Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Hasil Penelitian Cici-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 68

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TERHADAP


STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS RAWANG
PASAR IV KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian ini Dengan Judul


:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU


HIDUP BERSIH DAN SEHAT TERHADAP STATUS GIZI BALITA
DI PUSKESMAS RAWANG PASAR IV KABUPATEN ASAHAN

CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan dihadapan Komisi Penguji


Proposal pada ujian sidang Proposal Program Studi Gizi Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Lubuk Pakam, April 2023


Pembimbing

Raini Panjaitan, S.TP., M.Si


NPP . 03. 19. 17. 10. 1990
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Penelitian ini dengan judul :


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT TERHADAP STATUS GIZI BALITA
DI PUSKESMAS RAWANG PASAR IV KABUPATEN ASAHAN

Oleh:
CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081

Skripsi Ini Telah Disetujui untuk diujikan dan di pertahankan dihadapan Komisi
Penguji Skripsi pada ujian sidang Skripsi Program Studi Gizi Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Lubuk Pakam, Juli 2023

Komisi Penguji : Tanda Tangan :

1. Jelita Manurung,S.Gz.
NPP. 13. 18. 07. 05. 1993

2. Reni Novia, S.Gz.M.Gz


NPP. 03. 22. 02. 05. 1996

3. Raini Panjaitan, S.TP., M.Si.


NPP. 03. 19. 17. 10. 1990

Disahkan Oleh:
Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. Karnirius Harefa, S.Kp., S.Pd., M. Biomed Raini Panjaitan, S.TP., M.Si
NPP. 01.21.03.07.1974 NPP.03.19.17.10.1990
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kita ucapkan kehadiran Allah swt karena telah

memberikan Rahmat dan Karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal

ini dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat terhadap Status Gizi Balita di Puskesmas Rawang

Pasar Iv Kabupaten Asahan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Gizi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, peneliti banyak

menghadapi kesulitan tetapi berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak yang

terlibat secara langsung maupun tidak langsung, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan

ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku ketua Yayasan Medistra Lubuk

Pakam.

2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep, M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam

3. Dr.dr.Felix Kasim,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

4. Raini Panjaitan, S.TP. M.Si selaku Ketua Program Studi Gizi dan selaku

Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu dan penuh kesabaran

dalam membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal

ini
5. Reno Irwanto, S.TP. M.Si selaku Dosen Wali tingkat Program Studi Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra

6. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang senantiasa

memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan yang sangat

bermanfaat bagi peneliti selama menempuh pendidikan.

7. Seluruh staff pegawai Puskesmas Lubuk Pakam. Selaku pendamping lapangan

yang membimbing dan memberi arahan untuk melakukan penelitian.

8. Terimakasih kepada ayahanda ___dan ibunda ____, kepada abang saya ___,

dan kepada orang tersayang yang telah memberi saya Doa, motivasi,

semangat, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama menjalani

pendidikan.

9. Teman-teman sejawat yang telah membantu dan mensupport saya, memberi

motivasi, semangat, dan waktu yang telah kita lalui bersama-sama dengan

suka dan duka

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata peneliti mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya dan peneliti berharap proposal ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Lubuk Pakam, April 2023

Peneliti,
CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat, pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai stimulant seperti

belajar berjalan dan berbicara lebih lancar. Masa balita juga disebut dengan masa

emas sehingga perlunya perhatian pemenuhan gizi yang seimbang karena pada

masa ini balita sangat rentan terhadap masalah gizi dan dapat berdampak pada

kualitas hidupnya di usia remaja, dewasa dan usia lanjut (Pertiwi, 2018).

Pada masa ini berlangsung kehidupan proses tumbuh kembang yang

sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental,

dan sosial. Untuk mendukung pertumbuhan fisik balita, perlu makanan dengan

gizi seimbang. Status gizi anak balita merupakan hal penting yang harus diketahui

oleh setiap orang tua (Wati, 2018). Apabila pada bayi dan anak masa ini tidak

memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah

menjadi priode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak,

baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Efendy, 2008).

Ibu memegang peranan penting dalam mendukung upaya mengatasi

masalah gizi, terutama dalam hal asupan gizi keluarga, mulai dari penyiapan

makanan, pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan. Ibu yang memiliki

status gizi baik akan melahirkan anak yang bergizi baik. Kemampuan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan pangan baik dalam jumlah maupun mutu gizinya

sangat berpengaruh bagi status gizi anak (Pratiwi, 2021).


Selain mengenai pemenuhan makanan bergizi, salah satu penyebab

permasalahan status gizi balita pada tingkat rumah tangga atau keluarga adalah

sanitasi dan air bersih yang tidak memadai (Amahorseja, 2018). Rahmawati

(2018) juga menjelaskan bahwa upaya penanggulangan dan pencegahan masalah

gizi kurang tidak hanya dengan memperbaiki aspek pola makan saja namun juga

lingkungan balita dengan pola asuh yang baik, kesehatan lingkungan dan

tersediannya air bersih.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua perilaku dan

kegiatan kesehatan yang dilakukan atas kesadaran dirinya sendiri atau kesadaran

dari semua anggota keluarga sehingga dapat berperan aktif dalam kegiatan

kesehatan masyarakat. Berperilaku hidup bersih dan sehat diperlukan kesadaran

masyarakat maupun rumah tangga terkait untuk pencegahan dan penanganan

permasalahan gizi atau penyebaran penyakit di lingkungan masyarakat (Depkes

RI, 2006).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan perilaku kesehatan

yang dilakukan oleh individu, keluarga dan masyarakat dalam menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan meningkatkan status gizi serta berperan aktif

dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Melaksanakan PHBS bermanfaat untuk

mencegah, menanggulangi dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien (Syafridah,

2022).

Sanitasi lingkungan yang tidak baik memberikan dampak yang tidak baik

juga untuk kesehatan yaitu penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi

status gizi balita, disebabkan ketika balita memiliki penyakit infeksi terjadi
penurunan nafsu makan apabila tidak ditangani dapat menyebabkan daya tahan

tubuh menurun serta kekurangan gizi. Penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-

hari di lingkungan rumah tangga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit

infeksi atau penyakit baik pada ibu maupun balita (Rosati, 2022).

Faktor lingkungan berperan besar dalam menentukan derajat kesehatan

keluarga, lingkungan tidak hanya sebagai penyebab melainkan juga sebagai

penunjang, media transisi, maupun memperberat penyakit yang telah ada. Untuk

itu, lingkungan rumah harus senantiasa bersih. Perilaku hidup bersih dan sehat

seseorang berhubungan dengan tindakanya dalam memelihara dan meningkatkan

status kesehatan dan pencegahan penyakit infeksi antara lain: kebersihan diri,

pemilihan makanan sehat dan bergizi, kebersihan lingkungan, penggunakan air

bersih yang memenuhi syarat kesehatan (Wahyani, 2020).

Perilaku mengenai kebersihan diri dan makanan dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor, seperti kepercayaan, mitos, atau tradisi yang bersifat turun-

temurun. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan

sehari-hari di lingkungan rumah tangga dapat menurunkan risiko terjadinya

infeksi atau penyakit baik pada ibu maupun bayinya. Oleh sebab itu, PHBS dapat

dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung dalam rangka tercapainya indikator

kesehatan dalam lingkungan masyarakat (Yuniar et al., 2020).

