Laporan PBF Igm Fix
Laporan PBF Igm Fix
Laporan PBF Igm Fix
DI
Disusun Oleh:
DI
PT. INDOFARMA GLOBAL MEDIKA CABANG
BANDA ACEH
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Disusun Oleh:
DESTARI, S.Farm
NIM: 210213018
Pembimbing,
Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM apt. Dra. Modesta Tarigan, M.Si
NIDN. 0116107103 NIDN. 0119036801
LEMBAR PENGESAHAN
DI
PT. INDOFARMA GLOBAL MEDIKA CABANG
BANDA ACEH
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Disusun Oleh:
PUTRI WAHYUNINGSIH, S.Farm
NIM: 210213036
Pembimbing,
apt. Yosy Cinthya Eriwati Silalahi, S.Farm., M.Si apt. Huzrafani Sundari, S.Farm
NIDN. 0101108304 SIPA. 19900904/SIPA.11.71/2020/2.446.004
Staf Pengajar Apoteker Penanggung Jawab
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh
Universitas Sari Mutiara Indonesia Banda Aceh
Medan
Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM apt. Dra. Modesta Tarigan, M.Si
NIDN. 0116107103 NIDN. 0119036801
LEMBAR PENGESAHAN
DI
PT. INDOFARMA GLOBAL MEDIKA CABANG
BANDA ACEH
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Disusun Oleh:
RAIHAN FATIA AMIRUDDIN, S.Farm
NIM: 210213037
Pembimbing,
apt. Grace Anastasia Br Ginting, S.Farm., M.Si apt. Huzrafani Sundari, S.Farm
NIDN. 0106059201 SIPA. 19900904/SIPA.11.71/2020/2.446.004
Staf Pengajar Apoteker Penanggung Jawab
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh
Universitas Sari Mutiara Indonesia Banda Aceh
Medan
Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM apt. Dra. Modesta Tarigan, M.Si
NIDN. 0116107103 NIDN. 0119036801
LEMBAR PENGESAHAN
DI
PT. INDOFARMA GLOBAL MEDIKA CABANG
BANDA ACEH
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Disusun Oleh:
SRI WIDAYANI, S.Farm
NIM: 210213046
Pembimbing,
Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM apt. Dra. Modesta Tarigan, M.Si
NIDN. 0116107103 NIDN. 0119036801
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan pada tanggal 7 Juli
sampai 4 Agustus 2022 di PBF PT. Indofarma Global Medika (IGM) Cabang Aceh
yang berlokasi di Banda Aceh. Adapun Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia untuk
Terlaksananya Praktik Kerja Profesi Apoteker ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Taruli Rohana, SP., MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
2. Ibu apt. Yosy Cinthya Eriwati Silalahi, S.Farm., M.Si, Ibu apt. Cut Masyitah
Thaib, S.Farm., M.Si, Ibu apt. Grace Anastasia Br Ginting, S.Farm., M.Si,
Ibu apt. Dra. Modesta Tarigan, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah
melaksanakan PKPA.
3. Ibu apt. Huzrafani Sundari, S.Farm, Bapak apt. Annas Reza, S.Farm selaku
Apoteker Pembimbing, serta seluruh staff yang telah banyak memberi arahan
Cabang Aceh.
iii
4. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Staf Pengajar
5. Teman-teman satu tim dalam melaksanakan praktik kerja profesi yang telah
bekerja sama dengan baik selama masa Praktik Kerja Profesi Apoteker
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
farmasi yang menjamin mutu, khasiat, keamanan dan keabsahan obat dan alat
sediaan farmasi yang baik dibutuhkan peran Apoteker yang harus terlibat langsung
(CDOB) sehingga dapat menjamin produk/obat dan alat kesehatan yang sampai ke
tangan masyarakat dengan keamanan, khasiat, dan mutu yang sesuai dengan
Tahun 2011 dan Perubahannya Nomor 34 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri
PMK 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha & Produk pada
Standar Usaha Pedagang Farmasi, yang dimaksud Pedagang Besar Farmasi (PBF)
adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
1
ketersediaan obat, dimana pedagang besar farmasi ini mempunyai kewajiban dan
konsumen dalam keadaan tetap terjaga keamanan, mutu dan khasiatnya. Untuk
ketentuan yang menjadi pedoman bagi setiap pedagang besar farmasi untuk
2020 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB),
pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi. Bertujuan untuk
memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan mempertahankan integritas rantai
2
2. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja
Global Medika Cabang Aceh pada tanggal 07 Juli - 04 Agustus 2022 yang
bertempat di Jl. Ir. Mohd. Thaher No. 5A-5B-5C-5D Gp. Lamdom, Kec. Lueng
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
selanjutnya diperbarui dalam PMK 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha
Kesehatan bab Standar Usaha Pedagang Farmasi. Pedagang Besar Farmasi atau
yang disebut PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin
untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah
PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk
penyelenggaraan usaha:
