Hasil Penelitian Cici-1
Hasil Penelitian Cici-1
Hasil Penelitian Cici-1
SKRIPSI
CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081
CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081
Oleh:
CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081
Skripsi Ini Telah Disetujui untuk diujikan dan di pertahankan dihadapan Komisi
Penguji Skripsi pada ujian sidang Skripsi Program Studi Gizi Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
1. Jelita Manurung,S.Gz.
NPP. 13. 18. 07. 05. 1993
Disahkan Oleh:
Dekan, Ketua Program Studi,
Dr. Karnirius Harefa, S.Kp., S.Pd., M. Biomed Raini Panjaitan, S.TP., M.Si
NPP. 01.21.03.07.1974 NPP.03.19.17.10.1990
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kita ucapkan kehadiran Allah swt karena telah
Hidup Bersih dan Sehat terhadap Status Gizi Balita di Puskesmas Rawang
Pasar Iv Kabupaten Asahan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lubuk Pakam Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, peneliti banyak
menghadapi kesulitan tetapi berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak yang
1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku ketua Yayasan Medistra Lubuk
Pakam.
4. Raini Panjaitan, S.TP. M.Si selaku Ketua Program Studi Gizi dan selaku
ini
5. Reno Irwanto, S.TP. M.Si selaku Dosen Wali tingkat Program Studi Gizi
6. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang senantiasa
8. Terimakasih kepada ayahanda ___dan ibunda ____, kepada abang saya ___,
dan kepada orang tersayang yang telah memberi saya Doa, motivasi,
semangat, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama menjalani
pendidikan.
motivasi, semangat, dan waktu yang telah kita lalui bersama-sama dengan
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Peneliti,
CICI HARDIYANTI
NPM. 2272081
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
pesat, pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai stimulant seperti
belajar berjalan dan berbicara lebih lancar. Masa balita juga disebut dengan masa
emas sehingga perlunya perhatian pemenuhan gizi yang seimbang karena pada
masa ini balita sangat rentan terhadap masalah gizi dan dapat berdampak pada
kualitas hidupnya di usia remaja, dewasa dan usia lanjut (Pertiwi, 2018).
dan sosial. Untuk mendukung pertumbuhan fisik balita, perlu makanan dengan
gizi seimbang. Status gizi anak balita merupakan hal penting yang harus diketahui
oleh setiap orang tua (Wati, 2018). Apabila pada bayi dan anak masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi priode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak,
masalah gizi, terutama dalam hal asupan gizi keluarga, mulai dari penyiapan
makanan, pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan. Ibu yang memiliki
status gizi baik akan melahirkan anak yang bergizi baik. Kemampuan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan pangan baik dalam jumlah maupun mutu gizinya
permasalahan status gizi balita pada tingkat rumah tangga atau keluarga adalah
sanitasi dan air bersih yang tidak memadai (Amahorseja, 2018). Rahmawati
gizi kurang tidak hanya dengan memperbaiki aspek pola makan saja namun juga
lingkungan balita dengan pola asuh yang baik, kesehatan lingkungan dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua perilaku dan
kegiatan kesehatan yang dilakukan atas kesadaran dirinya sendiri atau kesadaran
dari semua anggota keluarga sehingga dapat berperan aktif dalam kegiatan
RI, 2006).
yang dilakukan oleh individu, keluarga dan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan meningkatkan status gizi serta berperan aktif
2022).