Cara Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah cara penting dalam

berperilaku untuk mencegah berbagai penyakit pada anak kecil, terutama penyakit

yang tidak dapat dicegah. Penyakit tak tertahankan adalah salah satu penyebab

terhambatnya, karena penyakit yang tak tertahankan awalnya menghambat

penyerapan nutrisi anak sehingga siklus katabolik anak berkurang, kemudian,


pada saat itu, akan mengganggu pola makan dan mempengaruhi status kesehatan

anak. anak-anak. Jika keadaan ini tidak segera diatasi dan diimbangi dengan

konsumsi makanan yang memuaskan, maka akan menyebabkan kekurangan

cairan yang ekstrim, rasa lapar dan ketidakmampuan untuk berkembang. Dari

sepuluh penunjuk PHBS, 3 penanda mempengaruhi frekuensi lari, khususnya

mencuci tangan dengan pembersih, memanfaatkan toilet yang sehat, dan

memberikan air bersih (Nengsih et al., 2022).

Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat memicu gangguan

saluran pencernaan yang dapat membuat energi tidak dapat melakukan

pertumbuhan dan perlawanan terhadap infeksi. Sanitasi lingkungan meliputi air

bersih, jamban sehat, sampah, kepadatan hunian, lantai rumah, tidak

merokok/miras/narkoba, dan pemberantasan sarang nyamuk, serta terakhir pola

asuh anak yaitu dari mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun, dan

menjaga kesehatan gigi dan mulut (Rahmawati, 2018).

Terkait dengan permasalahan gizi atau penyebaran penyakit berbasis

lingkungan sangat diperlukan kesadaran masyarakat maupun rumah tangga dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Munawaroh, 2015). Hasil penelitian

menunjukan pada analisis uji korelasi yang dilakukan menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan dan positif antara PHBS dalam lingkungan keluarga

dengan status gizi, hal ini berarti bahwa semakin baik PHBS didalam keluarga

maka akan semakin baik pula status gizi pada balita (Pertiwi, 2018).

Berdasarkan penelitian Rahmawati (2018), bahwa diketahui rumah

tangga dengan PHBS sehat utama cenderung memiliki baduta status gizi berat

badan menurut umur yang baik dengan persentase sebesar 76,90%. Sedangkan
rumah tangga dengan PHBS sehat madya cenderung memiliki baduta status gizi

berat badan menurut umur yang baik dengan persentase sehat sebesar 80,00%. Hal

ini menunjukkan PHBS memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi.

Berdasarkan data yang diperoleh Departemen Kesehatan (2009) bahwa di

Indonesia masih banyak daerah-daerah yang memiliki sanitasi buruk karena

mayoritas masyarakatnya belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

sehingga angka kesakitan pada masyarakat masih tinggi. Menurut Munawaroh

(2015), indikator-indikator PHBS yang perlu dilaksanakan dalam suatu rumah

tangga meliputi, mencari pertolongan persalinan ke tenaga kesehatan, melakukan

penimbangan bayi dan balita, memberikan air susu ibu (ASI) Eksklusif,

penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, memberantas

jentik nyamuk, memakai jamban sehat, makan buah dan sayur setiap hari,

melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.

Data Provinsi Sumatera Barat berdasarkan hasil Riskesdas dan Survei

Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan prevalensi stunting 36,5 %

(Riskesdas 2007), 39,2 % (Riskesdas 2013), 29,9 % (Riskesdas 2018) dan 27,47%

(SSGBI 2019). Walaupun sudah terjadi penurunan, akan tetapi prevalensi stunting

di Sumatera Barat masih berada di atas standard yang ditetapkan WHO yaitu < 20

%.

Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa populasi seluruh anak

balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Kota Padang berjumlah 40 balita.

Untuk itu peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Status

Gizi Balita di Puskesmas Rawang Padang Sumatera Barat.”


1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan

perilaku hidup bersih dan sehat terhadap status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Rawang KotaPadang Sumatera Barat

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu

dengan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten Asahan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan hidup bersih dan sehat (PHBS)

terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV

Kabupaten Asahan

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV

Kabupaten Asahan

3. Untuk mengetahui pengaruh tindakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV

Kabupaten Asahan

4. Untuk mengetahui indikator-indikator PHBS dan pengaruhnya terhadap status

gizi di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten Asahan


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan pembelajaran,

gambaran atau pandangan terhadap institusi pendidikan, sebagai bahan tambahan

referensi untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai hubungan tingkat

pengetahuan ibu dengan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap status gizi

balita.

1.4.2 Bagi Puskesmas


Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang status gizi balita

sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka untuk

meningkatkan kegiatan promotif berupa penyuluhan tentang gizi balita.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Sebagai bahan masukan dan informasi kepada masyarakat khususnya ibu

yang memiliki balita tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

serta hubungannya dengan status gizi balita.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.1.1 Pengertian

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang

kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku diri yang tidak sehat

menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh

karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota

rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.Rumah tangga sehat berarti

mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah

tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif

untuk hidup sehat (Astuti, 2017).

PHBS merupakan upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran,

kemampuan dan kemauan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,

keluarga dan masyarakat umum yang minimal dapat memberikan dampak

bermakna terhadap kesehatan (Citasari, 2015). Perilaku hidup sehat dapat

diartikan sebagai upaya yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan dan

meningkatkan status kesehatannya (Herutomo, 2022).

Menurut Notoadmojo (2019), PHBS adalah bentuk karya pengetahuan

seseorang dalam membuatsuatu kondisi bagi setiap orang dan orang lain, dengan

membagikan berita dan pendidikan menggunakan saluran koneksi secara terbuka,


mengembangkan wawasan, serta sikap yang beik dengan menggunakan metode

promosi, menciptakan dikungan soseal dan penentuan nasib masyarakat

(empowerment). Dengan begitu, masyarakat dapat memahami, mengatasi masalah

mereka sendiri dan dapat melaksanakan pola hidup yang kokoh, serta tetap

melindungi untuk mengupayakan kesejahteraannya.

Maharani (2021) menyatakan bahwa PHBS merupakan apa yang

dilakukan setiap individu memiliki komitmen untuk memberikan pengalaman

belajar bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, melalui saluran

komunikasi, informasi, pendidikan yang terbuka, sehingga dapat memfasilitasi

mereka dengan baik.

Upaya penanggulangan kurang gizi memerlukan pendekatan berbagai segi

kehidupan secara terintegrasi. Pencegahan dan penanggulangan gizi kurang tidak

cukup dengan memperbaiki aspek makanan tetapi juga lingkungan kehidupan

balita seperti; pola pengasuhan, tersedia air bersih dan kesehatan lingkungan

(Julius et al., 2014).

Usaha kesehatan pribadi sebagai daya upaya dari seorang demi seorang

untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Usaha-usaha

tersebut dapat dilakukan antara lain dengan memelihara kebersihan, makan

makanan yang sehat, cara hidup yang teratur, meningkatkan daya tahan tubuh,

menghindari penyakit, meningkatkan kecerdasan, melengkapi rumah dengan

sarana kebersihan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan. Namun upaya untuk

meningkatkan kesehatan tidak hanya dilakukan ditingkat individu saja melainkan

juga dilakukan pada tingkat keluarga (Khasanah, 2013).


2.1.2 Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga

Menurut Pertiwi (2018), tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah

tangga adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas

lintas sektor, media masa, organisasi masyarakat, lembaga swadaya

masyarakat, tokoh masyarakat, tim penggerak dan dunia dalam pembinaan

perilaku hidup bersih dan sehat dirumah tangga.

b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat berperan aktif dalam gerakan kesehatan dimasyarakat

c. Terhindar dari berbagai penyakit dan infeksi baik infeksi menular atau tidak

menular

Menurut Depkes RI (2007), tujuan Perilaku Hidup Besrsih dan Sehat

(PHBS) adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan

masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk

swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal

(Depkes RI, 2007).