4
2.3 Penggolongan Usaha
2. PBF Cabang.
1. PBF Pusat:
c. Persyaratan:
3) Data lokasi usaha yang meliputi: lokasi kantor dan gudang PBF; dan
PBF berakhir.
5
2) Pelaku Usaha menyampaikan permohonan perubahan izin dan
izin.
2. PBF Cabang:
c. Persyaratan
PBF Pusat.
4) Data lokasi usaha yang meliputi: lokasi kantor dan gudang PBF.
6
e. Persyaratan Perubahan Izin
7
6. Apoteker penanggung jawab telah memiliki SIPA sebagai persetujuan
perundang-undangan.
9. Dalam hal PBF Pusat dan/atau PBF Cabang menyalurkan produk Obat
2.5 Sarana
4. PBF yang melakukan pengemasan ulang Bahan Obat harus memiliki ruang
8
5. PBF yang melakukan pengemasan ulang Bahan Obat harus memiliki
yang disalurkan.
undangan.
7. Lokasi gudang PBF dapat berada pada lokasi terpisah dari kantor PBF
8. PBF Pusat dan PBF Cabang dapat melakukan penambahan gudang atau
b. Struktur organisasi PBF Pusat dan PBF Cabang terdiri dari Pimpinan,
2. SDM
9
1) Penanggung jawab PBF Pusat dan PBF Cabang adalah Apoteker
tersebut.
Bahan Obat.
e. PBF yang menyalurkan Obat dan Bahan Obat harus memiliki masing-
f. Dalam hal gudang dan kantor PBF Pusat atau PBF Cabang berada
jawab gudang.
10
g. PBF yang memiliki gudang tambahan yang berada pada lokasi terpisah
jawab gudang.
Kesehatan untuk PBF Pusat dan dari Pemerintah Daerah Provinsi untuk
PBF Cabang.
Apoteker lain atau tenaga teknis kefarmasian yang bekerja pada PBF
didelegasikannya.
k. Dalam hal PBF Pusat dan/atau PBF Cabang menyalurkan produk Obat
2.7 Pelayanan
1. PBF Pusat dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada:
11
b. Fasilitas pelayanan kefarmasian yang meliputi: apotek, instalasi
Penyaluran Obat kepada toko obat hanya untuk golongan obat bebas dan obat bebas
terbatas.
2. PBF Pusat dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan Bahan Obat kepada:
a. Industri Farmasi;
c. Apotek;
3. Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF Pusat dan PBF Cabang dapat
4. PBF Pusat dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran Obat dan/atau
pengetahuan.
12
6. Dalam hal penyaluran obat selain Narkotika dan Psikotropika dilakukan
7. PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di wilayah
provinsi terdekat untuk dan atas nama PBF Pusat yang dibuktikan dengan
kesehatan provinsi asal PBF Cabang, Balai POM Provinsi asal PBF Cabang
dan pelatihan.
1. PBF Pusat dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
dan penyaluran Obat dan/atau Bahan Obat sesuai dengan CDOB yang
13
dibuktikan dengan sertifikat CDOB.
3. Setiap PBF Pusat atau PBF Cabang yang melakukan pengubahan kemasan
Bahan Obat dari kemasan atau pengemasan kembali Bahan Obat dari
Obat dari PBF pusat atau PBF Cabang lain yang ditunjuk oleh PBF
pusatnya.
