdagang
tergantung saja pada niat, jika niat berdagang kerena Allah sudah pasti
bernilai ibadah dan mendapatkan pahala, pasti kita tidak mungkin melakukan
perbuatan yang tidak dibenarkan tetapi jika niat kita berdagang bukan karena
Allah, biasanya keutungan yang kita dapatkan itu tidak berkah.69
yang kita lakukan bernilai ibadah apabila dilakukan dengan ikhlas dan niat karena
Allah swt., Dengan demikian niatkanlah bahwa perdagangan itu adalah ibadah
68
Wawancara dengan Ibu Ita Nurmalasari. Pedagang di Pasar Pekkabata, 18 Februari 2019
69
Wawancara dengan Ibu Hj. Yanti. Pedagang di Pasar Pekkabata, 18 Februari 2019
46
barang. Namun disisi lain terdapat beberapa informan kurang mengerti tekait dengan
kegiatan bisnis adalah ibadah, sehingga mengganggap kegiatan bisnis bukan bagian
dari ibadah melainkan hanya bagian dari kegiatan duniawi saja dan merupakan
pekerjaan dan rutinitas harian untuk mencari uang dalam rangka untuk memenuhi
menurutnya sangat sempit yaitu ibadah baginya hanya yang berkaitan dengan ibadah
ritual yang secara umum merupakah suatu kewajiban bagi umat Islam. Hal ini
dipaparkan dan dijelaskan yang berkaitan dengan pemahaman etika bisnis Islam yang
dapat disimpulkan Bahwa; pedagang sangat perlu dan penting mengetahuai serta
memahami etika bisnis dalam berdagang. Namun ada pula pedagang yang
70
Wawancara dengan Ibu Satriani Pedagang di Pasar Pekkabata, 18 Februari 2019
47
beranggapan bahwa tidak perlu mengetahui dan memahami etika bisnis Rasulullah
adalah mereka yang telah mapan dengan sistem kapitalis. Mereka melihat bahwa
mengetahui etika bisnis Islam tidak mempunyai peranan apa-apa dalam dunia bisnis.
buah di pasar Pekkabata telah mengetahuai dan memahami etika bisnis dalam
berdagang. Meskipun secara teori masih terdapat pedagang sembako yang kurang
memahami etika bisnis, kerena rendahnya pendidikan dan minimnya pengetahuan
yang mereka miliki tentang agama. Namun secara paktek mereka telah memhami
etika bisnis Islam seperti yang di contohkan oleh Rasulullah saw., bardasarkan dari
didapatkan dari orang tua, kerabat, saudara dan teman yang menekuni pekerjaan
sebagai seorang pedagang dan telah lama berkecimpung dalam dunia bisnis
Pasar Pekkabata
Tabel 1.2
a. Kesatuan (Unity)
dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, dan lebih
mengutamakan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini
maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk
kesatuan.
Konsep tauhid (dimensi vertical) berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha
Esa menetapkan batas-batas tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah untuk
Manusia hidup di dunia ini selain menjaga dimensi vertical juga harus menjaga
dimensi horizontal yaitu menjaga hubungan baik sebagai hamba dengan hamba yang
lain, dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama individu lain. Prinsip tauhid
juga dapat diartikan sebagai seorang hamba harus benar-benar patuh dan berserah diri
atas apa yang menjadi kehendak-Nya.
Wujud dari ketaatan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh pedagang
semangka, pisang, dan lain-lain yaitu dengan melakukan shalat subuh sebelum
berangkat ke pasar untuk menjual dagangannya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan
71
Faisal Badroen, et.al.eds, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2007), h. 89.
51
oleh ibu Murna selaku penjual buah bentuk ketaatan kepada Allah SWT dengan
pedagang tersebut yaitu shalat tepat waktu dan sebelum melaksanakan aktivitasnya
berniat agar sesuatu yang dilakukan bernilai ibadah dan berniat berdagang untuk
Akan tetapi ada juga pedagang yang lalai dalam menjalankan shalat yaitu
lebih memilih untuk menyiapkan barang dagangannya terlebih dahulu. Seperti yang
72
Wawancara dengan penjual buah di pasar Pekkabata pada tanggal 18 Februari 2019. .
73
Wawancara dengan penjual buah di pasar Pekkabata pada tanggal 18 Februari 2019.