Sanitasi lingkungan yang tidak baik memberikan dampak yang tidak baik
juga untuk kesehatan yaitu penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi
status gizi balita, disebabkan ketika balita memiliki penyakit infeksi terjadi
penurunan nafsu makan apabila tidak ditangani dapat menyebabkan daya tahan
tubuh menurun serta kekurangan gizi. Penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-
infeksi atau penyakit baik pada ibu maupun balita (Rosati, 2022).
penunjang, media transisi, maupun memperberat penyakit yang telah ada. Untuk
itu, lingkungan rumah harus senantiasa bersih. Perilaku hidup bersih dan sehat
status kesehatan dan pencegahan penyakit infeksi antara lain: kebersihan diri,
banyak faktor, seperti kepercayaan, mitos, atau tradisi yang bersifat turun-
temurun. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan
infeksi atau penyakit baik pada ibu maupun bayinya. Oleh sebab itu, PHBS dapat
dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung dalam rangka tercapainya indikator
Cara Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah cara penting dalam
berperilaku untuk mencegah berbagai penyakit pada anak kecil, terutama penyakit
yang tidak dapat dicegah. Penyakit tak tertahankan adalah salah satu penyebab
anak. anak-anak. Jika keadaan ini tidak segera diatasi dan diimbangi dengan
cairan yang ekstrim, rasa lapar dan ketidakmampuan untuk berkembang. Dari
asuh anak yaitu dari mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun, dan
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Munawaroh, 2015). Hasil penelitian
menunjukan pada analisis uji korelasi yang dilakukan menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan dan positif antara PHBS dalam lingkungan keluarga
dengan status gizi, hal ini berarti bahwa semakin baik PHBS didalam keluarga
maka akan semakin baik pula status gizi pada balita (Pertiwi, 2018).
tangga dengan PHBS sehat utama cenderung memiliki baduta status gizi berat
badan menurut umur yang baik dengan persentase sebesar 76,90%. Sedangkan
rumah tangga dengan PHBS sehat madya cenderung memiliki baduta status gizi
berat badan menurut umur yang baik dengan persentase sehat sebesar 80,00%. Hal
ini menunjukkan PHBS memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi.
penimbangan bayi dan balita, memberikan air susu ibu (ASI) Eksklusif,
penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, memberantas
jentik nyamuk, memakai jamban sehat, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
(Riskesdas 2007), 39,2 % (Riskesdas 2013), 29,9 % (Riskesdas 2018) dan 27,47%
(SSGBI 2019). Walaupun sudah terjadi penurunan, akan tetapi prevalensi stunting
di Sumatera Barat masih berada di atas standard yang ditetapkan WHO yaitu < 20
%.
Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Status
penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
perilaku hidup bersih dan sehat terhadap status gizi balita di wilayah kerja
dengan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap status gizi balita di wilayah kerja
terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV
Kabupaten Asahan
2. Untuk mengetahui pengaruh sikap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV
Kabupaten Asahan
3. Untuk mengetahui pengaruh tindakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV
Kabupaten Asahan
pengetahuan ibu dengan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap status gizi
balita.
yang memiliki balita tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku diri yang tidak sehat
menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh
karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota
rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.Rumah tangga sehat berarti
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif
kemampuan dan kemauan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
seseorang dalam membuatsuatu kondisi bagi setiap orang dan orang lain, dengan
mereka sendiri dan dapat melaksanakan pola hidup yang kokoh, serta tetap
balita seperti; pola pengasuhan, tersedia air bersih dan kesehatan lingkungan
Usaha kesehatan pribadi sebagai daya upaya dari seorang demi seorang
makanan yang sehat, cara hidup yang teratur, meningkatkan daya tahan tubuh,
Menurut Pertiwi (2018), tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah
c. Terhindar dari berbagai penyakit dan infeksi baik infeksi menular atau tidak
menular
masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk
swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal
pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan
1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan
hidup sehat.
Menurut Depkes RI(2008) indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk
tangga yang digunakan yaitu mengacu kepada standar pelayanan minimal bidang
ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya).
bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan
lainnya.
Indikator memberi bayi ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya
diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI
adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan
sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik
pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur
balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi
sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah
tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari-
harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa,
sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari
penyakit menular. Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang
ditularkan melalui jalur fekal oral dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. Sumber air tidak terlindung,
seperti sumur yang digunakan sebagai sumber air utama seperti air minum, dan
mengakibatkan tinggi nya kejadian diare pada balita (Depkes RI, 2008).