7. PBF Pusat dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan Obat dan/atau
8. PBF Pusat dan PBF Cabang dilarang menyalurkan Obat atau Bahan Obat
14
3. PBF wajib memperbaharui SOP secara rutin dan berkala sesuai dengan
pengetahuan.
usahanya secara rutin dan berkala dan dilaksanakan secara elektronik yang
meliputi:
harus memenuhi persyaratan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dalam hal
mendistribusikan obat atau bahan obat. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang
pengembalian obat atau bahan obat dalam rantai distribusi. Semua pihak yang
memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan mempertahankan integritas rantai
1. Manajemen Mutu
tanggungjawab, proses dan langkah manajemen resiko terkait dengan kegiatan yang
15
bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi.
Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistemastis
dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus
dinyatakan dan disahkan secara resmi oleh manajemen. Sistem pengelolaan mutu
harus mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya, serta
kegiatan yang diperlukan untuk memastikan bahwa obat dalam/atau bahan obat
pemegang izin edar dan Badan POM segera diberitahu dalam kasus obat dan/atau
bahan obat palsu atau dicurigai palsu. Obat dan/atau bahan obat tersebut harus
disimpan di tempat yang aman/terkunci terpisah dengan label yang jelas untuk
16
b. Tanggung jawab manajemen ditetapkan secara jelas;
c. Obat dan/atau bahan obat dikirimkan ke penerima yang tepat dalam jangka
d. Kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut
dilakukan;
dan diselidiki;
dan/atau bahan obat. Hal ini dapat dilaksanakan baik secara proaktif maupun
berkesinambungan untuk menilai resiko yang mungkin terjadi terhadap mutu dan
integritas obat dan/atau bahan obat. Sistem mutu yang harus disusun dan diterapkan
Sistem mutu harus ditinjau ulang dan direvisi secara berkala untuk
menangani resiko baru yang teridentifikasi pada saat pengkajian resiko. Manajemen
resiko mutu harus memastikan bahwa evaluasi resiko didasarkan pada pengetahuan
ilmiah, pengalaman terhadap proses yang dievaluasi dan berkaitan erat dengan
17
dokumentasi yang terkait dengan informasi obat dan/atau bahan obat. Harus ada
ketentuan mengenai identifikasi visual terhadap obat dan/atau bahan obat yang
melaporkan obat dan/atau bahan obat diduga palsu ke pemegang izin edar dan/atau
distribusi obat dan/atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil
yang menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan kompeten untuk
Tanggung jawab masing-masing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat.
Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan
Harus ada struktur organisasi untuk setiap bagian yang dilengkapi dengan
bagan organisasi yang jelas. Tanggung jawab, tugas dan hubungan antar semua
personil harus ditetapkan dengan jelas. Tugas dan tanggung jawab harus
didefinisikan secara jelas dan dipahami oleh personil yang bersangkutan serta
identifikasi obat dan/atau bahan obat, deteksi dan pencegahan masuknya obat dan/
atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi. Penanggung jawab dalam
18
menerapkan CDOB dan memenuhi pelayanan publik. Penanggung jawab memiliki
manajemen mutu.
lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan
distribusi.
dalam stok obat dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual.
19
tidak berada di tempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan
berdasarkan suatu prosedur tertulis dan sesuai dengan program pelatihan termasuk
CDOB melalui pelatihan rutin berkala. Harus diberikan pelatihan khusus kepada
personil yang menangani obat dan / atau bahan obat yang memerlukan persyaratan
penanganan yang lebih ketat seperti obat dan/atau bahan obat berbahaya, bahan
terhadap suhu.
Personil yang terkait dengan distribusi obat dan/atau bahan obat harus
memakai pakaian yang sesuai untuk kegiatan yang dilakukan. Personil yang
menangani obat dan/atau bahan obat berbahaya, termasuk yang mengandung bahan
yang sangat aktif (misalnya korosif, mudah meledak, mudah menyala mudah
(K3).