52
melakukan transaksi jual beli. Perilaku yang dilakukan oleh informan tersebut
kewajiban shalat karena keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan
dunia. Firman Allah SWT dalam surat An-Nur : 37 sebagai berikut:
Terjemahnya:
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati
dan penglihatan menjadi goncang.”74
Islam tidak akan melalaikan tugasnya sebagai seorang hamba lantaran mengurus dan
pemahaman spiritual tidak akan menyimpang dari aturan agama Islam dalam
melakukan perdagangan atau bisnis seperti menjual barang yang haram dan
74
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: CV Diponegoro, 2005), h. 283.
53
Pekkabata memahami barang yang tidak boleh diperjual belikan dalam Islam.
Para pedagang di pasar Pekkabata bekerja mulai dari pagi sampai siang
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Selain itu mereka juga tidak lupa
peminta-minta. Mereka percaya bahwa harta yang dimiliki adalah titipan dari Allah
SWT dan dengan mengeluarkan sebagian rezeki yang mereka dapatkan Allah akan
mengganti kemuliaan di dunia maupun di akhirat kelak.
Beliau tidak pernah memperlihatkan kecintaan yang sangat besar terhadap harta
sesuai dengan prinsip tauhid. Akan tetapi dalam pelaksana shalat tepat waktu
masih ada yang lalai, seharusnya para pedagang bersegera menunaikan
kewajiban sholat karena keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan
dunia.
b. Keseimbangan
bersifat horizontal. Hal itu disebabkan karena lebih banyak berhubungan dengan
sesama. Prinsip perilaku adil sangat menentukan perilaku kebijakan seseorang. Dalam
75
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009, h.162.
54
dunia bisnis prinsip keadilan harus diwujudkan dalam bentuk penyajian produk-
produk yang bermutu dan berkualitas, selain itu ukuran, kuantitas, serta takaran atau
pasar Pekkabata berupa para pedagang dalam menakar atau menimbang dagangannya
di depan pembeli agar pembeli melihat langsung takaran dan timbangan buah yang
dibeli oleh konsumen. Kemudian tidak menyembunyikan cacat pada barang yang
dijual dan membedakan kualitas buah yang dijual sehingga para pembeli mengetahui
kualitas buah yang akan dibeli. Seperti yang dilakukan oleh ibu Maina mengatakan
bahwa:
“Biasanya kalau saya menjual, saya pisahkan memang buah yang bagus
kualitasnya dan berbeda juga harganya, supaya pembeli tidak pusing
memilih mana kualitas buah yang bagus.”77
Berbeda dengan yang dilakukan oleh ibu Maina, Bapak Cawa’ tidak
memisahkan antara buah yang berkualitas baik dengan buah yang berkualitas buruk,
karena menurut Bapak Cawa’ ketika ada calon pembeli yang ingin membeli buah-
buahan jualannya, calon pembeli sudah melihat terlebih dahulu buah yang akan dibeli
dibelinya. Jadi pembeli melihat sendiri kualitas buah yang ditimbang oleh Bapak
Cawa’, apabila dalam menimbang pembeli melihat salah satu dari buah yang
76
Veithzal Rivai, Islamic Marceting (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 96.
77
Wawancara dengan ibu Maina selaku penjual buah di Pasar Pekkabata pada tanggal 18
Februari 2019.
55
ditimbang kualitasnya buruk kemudian pembeli meminta agar buah yang ditimbang
diganti dengan kualitas baik maka Bapak Cawa’ mengganti buah yang ditimbang
dengan kualitas yang baik. Jika ada pembeli yang mengeluh atau mengadu atas jualan
yang dijual oleh Bapak Cawa’, maka Bapak Cawa’ masih menerima keluhan pembeli
selama Bapak Cawa’ maupun pembeli belum meninggalkan tempat transaksi jual
meninggalkan tempatnya baru melihat kualitas buah yang dibeli masih ada yang
buruk dan kembali untuk menukarkan buah yang dibelinya dengan kualitas yang baik
maka Bapak Cawa’ sudah tidak menerima keluhan pembeli tersebut. Hal ini sesuai
Sedangkan bentuk keadilan yang dilakukan oleh informan lain yaitu ibu
Murna selaku pedagang buah yaitu perilaku adil yang diwujudkan dalam takaran atau
78
Wawancara dengan Bapak Cawa’ selaku penjual buah di Pasar Pekkabata pada tanggal 16
Agustus 2019.