2.1.3 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga

Menurut Pertiwi (2018), manfaat rumah tangga dan masyarakat yang

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat adalah sebagai berikut:

a. Seluruh anggota keluarga dan masyarakat menjadi sehat

b. Anak akan tumbuh cerdas dalam lingkungan yang sehat

c. Masyarakat akan mampu mewujudkan lingkungan yang sehat

d. Mampu mencegah dan menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan

e. Biaya untuk kesehatan (penyakit) dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain


Menurut Astuti (2017), kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan

pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan

produktif. Perilaku hidup seht meliputi perilaku proaktif untuk :

1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan

hidup sehat.

2. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit.

3. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit.

4. Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

2.1.4 Indikator Perilaku Hidup Sehat dan Bersih Rumah Tangga

Menurut Depkes RI(2008) indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk

menilai keadaan atau permasalahan kesehatan. Indikator PHBS tatanan rumah

tangga yang digunakan yaitu mengacu kepada standar pelayanan minimal bidang

kesehatan ada sepuluh indikator yaitu:

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Indikator persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya).

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman,

bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan

lainnya.

b. Memberi bayi ASI ekslusif

Indikator memberi bayi ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya

diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI

adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan

sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik

untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.

c. Menimbang bayi dan balita

Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau

pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur

1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Dengan demikian dapat diketahui apakah

balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi

yang dicurigai menderita gizi buruk.

d. Menggunakan air bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum,

memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan

sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah

tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari-

harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa,

sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari

tempat penampungan kotor air limbah.

Sumber air minum mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa

penyakit menular. Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang

berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare

ditularkan melalui jalur fekal oral dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam

mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. Sumber air tidak terlindung,

seperti sumur yang digunakan sebagai sumber air utama seperti air minum, dan

mencuci. Kondisi yang berlangsung secara lama dan berulang-ulang

mengakibatkan tinggi nya kejadian diare pada balita (Depkes RI, 2008).
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit

yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus,

cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan menjadi bersih dan bebas dari

kuman. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare karena sabun mengandung antiseptik

yang dapat membunuh kuman penyebab diare, apabila ibu sesudah buang air

besar atau sehabis menceboki anaknya tidak memcuci tangan dengan sabun

sehingga kuman penyebab penyakit diare masih menempel ditangan bila langsung

menyuapi makanan makan kuman yang menempel di tangan akan ikut masuk

dengan makanan ke mulut anak sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit

diare.

f. Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher

angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit

pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung

digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan

untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.


Menurut Depkes RI (2008) jenis tempat pembuangan tinja dibedakan

menjadi jenis jamban sehat dan jenis jamban tidak sehat. Jenis jamban tidak sehat

yaitu jenis jamban tanpa tangki septik atau jamban cemplung dan rumah yang

tidak memiliki jamban sehingga bila buang air besar mereka pergi ke sungai. Jenis

tempat pembuangan tinja tersebut termasuk jenis tempat pembuangan tinja yang

tidak saniter. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat

kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat. Sedangkan jenis jamban sehat

yaitu jamban yang memiliki tangki septik atau lebih dikenal dengan jamban leher

angsa. Jamban leher angsa (angsa latrine) merupakan jenis jamban yang

memenuhi syarat kesehatan. Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan

selalu terisi air, yang berfungsi sebagai sumbat sehingga bau dari jamban tidak

tercium dan mencegah masuknya lalat ke dalam lubang. Jamban leher angsa

memiliki keuntungan antara lain aman untuk anak-anak dan dapat dibuat di dalam

rumah karena tidak menimbulkan bau.

Menurut Depkes (2008), tinja berbahaya karena mengandung virus atau

bakteri dalam jumlah besar. Tinja juga dapat menularkan penyakit pada balita dan

orang dewasa. Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat

untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit

melalui tinja (faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada

kotoran manusia yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran

manusia dan hinggap pada makanan manusia sehingga makanan akan tercemar

oleh kuman penyebab diare dan apabila makanan tersebut dimakan akan

menyebabkan terjadinya penyakit diare.

g. Memberantas jentik di rumah


Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan

pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan

jentik berkala adalah pemeriksaan tempattempat perkembangbiakan nyamuk

(tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau

WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah

bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus

menghindari gigitan nyamuk).

h. Makan buah dan sayur setiap hari

Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung

vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta

mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak

kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau

dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral

dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa

vitamin seperti vitamin C.

i. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan

sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil dan

turun tangga. Selain itu, kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain

bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.

j. Tidak merokok di dalam rumah


Anggota keluarga yang berumur 10 tahun keatas yang tidak merokok

selama 1 bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif.

Bahaya perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan

rambut, gangguan pada mata seperti katarak.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Menurut Depkes RI (2007) hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian

terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian

terletak di luar dirinya yang disebut faktor ekstern (faktor lingkungan).

a. Faktor Internal

1. Keturunan

Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah

diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang

diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya.

2. Motif

Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu.

Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh

Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan

kebutuhan rohani.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri individu

bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri

individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu.

1. Unsur-unsur perilaku bagi individu, meliputi pengertian atau pengetahuan

tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang


manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana yang diperlukan

untuk melakukannya, serta dorongan atau motivasi untuk berbuat yang

dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya.

2. Unsur-unsur perilaku bagi individu sebagai anggota kelompok, meliputi

pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan

atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya,

sarana yang diperlukan untuk melakukannya, dorongan atau motivasi untuk

berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya, serta norma atau

dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukan itu benar atau bisa

diterima oleh kelompoknya.

2.1.6 Penilaian PHBS

Klasifikasi penilaian PHBS menurut Depkes RI (2008) yaitu jika salah

satu indikator PHBS tidak terpenuhi, maka tatanan tersebut dinyatakan tidak

menjalankan PHBS dan dihitung dengan rumus :

Jumlah indikator yang dilakukan


Kriteria PHBS = x 100 %
Jumlahindikator yang dinilai

Setelah prosentase diketahui maka hasilnya diinterprestasikan dengan kriteria :

1. PHBS baik : skor 100%

2. PHBS kurang : skor < 100%

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.


Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan sesorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan. Sebelum orang mengadopsiperilaku baru, maka didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.

2. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus ataupun objek tersebut bagi

dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

3. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki stimulus

4. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

Perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap tersebut, pengetahuan yang

tercakup didalam domain kognitif memiliki enam tingakatan yaitu :

1. Tahu, dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek ataupun materi harus
dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan meramalkan dan

sebagainya terhadap objek.

3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan

sebagai pengguna hukum–hukum, rumusan, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kata kerja yang dapat menggambarkan atau

membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis, menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

barudengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dan formulasi formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang sudah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden, kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan

tingkatan tersebut.
2.2.2 Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Tingkat pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatan kualitas hidup. Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup

terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

(Anisa, 2021).

Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tesebut

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka sesorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masssa

(Permatasari, 2019). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah

untuk memahami hal baru dan menyelesaikan persoalan (Krisnagani, 2021).

2. Pekerjaan

Lingkungan kerja merupakan salah satu daerah pesebaran informasi

terlebih jika lingkungan pekerjaan didominasi oleh kaum wanita. Selain itu,

jadwal dan durasi kerja seorang ibu akan sangat berpengaruh terhadap sikap

seorang ibu untuk memilih dan menyediakan bahan MP-ASI hal ini disebabkan

oleh faktor kelelahan dan tekanan fisik dan psikis seorang ibu selama bekerja.