20
3. Bangunan dan Peralatan
perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat. Hal-hal yang harus
b. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan obat yang
ruang reject).
dari kondisi cuaca dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi dengan
21
e. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah
dan debu. Selain itu bangunan dan fasilitas harus dirancang dan dilengkapi
harus tersedia.
f. Ruang istirahat, toilet, dan kantin untuk personil harus terpisah dari area
penyimpanan.
obat harus didesain, diletakkan, dan dipelihara sesuai dengan standar yang
diinginkan.
j. Data harus dilindungi dengan membuat back up data secara berkala dan
teratur. Back up data harus disimpan di lokasi terpisah dan aman selama
tidak kurang dari 3 (tiga) tahun atau sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
22
4. Operasional
memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya
distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia untuk
memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari
industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai
a. Kualifikasi Pemasok
Fasilitas distribusi harus memperoleh pasokan obat dan/atau bahan obat dari
obat dan/atau bahan obat diperoleh dari fasilitas distribusi lain, maka fasilitas
menerapkan prinsip dan Pedoman CDOB. Jika obat dan/atau bahan obat diperoleh
dari industri farmasi, maka fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok
tersebut mempunyai izin serta menerapkan prinsip dan Pedoman CPOB. Jika bahan
obat diperoleh dari industri non-farmasi yang memproduksi bahan obat dengan
standar mutu farmasi, maka fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok
tersebut mempunyai izin serta menerapkan prinsip CPOB. Pengadaan obat dan/atau
bahan obat harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan rantai pasokan harus
23
kompeten dan dapat dipercaya untuk memasok obat dan/atau bahan obat. Dalam
(kemasan, sediaan).
3) Penawaran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar yang biasanya
b. Penerimaan
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat dan/atau bahan
obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui, tidak rusak atau
tidak mengalami perubahan selama transportasi. Obat dan/atau bahan obat tidak
kemungkinan besar obat dan/atau bahan obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan
oleh konsumen.
setelah dilakukan pemeriksaan. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau
bahan obat harus dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran.
Jika ditemukan obat dan/atau bahan obat diduga palsu, bets tersebut harus segera
Pengiriman obat dan/atau bahan obat yang diterima dari sarana transportasi
24
c. Penyimpanan
Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus mematuhi peraturan
memproduksi bahan obat standar mutu farmasi.volume pemesanan obat dan/ atau
Obat dan/atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat
dan/atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat
paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain. Perhatian
khusus harus diberikan untuk obat dan/atau bahan obat yang membutuhkan kondisi
penyimpanan khusus. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang diterima harus
Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus
bahan obat dalam status karantina, diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau
diduga palsu. Perlu langkah-langkah untuk memastikan rotasi stock sesuai dengan
tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First Expired First
Out (FEFO).
Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian rupa
dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan di lantai. Obat dan/atau bahan
obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik, dipisahkan secara fisik dan diblokir
secara elektronik. Penarikan secara fisik untuk obat dan/atau bahan obat
25
kedaluwarsa harus dilakukan secara berkala. Untuk menjaga akurasi persediaan
stok, harus dilakukan stock opname secara berkala berdasarkan pendekatan risiko.
dengan penyelidikan harus disimpan untuk jangka waktu yang telah ditentukan.
d. Pengiriman
Pengiriman obat dan/atau bahan obat harus ditujukan kepada pelanggan yang
obat dan/atau bahan obat ke orang / pihak yang berwenang atau berhak untuk
keperluan khusus, seperti penelitian, special access dan uji klinik, harus dilengkapi
dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat dan/atau bahan obat, bentuk
sediaan, nomor bets, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan alamat pemesan
atau penerima. Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan harus sesuai dengan
persyaratan obat dan/atau bahan obat dari industri farmasi. Dokumentasi harus
disimpan dan mampu tertelusur. Prosedur tertulis untuk pengiriman obat dan/atau
bahan obat harus tersedia. Prosedur tersebut harus mempertimbangkan sifat obat
Dokumen untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan dan
1) Tanggal pengiriman;
2) Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status dari
26
3) Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan
5) Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan kuantitas
ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang
5. Inspeksi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan
perbaikan yang diperlukan. Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka
waktu yang ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta kepatuhan terhadap
dilakukan dengan cara yang independen dan rinci oleh personil yang kompeten dan
ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal yang dilakukan oleh ahli independent
dapat membantu, namun tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya cara untuk
program inspeksi diri. Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan harus
berisi semua pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan tersebut
harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika dalam
27
penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. CAPA harus
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat yang berpotensi
rusak harus dikumpulkan, dikaji, dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis.