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus,
cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan menjadi bersih dan bebas dari
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah makan,
yang dapat membunuh kuman penyebab diare, apabila ibu sesudah buang air
besar atau sehabis menceboki anaknya tidak memcuci tangan dengan sabun
sehingga kuman penyebab penyakit diare masih menempel ditangan bila langsung
menyuapi makanan makan kuman yang menempel di tangan akan ikut masuk
diare.
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan
menjadi jenis jamban sehat dan jenis jamban tidak sehat. Jenis jamban tidak sehat
yaitu jenis jamban tanpa tangki septik atau jamban cemplung dan rumah yang
tidak memiliki jamban sehingga bila buang air besar mereka pergi ke sungai. Jenis
tempat pembuangan tinja tersebut termasuk jenis tempat pembuangan tinja yang
tidak saniter. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat. Sedangkan jenis jamban sehat
yaitu jamban yang memiliki tangki septik atau lebih dikenal dengan jamban leher
angsa. Jamban leher angsa (angsa latrine) merupakan jenis jamban yang
memenuhi syarat kesehatan. Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan
selalu terisi air, yang berfungsi sebagai sumbat sehingga bau dari jamban tidak
tercium dan mencegah masuknya lalat ke dalam lubang. Jamban leher angsa
memiliki keuntungan antara lain aman untuk anak-anak dan dapat dibuat di dalam
bakteri dalam jumlah besar. Tinja juga dapat menularkan penyakit pada balita dan
orang dewasa. Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat
untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit
melalui tinja (faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada
manusia dan hinggap pada makanan manusia sehingga makanan akan tercemar
oleh kuman penyebab diare dan apabila makanan tersebut dimakan akan
(tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau
WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah
Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung
vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta
mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak
dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral
dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa
kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan
turun tangga. Selain itu, kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain
bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.
selama 1 bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif.
Bahaya perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan
terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian
a. Faktor Internal
1. Keturunan
2. Motif
Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh
kebutuhan rohani.
b. Faktor Eksternal
atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya,
berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya, serta norma atau
dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukan itu benar atau bisa
satu indikator PHBS tidak terpenuhi, maka tatanan tersebut dinyatakan tidak
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
tindakan sesorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari
dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
3. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
1. Tahu, dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek ataupun materi harus
dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan meramalkan dan
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan
4. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kata kerja yang dapat menggambarkan atau
barudengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang sudah
ada.
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
tingkatan tersebut.
2.2.2 Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
(Anisa, 2021).
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masssa
2. Pekerjaan
terlebih jika lingkungan pekerjaan didominasi oleh kaum wanita. Selain itu,
jadwal dan durasi kerja seorang ibu akan sangat berpengaruh terhadap sikap
seorang ibu untuk memilih dan menyediakan bahan MP-ASI hal ini disebabkan
oleh faktor kelelahan dan tekanan fisik dan psikis seorang ibu selama bekerja.
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata (Permatasari,
2019).
3. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahu. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Anisa, 2021). Daya tangkap dan
4. Lingkungan
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan. Hal ini karena
5. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
dilakukan orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk
yang mengajukan pertanyaan tentang isi materi yang akan diukur dengan subjek
atau orang yang diwawancarai. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau ukur, bisa kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuannya (Notoadmodjo,
2012).
2.3.1 Pengertian
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi
waktu yang tepat di tingkat sel tuubuh agar berkembang dan berfungsi secara
normal. Status gizi ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk
sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. Kebutuhan bahan makanan pada
setiap individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan
yang optimal tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi (Helmina, 2017).
keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Helmina,
2017).