Pengalaman belajar dalam bekerja dikembangkan akan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional, serta dapat mengembangkan

kamampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi keterpaduan

menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata (Permatasari,

2019).
3. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahu. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Anisa, 2021). Daya tangkap dan

pola pikirnya juga akan semakin membaik (Permatasari, 2019).

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok (Anisa, 2021). Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan. Hal ini karena

adanya interaksi timbal-balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

individu (Permatasari, 2019).

5. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi (Anisa, 2021). Budaya sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan, apa yang diterima terlebih dahulu disaring sesuai

kebudayaan yang mengikatnya (Krisnagani, 2021). Kebiasaan dan tradisi

dilakukan orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk

menurut ilmu kesehatan (Permatasari, 2019).

2.2.3 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang mengajukan pertanyaan tentang isi materi yang akan diukur dengan subjek

atau orang yang diwawancarai. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau ukur, bisa kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuannya (Notoadmodjo,

2012).

Menurut Permatasari (2019), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan mengggunakan rumus yaitu, sebagai berikut:

a. Baik: jika skor jawaban x ≥ 75%

b. Kurang baik: jika skor jawaban x < 75%.

Sedangkan menurut Notoadmodjo (2012), tingkatan pengetahuan dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pengetahuan baik, apabila responden berpengetahuan 76% - 100%

b. Pengetahuan cukup, apabila responden berpengetahuan 60% - 75%

c. Pengetahuan kurang, apabila responden berpengetahuan < 60%.

2.3 Status Gizi Bayi

2.3.1 Pengertian

Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat

ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi

waktu yang tepat di tingkat sel tuubuh agar berkembang dan berfungsi secara

normal. Status gizi ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh dan

faktor yang menentukan besarnya kebutuhan , penyerapan, dan penggunaan zat-

zat tersebut (Anisa, 2021).

Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk

anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi yang menderita

sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. Kebutuhan bahan makanan pada
setiap individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan

perbedaan dalam proses metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan

yang optimal tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi (Helmina, 2017).

2.3.2 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan

keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang

bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku

yang telah tersedia (Cyndi, 2017).

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Secara umum antropometri

artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka

antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Helmina,

2017).

1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Antropometri

gizi berhubungan dengan berbagai cara pengukuran dimensi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri merupakan indikator status gizi yang

dilakukan dengan mengukur beberapa parameter di antaranya:

a. Umur

Kesalahan penentuan umur akan mengakibatkan interprestasi data status

gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat

menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

b. Berat Badan
1. Berat badan menurut umur (BB/U)

Massa tubuh sangat sensitif atas perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter

antropometri yang fluktuatif. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan

baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka

berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan

abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat

berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Helmina, 2017).

2. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan

perkembangan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

c. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang

tulang. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki,

kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong mepet pada dinding, dan

pandangan arah ke depan. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan

tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting, karena

dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat

dikesampingkan (Helmina, 2017).

PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan tinggi atau panjang badan

menurut umurnya.indeks ini dapat mengidentifikasi anak pendek yang harus

dicari penyebabnya (Yunianda, 2016). Pada keadaan normal, tinggi badan


berkembang seiring dengan pertambahan umur. Pengaruh defisiensi zat gizi

(malnutrisi) terhadap tinggi badan akan terlihat dalam waktu yang relatif lama.

d. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil

pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila

tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2014). Pengukuran

status gizi balita dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan

Indeks Massa Tubuh (IMT).

Rumus IMT:

Berat badan(Kg)
IMT =
( Tinggi Badan )2 (m)

Keterangan:
IMT : Indeks Massa Tubuh
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)

2. Klinis

Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan yang terjadi terkait

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial

epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ –

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang

diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang di gunakan diantaranya: darah, urine, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot.


2.3.3 Penilaian Tidak Langsung

1. Survey konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Survei

ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis

data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu, dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi. Penggunaan nya di pertimbangkan sebagai bagian dari

indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

3. Faktor ekologi

Pengukuran faktor ekologi di pandang sangat penting untuk mengetahui

penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program

intervensi gizi.
2.4 Kerangka Teori

1. Tingkat pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
Pengetahuan 4. Lingkungan
5. Sosial budaya

Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat (PHBS)

Baik Kurang

Penilaian Status Gizi

Status Gizi Berdasarkan Indeks


Berat Badan Menurut Umur
(BB/U):
- Gizi buruk: <-3SD
- Gizi kurang: -3 SD s.d. <-2 SD
- Gizi baik: -2SD s.d. 2SD
- Gizi lebih >2SD

Gambar 1. Kerangka Teori


2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Hidup Besih


dan Sehat (PHBS) Status Gizi Bayi

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

H1 : Ada hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan status gizi balita

H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan status gizi

balita.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey

analitik dengan rancangan crosectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi dan keterpengaruhan antara variabel independent terhadap

variabel dependent pada saat yang bersamaan

3.2 Lokasi dan Waktu


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV

Kabupaten Asahan.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai dengan Jui tahun
2023.

Tahun 2023
N
Rencana Januari Februari Maret April Mei Juni
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
2 Pengajuan
proposal
BAB I
BAB II
BAB III

3 Seminar
proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Pengajuan
Hasil
Penelitian
6 Sidang Hasil
Proposal

7 Perbaikan
Sidang
Proposal

Tabel 2. Jadwal Rencana Penelitian

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang

Pasar IV Kabupaten Asahan yaitu 40 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah balita (di dampingi dengan orangtua) di

Puskesmas Rawang Kota Padang sebanyak 40 orang. Teknik pengambilan sampel

penelitian ini menggunakan total sampling. Total sampling merupakan

pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa melihat strata

yang terdapat dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2014).

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1. Ibu yang bersedia menjadi responden

2. Ibu yang membawa balita nya ke Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten

Asahan

b. Kriteria eksklusi
1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

2. Ibu tidak bisa membaca dan menulis

3.4 Jenis dan Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder , sebagai

berikut:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian.

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil pembagian kuesioner yang

telah dipersiapkan oleh peneliti kepada responden penelitian, data tentang

perilaku hidup bersih dan sehat meliputi :

1) Pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat

2) Sikap perilaku hidup bersih dan sehat

3) Tindakan perilaku hidup bersih dan sehat

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dari studi dokumentasi yang diperoleh dari

bagian Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten Asahan seperti cakupan angka

perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga tahun 2022,

kemudian jumlah balita yang berada diwilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar

IV Kabupaten Asahan serta jumlah balita yang mengalami kurang gizi dan gizi

buruk pada tahun 2022.

3.4.2 Cara pengumpulan data

a. Data primer

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penimbangan

secara langsung menggunakan timbangan dacin kemudian hasil penimbangan


dibandingkan dengan umur, kemudian di plot di KMS dan penyebaran kuesioner

yang di isi langsung oleh responden untuk mengetahui karakteristik ibu dan anak.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh secara tidak langsung/melewati pihak lain dari

subjek penelitiannya termasuk instansi-instansi atau institusi yang terkait.

Pengambilan data secara dokumentasi mengenai data berupa catatan yang

diambil dari data di puskesmas mengenai jumlah ibu yang memiliki balita.

3.5 Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang diambil dalam menyelesaikan penelitian ini adalah

seperti berikut:

a. Melakukan persiapan penelitian berupa menentukan permasalahan dan

menentukan tujuan masalah

b. Meminta rekomendasi Ketua Program Studi Gizi Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam untuk dapat melakukan penelitian Puskesmas Rawang Pasar IV

Kabupaten Asahan.

c. Melakukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Puskesmas Rawang

Pasar IV Kabupaten Asahan untuk melakukan penelitian dan pengambilan

data terhadap masyarakat dengan membawa surat rekomendasi dan surat

pengantar dari fakultas.

d. Membuat kuesioner penelitian.

e. Meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel dalam

penelitian, membagikan kuesioner kepada pasien di Puskesmas Rawang Pasar


IV Kabupaten Asahan.

f. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh, hingga diperoleh hasil

penelitian dan kesimpulan.