Keluhan mengenai kualitas obat dan/atau bahan obat dan keluhan yang berkaitan
dengan distribusi. Keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat harus
edar.
Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan diduga
palsu harus diteliti (diidentifikasi)/ditinjau dan dicatat sesuai dengan prosedur yang
menjelaskan tentang tindakan yang harus dilaksanakan dan setiap keluhan harus
dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan dilakukan trend analysis terhadap
keluhan.
b. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus dicatat
Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/atau
28
bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta diberi label
yang jelas sampai ada keputusan tindak lanjut. Penilaian yang diperlukan dan
keputusan mengenai status obat dan/atau bahan obat tersebut harus dilakukan oleh
personil yang berwenang. Obat dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali harus
kewenangannya.
Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali antara lain jika:
1) Obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi
3) Obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung
usul obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat
layak jual atau dapat dimusnahkan harus mendapat persetujuan penanggung jawab
dan terdokumentasi. Obat dan/atau bahan obat kembalian yang layak jual harus
obat diduga palsu harus tersedia. Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat
29
dan/atau bahan obat diduga palsu kepada instansi yang berwenang, industri farmasi
dan/atau pemegang izin edar. Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus
dikarantina di ruang terpisah, terkunci dan diberi label yang jelas. Untuk obat
dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak lanjut dari instansi yang
Prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik
Kembali harus tersedia. Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang
bertanggung jawab terhadap penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari
tercantum pada uraian tugas. Semua proses penanganan ini harus terdokumentasi
dengan baik.
7. Transportasi
Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan sesuai
dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus digunakan
mencakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas. Adapun
metode transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat dan/atau bahan
Obat dan/atau bahan obat dan container pengiriman harus aman untuk
mencegah akses yang tidak sah. Kendaraan dan personel yang terlibat dalam
30
pengiriman harus dilengkapi dengan peralatan keamanan tambahan yang sesuai
untuk mencegah pencurian obat dan/atau bahan obat dan penyelewengan lainnya
selama transportasi.
Pengiriman obat dan/atau bahan obat harus aman dan dilengkapi dengan
Obat dan/atau bahan obat harus disimpan dan diangkut sesuai dengan prosedur,
agar:
Obat dan/atau bahan obat dan kontainer pengiriman harus aman untuk mencegah
akses yang tidak sah. Pengirimannya harus aman dan dilengkapi dengan
Untuk obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi khusus selama
mencantumkan kondisi khusus tersebut pada penandaan dan dimonitor serta dicatat.
31
Transportasi dan penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang mengandung zat
dan gas bertekanan) harus disimpan dalam area terpisah dan aman, dan diangkut
dalam kontainer dan kendaraan yang aman, dengan desain yang sesuai.
Pelanggan harus mendapatkan data suhu pada saat serah terima obat
dan/atau bahan obat. Jika diperlukan, pelanggan dapat memperoleh dokumen data
suhu untuk menunjukkan bahwa obat dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu
Semua kegiatan kontrask harus tertulis antara pemberi kontrask dan penerima
kontrak serta setiap kegiatan harus sesuai dengan persyaratan CDOB. Cakupan
kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat, dan mutu obat
a. Kontrak antar fasilitas distribusi (PBF pusat dengan PBF cabang atau PBF
b. Kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa antara lain
Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk kegiatan yang dikontrakan dan untuk
menilai kompetensi yang diperlukan oleh penerima kontrak. Pemberi kontrak harus
yang dikontrakkan sesuai dengan prinsip dan pedoman CDOB. Pemberi kontrak
kontrak.
32
Penerima kontrak harus memiliki tempat, personil yang kompeten,
dikontrakkan oleh pemberi kontrak. Fasilitas distribusi yang ditunjuk oleh fasilitas
CDOB.
penyimpanan.
9. Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen mutu.
Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan
dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi, prosedur.