56
Seperti yang dilakukan oleh ibu Murna pedagang buah, dalam menakar
atau menimbang buah yang dijual beliau menimbang barang dagangannya di depan
pembeli agar pembeli melihat langsung takaran timbangan buah yang dibeli dan
terkadang lebih memilih menambahkan timbangan buah yang dibeli oleh konsumen
yang dilakukan dengan mendahulukan pembeli yang datang terlebih dahulu atau
sesuai dengan antrian. Dengan sikap secara adil kepada pembeli akan merasakan
kepuasan karena tidak membedakan pembeli satu dengan yang lainnya, semuanya
baik sehingga membawa akibat yang terbaik pula. Sebagaimana Allah swt berfirman
Terjemahnya:
“dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar,dan timbanglah dengan
neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.80
79
Wawancara dengan ibu Murna selaku penjual buah di Pasar Pekkabata pada tanggal 18
Februari 2019.
80
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Diponegoro, 2005), h.
198.
57
keseimbangan atau keadilan yang dilakukan oleh para pedagang sudah seharusnya
dijalankan agar hak-hak seorang pembeli akan terpenuhi sehingga tidak ada pihak
lagi perlu ditekankan bahwa kebebasan yang ada dalam diri manusia bersifat
terbatas, sedangkan kebebasan yang tak terbatas hanyalah milik Allah SWT semata.81
Kehendak bebas merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam,
dibuka lebar, tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia
untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
tidak melarang pedagang lain untuk menjual di dekatnya dan mereka menjual barang
sesuai dengan harga di pasaran, karena mereka percaya bahwa rejeki seseorang tidak
81
Johan Arifin, Etika Bisnis Islam (Semarang: Walisongo, 2009), h. 141.
58
percaya kalau rejeki setiap orang beda-beda dan tidak mungkin tertukar
karena sudah diatur.”82
bahwa pedagang tidak memaksa pembeli untuk membeli barang dagangannya. Para
pedagang memberi kebebasan kepada pembeli untuk mendapatkan barang atau jasa
sesuai dengan selera dan mendapat kualitas barang sesuai dengan harga yang
karena itu ” kebebasan memilih” dalam hal apa pun, termasuk dalam bisnis.83
kehidupannya sebaik mungkin. Dan semua aspek kehidupannya bukan suatu yang
terbebas dari sebuah tanggungjawab. Rasa tanggung jawab itu tentunya bukan
berarti semuanya selesai saat tujuan yang dikehendaki tercapai, atau ketika sudah
mendapatkan keuntungan. Semua itu perlu adanya pertanggung jawaban atas apa
82
Wawancara dengan ibu Nurhawa selaku penjual buah di pasar Pekkabata pada tanggal 18
Februari 2019. .
83
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam (Malang: UIN Malang Press,
2007), h. 16.
59
lain sebagainya.84
apa yang telah dilakukan, misalnya ketika seorang pembeli memesan buah kepada
pedagang maka harus dipenuhi karena pesanan tersebut merupakan amanah dan
tanggung jawab seorang pedagang untuk memenuhi pesanan tersebut. Akan tetapi
masih ada juga pedagang yang tidak memenuhi pesanan dari pembeli dengan tepat
waktu, dengan alasan barang dagangan tidak tersedia atau sudah habis.
Selain itu pedagang juga harus bertanggung jawab atas kualitas barang
yang dijual, apabila ada cacat pada barang tersebut maka pedagang harus siap untuk
mengganti barang tersebut yang cacat atau rusak. Jika ada yang rusak atau cacat pada
barang dagangan, barang yang rusak tersebut akan dikembalikan kepada produsen
dan ditukar kembali dengan barang yang baru. Akan tetapi jika tak ada pilihan yang
lain pedagang mengganti atau mengembalikan uang tersebut. Sepeti yang dilakukan
Disamping itu ada juga pedagang yang tidak siap untuk mengganti barang
yang cacat dan rusak apabila sudah dibeli oleh konsumen, dengan alasan bahwa
barang yang dibeli sudah milik konsumen jadi pedagang sudah tidak bertanggung
84
Veithzal Rivai, Islamic Business and Economic Ethics h. 278.