1. Antropometri
gizi berhubungan dengan berbagai cara pengukuran dimensi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri merupakan indikator status gizi yang
a. Umur
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
b. Berat Badan
1. Berat badan menurut umur (BB/U)
baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Helmina, 2017).
tulang. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki,
kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong mepet pada dinding, dan
pandangan arah ke depan. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting, karena
dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat
(malnutrisi) terhadap tinggi badan akan terlihat dalam waktu yang relatif lama.
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2014). Pengukuran
status gizi balita dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan
Rumus IMT:
Berat badan(Kg)
IMT =
( Tinggi Badan )2 (m)
Keterangan:
IMT : Indeks Massa Tubuh
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
2. Klinis
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial
epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ –
3. Biokimia
diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang di gunakan diantaranya: darah, urine, tinja dan juga beberapa
tidak langsung dengan melihat jumah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Survei
2. Statistik vital
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu, dan data lainnya yang
3. Faktor ekologi
intervensi gizi.
2.4 Kerangka Teori
1. Tingkat pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
Pengetahuan 4. Lingkungan
5. Sosial budaya
Baik Kurang
2.6 Hipotesis
H1 : Ada hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan status gizi balita
H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan status gizi
balita.
BAB III
METODE PENELITIAN
Kabupaten Asahan.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai dengan Jui tahun
2023.
Tahun 2023
N
Rencana Januari Februari Maret April Mei Juni
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
2 Pengajuan
proposal
BAB I
BAB II
BAB III
3 Seminar
proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Pengajuan
Hasil
Penelitian
6 Sidang Hasil
Proposal
7 Perbaikan
Sidang
Proposal
atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah balita (di dampingi dengan orangtua) di
pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa melihat strata
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Asahan
b. Kriteria eksklusi
1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
berikut:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian.
Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil pembagian kuesioner yang
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dari studi dokumentasi yang diperoleh dari
perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga tahun 2022,
kemudian jumlah balita yang berada diwilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar
IV Kabupaten Asahan serta jumlah balita yang mengalami kurang gizi dan gizi
a. Data primer
yang di isi langsung oleh responden untuk mengetahui karakteristik ibu dan anak.
b. Data sekunder
diambil dari data di puskesmas mengenai jumlah ibu yang memiliki balita.
seperti berikut:
Kabupaten Asahan.
b. Alat yang digunakan meliputi lembar kuesioner, alat tulis, kamera, perekam
keluarga subyek.
Analisis data
Coding merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data dari data
saat analisis data dan juga mempercepat pada saat pengolahan/entry data.
ketelitian supaya tidak terjadi bias dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
dalam program SPSS untuk melihat apakah ada kesalahan data atau tidak.
yang digunakan (Nuryani, 2019). Ada dua konsep yang mengukur kualitas
instrumen penelitian yaitu reliabilitas dan validitas. Jika data kurang reliable dan
valid maka akan menghasilkan kesimpulan penelitian yang bias (Erlina, 2011).
bagaimana agar data yang diperoleh akurat dan objektif. Data yang dikumpulkan
tidak berarti jika alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi (Hastono, 2006).
dalam penelitian, terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Uji ini
dilakukan pada minimal 30 orang yang tidak termasuk responden tetapi memiliki
2010).
validitas kuesioner penelitian ini dilakukan melalui pengujian validitas isi, yaitu
menguji setiap butir pertanyaan dalam kuesioner. Teknik yang digunakan untuk
uji korelasi pada penelitian ini adalah korelasi Pearson’s Product Moment,
dengan bantuan software komputer. Dikatakan valid jika hasil uji validitas r
hitung > r tabel (r tabel (N=30) 0,361 dengan nilai signifikan 0,05 atau 5 %.