33
Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan dokumen lain yang
dan data, dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dokumentasi yang jelas dan rinci
harus mudah didapat kembali, disimpan dan dipelihara pada tempat yang aman
untuk mencegah dari perubahan yang tidak sah, kerusakan dan/atau kehilangan
dokumen.
Dokumen harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date.
Jika suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan
penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku. Dokumen harus disimpan selama
minimal 3 tahun.
Bahan obat yang tidak sesuai harus ditangani sesuai dengan prosedur yang dapat
untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh bets lain. Bahan obat yang tidak
sesuai tidak boleh dicampur dengan bahan obat yang memenuhi spesifikasi.
Untuk Produk Rantai Dingin, terddapt persyaratan khusus yang harus dipenuhi
sebagai standar selain yang dipersyaratkan dalam CDOB, antara lain meliputi
aturan yang berkaitan dengan masalah suhu pada saat penerimaan, penyimpanan
dan pengiriman.
34
Bagi seluruh personil yang terlibat, dilakukan pelatihan secara sistematis
dan berkala dalam penanganan produk rantai dingin dan harus diastikan bahwa
dingin. Produk rantai dingin harus dipastikan disimpan dalam ruangan dengan suhu
terjaga:
a. Cold room/chiller (suhu +2℃ s/d +8℃), untuk menyimpan vaksin dan
serum. Biasanya untuk penyimpanan vaksin campak, BCG, DPT, TT, DT,
Hepatitis B, DPT-HB;
penanggung jawab fasilitas distribusi dan personil lain yaitu Tenaga Teknis
35
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Medika dimulai pada tahun 1996. Pada saat itu, Indofarma (persero) Tbk sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang farmasi, membentuk unit yang
dimulai dengan 4 cabang di Pulau Jawa. Pada tahun 1999, PT. Indofarma (persero),
restrukturisasi unit distribusi menjadi anak perusahaan dengan nama PT. Indofarma
Global Medika (PT. IGM) termasuk 22 cabangnya. Bisnis utama PT. IGM adalah
perdagangan alat Kesehatan. Pada akhir 2006, PT. IGM memiliki 28 cabang di
seluruh Indonesia. PT. IGM melakukan reorganisasi menjadi divisi perdangan dan
distribusi dengan cabang yang totalnya menjadi 30 cabang pada tahun 2007. PT.
menerapkan sistem informasi berbasis ERP Azecsoft yang bersifat online yang
mengintegrasikan layanan di semua titik layanan distribusi pada tahun 2008. PT.
IGM terus berinovasi dan berusaha meningkatkan kinerja dan integrasi seluruh
cabangnya.
36
membangun dengan 4 (empat) Rumah Sakit Pemerintah (Kelas A) pada tahun 2010.
Tahun 2018-2021, PT. IGM melakukan migrasi ERP ke System Analysis and
dengan “Cara Distribusi Obat yang Baik” (CDOB) dan “Cara Distribusi Alat
Kesehatan yang Baik” (CDAKB) baik di kantor pusat maupun cabang di seluruh
Indonesia.
3.2.1 Visi:
Menjadikan Industri Pendukung Industri Kesehatan Nasional yang Unggul dan Terpercaya.
3.2.2 Misi:
“AKHLAK”. Slogan budaya perusahaan ini didesain sedemikian rupa dan adalah
hasil kreatif dan landasan untuk menciptakan sinergi yang positif dan memotivasi
37
seluruh karyawan. Sehingga diharapkan seluruh karyawan bekerja dengan tujuan
yang sama, yaitu agar PT. Indofarma Global Medika menuju kearah yang lebih baik
lagi.
Adapun makna dan kepanjangan dari slogan “AKHLAK” ini adalah sebagai
berikut:
Menghadapi Perubahan.
sehingga tujuan PT. Indofarma Global Medika menuju ke arah yang lebih baik lagi
dapat tercapai.
bekerja sama lebih dari 100 Principal Farmasi dan Alat Kesehatan untuk
memberikan layanan prima kepada lebih dari 500 Dinas Kesehatan, 9.000
Puskesmas, 4.000 Rumah Sakit, 13.000 Apotek, 500 Pedagang Besar Farmasi dan
38
Adapun principal PT. IGM di bidang obat-obatan antara lain sebagai berikut:
1. PT. Kirana
6. PT. Medihop
10. Dll.
39
3.5 Lokasi PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh
PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh bertempat di Jl. Ir. Mohd. Thaher No.