3.6 Instrumen dan Alat Penelitian


a. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian yaitu

dengan form persetujuan menjadi sampel.

b. Alat yang digunakan meliputi lembar kuesioner, alat tulis, kamera, perekam

suara, timbangan dacin.

c. Kuesioner terstruktur yang bersifat terbuka untuk mengetahui karakteristik

keluarga subyek.

d. Perangkat lunak komputer SPSS untuk pengolahan data penelitian.

3.7 Langkah-Langkah Penelitian


3.7.1 Alur Penelitian

Populasi sampel terdiri dari ibu yang memiliki balita

Dipilih berdasarkan ibu yang memiliki balita yang


bersedia menjadi responden

Ibu yang memiliki balita yang bersedia menjadi


responden akan diberikan lembar kuesioner

Melakukan pengamatan dan mengisi formulir untuk


data

Analisis data

Gambar 3. Diagram Alir


3.8 Pengolahan Data

Tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan data (editing)

Kegiatan editing dilakukan untuk memeriksa kembali kelengkapan isi

kuesioner dan jawaban yang diberikan oleh responden, jika terjadi

kekurangan data dari isi kuesioner maupun jawaban responden maka

ditanyakan ulang atau penggantian responden yang tidak sesuai kriteria.

b. Pengkodean data (coding)

Coding merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data dari data

awal yang berbentuk pertanyaan/huruf diubah menjadi data dalam bentuk

angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada

saat analisis data dan juga mempercepat pada saat pengolahan/entry data.

c. Pemrosesan data (processing)

Setelah semua kuesioner terisi penuh, memenuhi kriteria, dan telah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data

agar data yang sudah dientry dapat dianalisis. Pemrosesan data

(processing) dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah diubah

dari data kualitatif (kuesioner/pertanyaan) menjadi data kuantitatif

(angka-angka yang telah dikategorikan) untuk masing-masing variabel.

Data dimasukkan ke dalam program computer salah satunya adalah

program SPSS for window. Dalam memproses data dibutuhkan

ketelitian supaya tidak terjadi bias dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

d. Pembersihan data (cleaning)


Peneliti melalukan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke

dalam program SPSS untuk melihat apakah ada kesalahan data atau tidak.

Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data ke

computer atau pada saat pengolahan data (Notoatmojo, 2013).

3.9 Uji Kualitas Kuesioner

Kuesioner memiliki peran penting untuk menentukan kebenaran data

yang didapatkan pada setiap penelitian. Kesimpulan penelitian yang berupa

jawaban atas pemecahan masalah penelitian tergantung pada kualitas instrumen

yang digunakan (Nuryani, 2019). Ada dua konsep yang mengukur kualitas

instrumen penelitian yaitu reliabilitas dan validitas. Jika data kurang reliable dan

valid maka akan menghasilkan kesimpulan penelitian yang bias (Erlina, 2011).

Salah satu masalah yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah

bagaimana agar data yang diperoleh akurat dan objektif. Data yang dikumpulkan

tidak berarti jika alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi (Hastono, 2006).

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya di

dalam penelitian, terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Uji ini

dilakukan pada minimal 30 orang yang tidak termasuk responden tetapi memiliki

karakteristik yang sama dengan responden di lokasi penelitian (Notoatmojo,

2010).

3.9.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevaliditan

dan kesahihan instumen. Uji validitas digunakan untuk mengetahui instrumen


tersebut valid. Valid artinya ketepatan pengukuran variabel.25 Pengujian

validitas kuesioner penelitian ini dilakukan melalui pengujian validitas isi, yaitu

menguji setiap butir pertanyaan dalam kuesioner. Teknik yang digunakan untuk

uji korelasi pada penelitian ini adalah korelasi Pearson’s Product Moment,

dengan bantuan software komputer. Dikatakan valid jika hasil uji validitas r

hitung > r tabel (r tabel (N=30) 0,361 dengan nilai signifikan 0,05 atau 5 %.

3.9.2 Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil

pengukuran yang tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

pada kondisi yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah metode koefisien

alpha cronbach. Pada uji reliabilitas ini, suatu variabel dapat dikatakan reliabel

jika memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,6 (Ghozali, 2011).

3.9.3 Definisi Operasional


Definisi operasional (Tabel 3.9.1) adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan pengukuran terhadap suatu objek.
Tabel 3.9.1 Definisi Operasional Kuesioner
Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
Tingkat Jumlah informasi Wawancara Ordina Baik: Skor 31-60
Pengetahuan yang diketahui oleh l Kurang: Skor 0–
Orangtua seseorang tentang 30
hal tertentu (Atikah dan
Khairiyati, 2014)
Perilaku Perilaku Ibu Balita Wawancara Ordina 0 : Tidak
Hidup Bersih dalam melakukan l 1 : Ya
dan Sehat Hidup Bersih dan
Sehat di Rumah
Tangga
Status gizi Keadaan tubuh Hasil Ordina (1) Gizi kurang
Balita yang dapat dinilai pengukuran l (2) Gizi
berdasarkan antropometri Normal
antropometri anak BB/U dan (3) Gizi Lebih
balita. pencatatan
KMS

3.10 Analisis Data


1. Analisis Univariat
Analisi univariat yang dilakukan pada setiap data berupa variable tunggal
dalam bentuk frekuensi dan persentasenya antara lain : umur, jenis kelamin, dan
tekanan darah.

2. Analisis Bivariat
Analisi bivariat dilakukan dengan menguji hubungan variabel bebas dan
variable terikat sebelum dilakukan uji hubungan, dilakukan uji kenormalan data
yaitu dengan mengggunakan One Sampel Kolmogrof Smoniv.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat


4.1.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur

Hasil penelitian di lapangan mengenai karakteristik responden berdasarkan

umur disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Usia Jumlah Persentase (%)
Responden
<22 tahun 8 20.00
> 22 tahun 32 80.00
Jumlah 40 100.00

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan

umur > 22 tahun yaitu 32 orang (80%) lebih banyak dibandingkan dengan

responden dengan umur < 22 tahun yaitu 8 orang (20%).

4.1.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian di lapangan mengenai karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Jumlah
Tingkat Pendidikan Persentase (%)
Responden
SD 2 5.0
SMP 7 17.5
SMA 28 70.0
Sarjana/Diploma 3 7.5
Jumlah 40 100.0

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan

tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah yang paling banyak

yaitu 28 orang (70,00%) diikuti oleh jumlah responden dengan tingkat pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 7 orang (17,50%), jumlah responden

dengan tingkat pendidikan Sarjana/Diploma 3 orang (7,50%), dan yang paling

sedikit adalah jumlah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)

yaitu 2 orang (5,00%).

4.1.3 Distribusi Karakteristik Reponden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Hasil penelitian di lapangan mengenai karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Reponden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Jumlah
Jenis Pekerjaan Persentase (%)
Responden
Wiraswasta 26 65.00
PNS 4 10.00
Karyawan 10 25.00
Jumlah 40 100.00

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pekerjaan responden di

wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten Asahan didominasi oleh

wiraswasta yaitu 26 orang (65,00%) diikuti olehjumlah responden dengan

pekerjaan “Karyawan” yaitu 10 orang (25,00%) dan responden dengan pekerjaan

sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 4 orang (10,00%).