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pengukuran yang tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
pada kondisi yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah metode koefisien
alpha cronbach. Pada uji reliabilitas ini, suatu variabel dapat dikatakan reliabel
2. Analisis Bivariat
Analisi bivariat dilakukan dengan menguji hubungan variabel bebas dan
variable terikat sebelum dilakukan uji hubungan, dilakukan uji kenormalan data
yaitu dengan mengggunakan One Sampel Kolmogrof Smoniv.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
umur > 22 tahun yaitu 32 orang (80%) lebih banyak dibandingkan dengan
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah yang paling banyak
yaitu 28 orang (70,00%) diikuti oleh jumlah responden dengan tingkat pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 7 orang (17,50%), jumlah responden
sedikit adalah jumlah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)
tingkat pengetahuan “Baik” tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah 25 orang (62,50%) adalah lebih banyak dibanding dengan jumlah
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu 30 orang (75,00%)
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah balita dengan gizi baik
adalah yang paling banyak yaitu 14 orang (35,00%), sedangkan jumlah balita
dengan gizi kurang dan gizi lebih adalah sama yaitu masing-masing 13 orang
(32,50%).
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
tingkat pengetahuan dengan PHBS yang ditunjukkan oleh nilai p-valur 0,00 <
4.2.2 Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Status Gizi Balita
Hasil uji bivariat mengenai hubungan antara Perilaku Hidup Bersuh dan
Tabel 9. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Status
Gizi Balita
Status Gizi
Total
PHBS Baik Kurang Lebih P-Value
n % n % n % n %
3
Ya 12 30.00 5 12.50 13 32.50 75.00
0
1
Tidak 2 5.00 8 20.00 0 0.00 25.00 0,00
0
Jumla 4
14 35.00 13 32.50 13 32.50 100.00
h 0
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara
PHBS denga status gizi balita yang ditunjukkan oleh nilai p-value 0,00 < 0,05
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berusia >22 tahun lebih
banyak dibandingkan dengan ibu dengan umur < 22 tahun. Menurut Sari dan
Sukma (2020), usia produktif optimal untuk reproduksi yang sehat adalah antara
usia 20 hingga 35 tahun. Risiko meningkat pada mereka yang berusia di bawah 20
tahun dan di atas 35 tahun. Wanita yang hamil di usia muda memiliki banyak
risiko antara lain keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, cacat
kematian.
menyenangkan. Saat ini, semakin banyak wanita yang senang mengetahui bahwa
mereka hamil di usia 30-an dan 40-an. Hal ini mungkin karena bidang pendidikan
perempuan yang terlambat menikah bahkan menunda memiliki anak hingga karir
menurun, yang dapat meningkatkan risiko keguguran, serta cacat lahir/cacat lahir
pada janin akibat kelainan kromosom. Selain itu, berbagai masalah kesehatan
sudah mulai muncul selama masa kehamilan seperti; Tekanan darah tinggi dan
diabetes sering mempengaruhi persalinan. Faktor-faktor tersebut membuat
persalinan di usia 30-an cenderung lebih sering dilakukan dengan operasi caesar.
(SMA) lebih banyak dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini
dianggap cukup untuk melanjutkan hidup, misalnya untuk mencari pekerjaan atau
berkeluarga. Selain itu, faktor keuangan yang tidak mencukupi dapat membuat
penting dalam status gizi. Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua bisa
bagaimana cara mendidiknya, dll. Semakin banyak informasi yang ada dan
dapat mencapai asupan gizi yang baik karena beberapa faktor. Hal tersebut
meliputi tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan,
dengan anggota keluarga lainnya yang tercermin dalam kebiasaan. Adanya faktor-
faktor tersebut memerlukan perhatian khusus dalam pola makan anak, karena
sebagai wiraswasta. Hal ini disebabkan karena wilayah kerja Puskesmas Rawang
menjadi:
2. Karena ingin mempunyai atau membina pekerjaan bagi dirinya sendiri, hal
ini terjadi sebagai wujud aktualisasi diri ibu, misalnya bila ibu seorang
pengetahuan baik mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, ternyata memiliki
perilaku hidup bersih dan sehat yang baik pada tatanan rumah tangga, sedangkan
ibu yang pengetahuannya kurang baik mengenaiperilaku hidup bersih dan sehat,
ternyata memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik pada tatanan
rumah tangganya, karena itu ibu yang pengetahuannya baik cenderung lebih
melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini disebabkan oleh
kesadaran para responden tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Para responden menyadarai bahwa perilaku hidup bersih tidak hanya akan
maupun di luar atau lingkungan rumah sehingga hidup lebih senang dan nyaman.