85
Wawancara dengan penjual buah di pasar Pekkabata pada tanggal 18 Februari 2019. .
60
usaha telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
dalam:86
1) Pasal 4, menyatakan bahwa hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
2) Pasal 7, menyatakan bahwa bagi pelaku usaha memberi kompensasi, ganti rugi
dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau
3) Pasal 19, yang menyatakan bahwa Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat
e. Kebajikan (Ihsan)
“tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan
tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun.” Kebaikan sangat didorong
di dalam Islam. 87 Prinsip ini mengajarkan untuk melakukan perbuatan yang dapat
mendatangkan manfaat kepada orang lain, tanpa harus ada aturan yang mewajibkan
atau memerintahkannya untuk melakukan perbuatan itu. Seperti yang dikatakan oleh
86
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen.
87
Muhammad, Etika Bisnis Islam, h.57.
61
menambahkan buah yang sudah dibeli, jadi kita juga suka membeli disini
karena penjual disini juga ramah-ramah.”88
tersendiri terhadap pembeli sehingga para konsumen lebih memilih untuk berbelanja
mengatakan bahwa:
“Dalam melayani pembeli kita harus sabar karena biasa ada pembeli yang
suka marah atau membanding-bandingkan harga, kadang ada juga pembeli
yang mengatakan bahwa nanti minggu depan baru saya bayar buah yang
kubeli dan ujung-ujungnya tidak kembali bayar utangnya sampai sekarang,
tapi saya ikhlaskan saja, terkadang saya katakana mungkin mereka lupa
membayarnya.”89
Penjelasan diatas berkaitan dengan norma atau nilai syariah dalam etika
bisnis Islam tentang berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju
akhirat. Bekal Pedagang Menuju Akherat, salah satu moral yang juga tidak boleh
dilupakan ialah, meskipun seorang muslim telah meraih keuntungan jutaan dolar
lewat perdagangan dan transaksi, ia tidak lupa kepada Tuhannya. Ia tidak lupa
menegakkan syariat agama, terutama shalat yang merupakan hubungan abadi antara
bertransaksi pada waktu shalat jumat, tidak meninggalkan shalat/tidak melalaikan diri
88
Wawancara dengan ibu Sinar selaku pembeli di pasar Pekkabata pada tanggal 18 Februari
2019. .
89
Wawancara dengan ibu Sukmawati selaku penjual buah di Pasar Pekkabata pada tanggal 16
Agustus 2019.
62
dari ibadah, niat yang lurus, selalu ingat kepada Allah dalam berdagang, mengukur
waktu berdagang dan puas dengan keuntungan yang diperoleh, menghindari syubhat,
dengan baik dan bersikap ramah, tetapi disisi lain mereka juga harus selalu mengingat
bahwa ibadah juga sangat penting seperti yang telah dijelaskan diatas, tidak hanya
90
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam , h. 173.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pemahaman pedagang di pasar Pekkabata mengenai etika bisnis Islam belum
Islam. Aturan agama Islam dalam kegiatan bisnis dipaparkan pada prinsip-
prinsip etika bisnis Islam yang ada, yaitu kesatuan (tauhid), keseimbangan,
menjalankan shalat wajib dengan tepat waktu, niat bekerja untuk ibadah telah
dilaksanakan para pedagang, namun masih banyak pedagang yang tidak tepat
waktu dalam menjalankan ibadah shalat wajib 2) Prinsip Keseimbangan
diwujudkan para pedagang meliputi adil dalam timbangan atau takaran dan
jawab terhadap kualitas barang dagangan, akan tetapi masih ada pedagang
63
64
mewujudkan antara lain bersikap ramah dan sabar. Selain itu, bentuk ihsan
Pekkabata.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi pedagang di pasar Pekkabata diharapkan dalam menjalankan bisnis atau
berdagang yang di jalankan setiap hari tetap memegang teguh nilai-nilai atau
selalu berpegang teguh pada etika bisnis Islam dalam kondisi bisnis apapun.
Hal tersebut dikarenakan, bisnis yang didasari dengan etika bisnis Islam tidak
65
66
dan dinyatakan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai
mahasiswa STAIN Parepare yang kini menjadi IAIN Parepare di Jurusan Syariah dan
Ekonomi Islam. Penulis mengajukan skripsi dengan judul “Perilaku Pedagang Buah-