4.1.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Hasil penelitian di lapangan mengenai karakteristik responden berdasarkan

tingkat pengetahuan disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


Tingkat Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)
Baik 25 62.5
Kurang 15 37.5
Jumlah 40 100.0

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan

tingkat pengetahuan “Baik” tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah 25 orang (62,50%) adalah lebih banyak dibanding dengan jumlah

responden dengan tingkat pengetahuan “Kurang” yaitu 15 orang (37,50%).

4.1.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Hidup


Bersih Dan Sehat (PHBS).

Hasil penelitian di lapangan mengenai karakteristik responden berdasarkan

tingkat pengetahuan disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


(PHBS).
PHBS Jumlah Responden Persentase (%)
Ya 30 75.00
Tidak 10 25.00
Jumlah 40 100.00

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden telah

menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu 30 orang (75,00%)

sedangkan yang belum menerapkan PHBS adalah 10 orang (25,00%).

4.1.6 Distribusi Karakteristik Balita Berdasarkan Status Gizi

Hasil penelitian di lapangan mengenai karakteristik Balita berdasarkan

Status Gizi disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Balita Berdasarkan Status Gizi


Status Gizi Jumlah Balita Persentase (%)
Baik 14 35.00
Kurang 13 32.50
Lebih 13 32.50
Jumlah 40 100.00

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah balita dengan gizi baik

adalah yang paling banyak yaitu 14 orang (35,00%), sedangkan jumlah balita

dengan gizi kurang dan gizi lebih adalah sama yaitu masing-masing 13 orang

(32,50%).
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)

Hasil uji bivariat mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

Perilaku Hidup Bersuh dan Sehat (PHBS) disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat (PHBS)
PHBS
Tingkat Total
Ya Tidak p-value
Pengetahuan
n % n % n %
2
Baik 57.50 2 5.00 25 62.50
3
Kurang 7 17.50 8 20.00 15 37.50 0,00
3
Jumlah 75.00 10 25.00 40 100.00
0

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan PHBS yang ditunjukkan oleh nilai p-valur 0,00 <

0,05 sehingga hipotesis hipotesis H1 diterima yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan PHBS.

4.2.2 Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Status Gizi Balita

Hasil uji bivariat mengenai hubungan antara Perilaku Hidup Bersuh dan

Sehat (PHBS) dengan status gizi balita disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Status
Gizi Balita
Status Gizi
Total
PHBS Baik Kurang Lebih P-Value
n % n % n % n %
3
Ya 12 30.00 5 12.50 13 32.50 75.00
0
1
Tidak 2 5.00 8 20.00 0 0.00 25.00 0,00
0
Jumla 4
14 35.00 13 32.50 13 32.50 100.00
h 0
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara

PHBS denga status gizi balita yang ditunjukkan oleh nilai p-value 0,00 < 0,05

sehingga hipotesis hipotesis H1 diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara PHBS dengan status gizi balita.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berusia >22 tahun lebih

banyak dibandingkan dengan ibu dengan umur < 22 tahun. Menurut Sari dan

Sukma (2020), usia produktif optimal untuk reproduksi yang sehat adalah antara

usia 20 hingga 35 tahun. Risiko meningkat pada mereka yang berusia di bawah 20

tahun dan di atas 35 tahun. Wanita yang hamil di usia muda memiliki banyak

risiko antara lain keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, cacat

lahir, kerentanan terhadap infeksi, anemia selama kehamilan, gestosis, dan

kematian.

Wagey dkk. (2013) menyatakan bahwa kehamilan adalah saat yang

menyenangkan. Saat ini, semakin banyak wanita yang senang mengetahui bahwa

mereka hamil di usia 30-an dan 40-an. Hal ini mungkin karena bidang pendidikan

dan pekerjaan bagi perempuan yang terus berkembang, sehingga banyak

perempuan yang terlambat menikah bahkan menunda memiliki anak hingga karir

atau hubungan mereka kokoh.

Seiring dengan menurunnya kesehatan, kualitas sel telur juga akan

menurun, yang dapat meningkatkan risiko keguguran, serta cacat lahir/cacat lahir

pada janin akibat kelainan kromosom. Selain itu, berbagai masalah kesehatan

sudah mulai muncul selama masa kehamilan seperti; Tekanan darah tinggi dan
diabetes sering mempengaruhi persalinan. Faktor-faktor tersebut membuat

persalinan di usia 30-an cenderung lebih sering dilakukan dengan operasi caesar.

5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan

(SMA) lebih banyak dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini

dapat disebabkan karena ketika responden masih muda, pendidikan SMA

dianggap cukup untuk melanjutkan hidup, misalnya untuk mencari pekerjaan atau

berkeluarga. Selain itu, faktor keuangan yang tidak mencukupi dapat membuat

seseorang memutuskan untuk meninggalkan pendidikan menengah atas.

Menurut Soetijiningsih (2014), pendidikan orang tua merupakan faktor

penting dalam status gizi. Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua bisa

mendapatkan semua informasi tentang cara pengasuhan yang baik, terutama

bagaimana ibu memberi makan anaknya, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,

bagaimana cara mendidiknya, dll. Semakin banyak informasi yang ada dan

perilaku apa yang diharapkan, pengasuhan yang lebih baik muncul.

Menurut Herlina dan Nurmaliza (2018), seorang anak seringkali tidak

dapat mencapai asupan gizi yang baik karena beberapa faktor. Hal tersebut

meliputi tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan,

kondisi sosial ekonomi keluarga, ketersediaan pangan, dan hubungan emosional

dengan anggota keluarga lainnya yang tercermin dalam kebiasaan. Adanya faktor-

faktor tersebut memerlukan perhatian khusus dalam pola makan anak, karena

kebiasaan makan anak dapat mempengaruhi konsumsi makanan anak.

5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja

sebagai wiraswasta. Hal ini disebabkan karena wilayah kerja Puskesmas Rawang

Pasar IV Kabupaten Asahan sehingga pertumbuhan ekonominya yang sangat

dinamis memberikan peluang besar kepada masyarakat untuk memiliki usaha

sendiri (Wiraswasta) untuk meingkatkan pendapatan dan taraf ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Mahfudah (2020) bahwa motif bekerja pada ibu diklasifikasikan

menjadi:

1. Karena keharusan ekonomi, untuk meningkatkan ekonomi keluarga, hal ini

terjadi karena ekonomi keluarga yang menuntut ibu harus bekerja.

Misalnya saja bila kehidupan ekonomi keluarga kurang, penghasilan suami

kurang untuk mengcakupi kebutuhan sehari-hari.

2. Karena ingin mempunyai atau membina pekerjaan bagi dirinya sendiri, hal

ini terjadi sebagai wujud aktualisasi diri ibu, misalnya bila ibu seorang

sarjana akan lebih memilih bekerja untuk membina pekerjaan.

3. Karena kesadaran bahwa pembangunan memerlukan tenaga kerja baik

tenaga kerja pria maupun wanita.

5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan tingkat

pengetahuan baik lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan tingkat

pengetahuan kurang. Menurut Mahfudah (2020) bahwa ibu yang mempunyai

pengetahuan baik mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, ternyata memiliki

perilaku hidup bersih dan sehat yang baik pada tatanan rumah tangga, sedangkan

ibu yang pengetahuannya kurang baik mengenaiperilaku hidup bersih dan sehat,
ternyata memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik pada tatanan

rumah tangganya, karena itu ibu yang pengetahuannya baik cenderung lebih

memperhatikan kebersihan rumah dan kesehatan keluarganya dibandingkan ibu

yang kurang baik pengetahuannya cenderung tidak memperhatikan kebersihan

dan kesehatan keluarga mereka.