5A-5B-5C-5D. Gp, Lamdom, Kec. Lueng Bata, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.
PT. IGM Cabang Aceh dipimpin oleh Kepala Cabang yang ditunjuk oleh
Direktur Utama. PT. IGM Cabang Aceh memiliki 1 orang apoteker penanggung
jawab yang terhubung oleh garis koordinasi ke semua elemen PBF dalam
2020 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, pada prinsip-
prinsum umum, semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat
personil harus disosialisasikan langsung ke setiap personil dengan jelas dan dicatat.
Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan
Sejalan dengan itu, selain adanya SOP atau Prosedur Tetap (Protap) yang
jelas personil PT. IGM Cabang Aceh juga diberikan pelatihan khusus yang
pelaksanaannya sesuai yang disediakan oleh PBF Pusat dan atau kebutuhan PBF
40
Cabang meliputi pelatihan dasar mengenai pendistribusian obat maupun
PT. IGM Cabang Aceh telah melakukan tugas dan fungsinya dengan baik
penyalur perbekalan farmasi yang aman dan bermutu kepada masyarakat. Apoteker
penanggung jawab di PT. IGM Cabang Aceh telah melakukan tugas dan fungsinya
PT. IGM Cabang Aceh sebagai sarana distribusi harus dapat memastikan
mutu obat, dimana kajian manajemen mutunya dilakukan secara berkala yang
ditetapkan oleh pimpinan tertinggi (Direktur Utama PT. Indofarma Global Medika)
dan disosialisasikan ke seluruh personil, begitu pula dengan Protap yang dilakukan
Fasilitas distribusi PT. IGM Cabang Aceh memiliki bangunan dan peralatan
pengendali hama yang terdapat pada ruangan-ruangan dan telah diberi penanandaan
yang jelas. Ada area terpisah dan terkunci antara obat yang menunggu
41
khusus untuk obat CCP, obat psikotropika, obat prekusor dan OOT farmasi yang
peraturan perundang-undangan.
PT. IGM Cabang Aceh dalam kegiatannya memiliki satu orang apoteker
2020 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, PBF pusat dan
obat dan/atau bahan obat wajib menerapkan CDOB. PT. IGM Cabang Aceh
telah memiliki sertifikat CDOB pada tahun 2018. Pada tahun 2018, PT. IGM
Cabang Aceh telah memiliki sertifikat CDOB kategori Aktifitas Distribusi Produk
Rantai Dingin (Cold Chain Product Distribution) dan Obat-Obat lain selain
Narkotika. Dengan adanya sertifikat CDOB ini, PT. IGM Cabang Aceh telah
3.9 Operasional
1. Perencanaan
dari tim sales dan penjualan rata-rata 3 bulan sebelumnya yang disahkan oleh
42
Kepala Cabang.
2. Pengadaan
Pengadaan PT. IGM Cabang Aceh terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Dropping dari pusat berdasarkan forecast dari sales dan penjualan rata-rata
baik melalui Surat Pesanan (SP) manual ataupun E-Purchasing dimana stok
3. Penerimaan
melakukan pemeriksaan spesifikasi produk. Jika tidak sesuai, maka dibuat berita
acara tentang ketidaksesuaian produk yang datang. Untuk produk yang telah sesuai,
maka produk disimpan sesuai tempatnya dan diinput ke dalam sistem disertai
4. Penyimpanan
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, penyimpanan harus
43
Komoditi:
d. Produk Suplemen
e. Produk Makanan
Kategori Penyimpanan:
a. Produk Psikotropika
b. Produk Prekursor
e. Produk Karantina
Sediaan obat-obat tersebut disusun rapi di dalam rak dengan posisi nomor bets
petugas dalam mengambil barang. Sediaan obat diletakkan di atas palet sehingga
sediaan tidak kontak langsung dengan lantai yang dapat menyebabkan kerusakan
pada obat.
suhu pada Formulir Pemantauan Suhu dan Kelembaban Ruangan dimana dicatat
tiga kali sehari pada pagi (pukul 08.00-09.00 WIB), siang (pukul 11.00-13.00 WIB)
dan sore (14.00-16.00 WIB). Jika terjadi penyimpangan dalam hal kondisi suhu
44
5. Penyaluran
2021, PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF lain dan/atau
Sakit, Puskesmas, Klinik, dan Toko Obat; dan/atau Lembaga Ilmu Pengetahuan.