pengetahuan, sikap, serta perilaku sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah balita dengan status gizi
“Baik” adalah lebih banyak dibandingkan dengan balita dengan gizi kurang dan
gizi lebih. Hal ini mungkin disebabkan pola asuh orang tua yang berbeda dalam
memberikan asupan gizi pada anak usia dini. Masih banyak balita dengan status
gizi buruk karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman ibu tentang status gizi
balita. Kesadaran akan sikap dan perilaku terkait pilihan makanan dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Menurut Supariasa et al. (2022) bahwa status
gizi balita dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu asupan makanan, status
ibu dengan perilaku hidup bersih dan sehat di wilayah kerja Puskesmas Rawang
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan PHBS. Hal ini sesuai dengan
pengetahuan yang baik akan lebih baik menerima dan mengerti sebuah informasi
dan akhirnya perilaku yang dimiliki juga semakin baik. Tradisi atau culture
seseorang yang didapatkan tanpa penalaran baik atau buruk akan mempengaruhi
maka orang tersebut akan mudah dalam meningkatkan perilaku kesehatan yang
memperoleh pengetahuan yang baru. Ada kesamaan antara fakta dan teori, hal
5.8 Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Status Gizi
Balita
hidup sehat dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Rawang Pasar IV
Kabupaten Asahan hal ini disebabkan karena 10 aspek yang mencakup perilkau
hidup bersih dan sehat sangat menentukan status gizi balita dan keluarga secara
umum. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syafridah dan
itu.
memperberat penyakit yang telah ada. Untuk itu, lingkungan rumah harus
sehat dan bergizi, kebersihan lingkungan, penggunakan air bersih yang memenuhi
syarat kesehatan dan penggunaan jamban yang sehat serta tidak merokok
dalam rumah. Rendahnya status gizi disebabkan oleh berbagai faktor yang saling
lingkungan, status ekonomi dan penyakitinfeksi. Perilaku hidup bersih dan sehat
merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan penurunan status gizi pada
balita.
hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan asupan, perilaku
gizi dengan status gizi, dan penerapan PHBS dengan status gizi.
perilaku gizi, dan PHBS terhadap status gizi baduta. Oleh karena itu, diperlukan
sistem monitoring dan evaluasi secara kontinu untuk memastikan bahwa program
percepatan stunting yang dijalanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan perilaku hidup bersih
< 0,05).
2. Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status gizi balita di
6.2 Saran
Sosialisasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga
Amellia, R., & Wahyani, A. D. (2020). Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi ) Dan Perilaku Hidup Bersih Sehat ( PHBS ) Dengan Status Gizi
Balita 24-59 Bulan. 2(01), 18–22.
Astuti, A. F. (2017). Hubungan Phbs Dan Asupan Energi Dengan Status Gizi
Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di Paud Dewi Kunti.
http://repository.itspku.ac.id/204/%0Ahttp://repository.itspku.ac.id/
204/1/2013030007.pdf
Citasari, M. (2015). Hubungan Status Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dhefiana, T., Reni Suhelmi, & Hansen. (2023). Hubungan Penerapan Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Di
Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda. Sanitasi: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 16(1), 20–28. https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1484
Efendy. (2008). Pengaruh Pemberian Mp-Asi Terhadap Status Gizi Anak Umur 6-
24 Bulan Berdasarkan Variasi Geografis (Kepulauan, Pesisir Dan
Pegunungan) Di Kabupaten Buton Tahun 2008. Tesis. Universitas
Hasanuddin.
Irianty, H., Hayati, R., & Riza, Y. (2018). Relation clean and healthy living
behavior with the incidence of diarrhea in infants. PROMOTIF: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8(1), 1–10.