5.5 Karakteristik Repsonden Berdasarkan PHBS

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah

melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini disebabkan oleh

kesadaran para responden tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.

Para responden menyadarai bahwa perilaku hidup bersih tidak hanya akan

meningkatkan kesehatan juga menambah nilai estetis (keindahan) di dalam rumah

maupun di luar atau lingkungan rumah sehingga hidup lebih senang dan nyaman.

Perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar

atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan

membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, serta perilaku sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat. Melalui PHBS diharapkan

masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalah sendiri dan dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatannya (Notoadmodjo S, 2007).

5.6 Distribusi Karakteristik Balita Berdasarkan Status Gizi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah balita dengan status gizi

“Baik” adalah lebih banyak dibandingkan dengan balita dengan gizi kurang dan

gizi lebih. Hal ini mungkin disebabkan pola asuh orang tua yang berbeda dalam
memberikan asupan gizi pada anak usia dini. Masih banyak balita dengan status

gizi buruk karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman ibu tentang status gizi

balita. Kesadaran akan sikap dan perilaku terkait pilihan makanan dapat

mempengaruhi status gizi seseorang. Menurut Supariasa et al. (2022) bahwa status

gizi balita dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu asupan makanan, status

kesehatan/infeksi, ketahanan pangan, pola pengasuhan anak dan pelayanan

kesehatan dan lingkungan.

5.7 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Hidup

bersih dan Sehat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

ibu dengan perilaku hidup bersih dan sehat di wilayah kerja Puskesmas Rawang

Pasar IV Kabupaten Asahan. Hal ini disebabkan karena para responden

mendapatkan pengetahuan tentang PHBS melalui pendidikan formal maupun

telah menjadi kebiasaan yang diajarkan di dalam keluarga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mahfudah (2020) di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan PHBS. Hal ini sesuai dengan

Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan seseorang atau keluarga sangat

mempengaruhi PHBS. Tucunan et al. (2019) juga menyatakan bahwa

pengetahuan sangat berperan penting dalam mempengaruhi PHBS karena

pengetahuan yang baik dapat menbuat PHBS menjadi baik.

Tingginya PHBS yang dimiliki oleh masyarakat berhubungan dengan latar

belakang pengetahuan dari masyarakat. Masyarakat yang mempunyai

pengetahuan yang baik akan lebih baik menerima dan mengerti sebuah informasi
dan akhirnya perilaku yang dimiliki juga semakin baik. Tradisi atau culture

seseorang yang didapatkan tanpa penalaran baik atau buruk akan mempengaruhi

pengetahuan individu. Status keungan juga akan menjadi penentu dimilikinya

sebuah fasilitas yang diperlukan. Status keuangan seseorang akan merubah

perilaku dikarenakan seseorang dengan status keuangan diatas kebanyakan orang

maka orang tersebut akan mudah dalam meningkatkan perilaku kesehatan yang

baik (Syafridah et al., 2022).

Menurut Daga dan Widayanti (2016) bahwa kemudahan untuk

memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru. Ada kesamaan antara fakta dan teori, hal

ini disebabkan karena responden belum mendapatkan informasi tentang

perilaku hidup bersih dan sehat sehingga memilki pengetahuan kurang.

Informasi yang diperoleh seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuannya

sehingga dapat mengakibatkan terbatasnya pemahaman serta wawasan seseorang

terhadap pengetahuan yang dimilikinya.

5.8 Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Status Gizi

Balita

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku

hidup sehat dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV

Kabupaten Asahan hal ini disebabkan karena 10 aspek yang mencakup perilkau

hidup bersih dan sehat sangat menentukan status gizi balita dan keluarga secara

umum. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syafridah dan

Ummusalma (2022) di wilayah kerja Puskesmas Baktiya Barat Kabupaten Aceh


Utara bahwa terdapat hubungan antara PHBS dengan status gizi balita di wilayah

itu.

Menurut Setiawati et al. (2017) bahwa faktor lingkungan berperan

besar dalam menentukan derajat kesehatan keluarga, lingkungan tidak hanya

sebagai penyebab melainkan juga sebagai penunjang, media transisi, maupun

memperberat penyakit yang telah ada. Untuk itu, lingkungan rumah harus

senantiasa bersih. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang berhubungan

dengan tindakanya dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatan dan

pencegahan penyakit infeksi antara lain: kebersihan diri, pemilihan makanan

sehat dan bergizi, kebersihan lingkungan, penggunakan air bersih yang memenuhi

syarat kesehatan dan penggunaan jamban yang sehat serta tidak merokok

dalam rumah. Rendahnya status gizi disebabkan oleh berbagai faktor yang saling

berkaitan, yaitu: ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, kesehatan

lingkungan, status ekonomi dan penyakitinfeksi. Perilaku hidup bersih dan sehat

merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan penurunan status gizi pada

balita.

Namun menurut Mauludyani et al. (2020) bahwa tidak ditemukan

hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan asupan, perilaku

gizi dengan status gizi, dan penerapan PHBS dengan status gizi.

Ketidakseimbangan antara pengetahuan dengan faktor sosio-ekonomi penghasilan

dapat mengakibatkan terjadinya ketimpangan dalam penerapan pola asuh makan,

perilaku gizi, dan PHBS terhadap status gizi baduta. Oleh karena itu, diperlukan

sistem monitoring dan evaluasi secara kontinu untuk memastikan bahwa program

percepatan stunting yang dijalanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan perilaku hidup bersih

dan sehat di Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten Asahan (p Value 0,00

< 0,05).

2. Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status gizi balita di

Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten Asahan (p Value 0,00 < 0,05).

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah

Sosialisasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga

perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian ibu

terhadap gizi dan kesehatan anggota keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Amellia, R., & Wahyani, A. D. (2020). Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi ) Dan Perilaku Hidup Bersih Sehat ( PHBS ) Dengan Status Gizi
Balita 24-59 Bulan. 2(01), 18–22.

Apriani L. 2018. Hubungan Karakteristik Ibu, Pelaksana Keluarga Sadar Gizi


(KADARZI) dan Perilaku Hidup Bersih (PHBS) dengan Kejadian Stunting.
JKM. 6(4): 198-205.

Astuti, A. F. (2017). Hubungan Phbs Dan Asupan Energi Dengan Status Gizi
Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di Paud Dewi Kunti.
http://repository.itspku.ac.id/204/%0Ahttp://repository.itspku.ac.id/
204/1/2013030007.pdf

Citasari, M. (2015). Hubungan Status Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dhefiana, T., Reni Suhelmi, & Hansen. (2023). Hubungan Penerapan Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Di
Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda. Sanitasi: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 16(1), 20–28. https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1484

DinkesSumbar. (2020). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(LAKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 53(9), 1689–1699.

Efendy. (2008). Pengaruh Pemberian Mp-Asi Terhadap Status Gizi Anak Umur 6-
24 Bulan Berdasarkan Variasi Geografis (Kepulauan, Pesisir Dan
Pegunungan) Di Kabupaten Buton Tahun 2008. Tesis. Universitas
Hasanuddin.

Herutomo T. 2022. Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dalam praktek


perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di kabupaten purwakarta. Journal of
Holistic and Health Sciences. 6(1): 1-8.

Irianty, H., Hayati, R., & Riza, Y. (2018). Relation clean and healthy living
behavior with the incidence of diarrhea in infants. PROMOTIF: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8(1), 1–10.