Penyaluran obat kepada toko obat hanya untuk golongan obat bebas dan obat bebas
terbatas.
rumah sakit, apotek, instansi pemerintah, toko obat dan PBF Cabang Lain. Proses
penyaluran yang paling umum dilakukan dengan cara, setiap hari sales akan
IGM, sales akan menerima pesanan dari outlet baik secara langsung dengan
menerima orderan dari sales, Apoteker melakukan skrining SP, selanjutnya fakturis
kemudian bagian logistic mengeluarkan picking list dan packing list untuk
bets dan ED produk sesuai picking list, kemudian fakturis mengeluarkan faktur
selanjutnya diantar ke outlet. Barang dan faktur akan diterima oleh outlet untuk
45
3.10 Pengendalian
dilakukan stok opname bulanan dan stok opname tahunan. Stok opname dilakukan
berdasarkan daftar obat yang keluar dari sistem komputer, obat tersebut dihitung
mulai dari yang disimpan di rak dalam bentuk eceran sampai obat yang masih
PT. IGM Aceh. Dihitung mulai dari item obat eceran maupun kolian dan
2020 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, penerimaan obat
dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan surat pengiriman barang dari
sarana yang mengembalikan, serta jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat
Barang kembalian (retur) dari pelanggan kepada PT. IGM Cabang Aceh
dapat diterima dengan alasan kadaluwarsa, rusak, recall, atau salah input. Untuk
return barang dari pelanggan ke PT. IGM Cabang Aceh dapat dilakukan dengan
3.12 Pelaporan
46
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi pada Pasal 45 menyatakan, PBF
bentuk obat jadi setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
Oleh karena itu PT. IGM Cabang Aceh melaksanakan pelaporan secara
elektronik dan terdiri dari 2 jenis laporan. Laporan ini ditujukan kepada
tertentu, meliputi stok awal, barang masuk, barang keluar, dan sisa stok. Dilaporkan
setiap bulannya sebelum tanggal 10 bulan berikutnya. Selain itu dilaporkan juga
produk dengan izin EUA setiap hari, untuk obat keras juga dilaporkan setiap
triwulan.
triwulan
3.13 Pemusnahan
2020 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, pemusnahan
dilaksanakan terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat untuk
didistribusikan.
47
Pemusnahan barang atau obat di PT. IGM tidak dilakukan di cabang,
sehingga semua barang akan dimusnahkan di PT. IGM pusat. Selain di pusat,
pemusnahan bisa juga dilakukan oleh masing-masing principal (industri obat yang
sebagai berikut:
1. Rumah Sakit
2. Aptotek
3. Klinik
4. Toko Obat
5. PBF Lain
6. Instansi Pemerintah
48
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
2. PT. IGM Cabang Aceh telah melakukan proses pendistribusian obat dan alat
3. PT. IGM Cabang Aceh telah menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik
4.2 Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Nomor 6 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang
Baik (CDOB). Jakarta.
50
DAFTAR LAMPIRAN
51
Lampiran 2. Surat Pengantar Barang dari PT. IGM Pusat
52
Lampiran 3. Faktur penjualan
53
Lampiran 3. Good Receipt
54
Lampiran 4. Purchase Order (Order Pembelian)
55
Lampiran 5. Purchase Requestition (PR)
56
Lampiran 6. Sertifikat CDOB
57
58
Lampiran 7. Thermohygrometer dan Kalibrasi
59
Lampiran 8. Datalogger dan Kalibrasi
60
lampiran 9. Prosedur Tetap (Protap)
61
Lampiran 10. Kartu Stok
62
Lampiran 11. Pemantauan Suhu dan Kelembaban Ruangan
63
Lampiran 12. Surat Pesanan
64
Lampiran 13. Skrining Surat Pesanan
65
Lampiran 15. Gudang Retail
66