Julius, W., Zuraida, R., & Saftarina, F. (2014). The Correlation between Clean
and Healthy Behavior And Health Status with The Nutrional Status Among
Toddler Living In Poor Households In Way Kanan. Medical Journal of
Lampung University, 3(6), 161–169.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/301/299
Khasanah, Y. U. (2015). Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Status Gizi Balita. Jurnal.Akbiduk.Ac.Id.
https://jurnal.akbiduk.ac.id/assets/doc/170223082451-7.pdf
Kurniawati A., F. (2021). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(Phbs) Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Waru Jaya. 1–24.
http://eprints.ums.ac.id/
Munawaroh A. 2015. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Rumah Tangga dan Status Kesehatan dengan Kejadian Gizi Kurang pada
Balita di Kelurahan Bulakan Kabupaten Sukoharjo. Karya Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nengsih S., Soerachmat Y., Nurhidayah. 2022. Hubungan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Bambang Kabupaten Mamasa. JPCS. 4(2): 786-791.
Nurhayani. (2016). Hubungan Asupan Energi dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Klego 1 Boyolali.
Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta., 85(1), 2071–2079.
Pertiwi, C. D. (2018). Pengaruh Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dan
Perilaku Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi Pada Balita Dipuskesmas ….
http://repository.helvetia.ac.id/1789/
Probowati D. 2016. Hubungan antara Status Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 12-24 Bulan di Wilayah
Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten Karanganyar. Naskah Publikasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahmawati D. 2018. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan Status Gizi Baduta di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rochaeni R., F. 2016. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan
Status Gizi Siswa Keas IV dan V Tahun Ajaran 2016/2017 SD Negeri
Kembaran Candimulyo Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Skripsi.
Universitas Negeri Yogjakarta.
Rosati W. 2022. Hubungan Pendidikan Ibu dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Manyaran Kabupaten
Wonogiri. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Savira, F., & Suharsono, Y. (2013). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Tatatan Rumah Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Journal of
Chemical Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.
Ummusalma, C., & Syafridah, A. (2022). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Baktiya Barat Tahun 2019.
Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Sosial, Dan Budaya, 6(2), 53–57.
Yuniar, W. P., Khomsan, A., Dewi, M., Ekawidyani, K. R., Vipta, A., &
Mauludyani, R. (2020). Hubungan antara Perilaku Gizi dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Status Gizi Baduta Di Kabupaten Cirebon
https://doi.org/10.20473/amnt.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nama :
Usia :
(.............................................)
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner
A. Biodata Responden
Petunjuk: Isilah data identitas anda dibawah ini dengan sebenar benarnya.
Nama Responden :
Pendidikan :
Kuesioner Pengetahuan
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar menurut anda
2. Air bersih adalah kebutuhan dasar yang digunakan sehari hari untuk….
c. Menyembuhkan penyakit
b. Melakukan kegiatan fisik sehari hari seperti melakukan pekerjaan rumah, dan
c. Menonton tv
b. Jamban atau wc yang memiliki tempat pembuangan kotoran dan air untuk
dan balita
Kuesioner Tindakan
Berilah tanda ceklist (V) pada jawaban yang menurut anda benar
No Pernyataan Ya Tidak
Ibu menimbang anak sebulan sekali
1
diposyandu
Ibu menggunakan air bersih untuk
2 mencuci, memasak makanan, minuman
untuk semua anggota keluarga
Ibu mencuci tangan anak saat hendak makan
3 dan sesudah makan dengan air bersih dan
sabun
Ibu menyediakan buah buahan dan sayur
4 sayuran untuk dikonsumsi keluarga setiap
hari
Ibu mengajak anak bermain dan belajar
5
setiap hari
Ibu membersihkan jamban atau wc setiap
6
hari
Ibu menjaga kebersihan rumah dari jentik
7
jentik nyamuk
Ibu melarang anggota keluarga merokok
8
didalam rumah