Julius, W., Zuraida, R., & Saftarina, F. (2014). The Correlation between Clean
and Healthy Behavior And Health Status with The Nutrional Status Among
Toddler Living In Poor Households In Way Kanan. Medical Journal of
Lampung University, 3(6), 161–169.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/301/299
Khasanah, Y. U. (2015). Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Status Gizi Balita. Jurnal.Akbiduk.Ac.Id.
https://jurnal.akbiduk.ac.id/assets/doc/170223082451-7.pdf

Kurniawati A., F. (2021). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(Phbs) Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Waru Jaya. 1–24.
http://eprints.ums.ac.id/

Maharani D. H. G. P. 2021. Hubungan Pengetahuan tentang Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat dengan Pola Hidup Sehat Usia Anak Sekolah di Masa
Pandemi Covid-19. Skripsi. Universitas islam sultan agung semarang.

Munawaroh A. 2015. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Rumah Tangga dan Status Kesehatan dengan Kejadian Gizi Kurang pada
Balita di Kelurahan Bulakan Kabupaten Sukoharjo. Karya Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nengsih S., Soerachmat Y., Nurhidayah. 2022. Hubungan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Bambang Kabupaten Mamasa. JPCS. 4(2): 786-791.

Notoatmodjo S. 2007. Pengetahuan dan Sikap. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhayani. (2016). Hubungan Asupan Energi dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Klego 1 Boyolali.
Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta., 85(1), 2071–2079.

Pertiwi, C. D. (2018). Pengaruh Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dan
Perilaku Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi Pada Balita Dipuskesmas ….
http://repository.helvetia.ac.id/1789/

Probowati D. 2016. Hubungan antara Status Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 12-24 Bulan di Wilayah
Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten Karanganyar. Naskah Publikasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Puspitasari A., G. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemenuhan Gizi


Seimbang Anak dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun (Toddler) di
Posyandu Desa Ngliliran Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Skripsi.
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Rahmawati D. 2018. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan Status Gizi Baduta di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rochaeni R., F. 2016. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan
Status Gizi Siswa Keas IV dan V Tahun Ajaran 2016/2017 SD Negeri
Kembaran Candimulyo Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Skripsi.
Universitas Negeri Yogjakarta.

Rosati W. 2022. Hubungan Pendidikan Ibu dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Manyaran Kabupaten
Wonogiri. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Savira, F., & Suharsono, Y. (2013). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Tatatan Rumah Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Journal of
Chemical Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.

Senof V., F. 2022. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting


pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota Padang Tahun 2022.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

Ummusalma, C., & Syafridah, A. (2022). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Baktiya Barat Tahun 2019.
Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Sosial, Dan Budaya, 6(2), 53–57.

Yuniar, W. P., Khomsan, A., Dewi, M., Ekawidyani, K. R., Vipta, A., &
Mauludyani, R. (2020). Hubungan antara Perilaku Gizi dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Status Gizi Baduta Di Kabupaten Cirebon
https://doi.org/10.20473/amnt.
LAMPIRAN
Lampiran 1

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Dengan ini saya menyatakan bersedia/ tidak bersedia menjadi responden


dalam penelitian yang dilakukan oleh Cici Hardiyanti, mahasiswi Program Studi
S1 Gizi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam dengan judul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Status
Gizi Balita di Puskesmas Puskesmas Rawang Pasar IV Kabupaten Asahan” dan
bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan terkait penelitian ini.
Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan tidak akan
berakibat buruk terhadap saya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun, sebab saya memahami
bahwa keikut sertaan saya ini akan memberikan manfaat dan kerahasisaan akan
tetap terjaga.

Lubuk Pakam, April 2023

(.............................................)
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner

A. Biodata Responden

Petunjuk: Isilah data identitas anda dibawah ini dengan sebenar benarnya.

Nama Responden :

Pendidikan :

Kuesioner Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Kuesioner Pengetahuan

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar menurut anda

1. Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita adalah…

a. Menimbang dan mencatat berat badan balita setiap bulan diposyandu

b. Menimbang berat badan balita setahun sekali diposyandu

c. Menimbang berat badan balita enam bulan sekali diposyandu

2. Air bersih adalah kebutuhan dasar yang digunakan sehari hari untuk….

a. Minum dan memasak

b. Mandi,minum dan memasak

c. Mandi,Minum ,memasak, mencuci alat dapur dan pakaian

3. Cara mencuci tangan yang benar adalah dengan menggunakan…

a. Air bersih yang tidak mengalir

b. Air bersih yang mengalir dan sabun

c. Air sumur yang bersih

4. Mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari berguna untuk…

a. Memelihara kesehatan dan membantu pertumbuhan serta perkembangan balita


b. Membunuh penyakit

c. Menyembuhkan penyakit

5. Yang dimaksud dengan melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah…

a. Membaca buku setiap hari

b. Melakukan kegiatan fisik sehari hari seperti melakukan pekerjaan rumah, dan

berolahraga setiap hari

c. Menonton tv

6. Jamban atau wc yang sehat adalah….

a. Jamban atau wc yang berada jauh dari dalam rumah

b. Jamban atau wc yang memiliki tempat pembuangan kotoran dan air untuk

membersihkannya serta tidak mencemari lingkungan sekitar

c. Jamban atau wc yang terletak didekat sumber air

7. Cara memberantas jentik nyamuk didalam rumah adalah….

a. Menguras bak mandi seminggu sekali, menutup tempat penampungan air,

mengubur barang barang bekas yang dapat menampung air hujan

b. Menguras bak mandi sebulan sekali, membuka tempat penampungan air,

mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan

c. Menguras bak mandi seminggu sekali, membuka tempat penampungan air,

mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan

8. Bahaya merokok didalam rumah adalah…..

a. Menyebabkan infeksi saluran pernafasan bagi anggota keluarga, terutama bayi

dan balita

b. Tidak memiliki bahaya apapun bagi anggota keluarga

c. Menyebabkan kanker paru paru bagi perokok itu sendiri


Kuesioner Sikap
Berilah tanda ceklist ( V ) pada kolom yang menurut anda benar
No Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Menimbang bayi dan balita setiap bulan
diposyandu sangat penting untuk memantau
pertumbuhan anak
2 Air bersih adalah air yang jernih tidak berasa
dan tidak berbau menyengat
3 Cuci tangan tidak harus menggunakan sabun
4 Makan buah dan sayur tidak harus setiap hari
5 Aktivitas fisik dilakukan setiap hari untuk
menjaga kesehatan tubuh
6 Jamban atau wc yang kotor tidak dapat
menimbulkan penyakit pada
anggota keluarga
7 Bak mandi dikuras sebulan sekali adalah cara
paling benar untuk memberantas jentik
nyamuk
8 Asap rokok yang berada didalam rumah
dapat menyebabkan infeksi saluran
pernafasan pada anggota keluarga

Kuesioner Tindakan
Berilah tanda ceklist (V) pada jawaban yang menurut anda benar
No Pernyataan Ya Tidak
Ibu menimbang anak sebulan sekali
1
diposyandu
Ibu menggunakan air bersih untuk
2 mencuci, memasak makanan, minuman
untuk semua anggota keluarga
Ibu mencuci tangan anak saat hendak makan
3 dan sesudah makan dengan air bersih dan
sabun
Ibu menyediakan buah buahan dan sayur
4 sayuran untuk dikonsumsi keluarga setiap
hari
Ibu mengajak anak bermain dan belajar
5
setiap hari
Ibu membersihkan jamban atau wc setiap
6
hari
Ibu menjaga kebersihan rumah dari jentik
7
jentik nyamuk
Ibu melarang anggota keluarga merokok
8
didalam rumah

Anda mungkin juga menyukai